Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN KAKI DIABETIK


DI RUANG RAWAT INTERNE PRIA RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG

KELOMPOK III.A & III.B :


Afrilita Putri Yuza

133110192

Desi Ratna Sari

133110196

Fatimah Purnama Sari

133110200

Imelda Indriani

133110204

Mardiatul Muharami

133110208

Nova Zuliana

133110212

Ranti Wulandari

133110216

Rizki Widmah Putra

133110220

Surya Yuliana

133110225

Windi Aprilia

133110229

KELAS III A

PRODI D III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2015

PERAWATAN KAKI DIABETIK


I.

PENDAHULUAN
Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit
kronik yang serius di Indonesia saat ini. Diabetes melitus adalah suatu penyakit
kronik yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis
(Barbara C. Long, 1996).
Setengah dari jumlah kasus Diabetes Mellitus (DM) tidak terdiagnosa karena
pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Prevalensi
penyakit diabetes meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah
kalori yang dimakan, kurangnya aktifitas fisik dan meningkatnya jumlah populasi
manusia usia lanjut.
Dengan makin majunya keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia serta
pelayanan kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat kejadian
penyakit diabetes mellitus (DM) akan makin meningkat. Penyakit ini dapat
menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi. Dari berbagai penelitian
epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensi sebesar 1,5- 2,3 % pada penduduk
usia lebih besar dari 15 tahun.

Salah satu komplikasi komplikasi dari diabetes melitus antara lain masalah pada
kaki penderita yaitu kaki diabetik. Kaki diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah
akibat diabetes melitus tidak terkendali (Soegondo,2009).
Dalam hal antisipasi untuk pencegahan masalah ini yang sangat perlu
diperhatikan adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan pada penderita
Diabetes Mellitus. Penyuluhan kesehatan pada penderita diabetes mellitus merupakan
suatu hal yang amat penting dalam regulasi gula darah penderita DM dan mencegah
atau setidaknya menghambat munculnya penyulit kronik maupun penyulit akut yang
ditakuti oleh penderita. Dalam hal ini diperlukan kerjasama petugas kesehatan dan
keluarga maupun pasien sediri.

II.

PERAWATAN KAKI DIABETIK


A. Pengertian Kaki Diabetik
Kaki diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus
tidak terkendali. Kelainan kaki diabetes mellitus dapat disebabkan adanya gangguan
pembuluh darah, gangguan pensyarafan, dan adanya infeksi. Kaki diabetes merupakan
salah satu komplikasi diabetes yang masih luput dari perhatian. Padahal, konsekuensi
dari kaki diabetik yang terlanjur memburuk dapat menyebabkan gangren dan
mengarah pada tindakan amputasi (Soegondo,2009).

B. Gejala Kaki Diabetik


1. Gangguan Pembuluh Darah (Angiopati)
Keadaan hiperglikimia (kadar gula darah tinggi dalam darah) yang terus
menerus akan mempunyai dampak pada kemampuan pembuluh darah tidak
berkontraksi dan relaksasi berkurang. Hal ini mengakibatkan sirkulasi darah tubuh
menurun, terutama kaki, dengan gejala antara lain :
a. Sakit pada tungkai bila berdiri, berjalan, dan melakukan kegiatan fisik.
b. Jika diraba kaki terasa dingin, tidak hangat.
c. Rasa nyeri kaki waktu istirahat pada malam hari.

d.
e.
f.
g.

Sakit pada telapak kaki satelah berjalan.


Jika luka sukar sembuh.
Pemeriksaan tekanan nadi kaki menjadi kecil atau hilang.
Perubahan warna kulit, kaki tampak pucat atau kebiru- biruan.
(Tjahjadi,2002)
2. Gangguan Pensyarafan (Neuropati)
Neuropati akan menghambat signal, rangsangan atau terputusnya komunikasi
dalam tubuh. Syaraf pada kaki sangat penting dalam menyampaikan pesan ke
otak, sehingga menyadarkan kita adanya bahaya pada kaki, misalnya rasa sakit
saat tertusuk paku atau rasa panas saat terkena benda- benda panas. Kaki diabetes
dengan gangguan neuropati akan mengalami gangguan sensorik, motorik, dan
otonomik. Neuropati sensorik ditandai dengan perasaan pada baal atau kebal
(parastesia), kurang berasa (hipestesia) terutama pada ujung kaki terhadap rasa
panas, dingin dan sakit, terkadang disertai rasa pegal dan nyeri pada kaki.
Neuropati mootorik ditandai dengan kelemahan system otot, otot mengecil,
mudah lelah, kram otot, deformitas kaki (charcot), ibu jari seperti palu (hammer
toe), sulit mengatur keseimbangan tubuh. Gangguan syaraf otonomik pada kaki
ditandai dengan kulit menjadi kering, pecah- pecah dan tampak mengkilat karena
kelenjar keringat di bawah kulit berkurang (Foster, 2002).
3. Iskemik
Ini disebabkan

penurunan

aliran

darah

ke

tungkai

akibat

adanya

makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di


daerah betis. Gambaran klinisnya adalah :
a. Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
b. Pada perabaan terasa dingin.
c. Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
d. Didapatkan ulkus sampai gangrene. (Waspadji,2006)
4. Infeksi
Penurunan sirkulasi darah pada daerah kaki akan menghambat proses
penyembuhan luka, akibatnya kuman masuk ke dalam luka dan terjadi infeksi.
Peningkatan kadar gula darah akan menghambat kerja leukosit dalam mengatasi
infeksi, luka menjadi ulkus gangrene dan terjadi perluasan infeksi sampai ke
tulang (osteomielitis). Kaki yang mengalami ulkus gangren luas sulit untuk
diatasi, yang memerlukan tindakan amputasi. (Tjahjadi,2002)
Faktor resiko lain terjadinya kaki diabetik antara lain :

1. Penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia (usia pasien lebih dari 40
tahun) karena semakin tua usia penderita Diabetes Mellitus semakin mudah untuk
mendapatkan masalah yang serius pada kaki dan tungkainya.
2. Lamanya menderita Diabetes Mellitus (menderita Diabetes Mellitus lebih dari 10
3.
4.
5.
6.
7.

tahun)
Riwayat merokok.
Penurunan denyut nadi perifer.
Penurunan sensibilitas.
Deformitas Anatomis (bagian yang menonjol).
Riwayat ulkus kaki / amputasi.

C. Patofisiologi Kaki Diabetik


Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM
yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pembuluh darah. Neuropati, baik
sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan
pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi
tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus.
Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi
infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah
rumitnya pengelolaan kaki diabetis. (Waspadji,2006)
Neuropati atau gangguan persarafan merupakan faktor penting terjadinya kaki
diabetik. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik
maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya
sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang
mengakibatkan ulkus pada kaki. Gangguan motorik juga akan mengakibatkan
terjadinya atrofi kaki, sehinggga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi
pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki.
Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita
akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi
gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri
kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen
(zat asam) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh. Infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai kaki diabetik akibat berkurangnya aliran darah
atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap
penyembuhan atau pengobatan dari pasien kaki diabetik.

D. Masalah Umum pada Kaki Diabetik


1. Gangren ( Luka yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk)
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan
mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang
disebabkan oleh infeksi. Sedangkan gangren kaki diabetik adalah luka pada kaki yang
merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi pada
pembuluh darah sedang. Gangren kaki diabetik ini bisa dibagi menjadi enam tingkat
yaitu:
a. Derajat 0
Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan
bentuk kaki seperti claw, callus.
b. Derajat 1
Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat 2
Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
d. Derajat 3
Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat 4
Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
f. Derajat 5
Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai. (RA, 2009)

2. Kapalan (Callus)
Kapalan (Callus) merupakan penebalan atau pengerasan kulit yang juga terjadi
pada kaki diabetes, akibat dari adanya neuropati dan penurunan siklus darah dan
juga gesekan atau tekanan ang berulang- ulang pada daerah tertentu kaki. Jika
kejadian tersebut tidak diketahui dan diobati dengan tepat, maka akan
menimbulkan luka pada jaringan dibawahnya, yang berlanjut dengan infeksi
menjadi ulkus (Tjahjadi,2002).

3. Kulit Melepuh
Kejaadian kulit melepuh atau iritasi sering diakibatkan oleh pemakaian sepatu
yang sempit, jika hal ini terjadi jangan mengobati sendiri. Kulit yang mengalami
iritasi seringkali disertai dengan infeksi (ulkus) dan terkadang tidak dirasa akibat
adanya neuropati, dan diketahui setelah keluarnya cairan atau nanah, yang
merupakan tanda awal dari masalah. Ulkus harus segera diobati dan dirujuk ke
podiatrist atau tim kesehatan. (RA,2009)
4. Cantengan ( kuku masuk ke dalam jaringan)
Cantengan merupakan kejadian luka infeksi pada jaringan sekitar kuku yang
sering disebabkan adanya pertumbuhan kuku yang salah. Keadaan ini disebabkan
oeleh perawatan kuku yang tidak tepat misalnya pemotongan kuku yang salah
(seperti terlalu pendek atau miring), kebiasaan mencungkil kuku yang kotor.
Seperti kita ketahui kuki juga merupakan sumber kuman, jadi bila ada luka mudah
terinfeksi. Cantengan ditandai dengan sakit pada jaringan sekitar kuku, merah dan
bengkak dankeluar cairan nanah, yang harus segera ditanggulangi (Soegondo,
2005).

5. Kulit Kaki Kering dan Pecah


Dapat terjadi karena saraf pada kaki tidak mendapatkan pesan dari otak
(karena neuropati diabetik) untuk berkeringat yang akan menjaga kulit tetap
lembut dan lembab. Kulit yang kering dapat pecah. Adanya pecahan pada kulit
dapat membuat kuman masuk dan menyebabkan infeksi. Dengan gula darah anda
yang tinggi, kuman akan mendapatkan makanan untuk berkembang sehingga
memperburuk infeksi. (RA, 2009)
6. Jari Kaki Bengkok
Terjadi ketika otot kaki menjadi lemah. Kerusakan saraf karena diabetes dapat
menyebabkan kelemahan ini. Otot yang lemah dapat menyebabkan tendon
(jaringan yang menghubungkan otot dan tulang) di kaki memendek sehingga jari
kaki menjadi bengkok. Akan menimbulkan masalah dalam berjalan dan kesulitan
menemukan sepatu yang tepat. Dapat juga disebabkan pemakaian sepatu yang
terlalu pendek. (Soegondo,2009)

7. Kaki Atlet (Athletes Foot)


Disebabkan jamur yang menimbulkan rasa gatal, kemerahan, dan pecahnya
kulit. Pecahnya kulit diantara jari kaki memungkinkan kuman masuk ke dalam
kulit dan menimbulkan infeksi. Infeksi dapat meluas sampai ke kuku kaki
sehingga membuatnya tebal, kekuningan, dan sulit dipotong. (RA, 2009)
8. Radang Ibu Jari Kaki (Jari Seperti Martil)
Pemakaian sepatu yang terlalu sempit dapat menimbulkan luka pada jari- jari
kaki, kemudian terjadi peradangan. Adanya neuropati dan peradangan yang lain
pada ibu jari kaki menyebabkan terjadinya perubahan bentuk ibu jari kaki seperti
martil (hammer toe). Kejadian ini dapat juga disebabkan adanya kelainan
anatomik yang dapat menimbulkan titik tekan abnormal pada kaki. Kadangkadang pembedahan diperlukan untuk mencegah komplikasi ke tulang.
(Soegondo, 2009)
9. Kaki Charcot
Suatu kondisi yang menggambarkan efek dari pelunakan tulang yang terjadi
dalam kaki. Hal ini terjadi sebagai akibat dari neuropati atau kerusakan saraf

ekstrim. Tulang menjadi terlalu lemah dan akhirnya menjadi mudah retak. Karena
saraf telah menjadi terlalu rusak, rangsangan tidak lagi sedang dikirim seperti
perasaan sakit. Selain, gerakan otot juga terhambat. Karena tidak ada yang
dirasakan dalam wilayah karena kerusakan saraf, struktur tulang seluruh kaki
mengalami stress dan trauma berulang kali.
E. Perawatan Kaki Sebelum Luka (Pencegahan Primer)
Perawatan kaki merupakan sebagian dari upaya pencegahan primer pada
pengelolaan kaki diabetik yang bertujuan untuk mencegah terjadinya luka. Perawatan
kaki yang perlu dilakukan terdiri dari pemeriksaan kaki dan perawatan kaki harian.
(Soegondo, 2005)
1. Pemeriksaan kaki sehari- hari :
a. Periksa bagian atas punggung, telapak, sisi- sisi kaki dan sela- sela jari. Untuk
melihat telapak kaki, tekuk kaki menghadap muka (bila sulit, gunakan cermin
untuk melihat bagian bawah kaki atau minta bantuan orang lain) untuk
memeriksa kaki.
b. Periksa apakah ada kulit retak atau melepuh.
c. Periksa apakah ada luka dan tanda- tanda infeksi (bengkak, kemerahan, hangat,
nyeri, darah atau cairan lain yang keluar dari luka, dan bau).
2. Perawatan kaki sehari- hari :
a. Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan air bersih dan sabun
mandi. Bila perlu gosok kaki dengan sikat lembut atau batu apung. Keringkan
kaki dengan handuk lembut dan bersih termasuk daerah sela- sela kaki,
terutama sela jari kaki ketiga-keempat dan keempat-kelima.
b. Berikan pelembab/lotion (body lotion) pada daerah kaki yang kering agar kulit
tidak menjadi retak. Tetapi jangan berikan pelembab pada sela- sela jari kaki
karena sela- sela jari akan menjadi sangat lembab dan dapat menimbulkan
tumbuhnya jamur.
c. Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jati kaki, tidak terlalu
pendek atau terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam.
Bila penglihatan kurang baik, minta pertolongan orang lain untuk memotong
kuku atau mengikir kuku setiap dua hari sekali. Hindarkan retjadi luka pada
jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras sulit untuk dipotong, rendam kaki
dengan air hangat (370C) selama sekitar 5 menit, bersihkan dengan sikat kuku,

sabun, dan air bersih. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi dan
berikan krem pelembab kuku.
d. Pakai alas kaki sepatu untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka,juga di
dalam rumah. Jangan gunakan sandal jepit karena dapat menyebabkan lecet di
selah jari pertama dan kedua.
e. Gunakan sepatu yang baik sesuai dengan ukuran dan enak untuk dipakai,
dengan ruang dalam sepatu yang cukup untuk jari- jari. Pakailah kaus/
stocking yang pas dan bersih terbuat dari bahan yang mengandung kantun.
Syarat sepatu yang baik untuk kaki diabetik:
1) Ukuran
: sepatu lebih dalam
2) Panjang sepatu setengah inci lebih panjang dari jari- jari kaki terpanjang
saat berdiri (sesuai cetakan kaki)
3) Bentuk
: ujung sepatu lebar (sesuai lebar jari- jari kaki)
4) Tinggi tumit sepatu kurang dari 2 inci.
5) Bagian dlam bawah sepatu (insole) tidak kasar dan licin. Terbuat dari
bahan busa karet, plastic tebal 10- 12 mm.
6) Ruang dalam sepatu longgar, lebar sesuai bentuk kaki.
f. Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda- benda tajam seperti
jarum dan duri. Lepas sepatu setiap 4- 6 jam serta gerakkan pergelangan dan
jari- jari kaki agar sirkulasi darah tetap baik terutama pada pemakaian sepatu
baru.
g. Bila menggunakan sepatu baru, lepaskan sepatu setiap 2 jam kemudian periksa
keadaan kaki (Soegondo, 2005).
3. Senam kaki
Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat
otot- otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformitas).
(Soegondo,2009). Beberapa latihan senam kaki dapat dilakukan :
a. Duduk secara benar diatas kursi dengan meletakkan kaki dilantai.
b. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari- jari kedua belah kaki diluruskan ke
atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10
kali.
c. Dengan meletakkan tumit di lantai, angkat telapak kaki ke atas. Kemudian,
jari- jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkat ke atas. Cara ini
diulangi sebanyak 10 kali.
d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian depan kaki diangkat ke atas dan buat
putaran 3600 dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebnyak 10 kali.

e. Jari- jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan buat putaran
3600 dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
f. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan
kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Lakukan sebanyak 10
kali. Ulangi langkah ini untuk kaki sebelahnya.
g. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
Lakukan sebanyak 10 kali. Ulangi langkah ini untuk kaki sebelahnya.
h. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki kedepan dan kebelakang. Ulangi sebanyak 10 kali.
i. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9 lakukan secara
bergantian.
j. Letakkan sehelai koran dilantai.
1) Bentuklah kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki.
Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan
kedua belah kaki. Cara ini dilakukan sekali saja.
2) Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
3) Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.
4) Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu
letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
5) Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola.
(Atun,2010)

Apa Yang Tidak Boleh Dilakukan :


1. Jangan merendam kaki lebih dari 5 menit.
2. Jangan pergunakan botol panas atau peralatan listrik untuk memanaskan kaki.
3. Jangan gunakan batu/ silet untuk mengurangi kapalan (callus).
4. Jangan merokok.
5. Jangan pakai sepatu atau kaos kaki sempit.
6. Jangan menggunakan obat-obatan tanpa anjuran dokter untuk menghilangkan mata
ikan.
7. Jangan gunakan sikat atau pisau untuk kaki.
8. Jangan membiarkan luka kecil di kaki, sekecil apapun luka tersebut.
9. Jangan berjalan tanpa alasa kaki

Perawatan kaki merupakan upaya pencegahan primer terjadinya luka pada kaki
diabetes. Tindakan yang harus dilakukan dalam perawatan kaki untuk mengetahui adanya
kelainan kaki secara dini, memotong kuku yang benar, pemakaian alas kaki yang baik,
menjaga kebersihan kaki dan senam kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan mengatasi sendiri
bila ada masalah pada kaki atau penggunaan alat-alat/benda. Pasien perlu mengetahui
perawatan kaki diabetic dengan baik, dengan demikian kejadian ulkus gangrene dan amputasi
dapat dihindarkan.
F. Perawatan Kaki Setelah Terjadi Luka (Pencegahan Sekunder)
1. Perawatan Luka
2. Operasi
G. DAFTAR PUSTAKA
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah, (Volume 2), Penerjemah:
Karnaen, Adam, Olva, dkk, Bandung: Yayasan Alumni Pendidikan
Keperawatan
M, Atun. 2010. Memahani, Mencegah, dan Merawat Penderita Penyakit Gula.
Bantul: Kreasi Wacana
RA, Nabyl. 2009. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus.
Yogjakarta: Aulia Publishing
Soegondo, Sidartawan, dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tjahjadi, Vicynthia. 2002. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Diabetes.
Semarang: Pustaka Widyamara
Waspadji, Sarwono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jilid III. Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakkit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Djokomoeljanto. 2007. Diabetes Melitus ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit
Dalam.Semarang : CV Agung Semarang

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan

: Perawatan Kaki Diabetes

Hari/Tanggal

: Kamis, 03 Desember 2015

Waktu Pertemuan

: 45 menit

Tempat

: Ruang Rawat Interne Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang

Sasaran

: Pasien, Keluarga dan Pengunjung

Metode

: Ceramah dan Tanya jawab

Presentator

: Windi Aprilia

A. TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang
perawatan kaki diabetes.
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah pemberian penyuluhan ini diharapkan peserta akan mampu :
a. Menjelaskan pengertian kaki diabetik
b. Menjelaskan gejala kaki diabetik
c. Menjelaskan masalah umum yang terjadi pada kaki diabetik
d. Menjelaskan perawatan kaki sebelum luka (pencegahan primer)
e. Menjelasakan perawatan kaki setelah tejadi luka (pencegahan sekunder)

B. SUB POKOK BAHASAN


1. Pengertian kaki diabetik
2. Gejala kaki diabetik
3. Masalah umum yang terjadi pada kaki diabetik
4. Perawatan kaki diabetik sebelum terjadi luka ( pencegahan primer)
5. Perawatan kaki diabetik setelah terjadi luka (pencegahan sekunder)

C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. MEDIA/ALAT BANTU
1. Leaflet
2. Infokus, proyektor
E. STRUKTUR ORGANISASI
1. Moderator
: Imelda Indriani
Tugas
: Membuka dan menutup acara, menetapkan tata tertib
acara penyuluhan, menjaga kelancaran acara, memimpin
diskusi
2. Presentator
: Windi Aprilia
Tugas
: Menyajikan materi penyuluhan, bersama fasilitator
menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan.
3. Notulen/observer
: Mardiatul Muharami
Tugas
: Mencatat dan mengobservasi jalannya proses kegiatan.
4. Fasilitator
: 1. Afrilita Putri Yuza
2. Desi Ratna Sari
3. Fatimah Purnama Sari
4. Ranti Wulandari
5. Rizki Widmah Putra
6. Surya Yuliana
Tugas
: Bersama moderator menjalin kerja sama dalam
menyajikan materi penyuluhan, memotivasi peserta
kegiatan dalam bertanya
5. Dokumentasi
Tugas

F. SETTING TEMPAT

: Nova Zuliana
: Mendokumentasikan kegiatan penyuluhan

Keterangan :
Meja
Moderator
Observer
Notulen
Infokus
Presentator
Fasilitator
Peserta

:
:
:
:
:
:
:
:

G. KEGIATAN
NO.
1.

WAKTU
5 menit

KEGIATAN PENYULUHAN
PEMBUKAAN

2.

25 menit

Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan topik, waktu dan

PESERTA

tujuan penyuluhan
Kegiatan inti

memperhatikan

Menggali

mengenai perawatan kaki diabetik


menjelaskan pengertian sehat jiwa
Menjelaskan pengertian kaki

diabetik
Menjelaskan gejala kaki diabetik
Menjelaskan masalah umum pada

kaki diabetik
Memberikan kesempatan peserta

pegetahuan

Menjawab
Mendengar
Mendengarkan dan

peserta

Memperhatikan

Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan

Memperhatikan

untuk bertanya
Memberikan kesempatan peserta

Mengajukan pertanyaan

lain untuk menjawab


Memberikan reinforcement
Menjelaskan perawatan kaki

Mengemukakan

sebelum terjadi luka (pencegahan

pendapat
Mendengarkan
Memperhatikan

primer)
Menjelaskan perawatan kaki

3.

15 menit

setelah terjadi luka (pencegahan

Memperhatikan

sekunder)
Memberikan kesempatan peserta

Memperhatikan

untuk bertanya
Memberikan kesempatan peserta

Mengajukan pertanyaan

lain untuk menjawab


Memberikan reinforcement

Mengemukakan

pendapat
Mendengarkan

Bersama-sama

PENUTUP

Bersama peserta menyimpulkan


atau merangkum kembali apa yang

telah disampaikan
Mengevaluasi pengetahuan peserta

menyimpulkan

Menjawab pertanyaan

Menerima leaflet
Memperhatikan dan

mendengarkan
menjawab salam

tentang materi yang telah

disampaikan
Penyerahan/ pembagian leaflet
Melakukan terminasi

Memberi salam untuk menutup


pertemuan

H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur :
a. Peserta hadir di tempat pelaksanaan pada waktu yang telah ditentukan
b. Persiapan dilaksanakan satu hari sebelum acara
2. Evaluasi Proses
:
a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
a. Media yang digunakan adalah leaflet, infokus dan proyektor
b. Waktu penyuluhan adalah 45 menit
c. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan penyuluhan
d. Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan penyuluhan
berlangsung
f. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
3. Evaluasi Hasil :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan :
a.
70% peserta mampu menjelaskan pengertian kaki diabetik
b.
70% peserta mampu menjelaskan gejala kaki diabetik
c.
70% peserta mampu menjelaskan masalah umum yang terjadi pada kaki diabetik
d.
70% peserta mampu menjelaskan perawatan kaki diabetik sebelum terjadi luka
(pencegahan primer)

e.

70% peserta mampu menjelaskan perawatan kaki diabetik setelah terjadi luka
(pencegahan sekunder)

Anda mungkin juga menyukai