Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Chromolaena odorata

Gulma siam (Chromolaena odorata L.) sinonim dari Eupatorium


odoratum L. Oleh para perkebunan disebut krinyuh atau gulma putihan, dan
sistematika dari gulma ini sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Phylum

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Asterales

Famili

: Asteraceae

Genus

: Chromolaena

Spesies

: Chromolaena odorata L. (Kartesz, 1970).

Gulma ini mempunyai ciri khas daun berbentuk segi tiga mempunyai tiga
tulang daun yang nyata terlihat dan bila diremas terasa bau yang sangat
menyengat, percabangan berhadapan, perbungaan majemuk yang dari jauh terlihat
berwarna putih kotor. Gulma ini merupakan gulma yang tangguh karena
batangnya yang keras berkayu dan perakarnnya kuat dan dalam. Selain itu dari
gulma siam menghasilkan biji yang bnyak dan mudah tersebar dengan bantuan
angin karena adnya rambut palpus. Berkembang biak secara biji dan stek batang
(Prawiradiputra, 2006).
Gulma siam memiliki batang yang tegak, berkayu, ditumbuhi rambutrambut halus, bercorak garis-garis membujur yang paralel, tingginya mencapai
100-200 cm, bercabang-cabang dan susunan daun berhadapan (Yakup,2002).

Universitas Sumatera Utara

Pangkal agak membulat dan ujung tumpul, tepinya bergerigi, mempunyai


tulang daun tiga sampai lima, permukaannya berbulu pendek dan kaku, ukuran
panjang daun 7,5 -10 cm, lebarnya 2,5 -5 cm dan panjang tangkai daun 1 - 2 cm
(Tjitrosoedirdjo, et al.,1984).
Tumbuhan ini mempunyai bunga majemuk berbentuk malai rata
(Corymbus) yaitu kepala bunga kira-kira berada pada satu bidang, lebarnya 6 15

cm,

terbentuk

di

ujung

tunas

atau

dari

ketiak

daun

teratas

(Zachariades, et al., 2009).

Gambar 1. Gulma Chromolaena odorata L.


Sumber: http://images.search.yahoo.com
Diakses tanggal 29 Desember 2009

Gulma siam dapat tumbuh pada ketinggian 100-2800 m dpl, tetapi di


Indonesia bnyak ditemukan di dataran rendah

(0500 m dpl) seperti

diperkebunan-perkebunan karet dan kelapa sawit (FAO, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Botani Mikania micrantha

Mikania micrantha atau sering disebut dengan sembung rambat,


merupakan gulma tahunan yang penting pada areal perkebunan karet, dan
sistematika dari gulma ini sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Phylum

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Asterales

Famili

: Asteraceae

Genus

: Mikania

Species

: Mikania micrantha Kunth. (Nasution, 1986).

Gulma mempunyai ciri tumbuh merambat, sering membentuk jalinan


sheet, daun berbentuk hati, perbungaan longgar berwarna putih, tumbuh dari
ketiak daun dan ujung batang. Mudah berkembang biak baik melalui biji maupun
stek. Kemampuan tumbuh potongan batang sebagai stek melebihi 95%. Panjang
batang mencapai 3-6 m (PIER,2005).

Gambar 2 : Mikania micrantha Kunth.


Sumber: http://images.search.yahoo.com
Diakses tanggal 29 Desember 2009

Universitas Sumatera Utara

Helai daun berbentuk hati atau bulat telur segi tiga, pangkalnya bersegi
tumpul, permukaannya tak berambut, ukuran panjang daun 3 8 cm, lebarnya
1,5 6 cm, dan panjang tangkai daun 1 6 cm berambut halus. (Nasution,1986).
Menurut PIER (2009) gulma ini dapat tumbuh pada ketinggian 0 700 m
dpl,tumbuh pada tanah lembab atau agak kering di areal terbuka.

Chrysanthenum indicum

Krisan merupakan bunga hias yang berbentuk perdu.

Gambar 3 : Chrysanthenum indicum


Sumber: http://images.search.yahoo.com
Diakses tanggal 26 Januari 2010

Bunga ini disebut juga bunga emas berasal dari dataran cina. Krisan
masuk ke Indonesia tahun 1800 dan mulai dikomersilkan tahun 1940.
Berkembang biak pada ketinggian 700 1200 m dpl, suhu optimal 20 260C,
harus memiliki kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosintesa berlangsung
(Amirullah, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Biologi Serangga Actinote anteas

A. anteas (Lepidoptera: Nymphalidae) mempunyai telur berwarna kuning


pucat berbentuk bulat. Telur yang diletakkan mencapai 410 butir. Panjang telur
0,62 0,70 mm dan lebar 0,48 0,50 mm (Kluge, 1990).
Stadia telur berlangsung selama 10 15 hari. Telur diletakkan secara
berkelompok pada daun bagian bawah didekat pucuk tanaman oleh kupu-kupu
pada pagi hari (Kluge, 1990).

Gambar 4. Telur Actinote anteas


Sumber : http://www.ehs.cdu.edu.au/Images
Diakses tanggal 26 Januari 2010

Larva terdiri dari enam instar larva yang keluar dari telur langsung
memakan daun-daun gulma M.micrantha sampai menunjukkan gejala yang sangat
berat.
Pada fase larva A. anteas hidup berkelompok, ketika suhu mencapai 29300C imago dapat terbangdengan cepat dan berada di bawah pohon. Fase dewasa
tak dapat berlangsung apabila intensitas cahaya dan temperatur tidak mencukupi.
Proses reproduksi terjadi pada pagi hari dan akan meningkat ketika temperatur
mencapai 30 0C (de Chenon, et al.,2000b).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Paramater dan Lama Instar Larva Actinote anteas


Instar

1
2
3
4
5
6

Panjang (mm)

Durasi (hari)

2,73
4,37
6,32
14,87
19,76
27,73

11,27
21,09
9,36
8,59
10,06
9,00

Sumber : http://www.ehs.cdu.edu.au
Diakses tanggal 26 Januari 2010
Pada M. micrantha instar muda tidak memakan tangkai daun akan tetapi
memakan kedua bagian daun sampai kelapisan epidermis. Larva berwarna hijau
kecoklatan dan memiliki rambut halus pda tubuhnya, panjangnya 22,34 23,63
mm, stadia larva jantan sekitar 52 73 hari sedangkam larva betina sekitar 52
87 hari (de Chenon, et al.,2000a).

Gambar 5. Larva Instar 2 Actinote anteas

Pada fase larva tidak dapat dibedakan antara jantan dan betina tetapi pada
fase imago jelas terdapat perbedaan. Warna imoago jantan agak sedikit lebih

Universitas Sumatera Utara

pucat pada sisi bawah sayap dibandingkan pada imago betina yang terang (de
Chenon, et al.,2000b).
Pupa memiliki panjang tubuh 19,56 20,52 mm. masa untuk menjadi
pupa antara 11 11,5 hari. (Kluge, 1990).

Gambar 6. Pupa Actinote anteas


Sumber : http://www.ehs.cdu.edu.au/Images
Diakses tanggal 26 Januari 2010

Larva yang tergantung dan terjatuh dari tangkai M.micrantha menandakan


A.anteas akan segera menjadi pupa secara perlahan-lahan A.anteas akan menjadi
keras dan berubah warna yang sebelumnya berwarna cokelat terang menjadi putih
(de Chenon, et al.,2000a).

Mekanisme Serangan Serangga Actinote anteas

Umumnya menyerang pada fase larva, ketika kondisi kelembaban tinggi


larva memakan dedaunan dan ketika kelembaban turun larva berpindah kebagian
bawah daun untuk memakannya. Akibatnya larva memakan kedua bagian daun
sampai kelapisan epidermis. Pada fase kepompong yang masih muda memotong
setengah dari tangkai daun, hingga menyebabkan penyakit yang ditandai dengan

Universitas Sumatera Utara

warna daun agak kehitaman dan terlihat kering. Daun ini juga tempat telur
berkoloni (Sipayung, et al.,1991).
Setelah memakan daun yang masih muda larva dapat berpindah kelompok
menjadi lebih lama, daun lebih besar disebabkan penyakit bekas gigitan larva
tersebut. Hidup berkelompok 34 koloni dan merusak epidermis dengan memakan
daun, setelah temperatur meningkat larva berhenti memakan daun

bawah

(McFadyen, 2004).

A. Pada Mikania micrantha

B. Pada Chromolaena odorata


Gambar 7. Tanaman yang terserang Actinote anteas

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai