1.
ANALISIS
dan
praktisi
manajemen
sumber
daya
manusia
setelah
1.3.2
Rekrutmen
Hasil analisis jabatan akan sangat membantu petugas rekrutmen dalam
melaksanakan seleksi dengan tepat dan benar, sehingga hanya orang
yang tepat yang akan diperoleh. Keluhan dan protes atau tuduhan
bahwa proses seleksi penuh dengan
1.3.5
Penggajian/Imbalan
Telah disinggung pada bagian awal bahwa sebagian terbesar
perusahaan di Indonesia justru hanya melakukan analisis jabatan pada
saat akan menata ulang sistem penggajian mereka. Analisis jabatan
memang diperlukan karena hasilnya akan digunakan dalam proses
penilaian jabatan ( Job Evaluation) untuk mengukur bobot dan nilai
jabatan.
1.3.6
Program-program lain
Masih ada progra-program lain dalam bidang manajemen SDM yang
dapat memanfaatkan hasil analisis jabatan, antara lain: program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan penentuan kempatan kerja
untuk panyandang cacat.
1.4
telah
disebutkan
kelompok
bidang
yang
biasanya
1.4.2.
pekerjaan/jabatan
dalam
struktur
organisasi
yang
sekarang berlaku
b) Tugas-tugas yang esensial
c) Sumber daya yang dipercayakan/alokasikan pemegang jabatan ini
d) Alus input-output
e) Jenis, dimensi, dan lingkup keputusan
f)
g) Hubungan-hubungan
(interaksi)
yang
harus dilakukan
oleh
1.4.4.
Job Questionnaire
Interview
Observasi di lapangan
1.4.5.
pimpinan organisasi.
2. Pertemuan-pertemuan denga semua staf pada setiap unit kerja
dipimpin oleh kepala unut kerja yang bersangkutan.
3. Komunikasi tertulis untuk seluruh karyawan oleh pimpinan puncak,
atau
yang
memberi
wewenang,
agar
semua
karyawan
mengetahui.
2.
PERINGKAT JABATAN
Bagaimana cara Melakukan Evaluasi Jabatan?
Banyak cara danmetode yang dapat digunakan untuk melaksanakan Evaluasi
Jabatan. Ada sejumlah cara yang bersifat informal dan lebih kualitatif yang
disebut juga sebagai cara yang non-analitis karena tidak memerlukan analisis
jabatan dan pengkukuran dalam prosesnya. Ada pula sekelompok cara yang
terdiri dari cara-cara yang lebih formal, analitis dan kuantitatif yang biasanya
digunakan oleh perusahaan besar terutama perusahaan internasional karena
biasanya cukup tinggi.
2.1
Metode Analitis
Penerapan kelompok metode yang disebut metode analitis atau
semi ilmiah dimulai dengan kegiatan memilih dan menetapkan faktor yang
ada pada jabatan / pekerjaan atau terikat erat dengan yang akan dijadikan tolak
ukur.
paling
populer
adalah
Rating/Factors
assesment yang masih cukup sederhana dan metode sejenis yang lebih
canggih seperti Hay, CRG, dan Bipers yang dikembangkan dan menjadi copy
right lembaga konsultan yang mengembangkannya. Sebenarnya metodemetode yang dianggap canggih dandimiliki oleh beberapa perusahaan
konsultan tersebut adalah pengembangan dari metode Points-Factors Rating.
Cara-menggunakan metode Points-Factors Rating
Untuk melaksanakan evaluasi jabatan dengan menggunakan metode Points-Factors
Rating langkah berikut tindakan di bawah ini harus diikuti.
1.
2.
Faktor yang dipilih harus dipahami danditerima oleh semua karyawan (dan
juga Serikat pekerja, bila ada)
Faktor-faktor
yang
dipilih
harus
nyata-nyata
berlaku
ada
pada
Faktor-faktor yang hanya berlaku atau terdapat pada dua atau beberapa
pekerjaan juga tidak dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan lain
karena tidak ada pembandingnya.
Faktor-faktor yang dipilih tidak boleh mempunyai kemiripan satu sama lain
yang pada dasarnya akang mengukur aspek yang sama.
pabrik/operasional,
kelompok
kantor/administatif,
krlompok
Langkah IV - Membuat Level atau Gradasi dari Setiap faktor, Definisi, dan
Points (Skor) untuk Setiap Level
Contoh berikut adalah gradasi, definisi dan skor
Metode Non-Analitis
Kelompok cara yang kedua terdiri dari cara-cara yang cukup
Jabatan
1.
Direktur Utama
2.
3.
Kepaka Biro
4.
Kepala Bagian
5.
Kepala Seksi
6.
Kepala Regu/Urusan
7.
Pelaksana
metode
ini
pertama-tama
harus
dibuat
dulu
kriteria
untuk
setiap
2.
Faktor yang dipilih harus dipahami danditerima oleh semua karyawan (dan
juga Serikat pekerja, bila ada)
Faktor-faktor
yang
dipilih
harus
nyata-nyata
berlaku
ada
pada
Faktor-faktor yang hanya berlaku atau terdapat pada dua atau beberapa
pekerjaan juga tidak dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan lain
karena tidak ada pembandingnya.
Faktor-faktor yang dipilih tidak boleh mempunyai kemiripan satu sama lain
yang pada dasarnya akang mengukur aspek yang sama.
pabrik/operasional,
kelompok
kantor/administatif,
krlompok
Langkah IV - Membuat Level atau Gradasi dari Setiap faktor, Definisi, dan
Points (Skor) untuk Setiap Level
Contoh berikut adalah gradasi, definisi dan skor
2.
3.
Pendidikan D3 Teknik atau Politeknik atau Sekolah Magang 2-3 Tahun yang
hanya menerima lulusan SMTA. Mampu membaca dan memahami Cetak Biru
alur proses dan manual yang cukup sulit.
(sekor 30)
4.
5.
Point Terendah
25
25
30
30
20
35
35
10
Pertemuuan ke-4
SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH
a.
Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan
untuk pekerja/buruh baik diperusahaan maupun diluar perusahaan, yang
bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokrais, dan bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan kerja/buruh
serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan kelaurganya
2.
3.
4.
5.
6.
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
7.
Pengusaha adalah:
a.
b.
c.
a.2
Pasal 2
1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh menerima Pancasila sebagai dasar negara dan Undang-undang dasar
1945 sebagai konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh mempunyai asas yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.
Pasal 3
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh
mempunyai sipat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Pasal 4
Serikat pekerja/serikat buruh mempunyai tujuan :
1. Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan,
serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan
keluarganya.
2. Untuk mencapai tujuan sebgaimana dimaksud dalam ayat (1) Serikat
pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh
mempunyai fungsi :
a. Sebagai
pihak
dalam
pembuatan
perjanjian
kerja
bersama
B.
b.1
Pembentukan
Pasal 5
1) Setiap pekerja buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat
pekerja/serikat buruh.
2) serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 10 orang
pekerja/buruh.
Pasal 6
1) Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota federasi
serikat pekerja/serikat buruh
2) Federasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 5
(lima) orang serikat pekerja/serikat buruh.
Pasal 7
1) Federasi
serikat
pekerja/serikat
buruh
berhak
membentuk
anggota
Pasal 10
serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh dapat dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan dan atau bentuk
lain sesuai dengan kehendak pekerja/buruh.
Pasal 11
1) Setiap serikat pekerja/serikat buruh federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga.
2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya
harus memuat:
a. nama dan lambang
b. dasar negara, asas, dan tujuan
c. tanggal pendirian
d. tempat kedudukan
e. keanggotaan dan kepengurusan
f.
Keanggotaan
Pasal 12
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh harus terbuka untuk menerima anggota tanpa membedakan aliran politik,
agama, suku bangsa, dan jenis kelamin.
Pasal 13
Keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh diatur dalam anggaran dan anggaran rumah tangganya.
Pasal 14
1) seorang pekerja/buruh tidak boleh menjadi anggota lebih darisatu v serikat
pekerja/serikat buruh di satu perusahaan
2) Dalam hal seorang pekerja/buruh dalam satu perusahaan ternyata tercatat
pada lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang bersangkutan harus
dan
membela
anggota
dari
pelanggaran
hak-hak
dan
memperjuangkan kepentingannya;
b. Memperjuangkan peningatan kesejahteraan anggota dan keluarganya;
c. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai
dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
Perlindungan Hak Berorganisasi
Pasal 28
Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk
membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus,
menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak
menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh dengan cara:
a) melakukan pemutusan, menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;
b) tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh;
c) melakukan intimidasi dalam bentuk apapun;
d) melakukan kampanye anti pembentukan anggota serikat pekerja/serikat
buruh;
Pasal 29
1) Pengusaha harus memberi kesempatan kepada pengurus dan/atau anggota
anggota serikat pekerja/serikat buruh untuk menjalankan kegiatan anggota
serikat pekerja/serikat buruh dalam jam kerja yang disepakati oleh kedua
belah pihak dan/atau yang diatur dalam perjanjian kerja bersama.
2) Dalam kesepakatan kedua belah pihak dan/atau perjanjian kerja bersama
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) haru diatur mengenai:
a. jenis kegiatan yang diberikan kesempatan;
b. tata cara pemberian ksempatan;
c. pemberian kesempatan yang mendapat upah danyang tidak mendapat
upah;
d.
Pasal 37
Pembubaran
untuk selama-lamanya
pekerja/serikat
buruh,
federasi
dan
konfederasi
serikat
Penyelesaian Perselisihan
Pasal 35
Setiap
perselisihan
antar
serikat
pekerja/serikat
buruh,
federasi
dan