Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun oleh:
Ramano Untoro Putro
1410221033
Dosen Penguji:
dr. Altin Walujati, SpKJ
STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Tempat & Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Suku Bangsa
Pendidikan
Terakhir
Status Perkawinan
Alamat
Tanggal Masuk
No. RM
: Tn. DS
: 44 tahun
: Purwakarta, 03 April 1971
: Laki-laki
: Islam
: TNI AD - Kopka
: Sunda
: SMA
: Menikah
: Jl. Jiwantaka 1, Gang Cendana RT 005/001
: 18 Februari 2016
: 344056
RIWAYAT PSIKIATRI
a. Keluhan Utama
Pasien sering marah-marah sejak 2 minggu SMRS.
b. Riwayat Gangguan Sekarang
Alloanamnesis bersama istri pasien tanggal 4 Maret 2016:
Pasien datang ke pavilion Amino RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 18
Februari 2016 dibawa oleh rekan kerja atas pengaduan dari istrinya karena pasien
dirumah marah-marah, membanting barang dan memukul istri serta anaknya.
Menurut keterangan istrinya, sejak tanggal 5 Februari 2016 pasien sudah
menunjukkan gejala seperti sering marah-marah dan mengatakan bahwa banyak
laki-laki yang menyukai istrinya dan pasien sering cemburu terutama saat istrinya
melayani pembeli di warung.
Pada tanggal 10 Februari 2016, pasien membeli batu cincin serta keris,
kemudian keris tersebut dipatahkan dan ditusukkan ke kasur sehingga membuat
keluarga pasien ketakutan. Satu minggu SMRS, setiap hari pasien marah-marah
pada istri dan anaknya tanpa sebab yang jelas.
Pasien sering dirawat di bangsal jiwa sejak tahun 1993, terakhir pasien
dirawat yaitu pada bulan November 2015. Selama rawat jalan pasien sering
kontrol namun pasien tidak minum obat secara teratur. Menurut keterangan
istrinya, pasien tidak minum obat dengan teratur yaitu hanya minum satu kali
sehari sebelum tidur karena setelah minum obat pasien merasa mengantuk
Pasien juga bercerita bahwa saat ini pasien merasa tidak nyaman karena
memikirkan pekerjaannya, yang tidak naik pangkat dan pasien tidak ingin pensiun
karena takut tidak dapat membiayai kehidupan keluarga dan pendidikan anaknya.
Pasien ingin anaknya sukses walaupun dia hanya seorang tentara yang berpangkat
Kopka. Pasien mengaku tidak pernah mencari pekerjaan ditempat lain karena
pasien bingung mau bekerja apa dan dimana.
c. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien pertama kali dirawat karena gangguan psikiatri pada tahun
1993 saat pasien pulang bertugas dari Timor Timur. Pada saat ikut bertugas
dalam perang di Tumor Timur pasien tidak sengaja menembak temannya
hingga meninggal, kemudian pasien merasa bersalah dan bertanggung jawab
atas kematian temannya. Keluarga pasien mendapat kabar bahwa pasien
dirawat di bangsal jiwa karena pasien marah-marah pada dirinya dan orang
lain. Pasien kemudian menjadi pendiam, sering menangis dan selalu
menyalahkan dirinya sendiri, namun tiba-tiba marah dan tertawa sendiri tanpa
sebab yang jelas. Setelah kejadian itu pasien juga diketahui sering berbicara
sendiri namun saat ditanya sedang berbicara dengan siapa oleh keluarga
pasien, pasien tidak memberitahu. Pasien juga selalu merasa bahwa temanteman ditempat kerjanya sedang membicarakan dan menyalahkan pasien
sehingga pasien sering marah-marah, namun setelah dikonfirmasi oleh
keluarganya ternyata teman ditempat kerjanya tidak pernah menyalahkan
pasien atas kejadian tersebut.
Sejak tahun 1993-2016, pasien sering kontrol dan setiap tahun
sedikitnya 3 kali dirawat karena pasien tidak rutin minum obat dan selalu
datang dengan keadaan marah-marah.
2. Riwayat Gangguan Medik
Riwayat trauma kepala (-), riwayat kejang/ epilepsi (-), tumor otak (-), riwayat
nyeri kepala (-).
3. Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Riwayat penggunaan rokok (+), alkohol maupun obat-obatan terlarang
disangkal oleh pasien dan keluarganya.
4. Riwayat Pengobatan
4
e. Riwayat Keluarga
1. Riwayat penyakit keluarga
Menurut adik pasien, di keluarga tidak ada yang memiliki gangguan
yang serupa.
2. Genogram
Pasien memiliki kakak tiri laki-laki dari pernikahan ibu sebelumnya.
Ibu pasien menikah lagi dengan ayah pasien dan mempunyai 2 orang adik
laki-laki namun keduanya meninggal. Pada saat pasien berusia 5 tahun, ayah
pasien meninggal kemudian ibu pasien menikah lagi untuk yang ketiga
kalinya dan memiliki 3 orang anak perempuan.
Keterangan:
: laki-laki
: Cerai
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
f. Riwayat Kehidupan Sekarang
Saat ini pasien tinggal di Jl. Jiwantaka 1, Gg. Cendana RT 005/001 Serang
bersama dengan istri dan anaknya. Karena pasien sering marah-marah pada
tetangga, akhirnya istri pasien sering mengurung pasien dirumah dan
diperbolehkan keluar hanya ketika berangkat bekerja sehingga pasien jarang
bersosialisasi dengan warga disekitar tempat tinggal.
g. Persepsi
1. Persepsi pasien tentang diri dan lingkungan
d. Gangguan Persepsi
Gangguan Persepsi
Halusinasi Visual
Halusinasi Auditorik
Halusinasi Olfaktorik
Halusinasi Gustatorik
Halusinasi Taktil
Ilusi
Ada / tidak
Tidak Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
e. Pikiran
1. Arus pikir : inkoheren
2. Isi pikir :
a) Ditemukan waham cemburu : Pasien yakin bahwa banyak laki-laki yang
menyukai dan ingin mendekati istrinya.
b) Ditemukan wahaw bizzare : Pasien yakin bahwa batu cincin yang ia pakai
mempunyai kekuatan untuk menarik perhatian wanita.
c) Banyak ide
f. Sensorium dan Kognisi
1. Kesiagaan dan taraf kesadaran
Kesiagaan baik dan kesadaran compos mentis
2. Orientasi
i. Waktu
: Baik. Pasien dapat membedakan waktu baik pagi, siang
maupun malam. Pasien juga dapat mengetahui tanggal,
ii.
iii.
3. Ingatan
i. Jangka panjang : Baik. Pasien dapat mengingat tanggal lahir.
ii. Jangka sedang : Baik, pasien dapat mengingat aktivitas yang dilakukan
dalam seminggu terakhir dan mampu mengingat siapa
nama dokter pernah memeriksa pasien.
iii.
Jangka pendek
iv.
Jangka segera
Abdomen
Ekstremitas
Kulit
b. Status Neurologis
GCS : 15
Tanda Rangsangan Meningeal
: Negatif
: Tidak ditemukan
Motorik
: 5/5/5/5
Sensorik
Pasien mengatakan merasa gelisah dan merasa stres sehingga pasien marahmarah pada orang disekitarnya. Pasien juga kesal pada istrinya yang tidak menuruti
perkataannya untuk tidak berbicara dengan laki-laki lain karena pasien yakin bahwa
laki-laki yang belanja diwarungnya hanya ingin mendekati istrinya dan pasien juga
marasa istrinya tidak melayani secara batin. Kemudian tiba-tiba pasien bercerita pada
tahun 1993 pasien dikirim ke Timor Timur untuk perang. Disana pasien menembak
banyak orang kemudian pasien tidak sengaja menembak temannya hingga tewas dan
membuat pasien merasa bersalah sampai sekarang. Pasien juga bercerita mengenai
batu cincin yang dipakainya memiliki kekuatan, seperti untuk membuat mental
lawannya dan memikat wanita. Lalu pasien mengaku ada suara yang terdengar di
telinga pasien yang memerintahkan pasien untuk mengumpulkan kekuatan
supranatural karena pasien juga diincar oleh orang lain, suara tersebut juga bilang
bahwa pasien bodoh dan miskin, kadang-kadang suara tersebut juga menyalahkan
pasien atas kematian temannya. Karena pasien merasa terganggu dan tidak bisa tidur
nyenyak sehingga akhirnya pasien marah-marah. Kemudian pasien bercerita bahwa ia
memikirkan pekerjaannya yang tidak naik pangkat dan tidak mau pensiun karena
takut tidak bisa membiayai istri dan anaknya yang masih sekolah.
Pada pemeriksaan status mental tanggal 4 Maret 2016 tampak pasien
berpakaian rapi menggunakan baju berwarna abu-abu bergaris dan memakai celana
tentara, penampilan sesuai dengan usia, perawatan diri kurang. Perilaku dan aktivitas
psikomotorik pasien baik, terlihat pasien dapat bergaul dengan pasien bangsal
lainnya. Selama wawancara pasien duduk dengan tenang di kursi, kontak mata pasien
dengan pemeriksa baik. Sikap pasien dengan pemeriksa kooperatif dalam menjawab
pertanyaan, dan jawaban sesuai dengan pertanyaan namun jawaban sering tidak
rasional dan melompat-lompat. Pembicaraan spontan dalam menjawab, volume
sedang, artikulasi jelas. Mood disforik, afek tidak sesuai. Pada gangguan persepsi
ditemukan halusinasi auditorik. Proses pikir inkoheren dengan isi pikir waham
bizzare, waham cemburu, dan banyak ide. RTA terganggu dengan tilikan derajat dua.
Pada pemeriksaan fisik status interna dan neurologis dalam batas normal dan
tidak ditemukan kelainan.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
12
Aksis II
Belum ada diagnosis untuk aksis II. Pada pasien terdapat ketergantungan
terhadap pamanya, setiap keputusan selalu dikonfirmasi ke pamanya dan keengganan
untuk meminta sesuatu. Gambaran kepribadian dependen.
Aksis III
Belum ada diagnosis untuk aksis III karena tidak ditemukan kelainan organik
yang berhubungan dengan kondisi medis umum pasien.
Aksis IV
13
IX. DIAGNOSIS
14
Diagnosis Kerja
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanationam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
DISKUSI
15
A. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) : (memenuhi 2 dari 4
kualitasnya berbeda .
Thought insertion = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya
(insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesatu dari luar dirinya
(withdrawal) .
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum
berbicara) .
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. Pada pasien
dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia
lain) . pada pasien ini didapatkan adanya waham bizzare yang menetap.
17
B. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
C. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). gejala yang
dialami pasien berlangsung kurang lebih 21 tahun, episode terakhir berawal dari
bulan februari sampai sekarang.
D. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial. Saat rutin dalam pengobatan pasien dapat berfungsi dengan lebih baik dalam
hal sosial maupun pekerjaan, namun saat kambuh pasien tidak dapat melakukan
fungsi sosial maupun pekerjaannya.
Pasien sesuai dengan kriteria diagnostik skizofrenia (F20).
18
a.
19
20
Pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresif (F30-F33).
Kriteria diagnostik skizoafektif tipe manik (F25.0) menurut PPDGJ-III :
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
manik.
Gangguan
meningkat
skizoafektif
secara
begitu menonjol
tipe
menonjol
dikombinasi
manik
atau
dengan
didiagnosis
ada
apabila
peningkatan
iritabilitas
atau
gejala
afek
yang
tidak
kegelisahan
yang
afek
memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik dua
gejala skizofrenia yang khas
Pada pasien ini tidak dapat dibuat diagnosis skizoafektif tipe manik karena
21
tempat ia bergantung;
Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang
Skizofrenia
Paranoid,
maka
pasien
diberikan
obat
yaitu
Seroquel
dan
waktu eliminasinya enam jam. Pemberian dosis besar lebih baik diberikan pada
malam hari, terutama pada awal pengobatan, karena dapat memperbaiki toleransi
terhadap sedasi.
Trihexyphenydil
adalah
obat
yang
digunakan
untuk
mengatasi
gejala
parkinsonisme, pada pasien ini diberikan karena obat antipsikotik dosis tinggi
memiliki efek samping berupa gejala Parkinson, sehingga gejala Parkinson ini
dicegah dengan pemberian Trihexyphenydil. Target efek samping dari pengobatan ini
seperti akathisia, dystonia, dan parkinsonism. Triheksifenidil adalah antikolinergik
yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan
untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan
asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan
merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik. Trihexyphenidyl
tersedia dalam sediaan tablet 2 mg. Indikasi pemberian obat ini adalah gangguan
ekstrapiramidal yang disebabkan oleh obat-obatan SSP dan Parkinson. Kontraindikas
pemberian obat ini adalah hipersensitifas terhadap triheksifenidil atau komponen lain
dalam sediaan, glaukoma sudut tertutup, obstrusksi duodenal atau pyloric, peptik
ulcer, obstruksi saluran urin, achalasia; myastenia gravis. Adapun dosis pemberiannya
adalah :
menjadi 2 mg, 2-3 x sehari selama 3-5 hari atau sampai tercapai dosis terapi;
Pasca ensefalitis: 12-15 mg/hari
Parkinson karena obat (gangguan ekstrapiramidal): Dosis harian total 5-15mg/hr,
mencapai dosis pemeliharaan, yaitu dosis terkecil yang masih mampu mencegah
kambuhnya gejala.
Perlu diperhatikan bahwa selain psikofarmaka, juga dibutuhkan psikoterapi
berupa penjelasan yang komunikatif, edukatif, dan informatif tentang penyakit pasien
kepada pasien dan keluarga, sehingga meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga
tentang perjalanan penyakit, pengenalan gejala, pengobatan (tujuan pengobatan,
manfaat dan efek samping). Peran keluarga diharapkan dapat mendukung usaha
pengobatan pasien, terutama dalam hal kepatuhan minum obat dan keluarga lebih
supportif mengenai masalah kehidupan pribadi pasien (membantu mengatasi atau
memberi nasehat), sehingga pasien sebagai individu dapat berfungsi secara optimal.
Psikoterapi adalah suatu cara pengobata terhadap emosional seorang pasien
yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan professional secara
sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah atau menghambat
gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan
pertumbuhan kebribadian secara positif. Pada pasien ini terdapat kesulitan
menyesuaikan diri sehingga menyulitkan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.
Sesuai
dengan
tujuan
psikoterapi
yaitu
menguatkan
daya
tahan
mental,
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III dan DSM V), Cetakan
kedua. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
Maslim, Rusdi. (2007). Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi
ketiga. : Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya
Sadock BJ, Sadock VA. (2013). Kaplan & Saddock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.
Jakarta: EGC,
Agus, Dharmady. Psikopatologi. (2003). Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Perilaku Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
26