SM Fitrinew
SM Fitrinew
Disusun Oleh:
Felicia Sthepani
11/31
Fitria Nuraini
11/316044/KG/08917
Pembimbing:
drg. Rinaldi Budi Utomo M.S., Sp KGA(K)
I. PENDAHULUAN
Gigi desidui merupakan gigi yang digunakan untuk proses mekanik makanan
sebagai fungsi digesti dan asimilasi. Keberadaan gigi desidui berpengaruh terhadap
perkembangan rahang, erupsi gigi geligi permanen, kesehatan individu, serta
perkembangan fisik dan mental anak-anak (Finn, 2003 ; Kharbanda 1994).
Gigi desidui merupakan hal terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak, tidak hanya berfungsi utnuk berbicara, mengunyah, penampilan, dan pencegahan
kebiasaan buruk, tetapi juga dalam membimbing erupsi gigi permanen. Erupsinya gigi
permanen menggantikan gigi desidui merupakan proses fisiologis normal yang terjadi
pada setiap anak, saat hal ini terganggu maka faktor-faktor seperti premature loss, karies
proksimal, dll, dapat menyebabkan migrasi gigi ke arah mesial yang mengakibatkan
hilangnya panjang lengkung gigi yang normal sehingga terjadi maloklusi pada gigi
permanen dalam bentuk crowding, impaksi gigi permanen, dll. (Setia dkk, 2013).
Selain itu pencabutan gigi yang tidak direncanakan pada periode geligi sulung
dan geligi bercampur dapat menimbulkan kerugian yaitu kehilangan ruang yang dapat
menimbulkan maloklusi, menurunnya fungsi pengunyahan (terutama gigi posterior),
gangguan perkembangan bicara (terutama gigi anterior), dan dapat menimbulkan trauma
akibat pemberian anastesi dan tindakan bedah (Whitwort dan Nunn, 1997 sit. Budiyanti,
2006). Sehingga cara menghindari masalah tersebut adalah menjaga kesehatan gigi
desidui sampai waktu erupsi gigi permanen yang seharusnya(Setia dkk, 2013).
Apabila ekstraksi gigi desidui atau premature loss tidak dapat dihindari karena
karies yang sangat luas, maka pilihan yang dapat digunakan untuk mempertahankan
ruang gigi desidui yang hilang tersebut dengan menggunakan space maintainer. Space
maintainer digunakan untuk mempertahankan ruang sampai gigi permanen pengganti
erupsi (Setia dkk, 2013).
Space maintainer terdiri dari 2 jenis yaitu removable space maintainer dan fixed
space maintainer. Keuntungan dalam kegunaan alat lepasan adalah biaya yang
terjangkau, tetapi memiliki kerugian dalam hal resiko kehilangan atau kerusakan pada
alat selain itu membutuhkan kerjasama pasien yang cukup tinggi dalam pemakaian alat
tersebut karena jika alat tersebut jarang dipakai maka tidak akan berpengaruh dalam
menjaga lengkung gigi geligi. Sementara penggunaan fixed space maintainer pada
klinik tidak digunakan karena biaya yang cuku mahal (Faheemudin dkk., 2012).
Namun, apabila terjadi kekurangan ruang atau terjadi mesial drifting pada celah yang
1
mengalami premature loss maka digunakan alat space regainer untuk mendapatkan
ruang kembali (Andlaw dan Rock, 1992).
Space Regainer
Alat space
regainer digunakan
untuk
mendapatkan
ruang
pada
keadaan
kekurangan ruang atau terjadinya mesial drifting pada celah yang mengalami premature
loss (Andlaw dan Rock, 1992). Menurut Snawder (1980), penyebab kehilangan/
penyempitan ruang adalah sebagai berikut :
1. Premature loss dari gigi desidui
2. Mesial drifting tendency
3. Distal adjustment dari gigi anterior mandibula
4. Ankylosis dan congenital missing teeth
Indikasi pemakaian alat space regainer adalah pada premature loss gigi molar desidui
yang mengakibatkan terjadinya kekurangan ruang erupsi gigi permanen. Kontraindikasi
pemakaian alat space regainer, antara lain :
1. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui cukup atau
lebih bagi ruang erupsi gigi pengganti
2. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan ortodontik
3. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan
Keterangan:
X
UGD M
= 136926
Tempat/Tgl lahir
= SD Terbansari 1
= Bapak Ari
Alamat
B. Pemeriksaan Subjektif
Motivasi:
Orangtua pasien meminta agar gigi anaknya dirawat.
Keluhan utama (CC):
Gigi susu belakang kanan dan kiri bawah sudah tanggal sebelum waktunya
(premature loss) namun gigi pengganti belum tumbuh.
Kedaaan sakit sekarang (PI):
Tidak merasakan sakit pada gigi tersebut.
Riwayat gigi (PDH):
Pada awalnya gigi berlubang kecil dan semakin lama semakin besar dan akhirnya
gigi tersebut lepas sendiri.
Riwayat kesehatan umum (PMH):
Belum pernah menderita sakit yang mempengaruhi tumbuh kembang.
Riwayat kesehatan keluarga (FH):
a. Gigi
b. Umum = - Ayah
- Ibu
: tidak
d. Kumur-kumur
: tidak
e. Air minum
: sumur
C. Pemeriksaan Objektif
Kedaaan umum
Penampilan
: sehat
: kooperatif dan komunikatif
Berat badan
: 26 kg
Tinggi badan
: 123 cm
Bibir
Pipi
Kelenjar limfe
: tidak teraba
Lain-lain
: -
Lidah
Gusi
Langit-langit
Dasar mulut
Jaringan Keras
Oklusi
Klas I Angle
Keterangan :
: Gigi goyah
V : Gigi tinggal akar
O : Karies
: Tumpatan
Kebersihan Mulut
OHIS = DIS + CIS
= 6
6
=
6
1
6
1
6
+
0 0
0
0
6
1
6
0
IV.
RENCANA PERAWATAN
Metode Moyers
Pengukuran dan perhitungan jumlah mesiodistal 32 31 41 42
Lebar mesio distal gigi 32 adalah 5,8mm
Lebar mesio distal gigi 31 adalah 5,3 mm
Lebar mesio distal gigi 41 adalah 5,4 mm
Lebar mesio distal gigi 42 adalah 5,9mm
Jumlah mesiodistal gigi 32 31 41 42 adalah 22,4 mm
Perhitungan jumlah ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi 345 RB
Tabel Moyers 75 % untuk jumlah mesiodistal 22 mm adalah 21,6mm
Tabel Moyers 75 % untuk jumlah mesiodistal 22,5 mm adalah 21,9 mm
mesiodistal gigi 32, 31, 41, 42
0,4
22
22,4
22,5
0,5
Tabel Moyers 75%
9
x
21,6
21,9
0,3
Penghitungan :
0,4 = x
0,5
0,3
x = 0,24
Kebutuhan ruang erupsi menurut Tabel Moyers (y) adalah 22,4 mm + 0,24 mm =
22,64 mm
2.
Determinasi Lengkung
Keterangan:
Lengkung awal: merah
Lengkung ideal: biru
Analisis ruang untuk erupsi gigi 345 RB dilakukan dengan membandingkan hasil
perhitungan dengan metode Moyers dan determinasi lengkung.
-
10
Kesimpulan:
1. Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 33, 34, 35 sebesar
-2,54mm space reigener
2. Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 43, 44, 45 sebesar
-1,64mm space reigener
C. Gambar dan Desain Alat
Keterangan:
1. Labial arch ( 0,7 mm)
2. Adam Klamer ( 0,7 mm)
3. Plat akrilik
4. Anasir gigi
11
D. Prosedur Perawatan
1.
Rencana Perawatan
a.
b.
c.
Kontrol
2.
Jalannya Perawatan
a.
b.
c.
Kontrol
Kontrol dilakukan pada hari ke-2, ke-12, dan ke-30.
-
Hari ke-2
Pada kontrol hari ke-2, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan
objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang
dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah
apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah pasien kesulitan saat
memakai dan melepas alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat
memakai alat, apakah alat dapat digunakan pasien saat makan. Pemeriksaan
objektif meliputi pemeriksaan jaringan lunak (adakah gingiva/mukosa yang
12
Hari ke-12
Pada kontrol hari ke-12, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan
objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang
dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah
apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah pasien kesulitan saat
memakai dan melepas alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat
memakai alat, apakah alat dapat digunakan pasien saat makan. Pemeriksaan
objektif meliputi pemeriksaan jaringan lunak (adakah gingiva/mukosa yang
terkena trauma/iritasi akibat pemakaian alat), retensi dan stabilisasi alat,
oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian alat (diperiksa dengan
articulating paper).
Hari ke-30
Pada kontrol hari ke-30, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan
objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang
dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah
apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah pasien kesulitan saat
memakai dan melepas alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat
memakai alat, apakah alat dapat digunakan pasien saat makan. Pemeriksaan
objektif meliputi pemeriksaan jaringan lunak (adakah gingiva/mukosa yang
terkena trauma/iritasi akibat pemakaian alat), retensi dan stabilisasi alat,
oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian alat (diperiksa dengan
articulating paper).
13
V.PROGNOSIS
Prognosis pada kasus ini adalah baik karena:
1. Pasien kooperatif;
2. Kebersihan dan kesehatan rongga mulut baik;
3. Orang tua pasien ikut mendukung dan memotivasi anak sehingga diperkirakan
perawatan akan berjalan lancar dan berhasil.
14
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R.J dan Rock, W.P., 1992, Perawatan Gigi Anak (terj), edisi 2, Widya Medika,
Jakarta.
Budiyanti, E.A., 2006, Perawatan Endodontik pada Anak, EGC, Jakarta.
Faheemuddin, M., Yazdanie, N., dan Nawaz, MS., A Simple and Quick Technique of
Fabricating A Space Maintainer for Avulsed Primary Maxillary Incisors,
Pakistan Oral and Dental Journal, 32(2):348-350.
Finn, S.B., 2003, Clinical Pedodontic, 4th ed, W.B. Saunders Co., Philadelphia.
Finn, S.B., 1973, Clinical Pedodontic, W.B. Saunders Co., Philadelphia.
Kemp, J. dan Walters, C., 2003, Gigi si Kecil, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kharbanda, O.P., 1994, A Study Of The Etiological Factors Associated With The
Development of malocclusion, J.Dent. Child.
Mc.Donald, R.E dan Avery, D.R., 1994 Dentistry for The Child and Adolescent, Sixth
edition, Mosby, St.Louis.
Setia, V., Pandit, IK., Srivastava,N., Gugnani, N., dan Sekhon, HK., 2013, Space
Maintainers in Dentistry: Past to Present, Journal of Clinical and Diagnosis
Research, & (10): 2402-2405.
Snawder, K.D., 1980, Handbook of Clinical Pedodontics, The C.V. Mosby Company,
St.Louis.
15