TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3
Klasifikasi
Penyakit jantung koroner dapat terdiri dari:
1. Angina pektoris stabil (APS)
Sindroma klinik yang ditandai dengan rasa tidak enak di dada, rahang, bahu,
punggung ataupun lengan, yang biasanya oleh kerja fisik atau stres emosional
dan keluhan ini dapat berkurang bila istirahat atau dengan obat nitrogliserin.1,5
2.
Faktor Risiko
Secara garis besar faktor risiko penyakit jantung koroner dapat dibagi menjadi
faktor risiko yang dapat diubah (modifiable) dan faktor risiko yang tidak dapat
diubah (nonmodifiable).3,4,6
Faktor risiko yang dapat diubah meliputi :
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya PJK. Perubahan
hipertensi khusunya pada jantung disebabkan karena:3,6
1. Meningkatkan tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung
sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri. Keadaan ini tergantung dari
2.
b. Hiperkolesterolemia
Kenaikan kadar kolestrol berbanding lurus dengan peningkatan terjadinya
serangan PJK. Peningkatan LDL (Low Density Lipoprotein) dan penurunan
HDL (High Density Lipoprotein) merupakan faktor resiko yang penting pada
PJK. Ketika terjadi kadar LDL yang tinggi, LDL dapat terakumulasi pada
subendotel dan mengalami modifikasi yang pada akhirnya akan menyebabkan
kerusakan tunika intima dan menginisiasi terbentuknya plak aterosklerosis.6
c. Merokok
Zat-zat toksik dalam rokok yang masuk ke peredaran darah akan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Racun nikotin dari rokok akan menyebabkan
darah menjadi kental sehingga mendorong percepatan pembekuan darah.
Platelet
dan
fibrinogen
meningkat
sehingga
sewaktu-waktu
dapat
2.1.6 Diagnosis
1. Anamnesis
Diagnosis seringkali berdasarkan keluhan nyeri dada yang mempunyai ciri khas
sebagai berikut : 9
- Letak
Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum atau di bawah sternum
(substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri,
dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga
dapat timbul di tempat lain seperti di daerah epigastrium, leher, rahang, gigi, bahu.
9
- Kualitas
Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti di peras
atau terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada
karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-lebih jika pendidikan
pasien kurang. 9
- Hubungan dengan aktivitas
Nyeri dada pada angina pektoris biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas,
misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan mendaki atau
naik tangga. Pada kasus yang berat aktivitas ringan seperti mandi atau menggosok
gigi, makan terlalu kenyang, emosi, sudah dapat menimbulkan nyeri dada. Nyeri
dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan
angina dapat timbul pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam. 9
- Lamanya serangan
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang perasaan
tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila nyeri dada berlangsung
lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark miokard akut dan
bukan angina pektoris biasa. Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti
sesak napas, perasaan lelah, kadang-kadang nyeri dada disertai keringat dingin. 9
2. Pemeriksaan fisik
Pasien tampak cemas, tidak dapat istirahat (gelisah), sering kali ekstremitas pucat
disertai keringat dingin. Sekitar seperempat pasien infark anterior memiliki
manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis ( takikardia dan/atau hipotensi), dan
hampir setengah pasien infark inferior menunjukkan hiperaktivitas saraf
4. Foto Dada
Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang normal; pada pasien
hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak adanya
kalsifikasi arkus aorta. 9
5. Laboratorium
- CKMB : meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
-
8 jam.
Ceratinin Kinase (CK) : meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.
Lactic dehydrogenase (LDH) : meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark
miokard, mencapai puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.10,12
6.
7.
-
2.1.7
Diagnosis Banding
Penyakit
Penyakit
Penyebab
Arteriosklerosis
EKG
ST elevasi
Klinis
Nyeri
dada
seperti
jantung
diremas,menjalar
koroner
tangan
GERD
sampai punggung
Rasa
terbakar
Perikarditis
Kelemahan
Normal
ke
kiri,rahang,
di
dada,nyeri
esopagus
Idiopatik, tersering
ST
kesulitan menelan.
Nyeri dada terutama
Tirah
virus
semua lead
saat
Simpomatik
Echovirus
elevasi
Coxsackievirus
gurp B
Tatalaksana
dada,
PPI,H2 Reseptor
Sphincter
dan
2.1.8
Pengobatan
MONACO
menarik
nafas/batuk,demam(+)
bloker,Antasida
Baring,
Pasien-pasien yang tiba di UGD, harus segera dievaluasi karena kita berpacu
dengan waktu dan bila makin cepat tindakan reperfusi dilakukan hasilnya akan lebih
baik. Tujuannya adalah mencegah terjadinya infark miokard ataupun membatasi
luasnya infark dan mempertahankan fungsi jantung. Manajemen yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Dalam 10 menit pertama harus selesai dilaksanakan adalah:
1) Pemeriksaan klinis dan penilaian rekaman EKG 12 sadapan,
2) Periksa enzim jantung CK/CKMB atau CKMB/cTnT,
3) Berikan segera: 02, infus NaCl 0,9% atau dekstrosa 5%,
4) Pasang monitoring EKG secara kontiniu,
5) Pemberian obat:
-
Mengatasi nyeri: morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 5
menit sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena atau
tramadol 25-50 mg intravena.
Prinsip Management:
STEMI
: MONACO + Reperfusi
NSTEMI
: MONACO + Heparin
Terapi trombolitik bila waktu mulai nyeri dada sampai terapi < 12 jam, usia <
75 tahun dan tidak ada kontraindikasi.
o
Angioplasti
koroner
(PTCA)
primer
bila
fasilitas
alat
dan
tenaga
EKG normal dan enzim jantung normal, pasien berobat jalan untuk evaluasi
stress test atau rawat inap di ruangan (bukan di ICCU), dan
EKG ada perubahan bermakna atau enzim jantung meningkat, pasien di rawat di
ICCU.
(kreatinin < 2,5 mg/dl pada laki-laki atau < 2 mg/ dl pada wanita). 11
Terapi fibrinolitik.
Dianjurkan pada:
a. Presentasi 3jam.
b. Tindakan invasif tidak mungkin dilakukan atau akan terlambat.
c. Tidak ada kontraindikasi fibrinolitik. 11
a.
b.
Kontraindikasi fibrinolitik:
Kontraindikasi absolut:
Riwayat perdarahan intracranial apapun.
Lesi structural cerebrovaskular.
Tumor intracranial (primer ataupun metastasis).
Stroke iskemik dalam 3 bulan atau dalam 3 jam terakhir.
Dicurigai adanya suatu diseksi aorta.
Adanya trauma/ pembedahan/ truma kepala dalam 3 bulan terakhir.
Adanya perdarahan aktif (termasuk menstruasi). 11
Kontraindikasi relatif:
Riwayat hipertensi kronik dan berat yang tidak terkontrol.
Riwayat stroke iskemik > 3 bulan, demensia, atau kelainan intracranial
selain yang disebutkan pada kontraindikasi absolute.
Resusitasi jantung paru traumatic atau lama > 10 menit atau operasi besar
< 3 minggu.
Perdarahan internal dalam2-4 minggu terakhir.
Terapi antikoagulan oral.
Kehamilan.
Non compressible punctures.
Ulkus peptikum aktif.
Khusus untuk streptokinase/ anistreplase: riwayat pemaparan sebelumnya
(>5hari) atau riwayat alergi terhadap zat-zat tersebut. 11
Terapi awal
Antitrombin terapi
Kontraindikasi
spesifik
Streptokinase(SK)
atau
tanpa Riwayat
SK
atau
48 jam
tidak
melebihi
100mg
Pada pasien-pasien dengan kegagalan reperfusi atau terjadi reoklusi dimana rescue
PCI tidak dapat dilakukan segera, reperfusi secara medikamentosa harus
dipertimbangkan dengan fibrinolitik ulang atau tirofiban. Pemilihan stent pada PCI
primer atau rescue PCI adalah Bare metal stent (BMS). 11
b. Pencegahan sekunder1
2.1.11 Prognosis
Prognosis dapat diperkirakan dengan menggunakan TIMI score (Thrombolysis in
Myocardial Infarction )untuk STEMI yaitu 15
Usia 65 74/ 75
Tekanan darah sitolik < 100
HR > 100
Killip II - IV
Anterior ST elevasi atau LBBB
Diabetes, riwayat hipertensi atau
riwayat angina
Berat badan < 67 kg
Waktu pengobatan > 4 jam
2/3 poin
3 poin
2 poin
2 poin
1 poin
1 poin
1 poin
1 poin