Anda di halaman 1dari 13

alah Herpes Zoster IK K3LN FKUB 2012

MAKALAH
INTEGUMEN (Herpes Zoster)
DK1

KELOMPOK 5
PSIK K3LN 2011
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2012
Nama anggota
Bernandha Hargi DP 115070207131003
Dwi Setyo Purnomo 115070201131003
Bella Anggelina C
115070201131010
Sandra Novita Y
115070200131010
Adinda Mawada R
115070201131007
Kartika Puspa Ayu P 115070200131013
Keysha Monita
115070207131012
Dwi Agnes Prawesti 115070200131003
Defri Andrian Dwi A 115070207131019

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah DK1 ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Integumen (Herpes Zoster)
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Herpes Zoster atau yang lebih
khususnya membahas tentang penyebab, faktor resiko, patofisiologis sampai pencegahan
Herpes Zoster. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua

tentang penyakit Herpes Zoster tersebut.


Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amiin.

Malang, 7 Juni 2012

Penyusun

Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................. 1
Daftar Isi ........................................................................................................ 2
Bab I PENDAHULUAN .................................................................................. 3
A. Latar Belakang ................................................................................... 3
B. Batasan Topik .................................................................................... 4
Bab II PEMBAHASAN ................................................................................... 4
Bab III KESIMPULAN .................................................................................... 14
Daftar Pustaka .............................................................................................. 15

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh virus
yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster.1,2 Herpes zoster ditandai dengan
adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom
yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus
kranialis.3,4
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka
kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia.
Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di
atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.
Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela, virus
varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf
sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion
sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak
bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius.
Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang
terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang
berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk
pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen.
Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang terbanyak
adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten setelah krusta terlepas.
Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada
usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion yang terkena secara langsung atau lewat
aliran darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena
defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi.
Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu: mengatasi
inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut ynag ditimbulkan oleh virus herpes zoster dan
mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.
B. Batasan Topik
Kasus
Ny. A (35th) datang ke Poliklinik kulit mengeluh badannya terasa meriang setelah seminggu
yang lalu punya hajatan menikahkan anaknya. Ny A mengeluh 3 hari yang lalu muncul bula
di punggung sebelah kiri dengan diameter 3-5 mm berisi cairan bening bergerombol dari
punggung atas sampai bawah. Ny A mengeluh bulanya terasa nyeri dan panas. Dokter
memberikan obat acyclovir salep dan asam mefenamat 3x 500mg. Kemudian dokter

menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan seologi. Ny A memiliki riwayat infeksi virus


varicella (cacar air / chicken pox) waktu kecil.
Students Learning Objectives (SLO)
1. Mengetahui definisi herpes zoster
2. Mengetahui penyebab herpes zoster
3. Mengetahui faktor resiko herpes zoster
4. Mengetahui patofisiologi herpes zoster
5. Mengetahui manifestasi klinis herpes zoster
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari herpes zoster
7. Mengetahui pengobatan herpes zoster
8. Mengetahui askep herpes zoster (diagnosa keperawatan s/d planning)
9. Mengetahui cara mencegah penularan herpes zoster
PEMBAHASAN
1. Definisi Herpes Zoster
Herpes zoster kadang disebut cacar ular, disebabkan varicella zoster atau cacar air. Biasanya
menyerang orang tua dan penderita penyakit imuno supresif.
Menurut Dr. Erdina HD Pusponegoro, SpKK(K) Herpes zoster merupakan suatu penyakit
yang menyebabkan rasa nyeri. Penyakit ini diawali dengan rasa nyeri pada kulit (pre-herpetic
neuralgia), kemudian akan timbul ruam berupa lepuh di atas dasar eritematosa yang nyeri.
Nyeri dan ruam timbul di salah satu sisi tubuh atau wajah. Penderita secara umum merasa
tidak enak badan.
Menurut Arif Mansjoer, 2007. Herpes zoster (dampa,cacar ular) adalah penyakit yang
disebabkan infeksi virusvarisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa.Infeksi ini
merupakan reaktivasi virusyang terjadi setelah infeksi primer. Kadang-kadang infeksi primer
berlangsung subklinis. Frekuensi penyakit pada pria dan wanita sama, lebih sering mengenai
usia dewasa.
2. Penyebab Herpes Zoster
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti
DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae.
Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat
hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam
subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang
menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa
biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada
saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa
mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta
mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan
virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.
Menurut Arif Mansjoer, 2007. virus yang menyebabkan adalah varicella (virus DNA). Saat
penyakit ini aktif, akan sangat menular. Masa inkubasinya 14-21 hari. Setelah infeksi varisela
primer, virus akan akan bertahan pada ganglia radiks dorsalis. Infeksi virus varicella zoster
yang menyerang kulit dan mukosa. Pada individu dengan riwayat infeksi virus varicella
zoster primer (cacar air).
3. Faktor Resiko Herpes Zoster
Munculnya herpes zoster tidak berkaitan dengan musim dan tidak berlangsung secara
epidemi. Tapi, ada keterkaitan erat dengan peningkatan usia. Angka kejadian herpes zoster
berkisar antara 1,2 - 3,4 per 1000 orang sehat/tahun, meningkat menjadi 3,9 - 11,8 per 1000

orang berusia di atas 65 tahun per tahun. Hubungan dengan usia ini terjadi di berbagai negara
di dunia, diduga karena penurunan kekebalan seluler. Faktor risiko lain adalah stress
psikologis dan gangguan imunitas (immunocompromise),misalnya pada penderita HIV.
Orang berkulit hitam memiliki risiko herpes zoster lebih rendah dibanding kaukasia (kulit
putih). Faktor risiko lain adalah trauma mekanik dan paparan terhadap imunotoksin. Seorang
ibu hamil yang menderita infeksi HSV-2 bisa menularkan infeksi kepada janinnya, terutama
jika infeksi terjadi pada usia 6-9 bulan kehamilan.
Menurut Short, MP, 2005 faktor resiko dari herpes zoster adalah agen-agen atau kondisi yang
dapat menurunkan pertahanan tubuh seperti pada:
- Perawatan khemoterapi, perawatan dengan obat-obatan
sitostatik/imunsupresif/kortikosteroid.
- Adanya suatu keganasan
- Usia lanjut
- Radiasi dan trauma lokal
Faktor resiko lain adalah:
1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya
melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan
leukemia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan terapi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang
Faktor pencetus kambuhnya herpes zoster:
Trauma/ luka
Obat-obatan
Kelelahan
Sinar ultraviolet
Demam
Haid
Alkohol
Stress
Gangguan pencernaan
4.

Patofisiologi Herpes Zoster

5. Manifestasi Klinis
Herpes zoster umumnya di awali gejala sistemik ringan seperti demam, anoreksia dan rasa
lelah. Kemudian di ikuti masa prodromal, berupa fenomena sensorik di daerah dermatom
kulit tertentu selama 1-10 hari (48jam) berupa nyeri, atau kadang prestesi, tergantung pada
lokasinya, nyeri ini dapat mencetuskan sakit kepala, kemerahan di mata, sesak, neuritis, di
daerah brachialis, nyeri dada, nyeri perut, nyeri skiatik, yang dapat mengecoh diagnosis awal.
Nyeri prodromal ini dipercaya terjadi akibat proses penyebaran virus sepanjang pernafasan.
Nyeri dan ruam dapat muncul secara bersamaan, pada 10% penderita herpes zoster
(Dumasari, 2008)
6. Pemeriksaan diagnostic (Palanco, 2005)
Tzanck Smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster
dan herpes simplex.
Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody: digunakan untuk membedakan diagnostic
herpes virus.
Immunoflourorescent: mengidentifikasi varicella di sel kulit.
Pemeriksaan histopatologik
Pemeriksaan mikroskop electron
Kultur virus
Identifikasi antigen/ asam nukleat VVZ
Deteksi antibody terhadap infeksi anti virus
7. Pengobatan Herpes Zoster
Tujuan dari pengobatan adalah menekan inflamasi, nyeri dan infeksi. Pengobatan zosterakut
mempercepat penyembuhan, mengkontrol sakit, dan mengurangi resiko komplikasi.
Obatyang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Obat
yang lebihbaru ialah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai waktu paruh eliminasi
yang lebih lamasehingga cukup diberikan 3x250 mg sehari. Obatobat tersebut diberikan
dalam 3 haripertama sejak lesi muncul. Untuk zoster yang menyebar luas yang timbul pada
orang orangyang mengalami imunosupresi, asiklovir intravena mungkin dapat
menyelamatkan jiwa. Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5 x 800 mg sehari dan biasanya
diberikan 7 hari, paling lambat dimulai 72 jam setelah lesi muncul berupa rejimen yang
dianjurkan.
Indikasi pemberian asiklovir pada herpes zoster:
1. Pasien berumur 60 tahun dengan lesi muncul dalam 72 jam.
2. Pasien berumur 60 tahun dengan lesi luas, akut dan dalam 72 jam.
3. Pasien dengan lesi oftalmikus, segala umur, lesi aktif menyerang leher, alat gerak,
danperineum (lumbalsakral).
Valasiklovir cukup 3 x 1000 mg sehari karena konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi
baru masih tetap timbul obatobat tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2
hari sejak lesi baru tidak timbul lagi. Valasiklovir terbukti lebih efektif dibandingkanasiklovir
sedangkan famsiklovir sama dengan asiklovir.
Pengobatan lain yang juga dipakai antara lain kortikosteroid jangka pendek dan
diberikanpada masa akut, pemberian steroid ini harus dengan pertimbangan ketat. Indikasi
pemberiankortikosteroid ialah sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus sedinidininya untuk
mencegahterjadinya paralisis. Diberikan prednison dengan dosis 3 x 20 mg sehari, setelah

seminggu dosisditurunkan bertahap. Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akan
tertekan sehingga lebihbaik digabung dengan obat anti viral. Dikatakan kegunaanya
mencegah fibrosis ganglion.
Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah
pecahnya
vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalo
terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
Anestesi lokal misalnya krim lidokain 5% memberikan perbaikan dibandingkan kontrol.
Antiinflamasi nir steroid juga dikatakan menolong, namun hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Untuk neuralgia pasca herpes, pemberian awal terapi anti virus telah diberikan untuk
mengurangi insidens.
Menurut FDA, obat pertama yang dapat diterima untuk nyeri neuropatik pada
neuropatiperifer diabetik dan neuralgia paska herpetic ialah pregabalin. Obat tersebut lebih
baik daripadaobat gaba yang analog yaitu gabapentin, karena efek sampingnya lebih sedikit,
lebih poten (2 4kali), kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya lebih sederhana. Dosis
awal 2 x 75 mgsehari, setelah 3 7 hari bila responnya kurang dapat dinaikkan menjadi 2 x
150 mg sehari. Dosis maksimum 600 g sehari. Efek sampingnya berupa dizziness, dan
somnolen yang akanmenghilang sendiri, jadi obat tidak perlu dihentikan.
Terapi topikal seperti krim EMLA, lidokain patches, dan krim capsaicin dapat
digunakanuntuk neuralgia paska herpes. Solutio Burrow dapat digunakan untuk kompres
basah. Kompres diletakkan selama 20 menit beberapa kali sehari, untuk maserasi dari vesikel,
membersihkan serum dan krusta, dan menekan pertumbuhan bakteri. Solutio Povidoneiodinesangat membantu membersihkan krusta dan serum yang muncul pada erupsi berat dari
orangtua. Acyclovir topikal ointment diberikan 4 kali sehari selama 10 hari untuk
pasienimunokompromised yang memerlukan waktu penyembuhan jangka pendek.
Pada kasus berat dapat diberikan Gabapentin oral (300 600 mg per oral TID selama 7hari).
Tidak lebih dari 150 mg/d. Penderita AIDS dengan CD4+ <100 sel/mm dantransplantasi
resipien, khususnya sumsung tulang mungkin mengalami infeksi VVZ denganresistan
acyclovir. Perlu diawali pengobatan dengan foscarnet 40 mg/kg IV setiap 8 jam selama 7 10
hari pada pasien dengan suspek infeksi VVZ dengan resisten acyclovir. Pengobatanfoscarnet
diperlukan setidaknya sampai 10 hari atau sampai lesi sembuh.
Anti depresi antisiklik ( misalnya nortriptilin dan aminotriptilin): amitriptilin 30 100mg per
oral QHS. Pengobatan dengan amiptriptilin dan obat sejenisnya, blok saraf, dan /
opioidnantinya setelah perkembangan nyeri akut dapat mencegah sensitisasi SSP yang
menyebabkannyeri persisten. Efek sampingnya ialah gangguan jantung, sedasi, dan hipotensi.
Dosisnortriptilin 50150 mg/hari.
Regimen terapi untuk Varisela-zoster

8. Asuhan Keperawatan Herpes Zoster


Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Ny A

Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Status pernikahan : menikah
Tgl masuk
: 6 Juni 2012
Tgl pengkajian : 6 Juni 2012
B. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama : bula terasa nyeri dan panas
2. &nbrp; Lama keluhan : meriang 7 hari yang lalu, muncul bula 3 hari yang lalu
3. Kualitas keluhan : nyeri terasa panas
4. Faktor pencetus : hajatan menikahkan anaknya, kelelahan (aktivitas berlebih)
5. Faktor pemberat : riwayat infeksi varisella
6. Upaya yang telah dilakukan : tidak terkaji
C. Riwayat kesehatan saat ini
Mengeluh badannya terasa meriang setelah seminggu yang lalu punya hajatan menikahkan
anaknya. 3 hari yang lalu muncul bula di punggung sebelah kiri diameter 3-5 mm berisi
cairan bening bergerombol dari punggung atas sampai bawah.
D. Riwayat kesehatan terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami
a. Kecelakaan (jenis dan waktu) : tidak terkaji
b. Operasi
: tidak terkaji
c. Penyakit kronis
: infeksi varisella
d. Penyakit akut
: tidak terkaji
2. Imunisasi
E. Pemeriksaan fisik : TTV
1. Punggung dan tulang belakang
Muncul bula diameter 3-5 mm, cairan bening bergerombol dari punggung atas sampai bawah.
2. Kulit dan kuku
- Kulit : warna: kemerahan ; muncul bula ; turgor baik kembali <3 detik ; bula berbentuk
bulat menonjol.
- Kuku : tidak terkaji
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan serologi
G. Terapi
Acyclovir salep dan asam mefenamat 3x 500mg
H. Kesimpulan
Ny A (35th) menderita penyakit herpes zoster
DIAGNOSIS, PLANNING, IMPLEMENTASI
1. Analisis data : Domain 11
Data (S) Etiology (E) Problem (P)
DS: mengeluh 3 hari yang lalu muncul bula di punggung sebelah kiri
DO: diameter bula 3-5 mm, berisi cairan bening bergerombol di punggung atas - bawah
Varicella zoster
Varicella primer
Bula (edema, merah)
Integritas kulit tidak utuh
Resiko infeksi

Diagnosis: Resiko infeksi berhubungan dengan integritas kulit tidak utuh ditandai oleh
muncul bula di punggung sebelah kiri, berisi cairan bening, dan bergerombol.
Tujuan: Mengembalikan keutuhan integritas kulit selama seminggu sampai normal
Outcome criteria:
No Infection Saverity 1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
Rash
Uncrusted vesicles
Fever
Pain
Information: score: 1: Severe 2: Substantial 3: Moderate 4: Mild 5: None
NIC: Infection Protection
1. Monitor for systemic and localized signs and symptoms of infection
2. Provide appropirate skin care to edematous areas
3. Inspect skin and mucous membranes for redness, extreme warmth, or drainage
4. Instruct patient to take antibiotics as prescribed
5. Teach patient and family about signs and symptoms of infection and when to report them
to the health care provider.
2. Analisis Data : Domain 11
Data (S) Etiology (E) Problem (P)
DS: Mengeluh meriang setelah seminggu yang lalu punya hajatan.
DO: - Varicella
Penurunan daya tahan tubuh
Meriang (penurunan imunologis)
Bula Kerusakan integritas kulit
Diagnosis: kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologis ditandai
dengan meriang setelah seminggu yang lalu punya hajatan.
Tujuan: meningkatkan imunologis tubuh dan untuk memperbaiki integritas kulitdalam 3x24
jam sampai kembali normal.
Outcome criteria:
No Immune Status 1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
Body Temperature
Skin Integrity
Antibody titers
Chronic fatigue
Information: score: 1: Severe 2: Substantial 3: Moderate 4: Mild 5: None
NIC: Skin care ( topical treatment )
1. Initiate consultation services of the enterostomal therapy nurse, as needed
2. Apply topical antibiotic to the affected area, as appropirate

3.
4.

Inspect skin daily for those at risk of breakdown


Document degree of skin breakdown

3. Analisis Data : Domain 12


Data (S)&nbrp; Etiology (E) Problem (P)
DS: Mengeluh bula terasa panas
DO: - Varicella
Bula
Merah, timbul vesikel meradang
edema
disertai rasa panas Gangguan rasa nyaman
Diagnosis: Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan melaporkan rasa panas ditandai
dengan mengeluh bulanya terasa panas.
Tujuan: Mengurangi rasa panas dalam waktu 5x24 jam sampai kembali normal.
Outcome criteria:
No Comfort Status : Physical 1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5. Symptom control
Physical well-being
Comfortable position
Comfortable clothing
Personal grooming and hygine
Information :
Score: 1. Severety compromised 2. Substantial compromised 3. Moderetely
compromised 4. Mildly compromised 5. Not compromised
NIC: Skin Care (Graft Site)
1. Provide adequate pain control e.g. medication
2. Monitor color, warmth, capillary refill, and turgor of graft, if not dressed
3. Monitor for signs infection
4. Support patient to appropirately ventilate anger, hostility and frustation
5. Provide emotional support, understanding
4. Analisis Data : Domain 12
Data (S) Etiology (E) Problem (P)
DS: Mengeluh terasa nyeri
DO: - Varicella
Bula
meradang
edema

nyeri Nyeri akut


Diagnosis: Nyeri akut berhubungan dengan melaporkan nyeri secara verbal ditandai dengan
bula terasa nyeri
Tujuan: Mengurangi rasa nyeri dalam 5x24 jam sampai kembali normal
Outcome criteria:
No Pain Level 1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
Reported pain
Facial expressions of pain
Restlessness
Irritability
Information: score: 1: Severe 2: Substantial 3: Moderate 4: Mild 5: None
NIC: Pain Management
1. Perform a comprehensive assessment of pain to include location, characteristics,
onset/duration, frequency, quality, intensity or severity of pain and precipitating factors
2. Observe for non verbal cues of discomfort, especially in those unable to communicate
effectively
3. Assure patient attentive analgesic care (collaborate with doctor)
4. Evaluate past experiences with pain to include individual or family history of chronic
pain or resulting disability, as appropriate
5. Reduce or eliminate factors that precipitate or increase the pain experience (e.g. fear,
fatigue, etc)
6. Encourage patient to use adequate pain medication
7. Distraksi and relaksasi
9.

Cara mencegah penularan herpes


Pencegahan herpes zoster dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan
menjaga daya tahan dan kesehatan tubuh dan menjauhkan diri dari stres. Pencegahan dapat
pula ditempuh dengan pemberian vaksin VZV.
Menurut (Ramona, 2010) pada anak imunokompeten yang pernah menderita varisela tidak
diperlukan tindakan pencegahan, tetapi tindakan pencegahan ditujukan pada kelompok yang
beresiko tinggi untuk menderita varisela seperti neonatus, pubertas ataupun orang dewasa,
dengan tujuan mencegah ataupun mengurangi gejala varisela. Tindakan yang dapat diberikan
yaitu
1. Imunisasi pasif
- Menggunakan VZIG (Varicella Zozter Imunoglobulin).
- Pemberiannya kurang dari 3 hari setelah terpajan VZV. Pada anak imunokompeten
terbukti mencegah varicella sedangkan pada anak-anak imunokompromais pemberian VZIG
dapat meringankan gejala varisela.
- Dosis: 125 U/ 10 kg BB
Dosis minimum: 125 U dan dosis max: 625 U
- Pemberian secara IM bukan IV
- Memiliki sifat perlindungan sementara
1. Imunisasi aktif
Vaksinasinya menggunakan vaksin varisela virus (oka strain). Dan kekebalan yang didapat
dapat bertahan hingga 10 tahun.
2. Pemberian vaksin herpes zoster

3. Pola hidup sehat (berolahraga, makan makanan sehat dan bergizi cukup)
4. Tidak melakukan kontak langsung dengan penderita herpes zoster

KESIMPULAN
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer.
Berdasarkan lokasi lesi, herpes zoster dibagi atas: herpes zoster oftalmikus, fasialis,
brakialis, torakalis, lumbalis, dan sakralis. Manifestasi klinis herpes zoster dapat berupa
kelompok-kelompok vesikel sampai bula di atas daerah yang eritematosa. Lesi yang khas
bersifat unilateral pada dermatom yang sesuai dengan letak syaraf yang terinfeksi virus.
Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana,
yaitu tes Tzanck dengan menemukan sel datia berinti banyak.
Pada umumnya penyakit herpes zoster dapat sembuh sendiri (self limiting disease), tetapi
pada beberapa kasus dapat timbul komplikasi. Semakin lanjut usia, semakin tinggi frekuensi
timbulnya komplikasi.

Daftar Pustaka
Novak, Patricia. 2007. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Price, Sylvia., Wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Volume 2. Jakarta: EGC
Erdina Pusponegoro. 2009. www.kalbe.co.id/files/cdk/files/29_171Herpes
zoster.pdf/29_171herpeszoster.pdf. Herpes zoster (singles, cacar Ular). Diakses tanggal 6 Juni
2012. Pukul 17.44 WIB
Lubis, Ramona Dumasari. 2008. Varicella dan Herpes Zoster. Available at
http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf. Diakses tanggal
6 juni 2012. Pukul 18.45 WIB

Polanco Idris. 2005. www.sld.cu/galerias/pdf/sitios/vigilancia/rtv0105.pdf. Diakses tanggal 6


Juni 2012. Pukul 22.02 WIB
Sugito, TL. 2003. Infeksi Virus Varicella Zoster Pada Bayi dan Anak. Jakarta: PDF
Herdman, Heather. 2009. Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta: EGC
Dochterman, Joanne. 2008. Nursing Interventions Classification. USA: Mosby
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification. USA: Mosby

Anda mungkin juga menyukai