OLEH :
1.
2.
3.
4.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat,
rahmat, dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kegawatdaruratan ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Kegawat Daruratan dengan pokok bahasan
mengenai Fraktur Dentoalveolar.
Makalah ini tentunya masih mempunyai kekurangan, karena pepatah mengatakan tak
ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
mendukung demi tercapainya kesempurnaan dalam makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami khususnya, dan pembaca. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar..2
Daftar isi3
Bab I Pendahuluan4
1.1 Latar belakang.4
1.2 Rumusan masalah4
1.3 Tujuan.4
Bab II Pembahasan.... 5
2.1 Pengertian Fraktur Dento Alveolar ......... 5
2.2 Klasifikasi Fraktur Dento Alveolar........................... 5
2.3 Tanda-Tanda Klinis Fraktur Dento Alveolar................................................... 9
2.4 Rencana Perawatan Pada Anak............................................................. 9
2.5 KegawatDaruratan Fraktur Dento Alveolar Pada Anak... 9
2.6 Perawatan Definitif Pada Anak .... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
3
Definisi fraktur secara umum adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian
erutama tulang (Kamus Kedokteran Dorland edisi 29, 2002). Literatur lain
menyebutkan bahwa fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma (Mansjoer, 2000).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka fraktur dentoalveolar adalah
kerusakan atau putusnya kontinuitas jaringan keras pada stuktur gigi dan alveolusnya
disebabkan trauma. Insidensi fraktur dentoalveolar sering terjadi di Indonesia, maka
dari itu penting untuk memahami berbagai hal mengenai fraktur dentoalveoar seperti
definisi dari traumatic injury, etiologi, indidensi, klasifikasi, tanda-tanda klinis,
perawatan/penanggulangan trauma ecara umum, perawatan segera, perawatan fraktur
mahkota/akar gigi, avulsi gigi dan perawatan, alat restorasi semi tetap,
penanggulangan gigi sulung yang terkena trauma, dan macam-macam alat stabilisasi
1.2
1.3
Menurut Tiwana,
epidemiologi
fraktur
dentoalveolar
serupa
dengan
Infraksi Mahkota
Fraktur sebagian atau pecahnya enamel tanpa kehilangan substansi gigi lainnya.
Fraktur Mahkota
Fraktur yang mengenai enamel dan dentin tanpa mengenai pulpa.
Komplikasi Fraktur Mahkota
Fraktur mahkota yang tidak hanya mengenai enamel dan dentin, namun juga pulpa.
Fraktur Mahkota-akar
Fraktur yang mengenai enamel, dentin dan sementum namun tidak mengenai
pulpa.
Komplikasi Fraktur Mahkota-akar
Fraktur yang melibatkan kerusakan enamel, dentin, sementum dan pulpa.
Fraktur Akar
Fraktur yang mengenai dentin, sementum dan pulpa.
Concussion
Trauma pada struktur jaringan pendukung gigi tanpa adanya kegoyangan atau
pergeseran gigi tetapi ditandai dengan reaksi perkusi.
Subluxation
Trauma pada struktur jaringan sekitar gigi disertai adanya kehilangan jaringan yang
abnormal namun tidak ada peristiwa lepasnya gigi.
Intrusive Luxation (central dislocation)
Lepasnya gigi dari tulang alveolar disertai dengan fraktur pada soket alveolar.
Extrusive luxation (peripheral dislocation, Partial avulsion)
Lepasnya gigi sebagian diluar soket alveolar
Lateral luxation
Lepasnya gigi pada arah selain axial, biasanya disertai dengan fraktur soket alveolar.
Retained Root Fracture
Fraktur dengan retensi pada segmen akar namun kehilangan segmen mahkota diluar
soket alveolar.
Exarticulation (complete avulsion)
Lepasnya gigi secara keseluruhan dari alveolar soket
perubahab tempat
Klas II : Fraktur mengenai dentin dan belum mengenai pulpa dengan atau tanpa
3
4
5
6
7
8
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Fraktur dentoalveolar dapat berdiri sendiri atau terjadi bersamaan dengan
fraktur pada wajah dan bagian tubuh lainnya. Perawatan komprehensif
dilakukan setelah perbaikan keadaan umum pasien tercapai, bersama dengan
disiplin ilmu yang terkait. Diagnosis fraktur dentoalveolar ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik ekstra oral dan intra oral, serta
pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan fraktur dentoalveolar pada gigi sulung
tidak berbeda jauh dengan gigi tetap. Setiap struktur yang terlibat sebaiknya
diperiksa dengan seksama. Vitalitas, warna dan kegoyangan gigi harus
dimonitor untuk mengetahui perlu tidaknya perawatan lebih lanjut.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070075_3_1222.pdf
https://www.academia.edu/6260547/DSP_7_Fraktur_Dentoalveolar_Unpad
http://portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2005/1/A
%205.%20PENATALAKSANAAN%20FRAKTUR%20DENTOALVEOLAR.pdf
11