POTRET KESEHATAN
JALMA DAYA
3.1. Status Kesehatan
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan berada
pada peringkat 439 dari sekitar 479 kabupaten di
Indonesia
berdasarkan
penilaian
Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) pada
tahun 20131. Tentunya sudah banyak dilakukan
perbaikan oleh pemerintahan Kabupaten OKU Selatan
yang baru memasuki usianya yang kesepuluh tahun
pada tahun 2015 ini. Pemekaran Kabupaten OKU
Selatan dengan Kabupaten OKU Induk dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat. Hal ini diungkapkan
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Selatan.
3.1.1 Menyapa Pembaruan
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi
salah satu indikator kesehatan suatu masyarakat. Hal
ini karena PHBS mencakup berbagai aspek
pencegahan penyakit yang dapat meningkatkan
derajat hidup masyarakat.
3.1.1.1 Tiga Sumber Air
Kalau air , idak (tidak) kekurangan
1
ulang.
3
100
Gambar 3.2
Bangunan peninggalan Pamsimas yang tidak di gunakan oleh
masyarakat.
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2015
Dari
obrolan
ringan
dengan
beberapa
masyarakat,
Peneliti
mengetahui
bahwa
ada
beberapa alasan masyarakat enggan memanfaatkan
sumber air Pamsimas. Air yang tidak naik dan letak
sumber
air
yang
berada
di
pinggir
jalan
menyebabkan masyarakat enggan mandi di lokasi
tersebut karena akan terlihat orang lain. Sedangkan
jika mandi di sungai, lokasinya berada tersembunyi di
belakang rumah dan ada pemisahan antara lokasi
laki-laki dan perempuan.
Dari hasil observasi yang Peneliti lakukan di
sungai saat masyarakat mandi, penggunaan sabun
dan shampoo untuk mandi telah digunakan oleh
masyarakat Desa Padang Bindu. Meskipun anak-anak
yang mandi sendiri sering hanya menggunakan
sabun sekadarnya.
Mandi kebo (kerbau) kalau at (tidak) pakai sabun
Yuk DS
101
Gambar 3.3
Peta sanitasi yang dimiliki oleh desa Padang Bindu
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2015
3.1.1.2 Jamban
Beberapa rumah di Desa Padang Bindu telah
memiliki jamban di dalam rumahnya, tetapi
masyarakat tetap melakukan aktivitas buang air
besar di sungai Semingkap. Menurut masyarakat, air
sungai Semingkap merupakan way balak atau air
besar sehingga jika BAB di sungai tidak akan
mencemari sungai tersebut. Seperti rumah Bidan DS
yang memiliki jamban leher angsa, namun air yang
masuk ke kamar mandi sering tidak mengalir.
Menurut Bidan UM, yang lama pernah tinggal
di Desa Padang Bindu dan masih sering berinteraksi
dengan masyarakat setempat, mengatakan bahwa
permasalahan jamban di Desa Padang Bindu bukan
karena permasalahan kurangnya uang untuk
102
membangun
jamban,
namun
lebih
kepada
permasalahan perilaku dan kebiasaan masyarakat
sendiri.
Permasalahan
di
daerah
sini
lebih
cenderung ke masalah perilaku. (pemilik)
jamban memang kurang kan, tapi saya lihat
orang yang udah punya aja tetep ke Siring.
Ini kan perilaku, bukan karena gak punya
uang. Bidan UM
104
105
Tabel 3.1
Jumlah
248
235
240
220
200
260
265
200
110
90
95
107
108
persalinan.
Sebelum
menolong
persalinan,
perempuan berusia 60 tahun tersebut
dapat
memperkirakan waktu lahirnya bayi tersebut dengan
cara dijajak (memeriksa posisi ketuban melalui jalan
lahir bayi) menggunakan tangan.
Itukan nentukan jamnya mau turun di jajak
itu kalau bahasa sini. Kalau lagi begini (mau
melahirkan) jam sepuluh siang itu masih
segini (sepanjang jari telunjuk dan jari tengah)
bisa-bisa kalau sudah jam satu jam dua nanti
(lahirannya). Kalau cuma segini nah (satu ruas
jari) paling satu jam dua jam. Yang dulu-dulu
dilihat itu ketubannya itu. Kena raba ini jari
dua ini (jari telunjuk dan jari tengah). Kalau
satu senti dua senti itu hampir.
Mbay D
Mbay D menggunakan sarung tangan dalam proses
menolong persalinan. Sarung tangan karet tersebut
diberi oleh Bidan MP, karena Mbay D pernah bekerja
sama dengan Bidan MP. Menurut Mbay D, sarung
tangan tersebut adalah pemberian bidan yang
pernah bekerja sama dengannya. Sarung tangan
tersebut merupakan sarung tangan disposable yang
dipakai Mbay D berulang-ulang. Sarung tangan milik
Mbay D dicuci bersama dengan mencuci kain kain
kotor yang digunakan membantu persalinan.
110
111
mau melahirkan
kataku.Mbay D
itu
kurang,
manggil
bidan
Persalinan oleh bidan membayar sebesar 700800 ribu rupiah. Persalinan yang ditolong oleh dukun
hanya membayar sebesar 300-400 ribu rupiah
ditambah dengan beberapa bahan makanan serta
sepotong kain. Menurut masyarakat hal tersebut
lebih murah dibandingkan dengan bidan. Selain itu,
masyarakat yang tinggal di sapo7 atau talang-talang8
akan lebih memilih memanggil dukun karena dukun
dapat dipanggil kapan saja. Di salah satu talang juga
terdapat seorang dukun beranak.
3.1.2.3 Budaya dan Adat pada Kehamilan dan
Persalinan
Pengaruh budaya dan adat masih kental dalam
proses kehamilan dan persalinan. Keluarga ibu hamil
biasanya
akan
melakukan
sedekah
Koan
9
Limau menjelang persalinan dengan tujuan untuk
mengurangi resiko terjadi penyakit saat persalinan.
Hal ini dipercaya dapat mencegah datangnya mahluk
dari neeri tua yang dapat mengganggu poses
persalinan.
112
114
116
119
Ibu SHN
Menurut masyarakat, njami sangat sulit
disembuhkan. Njami itu susah, di suntik dak
sembuh ujar ibu SHN. Njami, hanya dapat dikurangi
frekuensi rewel dengan cara melakukan ritual
petunggu.
11
123
124
126
127
128
132
133
Jumlah
65
10
50
5
15
12
3
10
5
10
3.1.4.2
Wabah Chikungunya
138
139
140
16
Wilkinson, 2001.
141
3.2.1.
Ketersediaan dan Aksesibilitas
Pelayanan Kesehatan Formal
Puskesmas Buay Runjung memiliki 33 tenaga
kesehatan yang terdiri dari 2 orang dokter umum, 2
orang sarjana kesehatan masyarakat, 4 orang
perawat, 22 orang tenaga bidan, serta 3 orang
lulusan SMA.
Jumlah
2
14
11
6
142
143
yang
ditahan
dengan
menggunakan
kepala.
Beberapa masyarakat yang memiliki kebun yang
dekat dengan desa akan menggunakan sandal jepit
biasa saat pergi ke kebun. Namun masyarakat yang
memiliki kebun yang cukup jauh dari desa akan
menggunakan sepatu karet untuk berjalan kaki ke
kebunnya. Sepatu karet lengkap dengan kaus
kakinya dapat diperoleh di kalangan. Pada saat pagi
hari jalan-jalan desa akan ramai oleh orang-orang
yang pergi ke kebun. Hal ini terulang lagi di saat sore
hari. Pukul 3 atau 4 sore jalan-jalan desa akan
kembali diramaikan oleh sapa riang mereka setelah
seharian bekerja di kebun. Mereka berjalan pulang
dari kebun ke rumah dengan wajah kelelahan.
Gelapnya malam di Desa Padang Bindu akan
melelapkan mereka untuk melenyapkan kelelahan
hari itu.
Aktivitas rutin sehari-hari ini akan berbeda
pada hari kalangan. Hari kalangan atau hari pasar di
Desa Padang Bindu jatuh pada hari Kamis. Jika kita
ingin tahu alasan mengapa kalangan di desa ini pada
hari Kamis, masyarakat akan menjawabnya dengan
sederhana. Karena hari lain sudah diambil oleh desa
lain begitu kata seorang Ajong (panggilan seorang
perempuan kepada seorang kakek). Pada hari
kalangan hampir semua warga ada dirumah. Para
pria yang biasanya menginap di sapo untuk menjaga
kebun akan pulang ke rumah. Keluarga-keluarga kecil
yang tinggal di sapo atau talangantalangan akan
datang ke Desa Padang Bindu atau menginap di
rumah saudara mereka di desa.
Hari kalangan merupakan hari libur di Desa
Padang Bindu, meskipun itu merupakan hari Kamis.
147
18
19
Hari Pasaran
152
Mbay D
153
21
157
159