Anda di halaman 1dari 4

BAB VIII

PEMBAHASAN UMUM

Dalam melakukan percobaan Densitas, Sand Content dan Pengukuran kadar


minyak pada lumpur bor, kita menentukan densitas dengan menggunakan alat Mud
Balance. Pengukuran densitas perlu diketahui untuk mencegah terjadinya lost
circulation (apabila densitas terlalu besar) dan kick apabila densitas terlalu kecil.
Sedangkan sand content perlu juga diketahui untuk mencegah berubahnya
karakteristik lumpur yang akan disirkulasikan. Dalam keadaan sebenarnya % sand
content yang diharapkan seminimal mungkin, maksimal sebesar 2%, karena apabila
kandungan pasirnya besar secara langsung akan menaikkan densitas lumpur sehingga
menambah beban pompa sirkulasi lumpur.

Kandungan pasir di lumpur dapat

mengakibatkan rusaknya pada alat alat pemboran karena bersifat abrasif.


Pengukuran viskositas relatif lumpur pemboran juga diukur dengan
menggunakan alat mursh funnel sedangkan menentukan viskositas nyata, viskositas
plastik, yield point, dan gel strength lumpur pemboran, menggunakan Fann VG
meter. Didalam praktek lapangan, viscositas lumpur mempunyai peranan yang sangat
penting karena berhubungan dengan proses pengangkatan cutting. Viscositas yang
terlalu tinggi dan terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada proses
pemboran. Jika viscositas terlalu tinggi maka lumpur akan menjadi kental sehingga
laju pemboran turun dan kerja pompa berat sehingga bisa menyebabkan kerusakan
formasi. Dan jika lumpur dengan viscositas yang terlalu kecil lumpur akan terlalu
encer sehingga cutting tidak dapat terangkat dan akan cenderung mengendap
sehingga dapat menghambat proses pemboran. Jadi penentuan viscositas sangat
penting guna mengetahui bahwa apakah viscositas harus dinaikkan atau diturunkan
sehingga mencapai viscositas normal yang dibutuhkan dalam proses pemboran.
Percobaan menentukan filtrasi dan mud cake terhadap lumpur pemboran juga
sangat diperlukan dalam operasi pemboran karena akan memberikan gambaran
berapa besarnya filtration loss dan kita akan dapat mengetahui berapa tebalnya mud
cake yang terjadi. Jika filtration loss besar maka mud cake yang terbentuk juga
123

124

semakin tebal sehingga menimbulkan masalah seperti terjepitnya drill string


sehingga mempersulit pengangkatan dan pemutarannya dan filtrate yang menyusup
kedalam formasi akan menyebabkan kerusakan formasi atau formation damage yaitu
pengembangan clay, penyumbatan porositas disekitar lubang bor dan juga dapat
mengurangi

keefektifan

permeabilitasnya

(mengurangi

atau

memperkecil

permeabilitas efektifnya). Untuk mengurangi filtration loss, dapat ditambahkan


CMC, NaCl dan lain-lain.
Dalam percobaan analisa kimia lumpur bor, kita menentukan pH, alkalinitas
kesadahan total dan kandungan ion-ion yang terdapat dalam lumpur. Metode utama
yang digunakan dalam analisa kimia lumpur bor adalah titrasi. Titrasi meliputi reaksi
dari sampel yang diketahui volumenya dengan sejumlah volume suatu larutan
standar yang diketahui konsentrasinya.
Pada percobaan kontaminasi lumpur pemboran, salah satu penyebab
berubahnya sifat sifat fisik lumpur pemboran adalah adanya material yang masuk
kedalam lumpur pemboran atau dikenal kontaminan. Dalam percobaan ini, kita bisa
melihaat bagaimana pengaruh dari kontaminan dalam lumpur pemboran. Lumpur
yang terkontaminasi dapat dinetralkan kembali dengan menambahkan pengencer.
Dalam penentuan harga kapasitas tukar kation (KTK) dilakukan dengan
methylene blue test (MBT). Jika nilai KTK semakin kecil, kemampuan menghidrasi
(mengikat) air lebih besar, lumpur dan air tercampur dengan baik sehingga filtration
loss semakin kecil dan juga ketika melewati formasi clay, air tidak mudah hilang
karena kemampuan mengikat airnya baik. Dari percobaan diketahui bahwa jenis
bentonite yang baik dalam menghidrasi air adalah A3, sedangkan yang buruk dalam
menghidrasi air adalah bentonil. Pada percobaan ini nilai KTK Jabar > nilai KTK A3
yang menunjukkan kemampuan A3 dalam menghidrasi air lebih baik dari bentonil.
Maksud dari percobaan I sampai VI adalah untuk mengontrol lumpur agar
dapat bekerja secara optimal sesuai dengan kondisi lubang pemboran. Pengontrolan
dilakukan dengan melakukan penambahan additive yang sesuai dengan kondisi. Dari
beberapa percobaan ini digunakan beberapa jenis additive seperti barite yang
bertindak sebagai weighting agent untuk menaikkan densitas, air yang berfungsi
untuk menurunkan densitas, PAC-R bertindak sebagai viscousifier untuk menaikkan

125

viskositas dan spersen yang bertindak sebagai thinner untuk menurunkan viskositas
yang nantinya akan berpengaruh terhadap filtration loss dan tebalnya mud cake yang
terbentuk pada dinding sumur serta reologi lumpur seperti plastic viscosity, yield
point dan gel strength. Pada hasil percobaan I diperoleh hasil densitas lumpur dasar
sebesar 8,6 ppg, sand content sebesar 0,13 % dan kadar minyak 4 %. Dari hasil
percobaan beberapa plug menunjukkan kenaikan densitas terhadap penambahan
barite dimana sesuai dengan fungsi barite itu sendiri. Begitu pula pada penambahan
pasir dan minyak menunjukkan kenaikan. Berbeda dengan beberapa plug yang
menggunakan air sebagai additivenya yang mengalami penurunan sesuai dengan
fungsi air itu sendiri. Pada percobaan II dengan penambahan PAC-R diperoleh hasil
viskositas plastik sebesar 12 cp, yield point sebesar 19 lb/100 ft, gel strength 10
sebesar 8 lb/100 ft dan gel strength 10 sebesar 42 lb/100 ft. Dari hasil percobaan
beberapa plug menunjukkan kenaikan viskositas plastic, yield point dan gel strength
terhadap penambahan PAC-R sebagai additive. Pada percobaan III dengan
penambahan PAC-L diperoleh filtration loss sebesar 17,4 ml, pH sebesar 9 dan tebal
mud cake sebesar 0,183 cm. Dari hasil percobaan beberapa plug menunjukkan
penurunan filtration loss dan tebal mud cake terhadap penambahan PAC-L sebagai
additive. Pada plug lainnya yang menggunakan spersen sebagai additive juga
mengalami penurunan sesuai dengan fungsi spersen sebagai fluid loss control,
sedangkan kedua additive tersebut tidak berpengaruh terhadap pH lumpur yang
terlihat dari grafik yang cenderung konstan. Pada percobaan IV dengan penambahan
0,2 gram NaHCO, 0,8 gr NaOH dan 0,4 gr CaCO, diperoleh ion OH sebesar 331,2
ppm, ion CO sebesar 496,8 ppm dan total alkalinitas 13,8 ppm. Dalam percobaan
ini tidak ditentukan ion HCO karena 2P > M. Pada percobaan V dengan
penambahan 4 gr NaCl diperoleh filtration loss sebesar 31,8 ml, pH sebesar 8,
viskositas plastic sebesar 2 cp, yield point sebesar 36 lb/100 ft, gel strength 10
sebesar 8 lb/100 ft dan gel strength 10 sebesar 15 lb/100 ft. Dari hasil beberapa
plug dapat disimpulkan bahwa kontaminan yang terkandung didalam lumpur akan
mempengaruhi sifat-sifat fisik lumpur pemboran. Analisa kimia lumpur dan
kontaminasi berupa garam, gypsum ataupun semen yang terkandung didalam lumpur
perlu dilakukan agar dapat dilakukan perencanaan penanggulangan yang tepat

126

sehingga lumpur dapat bekerja secara optimal. Pada bab terakhir dibahas pula
tentang perbandingan antara 2 jenis bentonite yaitu bentonite A3 dengan bentonite
Jabar yang mana hasil percobaan diperoleh KTK A3 sebesar 17,5 meq/100 gr
sedangkan Jabar sebesar 140,35 meq/100 gr yang menunjukkan bentonite A3 lebih
baik dalam menghidrasi air daripada Jabar.

Anda mungkin juga menyukai