Anda di halaman 1dari 18

DEFENSE MECHANISM

( MEKANISME PERTAHANAN)

By Try merdeka Puri S.Ked


Uli Martha Manurung, S.Ked
Fiona Widyasari, S.ked
ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011

BAB I
PENDAHULUAN
Tiap makhluk dalam evolusinya akan mengembangkan dirinya dengan
berbagai cara dan mekansime dalam upaya menyesuaikan diri terhadap kondisi
kehidupan yang mungkin akan mengancamnya. Penyesuaian diri atau adaptasi sangat
penting

bagi

kehidupan

manusia

sebagai

makhluk

yang

tertinggi

tingkat

perkembangannya. Manusia telah mengadakan evolusi dalam penyesuaian anatomis


yang bermaksud untuk melindunginya secara structural dan fisiologis. Hal ini untuk
membantu kebutuhan bagi afeksi, keamanan pribadi, makna pribadi dan pertahanan
terhadap afek yang mungkin akan mengganggu.
Melalui periode proses perkembangan, seseorang memerlukan berbagai teknik
psikologis guna mempertahankan dirinya. Seseorang membangun rencana pertahanan
untuk menangani baik anxietas, impuls, agresif, permusuhan, kebencian maupun
frustasi yang akan dihadapinya. Dengan demikian mekanisme atau dinamisme mental
berfungsi untuk melindungi seseorang terhadap bahaya yang berasal dari impuls atau
afeknya.
Istilah mekanisme pertahanan umum digunakan dalam usaha penyisihan dan
ditujukan terhadap dorongan naluri. Dorongan naluri disishkan karena sesungguhnya
setiap penyisihan merupakan defense terhadap afek.

BAB II
MEKANISME PERTAHANAN
A. Sigmund Freud Dan Teorinya
Sigmund Freud (1856 - 1939) yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Psikiatri/
Psikologi adalah dokter Austria, lulusan Universitas Wina pada tahun 1881. Setelah
bekerja di laboratorium Ilmu Faal di Institut Brucke dan mendalami histologi syaraf,
beliau merasa tidak puas dalam menangani kasus-kasus neurotik yang dihadapinya
dalam praktek. Selanjutnya ia memutuskan untuk menimba ilmu di Paris pada Institut
Saltpetiere yang sangat terkenal itu dibawah bimbingan Charcot. Ia mendalami tehnik
hipnotis untuk penyembuhan dan kemudian kembali ke Wina untuk bergabung dengan
Joseph Breuer (penemu Hering-Breuer reflex).
Untuk mempercepat dan menyempurnakan proses penyembuhan, khususnya
dalam menangani kasus neurosis, Freud selalu mempergunakan keterangan/ cerita
yang diperoleh di bawah pengaruh hipnosis dan membandingkannya dengan cerita
yang diperoleh pada waktu melakukan wawancara bebas selama melakukan
pemeriksaan anamnestik.
Kenyataannya, Freud menemukan bahwa banyak keinginan yang terpendam
dan rumit dalam diri masing-masing pasien tersebut yang berwujud suatu keinginan
seksual alami, di mana kadang-kadang keinginan ini bertentangan dengan norma
masyarakat. Freud juga menyadari bahwa dengan menganalisa seseorang lewat
wawancara bebas; dapat dijumpai banyak cerita khayalan atau karangan dari pasien
sendiri dan bukan merupakan kenyataan sebenarnya. Hal ini tentunya merupakan
kendala tersendiri.
Topografi Pikiran
Freud membagi pikiran menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Unconscious (bawah sadar), meliputi segala masalah yang terkena represi.
Dengan kata lain, isi dan proses mental dari bawah sadar dijauhkan dari
kesadaran melalui kekuatan persensoran
b. pre-conscious (alam pra-sadar), meliputi apa yang dilupakan, tetapi dapat
diingat kembali tanpa melalui proses psikoanalisa.

c. conscious (sadar), ditandai sebagai bagian dari pikiran di mana persepsi yang
berasal dari dunia luar atau dari dalam tubuh atau pikiran dibawa ke alam sadar
yang masing-masing memiliki karakter khusus.
Freud menekankan bahwa unconscious dan pre-conscious termasuk dua sistem
yang berbeda. Sebetulnya pre-conscious membentuk satu sistem dengan conscious.
Pre-conscious bersama kesadaran merupakan Ego. Antara sistem unconscious dan
sistem conscious terdapat peran yang disebut sistem sensor. Setiap unsur
unconscious yang mau masuk unsur conscious, lebih dahulu melewati sensor tersebut.
Teori Libido
Freud mendefinisikan libido sebagai tenaga dengan mana instink seksual
ditampilkan dalam pikiran. Dalam perkembangannya, libido dapat disalurkan melalui
berbagai variasi hidup, dan sampai saat ini dikenal tiga tingkatan yang berbeda pada
manusia. Ketiga tingkatan tersebut dikenal sebagai: animal, logika/ rasional serta
moral.
Libido sebagai naluri merupakan salah satu landasan yang dianut oleh Freud
dalam mengembangkan teorinya. Menurut Freud terdapat dua naluri utama manusia :
1) Naluri kehidupan yang disebut Libido atau Eros
Tujuan dari naluri kehidupan ialah pengikatan (binding), artinya
mengadakan kesatuan yang semakin erat dan karena itu semakin mantap.
2) Naluri kematian atau nama lainnya Thanatos.
Tujuan dari naluri kematian ialah untuk menghancurkan dan menceraikan
apa yang sudah bersatu, karena tujuan akhir setiap mahluk hidup ialah kembali
ke keadaan anorganik. Sejak kecil sampai dewasa, motivasi manusia selalu
dipengaruhi oleh libido.
Perkembangan Psiko-seksual
a. Fase oral (0-1 tahun)
Masa oral ini merupakan tahap pertama perkembangan psikoseksual.
Pada masa ini, bayi memperoleh dan merasakan kenikmatan yang bersumber pada
daerah mulutnya. Kepuasan dan kenikmatan ini timbul oleh adanya hubungan
antara perasaan lapar, atau tidak nyaman, yang kemudian dapat ditenangkan bila
bayi tadi memperoleh minuman atau makanan (air susu ibu) yang diberikan
kepada bayi.
Gangguan yang menimbulkan perasaan tidak/ kurang puas pada daerah
mulut ini, akan menyebabkan perkembangan terhenti. Keterpakuan pada tahap ini
4

dapat menimbulkan masalah yang berhubungan dengan kepuasan oral seperti


terjadinya kebiasaan menggigit kuku, kebiasaan merokok, peminum minman
keras, berciuman secara berlebihan dan sebagainya.Menurut teori Psikoanalisa masa oral ini terdiri lagi dari dua sub-masa,
yakni sub-masa pertama ketika bayi tergantung sepenuhnya dari orang lain, yang
disebut masa ketergantungan-oral. Sub-masa kedua disebut dengan agresivitasoral akan mengakibatkan timbulnya ucapan-ucapan yang agresif ketika sudah
besar, termasuk ucapan yang terbuka maupun terselubung.
b. Fase anal (1-3 tahun)
Setelah masa oral, anak memindahkan pusat kenikmatan dari daerah
mulut ke daerah anus (dubur). Rangsangan pada daerah anus ini berkaitan erat
dengan kegiatan buang air-besar, karena keduanya merupakan sumber kenikmatan
secara libidinal. Masa anal ini berhubungan pula dengan soal kebersihan,
keteraturan atau kerapian yang ingin diterapkan oleh orang tua kepada anak.
Dari sudut perkembangan sosialnya, anak mulai bisa melakukan sendiri
beberapa aktivitas yang tadinya harus dilakukan orang lain baginya. Sikap yang
terlalu keras dan kaku dari orang tua akan menimbulkan sikap-sikap menentang
(negativisme). Bila orangtua selalu membiarkan anak tadi dalam fase ini mengatur
sendiri masalah yang berkenaan dengan kebersihan-diri, akan menimbulkan
sikap yang selalu ragu-ragu terhadap diri sendiri dan apa yang akan diperbuatnya.
Masa anal ini terbagi menjadi dua sub-masa, yakni :
1) Bagian pertama yang disebut sub-masa pengeluaran kotoran.
Pengeluaran kotoran merupakan kegiatan otot-otot pada daerah anus dan
merupakan sumber kepuasan bagi anak untuk mengotori lingkungannya
sebagai reaksi terhadap sikap orang lain yang dianggap tidak menyenangkan.
Bila terjadi hambatan dalam fase ini, seseorang akan mengekspresikan dirinya
dengan cara menentang peraturan; misalnya: sifat tidak rapi, serampangan,
sikap masa bodoh.
2) Bagian kedua sub-masa penahanan kotoran
Kegiatan menahan kotoran merupakan kepuasan lain untuk menunjukkan
bahwa ia tidak mau diatur oleh orang lain.
Fiksasi dalam fase ini menimbulkan sikap kaku, keras kepala, kerapian
yang berlebihan.
c. Fase Falik (3-5 tahun)
Pada fase ini, sumber kenikmatan berpindah ke daerah kelamin.

1) Masa falik pada anak laki-laki


Freud percaya bahwa ibu bagi anak laki-laki pada masa ini adalah
obyek khusus. Pada masa tersebut, secara disadari maupun tanpa disadari anak
laki-laki ini ingin memiliki/ melakukan hubungan seks. Oleh Freud cinta
terhadap ibunya ini disebut Oedipus Complex. Tokoh Oedipus ini sebenarnya
diambil dari mitologi Yunani kuno, yang menceritakan seorang putera raja dari
Thebes, yang di kemudian hari akan membunuh ayahnya dan mengawini
ibunya. Tokoh ayah menjadi saingan dalam memperebutkan ibunya dan karena
itu timbul sikap-sikap negatif terhadap ayah. Pada anak laki - mulai timbul
perasaan takut bila dihukum oleh ayahnya. Perasaan takut akan dihukum oleh
ayahnya ini, dapat juga timbul akibat cinta incest-nya itu.
Ketakutan ini dalam terminologi Psikoanalisa dikenal dengan cemas
kastrasi (Castration-anxiety). Kemudian timbul sikap menyerah dari anak dan
mengidentifikasikan dirinya pada tokoh ayah. Ayah juga menjadi figurmanusia yang diingini, yakni menjadi ego-ideal-nya. Bila masa ini tidak
berjalan dengan baik maka dapat menimbulkan kekeliruan dalam mencari
tokoh indentifikasi. Tidak jarang, pada anak ini dapat timbul kecenderungan
homoseksual, karena di satu pihak ia menginginkan pria ideal sebagai
pelindung, namun mempunyai kasih sayang seperti sang ibu.
2) Masa falik pada anak perempuan
Pada anak perempuan perkembangannya lebih sulit. Selain itu pada
anak perempuan juga timbul keinginan untuk mengadakan hubungan seks
dengan ayahnya. Tokoh ibu menjadi penghalang akan cintanya pada ayahnya.
Anak perempuan menyadari bahwa alat kelaminnya kecil sehingga ia merasa
bahwa ia sudah terhukum oleh ibunya. Selain itu ia merasa iri hati terhadap
anak lelaki karena struktur alat kelamin yang berbeda/ tidak punya burung.
Keadaan ini dikenal sebagai : penis-envy. Bila pada masa ini anak perempuan
mengalami

masalah

maka

akan

timbul

sifat-sifat

patologis

seperti

kecenderungan lesbianistik yang diperlihatkan ketika anak itu meningkat


dewasa. Masa ini cukup penting untuk disimak, karena proses identifikasi
maupun proses yang terjadi ketika seorang wanita melakukan penilaian
terhadap pria di kemudian hari, dipengaruhi oleh fase ini.
d. Fase Laten (6-12 tahun)
6

Dibandingkan dengan perkembangan yang sangat bergejolak pada


masa falik; anak dalam periode ini akan mengalami periode yang jauh lebih teduh
dan aman. Walaupun dijumpai beberapa masalah majemuk apabila ditinjau dari
berbagai aspek; masa ini perlu dihadapi dengan lebih tenang. Fase ini diperlukan
untuk menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan dasar, memperoleh dan
menghayati sistem nilai dalam kehidupannya. Ia juga mempelajari landasan dasar
agar dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial.
e. Fase Genital (12 tahun dewasa muda)
Dorongan seks dalam arti sebenarnya mulai muncul. Obyek cinta
berpindah dari cinta-incest ke cinta heteroseksual yang tidak incest, dan ini
merupakan pengulangan dan kelanjutan dari apa yang terjadi dari masa falik. Pada
masa genital ini terjadi perkembangan pada arah cinta yang lebih dewasa. Kalau
sebelumnya, cinta berpusat pada satu arah, yakni pada diri sendiri, maka sekarang
cintanya bisa dua arah. Perbedaan norma dalam keluarga dengan kejadian yang
diperhatikannya dalam masyarakat (film dan media cetak), sering menimbulkan
ketegangan yang berkaitan dengan masalah seks remaja.
B. Id, Ego dan Super Ego
Status internal manusia selalu diselimuti dengan kecemasan sebagai produk
dari konflik antar struktur kepribadian yaitu Id, Ego dan Super ego. Kemudian status
internal tersebut bermanifestasi ke dalam perilaku kongkrit yang tercermin dalam
suatu mekansime pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego.
a. The Id (Das Es)
Adalah instansi kepribadian yang paling mendasar, orisinil, bersifat
impulsif dan paling primitif; aspek biologis dan merupakan system original, yaitu
suatu realitas psikis yang sesungguhnya, dunia batin atau subyektif manusia dan
tidak memiliki koneksi secara langsung dengan realitas obyektif. Pada mulanya,
yang ada adalah Id. Id terletak di ketidaksadaran, sehingga tidak bersentuhan
langsung dengan realitas. Oleh karena itu, Id dikenal dengan istilah pleasure
principal. Pleasure principal berprinsip pada kesenangan dan berusaha
menghindari rasa sakit.
Setiap bayi yang baru lahir hanya mempunyai naluri hewani saja, di
mana individu tadi mempunyai kecenderungan untuk hidup terus atau mati. Hidup
terus berarti membangun, mencari prestasi, dan keinginan untuk mengalahkan
7

musuh-musuhnya. Hidup psikis janin sebelum lahir dan bayi yang baru dilahirkan
terdiri dari Id saja. Dan Id itu menjadi bahan dasar bagi pembentukan hidup psikis
lebih lanjut. Di dalam Id inilah, prinsip kesenangan/ pleasure principle masih
sangat berkuasa. Inti utama dari kecenderungan Id adalah menuntut agar apa yang
diinginkannya dapat diperoleh dengan segera. Id berisi hal-hal yang dibawa sejak
lahir seprti libido seksualitas dan termasuk juga instink-instink organisme.
b. The Igo (Das Ich)
Adalah aspek psikologis karena adanya kebutuhan sinkronisasi antara
kebutuhan Id dengan realitas dunia eksternal. Ego merupakan komponen
kepribadian yang bertugas sebagai eksekutor. Ego terbentuk melalui diferensiasi
dari Id karena setiap manusia selalu mempunyai kontak dengan dunia luar. Sistem
kerjanya memakai prinsip realistic karena struktur keperibadian ini memang
bersentuhan langsung dengan realitas eksternal . Ego mengatur interaksi dan
transaksi antara dunia internal individu dengan realiitas eksternal. Untuk
melaksanakan tugas itu. Ego memiliki tiga fungsi, yaitu reality testing, identify
dan defense mechanism. Reality testing adalah kemampuan utama Ego, yaitu
untuk mempersepsi realitas. Kemudian Ego akan menyesuaikan diri sedemikian
rupa agar dapat menguasai realitas tersebut. Identify adalah fondasi kepribadian.
Identitas terbentuk sejak awal kehidupan, mengalami krisis di masa remaja, dan
terus berkembang dalam perjalanan hidupnya. Pembentukan identitas terjadi
melalui interaksi individu dengan orang - orang yang penting dalam
kehidupannya.
Ego bertugas untuk mempertahankan kepribadian manusia itu sendiri
untuk menjamin penyesuaian dengan alam sekitarnya. Selain itu, Ego dapat
dipakai dalam memecahkan masalah pribadi orang tersebut, khususnya bila terjadi
konflik dengan dunia realitas atau bila terdapat ketidak-sesuaian antara keinginan
yang tidak sinkron secara internal. Ego juga berfungsi mengadakan sintesa dan
selalu menyesuaikan diri dengan realitas hidup (reality principle).
c. Super ego (Das Ueber Ich)
Adalah aspek sosiologis yang dibentuk melalui jalan internalisasi
dalam upaya menekan dorongan Id. Superego artinya larangan-larangan atau
norma-norma yang berasal dari luar (khususnya melalui aturan yang diperoleh dari
orang tua, pengasuh, guru, ulama dan mereka yang dihormati dalam masyarakat)
8

diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dan seolah-olah dihayati dari
dalam.
Superego merupakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian.
Superego merupakan struktur kepribadian (bagian dari dunia internal) yang
mewakili nilai - nilai realitas eksternal. Superego memakai prinsipidealistic
(idealistic principle) , yakni mengejar hal- hal yang bersifat moralitas. Superego
mendorong individu untuk mematuhi nilai - nilai yang berlaku di realitas eksternal.
Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik antara individu dengan realitas
eksternal. Superego diibaratkan sebagai polisi internal yang mendorong kita untuk
tidak melanggar nila i dan norma yang berlaku dalam realitas eksternal, dengan
atau tanpa orang lain yang mengawasi
Superego merupakan dasar hati nurani/ moril, dan memainkan peran
sensor/ Censoring principle dalam hidup kita. Apabila terjadi konflik antara
keinginan seseorang (yang umumnya menginginkan pemuasan segera, akibat
dorongan dari id) dengan norma yang ada dalam masyarakat, maka superego akan
berusaha untuk memberi peringatan. Dengan demikian, suatu saat seornag individu
dapat saja merasakan emosi-emosi seperti rasa bersalah, rasa menyesal, cemas dan
lain-lain. Misalnya: apabila ia mencontek, ia merasakan sesuatu yang tidak
nyaman dan merasa bersalah.
Dalam pembentukan Superego, menurut Freud: Proses terbentuknya
Oedipus-Complex memainkan peranan yang besar.
C. Penggunaan Ego Sebagai Mekanisme Pertahanan
Energi Id akan meningkat karena rangsangan sehingga menimbulkan
ketegangan atau pengalaman yang tidak menyenangkan dan menguasai ego agar
bertindak secara konkrit dalam memenuhi rangsangan tersebut sesegera mungkin. Di
sisi lain super ego berusaha untuk menentang dan menguasai ego agar tidak memenuhi
hasrat dari id karena tidak sesuai dengan konsep ideal. Dorongan Id yang primitive
tersebut bersifat laten pada alam bawah sadar sehingga tidak akan mengendor selama
tidak memiliki objek pemuas. Pada taraf-taraf tertentu dorongan ini bisa menjadi
destruktif dengan penyimpangan-penyimpangan perilaku.
Ego berada di tengah-tengah antara kebutuhan biologis dan norma. Ketika
terjadi konflik ego menjadi terjepit dan terancam. Perasaan ini disebut kecemasan,
sebagai tanda bagi ego bahwa sedang berada dalam bahaya dan berusaha untuk terus
bertahan
9

Ada tiga jenis kecemasan tersebut :


a. Kecemasan realistic, contohnya melihat ular berbisa di hadapan
b. Kecemasan moral, ancaman yang dating dari dunia super ego yang telah
terinternalisasi. Contohnya rasa malu, rasa takut mendapat sanksi dan rasa berdosa
c. Kecemasan neurotic, perasaan takut yang muncul karena pangaruh dari Id.
Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan Id dan
super ego, namun ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha
mempertahankan diri. Secara tidak sadar, seseorang akan bertahan dengan cara
memblokir seluruh dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat
diterima dan tidak terlalu mengancam. Cara inilah yang disebut dengan mekanisme
pertahanan diri atau mekansime pertahanan ego.
D. Pengertian Mekanisme Pertahanan
Menurut Sigmund Freud, mekanisme pertahanan ego bersumber dari bawah
sadar yang digunakan ego untuk mengurangi konflik antara dunia internal seseorang
dengan realitas eksternal. Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan ego
untuk menunjukkan proses tidak sadar yang melindungi individu dari kecemasan
pemutarbalikkan kenyataan.
Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya.
Mekanisme pertahanan ego hanya mengubah cara individu mempersepsi atau
memikirkan masalah itu. Dalam istilah psikoanalitik yang dikemukankan Freud, istilah
mekanisme pertahanan ego cenderung dikonotasikan negatif. Mekanisme ini dianggap
maladaptis dan patologis. Namun setelah berkembangny ego psychology, konsepsi
mengenai mekanisme pertahanan ego telah berubah. Menurut teori ini, ego defense
merupakan mekanisme psikis yang kita perlukan untuk adaptif dengan relaitas
eksternal. Bila individu menggunakan mekanisme pertahanan sesuai dengan tahapan
perkembangannya, maka dikatakan individu tersebut menggunakan mekanisme
perthanan yang matang. Bila individu menggunakan mekanisme pertahanan yang
tidak efektif dan tidak sesuai dengan tahapan perkembangannya, dikatakan individu
tersebut menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak matang.

E. Fungsi Mekanisme Pertahanan


Mekanisme pertahanan digunakan sebagai pertahanan diri dalam menghadapi
realitas eksterna yang penuh tantangan. Jika realitas eksterna menuntut terlalu banyak,
melebihi kapasitas diri untuk mengatasinya, maka kepribadian akan mengaktifkan
defense mechanism. Begitu pula sebaliknya, bila hasrat dan dorongan dari dalam diri
10

terlalu kuat, dan bila dorongan itu akan mengancam keharmonisan relasi individu
dengan realitas eksternal, maka defense mechanism akan diaktifkan untuk
meredamnya.
F. Klasifikasi Mekanisme Pertahanan
Berdasarkan buku Dinamika Kepribadian (Arif, 2006), mekanisme pertahanan
ego dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
a. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature)
1) Sublimasi
Sublimasi adalah mekanisme yang mengubah atau mentrasformasikan dorongan
- dorongan primitif, baik dorongan seksual dan agresi, menjadi dorongan yang
sesuai dengan norma dan budaya yang berlaku di realitas eksternal. Misalnya:
dorongan seksual diubah menjadi dorongan kreatif untuk menghasilkan karya
seni; dorongan agresi diubah menjadi daya juang untuk mencapai suatu tujuan.
2) Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk mengatasi suatu kekurangan dalam suatu
bidang dengan cara mengupayakan kelebihan di bidang lain. Misalnya:
seseorang yang tidak memiliki prestasi akademik yang baik memiliki prestasi
olahraga yang sangat baik.
3) Supresi
Supresi merupakan satu - satunya mekanisme pertahana n ego yang dilakukan
secara sadar. Supresi merupakan upaya peredaman kembali suatu dorongan
libidinal (dorongan Id) yang berpotensi konflik dengan realitas eksternal.
Peredaman dorongan ini dianggap telah melalui suatu pertimbangan rasional.
Contoh: salah seorang teman Anto menyinggung dan membangkitkan amarah
dan dorongan agresinya. Namun, Anto meredam kembali dorongan untuk
bertindak agresi secara impulsif karena akan mengakibatkan dampak yang serius
pada relasi saya dengannya. Kemudian, Anto memilih un tuk mengungkapkan
perasaan secara asertif di waktu yang lebih tepat.
4) Humor
Melalui humor, seseorang dapat mengubah penghayatan akan suatu peristiwa
yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan. Humor juga dapat berfungsi
menyalurkan agresivitas tanpa be rsifat destruktif. Misalnya: menertawakan diri
sendiri ketika apa yang dikehendaki tidak tercapai.
b. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Tidak Matang (Immature)

11

1) Represi
Represi adalah upaya meredam suatu dorongan libidinal yang berpotensi konflik
dengan realitas eksternal. Yang membedakannya dengan supresi adalah represi
dilakukan tanpa membiarkannya sadar terlebih dahulu. Oleh karena dorongan
yang diredam ini tidak melalui kesadaran, orang yang bersangkutan tidak
mungkin mengolahnya secara rasional.
Contoh: seseorang yang kurang asertif mungkin akan lebih sering
mengggunakan represi untuk meredam kemarahan dan agresivitanya ketika ia
tidak berani menolak hal- hal yang tidak disukainya. Dari luar kelihatan sabar,
tetapi diketidaksadarannya dipenuhi gejolak amarah.
Dibutuhkan energi psikis yang lebih besar untuk melakukan represi
dibandingkan dengan supresi. Hal ini dapat menyebabkan kepribadian melemah.
Saat kepribadian semakin lemah, represi yang dilakukan semakin tidak efektif.
Dorongan yang hen dak diredam seringkali lolos dengan berbagai cara.
Misalnya: fenomaslip of the tongue , yaitu ketika suatu ucapan yang netral
menjadi agresif ataupun porno. Fenomena latah juga termasuk di dalamnya.
Orang yang sungguh - sungguh latah akan mengucapkan kata - kata porno saat
ia latah.
2) Proyeksi
Proyeksi merupakan mekanisme di mana seseorang secara psikis menolak dan
mengeluarkan bagian diri yang tidak dikehendakinya. Bagian yang tidak
dikehendaki ini tampil pada orang lain. O rang yang melakukan proyeksi tidak
dapat mengenali tampilan yang dilihatnya pada orang lain sebagai bagian dari
dirinya. Contoh: seseorang yang tidak mengenal hasrat seksual yang bergejolak
dalam dirinya akan melihat kebanyakan orang lain berpikir dan bertingkah laku
porno.
3) Introyeksi
Mekanisme ini dilakukan dengan cara mengambil alih suatu ciri kepribadian
yang ditemukannya pada orang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan
struktur kepribadian pada orang yang bersangkutan.
Contoh: dalam beberapa organisasi tertentu, senior seri ng memberikan tekanan
psikis yang sangat berat kepada anggota baru. Dalam kondisi stress berat,
anggota baru tersebut akan lebih mudah mengintroyeksikan tindakan seniornya

12

ini. Untuk perlindungan diri, para anggota baru tersebut mengubah salah satu
struktur kepribadiannya, serupa dengan senior yang menyiksanya.
4) Reaksi Formasi
Reaksi formasi merupakan suatu upaya melakukan hal yang sebaliknya untuk
melawan

suatu dorongan internal yang dapat menimbulkan konflik.

Contoh: seorang yang memiliki hasrat seksual yang tinggi berlaku seolah-olah
dia sangat membenci segala sesuatu yang berbau seks.
5) Undoing
Undoing adalah upaya simbolik untuk membatalkan suatu impuls yang telah
terwujud menjadi tingkah laku. Hal ini biasanya dilakukan dengan melakukan
ritual tertentu.Contoh: seseorang tidak dapat menahan diri untuk melakukan
masturbasi. Kemudian dia menyesal dan melakukan upaya untuk membersihkan
pelanggaran yang dia lakukan dengan suatu ritual, misalnya mandi dan mencuci
tangan. Hal ini akan berulang kali dilakukannya bila dia mengulang perbuatan
masturbasi.
6) Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah upaya mendistorsika n persepsinya akan suatu realitas.
Pikiran akan memberikan alasan- alasan yang kelihatannya masuk akal. Hal ini
dilakukan agar suatu kenyataan yang semula berbahaya dan dapat mengguncang
kepribadiannya, menjadi lebih mudah diterima.
Misalnya: bagi seorang yang self-esteem nya rapuh, penolakan cinta dari lawan
jenis akan mengguncang kepribadiannya. Orang yang bersangkutan kemudian
melakukan rasionalisasi dengan mendistorsikan kenyataan. Dia beranggapan
bahwa lawan jenis tersebut menolaknya karena merasa tidak layak untuk
menjadi kekasihnya.
7) Isolasi
Isolasi merupakan suatu cara untuk meredam suatu aspek yang dianggap paling
berbahaya. Akibatnya, kepribadian menghayati pengalaman tersebut secara
parsial tidak utuh. Seorang yang harmonis dengan realitas eksternal dapat
menghayati pengalaman hidupnya secara utuh. Keutuhan itu dapat dilihat dari
aspek kognitif (pikiran), afektif (perasaan) dan konatif (tingkah laku). Misalnya:
ketika seorang mendapat bonus gaji, orang tersebut akan memikirkan hal - hal
yang menyenangkan. Perasaan akan gembira dan wajahnya berseri- seri pada
13

hari itu. Pada orang yang melakukan isolasi, contoh: seseorang yang tidak
sanggup menerima kenyataan bahwa orang yang paling dikasihinya meninggal
tidak merasa sedih dan tidak menunjukkan kesedihan. Yang ada hanyalah
perasaan hampa. Sesungguhnya kesedihan yang dialami orang tersebut sangat
besar, lebih besar dari yang sanggup ditanggungnya sehingga ia memendamnya.
Hal ini tidak sehat karena akan mengganggu kepribadian di masa yang akan
datang.
8) Intelektualisasi
Mekanisme ini terlalu menonjolkan aspek inteleknya secara berlebihan.
Tujuannya untuk mengkompensasi bagian kepribadian lain yang kurang.
Contoh: seorang yang kurang terampil menjalin relasi sosial yang hangat dengan
orang lain, memperlihatkan upaya yang terlalu besar untuk menonjolkan
kepintarannya.
9) Displacement
Displacement dilakukan dengan cara mengganti objek yang menjadi sasaran
kemarahan. Misal: seseorang sangat marah terhadap atasannya karena
penghinaan yang dilakukan sang atasan. Namun, karena tidak mungkin
melampiaskan ke marahannya, dia mengalihkan dorongan tersebut kepada orang
lain. Misalnya kepada bawahannya yang mungkin hanya melakukan kesalahan
kecil.
10) Denial
Denial merupakan suatu mekanisme dengan menyangkal bahwa suatu peristiwa
sungguh-sungguh terjadi. Hal ini dilakukan karena tidak sang gup menerima
kenyataan tersebut.
11) Regresi
Regresi artinya mundur secara mental dari suatu tahap perkembangan. Hal ini
dilakukan karena seseorang tidak sanggup atau mengalami kesulitan untuk maju
ke tahap perkembangan selanjutnya.
Misalnya: seorang bapak paruh baya yang tidak merasa dengan dirinya yang
semakin tua, kembali ke fase phallic. Sehingga ia akan menunjukkan kegenitan
dan seductiveness.
c. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Primitif (Archaic)
1) Splitting

14

Splitting adalah mekanisme yang dilakukan bayi untuk memudahkannya


menangani berbagai pengalaman yang dialaminya. Splitting membagi suatu
objek atau pengalaman menjadi dua, yakni baik dan buruk. Mekanisme ini tidak
mampu melihat daerah abu- abu di antaranya. Secara primitif, hal yang
menyenangkan akan dihayati baik sedangkan yang tidak menyenangkan akan
dihayati tidak baik. Semakin tumbuh dan kepribadian semakin matang, spiltting
jarang dilakukan. Mekanisme pertahanan ini biasanya dilakukan oleh orang
dengan gan gguan mental yang berat.
2) Projective Identification
Defense mechanism ini jarang ditemui pada kepribadian yang cukup matang.
Mekanisme ini akan lebih sering ditemukan dalam kepribadian yang sangat
terganggu, misalnya pada pasien skizofrenia.
3) Primitive Idealization
Mekanisme ini dilakukan untuk mempertahankan harga diri mendasarnya (basic
self-esteem)

ketika

mengalami

ancaman.

Hal

ini

dilakukan

dengan

mengidealisasikan orang lain dan kemudian mengembangkan kesatuan dengan


orang tersebut. Orang yang diidealisasikan akan dipandang sepenuhnya memiliki
nilai - nilai positif dan tidak memiliki nilai - nilai negatif sama sekali. Fantasi
kesatuan dengan orang tersebut akan membantu menambal harga diri yang
terluka. Contoh: seseorang perempuan yang semasa keciln ya tidak pernah
mendapat kasih sayang dari orangtua, kemudian mengidealisasikan suaminya.
Suaminya dianggap sangat sempurna walaupun kenyataannya sangat kontras
dengan idealisasinya tersebut.
4) Omnipotence
Arti omnipotence adalah maha kuasa. Orang yang menggunakan mekanisme ini
menganggap dirinya maha kuasa dan mampu melakukan apapun juga, tidak takut
atau kuatir pada apapun juga. Mekanisme ini biasanya dilakukan oleh bayi pada
fase oral.
5) Manic Defense
Mekanisme pertahanan ego ini dikembangkan oleh Mela nie Klein. Menurut
Klein, setiap orang memiliki dua posisi mental. Pertama adalahparanoid- schizoid
position, di mana seseorang merasa terpisah dari orang lain. Dia tida dapat
menghargai sepenuhnya keberadaan orang lain. Orang lain dipandang sebagai
objek - bukan subjek. Orang lain dipandang sebagai ancaman bagi diri atau

15

sarana pemuas kebutuhan semata. Posisi kedua adalahdepressive position, yaitu


ketika seorang sepenuhnya menyadari keberadaan orang lain dan memiliki
ketergantungan terhadap mereka. Memandang orang lain sebagai subjek yang
juga memilikperasaan dan pengalaman - pengalaman manusiawi yang serupa.
Menurut Klein, kita beralih dari satu posisi ke posisi yang lain. Saat berada dalam
posisi paranoid -skizoid kita cenderung menyakiti orang, baik den gan tindakan
aktual maupun khayalan. Saat berada dalam posisi depresi, kita menyadari bahwa
kita telah menyakiti orang lain. Kesadaran ini menimbulkan perasaan bersalah
dan takut kehilangan orang tersebut. Pada manic defense, seseorang menyangkal
bahwa ia sangat tergantung pada orang yang dilukainya. Ia menyangkal takut
kehilangan orang tersebut atau menyangkal telah melakukan hal yang merugikan
orang tersebut. mekanisme manic defense bersikukuh pada fantasi bahwa ia akan
tetap bahagia seorang diri dan tidak membutuhkan orang lain.

BAB III
KESIMPULAN
Manusia merupakan makhluk yang tertinggi tingkat perkembangannya
sehingga suatu pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur baik
organik, psikologik dan sosial. Begitu pula halnya dengan mekansime pertahanan diri,
manusia memiliki berbagai macam bentuk. Semua mekansime pertahanan ini
dimaksudkan untuk mempertahankan keutuhan pribadi dan digunakan dalam berbagai
tingkat dengan bermacam-macam cara.
Status internal manusia selalu diselimuti dengan kecemasan sebagai produk
dari konflik antar struktur kepribadian yaitu Id, Ego dan Super ego. Kemudian status
internal tersebut bermanifestasi ke dalam perilaku kongkrit yang tercermin dalam
suatu mekansime pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego. Ego berusaha

16

sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan Id dan super ego, namun
ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara
tidak sadar, seseorang akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongandorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima dan tidak terlalu
mengancam. Cara inilah yang disebut dengan mekanisme pertahanan diri atau
mekansime pertahanan ego.
Mekanisme pertahanan dapat dianggap normal dan diperlukan, kecuali bila
digunakan secara sangat berlebihan sehingga mengorbankan efisiensi penyesuaian diri
dan kebahagiaan individu dan kelompok. Perlu diwaspadai bahwa dengan hanya
mengamati satu macam tindakaan belum berarti bahwa perilaku tersebut sudah
merupakan suatu jenis pembelaan ego. Tindakan tersebut perlu dipertimbangkan juga
kepribadian orang tersebut dan memotivasinya.

DAFTAR PUSTAKA
Arif I S. Pandangan Topografis dan Pandangan Struktural Tentang Kepribadian.
Dalam: Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian. Bandung: Refika Aditama; 2006:13
-24.
Arif I S.Defense Mechanism. Dalam: Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian.
Bandung: Refika Aditama; 2006:31 -44.
Durand V M, Barlow D H. Gangguan Kepribadian . In: Heppy El Rais, eds.
Psikologi Abnormal Edisi IV Buku 2. Jakarta: Pustaka Pelajar Inc; 2007: 176 -220.
Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A.Gangguan Kepribadian . In: I Made Wiguna
S,eds. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc; 2010:258 -290.
Maramis, W F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa . Airlangga University Press;
Surabaya 1998:37-38,65-84

17

Mekanisme
Pertahanan
Ego
diunduh
dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanisme_pertahanan_ego tanggal 13 Februari 2011
Mekanisme
Pertahanan
Diri
diunduh
dari
http:/rizky13.multiply.com/journal/item/71/Mekanisme_Pertahanan_Diri tanggal 13
Februari 2011
Pertahanan
Ego
diunduh
dari
http:/trescent.wordpress.com/2007/08/15/pertahanan_ego tanggal 13 Februari 2011
Sistem
Pertahanan
Ego
diunduh
dari
http://psikologiupi.blogspot.com/2008/09/system_pertahanan_ego tanggal 13 Februari
2011

18

Anda mungkin juga menyukai