BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medik Dari Abses Renal
A.I. Pengertian Abses Renal
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses Ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi.Ditandai dengan pembentukan
sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang
menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah.
Penyakit Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatuinfeksi yang
terbawa ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksisaluran kemih yang terbawa ke
ginjal dan menyebar ke dalam jaringan ginjal.
Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya terjadi sebagai
akibat dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu dan refluks vesicoureteral.
Kadang-kadang, abses ginjal dapat berkembang dari sumber infeksi di setiap area tubuh. Abses
kulit multiple dan penyalah gunaan obat intravena juga dapat menjadi sumber abses ginjal.
Infeksi saluran kemih yang rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih neurogenik
dan diabetes mellitus juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.
A.II. Etiologi Abses Renal
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dikeluarkan isinya.
Antibiotik bisa diberikan setelah suatu abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah
kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Abses diinsisi, didrainase dan di test kultur
Pemilihan obat antimicrobial yang tepat berdasarkan hasil test kultur
Adapun konsep pengkajian identitas pada pasien penderita abses renal adalah sebagai
berikut :
Pasien
Nama
:Tempat/Tanggal Lahir : Status Perkawinan
:Pendidikan
: SD/SMP/SMA/PT
Pekerjaan
:Suku/Bangsa
:Tanggal Masuk RS
:No. RM
:Ruang
:Diagnosa Medis
: Abses Renal
Keluarga/Penanggung jawab
Nama
:Hubungan
: Suami/istri
Umur
: 55 Tahun
Pendidikan
: SD/SMP/SMA/PT
Pekerjaan
:Alamat
: Riwayat kesehatan
Kesehatan pasien
1. Keluhan Utama
: Adapun keluhan utama yang biasa
disampaikan oleh pasien penderita abses renal adalah klien mengeluh nyeri pada punggung
sebelah bawah. Nyeri seperti ditekan dan menjalar ke abdomen bagian bawah
2. Keluhan tambahan
: Adapun keluhan tambahan yang dapat
dialami oleh klien penderita abses renal adalah demam, menggigil, nyeri ketika berkemih.
3. Alasan utama masuk RS
: Pasien mengatakan nyeri yang semakin
sakit
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital :
TD
:140/100 mmHg
ND
: 84 x/menit
RR
: 28 x/menit
S. Axila
: 36,7 C
B.II. Analisis Data
NO
1.
Data Fokus
DS:
Klien mengatakan nyeri pada punggung bagian
bahwa
Klien mengatakan nyeri menjalar ke area abdomen
Masalah
Nyeri
bagian bawah
Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
Klien mengatakan nyeri sering timbul pada malam
dan pagi hari saat bangun tidur
Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
Klien mengatakan nyeri hilang timbul
DO:
Ekspresi wajah meringis
Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang
Klien tampak mengalami perubahan selera makan
Klien tampak mengalami perubahan tekanan darah
Klien tampak mengalami perubahan frekuensi
jantung
2.
DS: -
Hipertermia
DO:
Klien mengalami suhu tubuh diatas rentang normal
3.
Ketidakseimbanga
4.
Defisiensi
tanpa akhir yang dapat di antisipasi atau di prediksi dan berlangsung ,< 6 bulan.
Batasan karakteristik :
Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernapasan laporan isyarat
Mengepresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas mendesah)
Masker wajah (mis mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap
2. Hipetermia
Domain 11 : keamanan/ perlindungan
Kelas 6
: termoregulasi
Definisi
: peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Batasan karakteristik :
- Kulit kemerahan
- Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
- Kulit terasa hangat
Faktor yang berhubungan :
-
Anestesia
Penurunan perspirasi
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan yang panas
Penyakit
Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
Peningkatan laju metabolism
Medikasi
Trauma
- Aktivitas berlebihan
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Domain 2 : nutrisi
Kelas 1
: makan
Batasan karakteristik :
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Berat badan 20% atau lebih di bawa berat badan ideal
- Kurang makan
- Kurang informasi
- Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
- Membran mukosa pucat
- Tonus otot menurun
Faktor yang berhubungan :
- Faktor biologis
- Faktor ekonomi
- Ketidak mampuan untuk mengabsorpsi nutrient
- Ketidak mampuan untuk mencerna makanan
- Ketidak mampuan untuk mencerna makanan
- Ketidak mampuan menelan makanan
- Faktor psikologis
4. Defisiensi pengetahuan
Domain 5 : persepsi/kognisi
Kelas 4
: kognisi
Definisi
: ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu
5. Batasan karakteristik :
- Perilaku hiperbola
- Ketidakakuratan mengikuti perintah
- Ketidakakuratan melakukan tes
- Pengungkapan masalah
Faktor yang berhubungan :
-
Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam belajar
Kurang dapat mengingat
Tidak familier dengan sumber informasi
B.IV. Intervensi dan Evaluasi
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut
NOC
NIC
(Nursing Outcome
(Nursing Intervention
Clasification)
Setelah dilakukan tindakan
Clasification)
Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan dengan:
keperawatan selama
fisik, psikologis),
kerusakan jaringan
kriteria hasil:
presipitasi
DS:
mampu menggunakan
bahwa
Klien mengatakan nyeri
tehnik nonfarmakologi
dukungan
mencari bantuan
Melaporkan bahwa nyeri
dari ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga
berkurang dengan
menggunakan manajemen
kebisingan
nyeri
tidur
Klien mengatakan nyeri
perubahan frekuensi
jantung
Hipertermia
berhubungan
keperawatan selamax/24
denganpenyakit/
trauma,peningkatan
metabolisme, aktivitas
yang berlebihdehidrasi
hasil:Suhu 36 37C
DS: -
dan RR
Monitor penurunan tingkat
kesadaran
DO:
normal
Selimuti pasien
konvulsi (kejang)
Klien mengalami
pertambahan
dan aksila
RR/Respiration Rate
Klien mengalami
Takikardi
Kulit klien teraba panas/
nutrisi
hangat
Ketidakseimbangan
mukosa
Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurangdari
keperawatan selama
kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
teratasi dengan
Ketidakmampuan untuk
indicator:Albumin serum
dibutuhkan pasien
memasukkan atau
Hematokrit
Hemoglobin
mencegah konstipasi
DS :
Jumlah limfosit
Klien mengatakan
harian
makan
DO:
makan)
Konjungtiva klien tampak
pucat
Kurang Pengetahuan
Berhubungan dengan :
keperawatan selama .
keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap
menunjukkan pengetahuan
tepat.
mengetahui sumber-
menyatakan pemahaman
sumber informasi.
DS :
pengobata
tepat
tahu-menahu tentang
mampu melaksanakan
DO :
secara benar
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, Tim Penulis dapat menarik beberapa kesimpulan bahwa :
1.
Abses Renal merupakan suatu penyakit autoimun kronis dengan gejala nyeri, kekakuan,
pemeriksaan urine untuk mendeteksi apakah ada kandungan darah pada urine
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien penderita abses renal dilakukan mulai dari
pengakajian, analisis data, diagnosa keperawatan, serta intervensi dan evaluasi
B. Saran
Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulis adalah :
ABSES 22222222222222222222
ABSES RENAL
Posted: 04/04/2013 in Bahan Kuliah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri
menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses ginjal adalah salah satu yang terbatas pada ginjal dan disebabkan baik oleh bakteri dari
infeksi bepergian ke ginjal melalui aliran darah atau infeksi saluran kemih bepergian ke ginjal
dan kemudian menyebar ke jaringan ginjal.
Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya terjadi sebagai akibat
dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu dan refluks vesicoureteral. Kadangkadang, abses ginjal dapat berkembang dari sumber infeksi di setiap area tubuh . Abses kulit
multiple dan penyalah gunaan obat intravena juga dapat menjadi sumber abses ginjal. Infeksi
saluran kemih yang rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih neurogenik dan
diabetes mellitus juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan abses
renal .
1. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati.
Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses Ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan pembentukan sejumlah
bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang menjalar ke
jaringan ginjal melalui aliran darah.
Penyakit Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang terbawa
ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih yang terbawa ke ginjal dan
menyebar ke dalam jaringan ginjal.
B. Etiologi
bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril
bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
C. Patofisiologi
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal utama
infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal. Sebaliknya,
abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh organisme yang telah
diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses
corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga
membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses infeksi bawah
akut dan kronis ginjal.
D. Manifestasi klinis
demam, menggigil.
nyeri di punggung sebelah bawah
Nyeri tekan
Nyeri perut
E.Pemeriksaan diagnostic
rontgen,
USG,
CT scan
MRI
F. Penatalaksanaan
Antibiotik bisa diberikan setelah suatu abses mengering dan hal ini dilakukan
untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses
menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. identitas pasien :
Nama
jenis kelamin
Usia
Alamat
b. riwayat kesehatan
c. pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan/malaise
Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
Tanda: pucat,edema
3. Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
4. Makanan/cairan
Gejala: penurunan BB , anoreksia, mual,muntah
Tanda: penurunan haluaran urine
5. Pernafasan
Gejala: nafas pendek
Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
d. Pemeriksaan penunjang
Pada laboratorium didapatkan:
-Leukosit +
-Eritrosit +
-Urinalisis (Urine meningkat)
- darah + Dalam urin
ABSES 333333333333333333333333
ABSES
Abses adalah rongga yang berisi nanah. Tanda utamanya dari suatu abses adalah fluktuasi,
meskipun tidak selalu terdeteksi. Rasa hangat yang terlokalisir, bengkak dan nyeri tekan
langsung pada rongga abses adalah tanda yang khas juga. (Eliastam, Michael.1998 : 183)
Terapinya memerlukan insisi dan drainase cairan purulen. Antibiotik dapat sebagai
tambahan tapi bukan terapi primer. (Schwartz .2000 : 49)
Abses disebabkan oleh flora bacterial campuran yang berkisar sekitar 2,5 spesies bakteri
1,6 diantaranya merupakanbakteri anaerob sementara 0,9 lainnya adalah bakteri aerob atau
fakultatif. Bakteri komensal dari tempat-tempat disekitarnya merupakan penyebab abses yang
biasa ditemukan sehingga spesies bakteri dalam abses secara tipikal merupakan spesies yang
ditemukan dalam flora normal. (Richard N.mitchell.2008 : 230)
Abses Ginjal
Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang terbawa ke
ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih yang terbawa ke ginjal dan
menyebar ke dalam jaringan ginjal.
Abses di permukaan ginjal (abses perinefrik) hampir selalu disebabkan oleh pecahnya
suatu abses di dalam ginjal, yang menyebarkan infeksi ke permukaan dan jaringan di sekitarnya.
Gejala dari abses ginjal adalah:
a)
b)
c)
d)
Demam, menggigil.
Nyeri di punggung sebelah bawah.
Nyeri ketika berkemih.
Air kemih mengandung darah (kadang-kadang).
Abses perinefrik adalah abses renal yang meluas kedalam jaringan lemak disekitar ginjal.
Ini dapat diakibatkan oleh infeksi ginjal, seperti pielonefritis atau dapat terjadi secara hematogen
( menyebar melalui aliran darah ) yang berasal dari bagian mana saja di tubuh. Organisme
penyebab mencangkup Staphylococcus, proteus dan E.coli. kadang-kadang infeksi menyebar
dari area yang berdekatan, seperti divertikulatis atau apendisitis. (Smeltzer. 2001 : 1437)
Abses perinefrik sering terjadi akibat penyebaran hematogen atau sekunder akibat
obstruksi renal dan pada penderita diabetes lebih rentan (Pradip R. Patel.2007 :157)
Abses perinefrik/pionefrosis memiliki karakteristik nyeri tekan akut, timbul tanda-tanda
sistemik, namun abses jarang menjadi besar. (Pierce A, Grace & Neil R. Borley. 2006 : 35)
Abses perinefrik terdiri atas abses diluar ginjal yang biasanya dibebabkan oleh infeksi
diluar pielum. Sering disertai batu pielum. Berangsur-angsur abses menjadi besar sampai dapat
diraba. Pada pemeriksaan ditemukan piuria dan pada pemeriksaan ultrasonografi dilihat ruang
abses diluar ginjal. ( Sjamsuhidajat.2010 : 866)
Terapi terdiri atas penyaliran, sering ginjal sudah tidak berfungsi lagi sehingga
nefrektomi harus dianjurkan. ( Sjamsuhidajat.2010 : 866)
Pasien abses perinefrik yang harus mendapat perhatian lebih adalah dengan nyeri sudut
kostovertebra yang hebat, rigiditas otot-otot daerah panggul, massa daerah panggul atau demam
tinggi, terutama jika infeksinya resisten terhadap terapi antibiotika. ( Eliastam, Michael.1998 :
165)
Abses perinefrik ini biasanya mengikuti perforasi dari infeksi ginjal atau abses kedalam
rongga perinefrik. Pasien datang dengan demam tinggi dan abdomen yang keras. Pada radiografi
tidak terlihat adanya bayangan psoas dan tulang belakang mencembung kearah lesi. Terapi
membutuhkan drainase dan antibiotika jangka panjang. (Schwartz.2000: 586)
Etiologi
Beberapa agen bakteri penyebab abses perirenal, meliputi Esherichia coli, Proterus, dan
Staphylococcus aureus. Beberapa bakteri gram negatif lain dapat menyebabkan infeksi ini
meliputi Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, Serratia, dan Citrobacter spesies.
Penyebab lainnya adalah jamur, terutama Candida biasanya terjadi pada pasien dengan
diabetes. Faktor predisposisi mencakup pembedahan (termasuk transplantasi ginjal) dan terapi
antibiotik berkepanjangan. (Musttaqin. 2012 : 122)
Manifestasi Klinis
Manifestasi yang terjadi sering akut awitan, disertai menggigil, demam, lekositosis, nyeri
tumpul atau teraba massa di panggul : nyeri abdomen dan nyeri tekan sudut konstovertebral sakit
berat.
Penatalaksaannya dengan insisi abses, didrainase dan kultur serta sensivitas dari seluruh
cairan darinase diperiksa. Terapi antimikrobial yang tepat diresepkan.
Drain biasanya dimasukkan dan dibiarkan diruangan perinefrik sampai drainase
signifikan keluar seluruhnya. Karena cairan drainase biasanya banyak, maka diperlukan
penggantian balutan luar dengan sering. Seperti pada penanganan abses disetiap tempat, pasien
dipantau terhadap adanya sepsis, masukan dan haluaran cairan, dan respons umum terhadap
penanganan. (Smeltzer. 2001 : 1438)
Patofisiologi
Mekanisme yang paling umum terjadi untuk abses bakteri gram-gram negatif adalah
pecahnya abses kortikomedular, sementara mekanisme yang paling umum untuk pengembangan
infeksi staphylococcal adalah pecahnya abses kortikal ginjal. Temuan ini sering diamati dalam
hubungan dengan operasi ginjal sebelumnya seperti nephrectomy parsial atau nefrolisiasis atau
paling sering, sebagai komplikasi diabetes mellitus (Bolkier, 1991). (Musttaqin. 2012 : 122)
Pasien dengan penyakit ginjal polikistik yang menjalani hemodialisis mungkin sangat
rentan untuk mengembangkan abses perirenal 62% dari kasus. Faktor predisposisi untuk abses
perirenal meliputi neurogenik kandung kemih, refluks vesicoureteral, obstruksi kandung kemih,
nekrosis papiler ginjal, TBC saluran kemih, trauma ginjal, imunosupresi, dan penyalahgunaan
narkoba suntikan.
Ketika pecah, infeksi abses perirenal melalui fasia gerota ke riuang pararenal, keadaan
tersebut mengarah pada pembentukan abses pararenal. Abses parerenal juga dapat disebabkan
oleh gangguan dari pancreas, usus, hati, kantung empedu, prostat, dan rongga pleura, dan mereka
mungkin disebabkan oleh osteomielitis tulang rusuk yang berdekatan atau tulang belakang.
Respons terbentuknya abses pada perineal akan memberikan manifestasi reaksi lokal
yang sistemik. Reaksi lokal memberikan respons inflamasi lokal dengan adanya keluhan nyeri
kostovetebral. Respons sistemik akan menimbulkan masalah peningkatan suhu tubuh, kelemahan
fisik umum, serta ketidakseimbangan nutrisi dan kecemasan. (Musttaqin. 2012 : 122)
Pengkajian Anamnesis
Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan infeksi kulit atau
infeksi saluran kemih. Infeksi bisa diikuti dalam 1-2 minggu dengan demam dan nyeri pada
pinggang atau kostovertebra.( Musttaqin. 2012 :122)
Keluhan nyeri daerah pingggang atau kostovertebra misalnya disertai adanya peningkatan
suhu tubuh, demam, sampai menggigil. Pasien mengeluh adanya massa pada daerah pinggang
disertai penurunan nafsu makan. Keluhan lainnya adalah nyeri perut, disuria, penurunan berat
badan, malaise, dan gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah.
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu penting bagi perawat untuk mengkaji apakah
ada riwayat penyakit seperti adanya penyakit bisul atau karbunkel pada daerah tubuh lainnya,
adanya riwayat demam sampai menggigil. Kaji apakah pasien pernah menderita penyakit
diabetes mellitus. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
Pada pengkajian psikososiokultural, adanya nyeri, benjolan pada pinggang dan
pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan akan memberikan dampak rasa cemas pada pasien.
(Musttaqin. 2012 :123)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat denagn tingkat kesadran biasanya
compos metis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan suhu tubuh meningkat, frekuensi
denyut nadi mengalami peningkatan, frekunsi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh
dan denyut nadi. Tekanan darah tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya
penyakit hipertensi renal.
(Musttaqin. 2012 :124)
Pemeriksaan Fisik Fokus
1. Inspeksi : Terdapat pembesaran pada daerah kostovertebral. Pada abses yang mengenai kedua
ginjal sering didapatkan penurunan urine output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal.
Pasien mungkin mengalami nyeri pada saat melakukan fleksi panggul kesisi kontralateral.
2. Palpasi : Didapatkan adanya massa pembesaran ginjal pada area konstovertebra.
3. Perkusi : perkusi pada sudut kontovertebra memberikan stimulus nyeri lokal disertai suatu
penjalaran nyeri ke pinggang dan perut. (Musttaqin. 2012 :124)
Pengkajian Diagnostik
1. Laboratorium : Pemerikasaan urinalisis menunjukkan adanya piuria dan hematuria, kultur urine
menunjukkan kuman penyebab infeksi, sedangkan pada pemeriksaan darah terdapat leukositosis
dan laju endap darah yang meningkat.
2. Radiografi : Pemeriksaan foto polos abdomen mungkin didapatkan kekaburan pada daerah
pinggang, bayangan psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis,
atau bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih. Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan
adanya cairan pus didalam perirenal.
3. Radiografi : Pemerikasaan foto polos abdomen mungkin didapatkan kekaburan pada daerah
pinggang, bayangan psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis,
atau bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih. Pemerikasaan Ct scan dapat menunjukkan
adanya cairan pus didalam parirenal.
4. Ultrasonografi : Pemeriksaan menunjukkan cairan abses. (Musttaqin. 2012 :124)
Penatalaksanaan Medis
1. Drainase abses perkutan. Aspirasi drainase perkutan dengan panduan ultrasonografi memberikan
manifestasi kerusakan jaringan minimal. Hasil drainase dilakukan kultur, serta sensitivitas dari
seluruh cairan drainase. Keuntungan drainase perkutan meliputi : menghindari anestesi umum
dan bedah, lebih diterima baik fisik maupun psikososial oleh pasien, biaya rendah,
mempermudah perawat pascaprosedur, serta memperpendek hari rawat. Sementara itu,
kerugiannya meliputi : infeksi jamur, pembentukan kalsifikasi, drainase buntu oleh drainase
purulen, terbentuk rongga retroperitoneal, serta emfisematous dalam ginjal.
2. Terapi bedah. Pada kondsi tertentu, seperti abses fistula ginjal-enterik, mungkin memerlukan
intervensi bedah segera.
3. Pemberian antimikroba yang sesuai dengan hasil uji sensivitas yang bersifat bakterisidal, dan
berspektrum luas. Drain biasanya dimasukkan dan dibiarkan di ruang perirenal sampai seluruh
drainase signifikan keluar seluruhnya. Seperti pada penanganan abses disetiap tempat, pasien
dipantau terhadap adanya sepsis, intake dan ouput cairan, serta respons umum terhadap
penanganan dang anti balutan sesering mungkin.
4. Simtomatik, untuk menurunkan keluhan nyeri dan demam. (Musttaqin. 2012 :125)
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
nutrisi
Gangguan activity daily living (ADL) berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum
Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan
kesehatan (Musttaqin. 2012 :125)
tersebut. Rawat luka operasi sudah dilakukan sesuai jadwal, pasien juga terpasang drainase untuk
memeriksa kultur cairan yang keluar, penggantian balutan luar juga sering dilakukan, kebutuhan
cairan pasien pun terpenuhi sesuai advice dokter, namun walaupun diberikan analgesik untuk
meredakan nyeri, pasien masih mengeluhkan nyeri. Akhirnya dokter pun menyarankan Ny. T
untuk dilakukan foto abdomen. Dari situ diketahui bahwa di tempat yang beberapa hari lalu
dioperasi terdapat lembaran kasa yang tertinggal. Dokter pun menjadwalkan operasi pengeluaran
benda asing tersebut. Ny. T pun terpaksa harus dioperasi kembali untuk mengeluarkan kasa yang
tertinggal tersebut agar tidak membahayakan kesehatannya. Hal tersebut sudah barang tentu
merupakan suatu tindakan malpraktik yang dilakukan oleh tenaga medis.
dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan
melakukannya dalam situasi tersebut.
Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa kelalaian lebih bersifat ketidaksengajaan,
kurang teliti, kurang hati-hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan orang
lain, namun akibat yang ditimbulkan memang bukanlah menjadi tujuannya. Kelalaian bukanlah
suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau
cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya (Hanafiah & Amir, 1999). Tetapi jika
kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan bahkan merengut nyawa orang lain,
maka ini dklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata), serius dan kriminal.
Malpraktek tidaklah sama dengan kelalaian. Malpraktik sangat spesifik dan terksait dengan
status profesional dari pemberi pelayanan dan standar pelayanan profesional Malpraktik adalah
kegagalan seorang profesional (misalnya dokter dan perawat) melakukan sesuai dengan standar
profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena memiliki ketrampilan dan pendidikan
(Vestal,K.W, 1995). Hal ini bih dipertegas oleh Ellis & Hartley (1998) bahwa malpraktik adalah
suatu batasan spesifik dari kelalaian. Ini ditujukan pada kelalaian yang dilakukan oleh yang telah
terlatih secara khusus atau seseorang yang berpendidikan yang ditampilkan dalam pekerjaannya.
Oleh karena itu batasan malpraktik ditujukan untuk menggambarkan kelaliaian oleh perawat
dalam melakukan kewjibannya sebagai tenaga keperawatan.
Kelalaian memang termasuk dalam arti malpraktik, tetapi didalam malpraktik tidak selalu
harus ada unsur kelalaian. Malpraktik lebih luas daripada negligence.Karena selain mencakup
arti kelalaian, istilah malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan
sengaja (criminal malpractice) dan melanggar Undang-undang. Didalam arti kesengajaan tersirat
ada motifnya (guilty mind) sehingga tuntutannya dapat bersifat perdata atau pidana.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan malpraktik adalah :
1. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan.
2. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya (negligence)
3. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Problem solving
Dalam mencegah kesalahan tersebut diatas, sebagai perawat professional jangan hanya
megira-ngira dalam membuat rencana keperawatan tanpa dipertimbangkan dengan sebaik-
baiknya. Seharusnya dalam menulisan harus dengan pertimbangan yang jelas dengan
berdasarkan masalah pasien. Bila dianggap perlu, lakukan modifikasi rencana berdasarkan data
baru yang terkumpul. Rencana harus realistik, berdasarkan standar yang telah ditetapkan
termasuk pertimbangan yang diberikan oleh pasien. Komunikasikan secara jelas baik secara lisan
maupun dengan tulisan. Bekerja berdasarkan rencana dan dilakukan secara hati-hati instruksi
yang ada. Setiap pendapatnya perlu divalidasi dengan teliti.
Ada pula Intervention errors, yang termasuk dalam kegagalan menginterpretasikan dan
melaksanakan tindakan kolaborasi, kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati-hati,
kegagalan mengikuti/mencatat order/perintah dari dokter atau dari supervisor. Kesalahan pada
tindakan keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam membaca perintah/order,
mengidentifikasi pasien sebelum dilakukan tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi
pembatasan (restrictive therapy). Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya nampaknya
pada tindakan pemberian obat, oleh karena itu perlunya komunikasi baik diantara anggota tim
kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.
Untuk menghindari kesalahan ini, sebaiknya rumah sakit tetap melaksanakan program
pendidikan berkelanjutan (Continuing Nursing Education).
Beberapa contoh kesalahan perawat :
1.
Pada pasien usia lanjut, pasien mengalami disorientasi pada saat berada diruang perawatan.
Perawat tidak membuat rencana keperawatan guna memonitoring dan mempertahankan
keamanan pasien dengan memasang penghalang tempat tidur. Sebagai akibat disorientasi, pasien
kemudian terjatuh dari tempat tidur pada waktu malam hari dan pasien mengalami patah tulang
tungkai.
2. Pada pasien dengan pasca bedah disarankan untuk melakukan ambulasi. Perawat secara drastis
menganjurkan pasien melakukan mobilisasi berjalan, pada hal disaat itu pasien mengalami
demam, denyut nadi cepat, dan mengeluh nyeri abdomen. Perawat melakukan ambulasi pada
pasien sesuai rencana keperawatan yang telah dibuat tanpa mengkaji terlebih dahulu kondisi
pasien. Pasien kemudian bangun dan berjalan, pasien mengeluh pusing dan jatuh sehingga pasien
mengalami trauma kepala.
Untuk mencegah hal yang bersangkutan dengan malpraktek sangat perlu bagi seorang
perawat berupaya melakukan sesuatu guna mencegah terjadinya tuntutan malpraktik yaitu upaya
mempertahankan standar pelayanan/asuhan yaqng berkualitas tinggi. Hal ini dilakukan dalam
pekerjaan sebagai perawat yaitu meningkatkan kemampuan dalam praktik keperaweatan dan
menciptakan iklim yang dapat mendorong peningkatan praktik keperawatan., yaitu :
1. Kesadaran diri (self-awareness):
Yaitu mengidentifikasi dan memahami pada diri sendiri tentang kekutan dan kelamahan dalam
praktik keperawatan. Bila terindentifikasi akan kelemahan yang dimiliki maka berusahalah untuk
mencari penyelesaiannya. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu melalui pendidikan,
pengalaman langsung, atau berdiskusi dengan teman sekerja/kolega. Apabila berhubungan
seorang supervisor, sebaiknya bersikap terbuka akan kelemahannnya dan jangan menerima
tanggung jawab dimana perawat yang bersangkutan belum siap untuk itu. Jangan menerima
suatu jabatan atau pekerjaan kalau menurut kriteria yang ada tidak dapat dipenuhi.
2. Beradaptasi terhadap tugas yang diemban
Tenaga keperawatan yang diberika tugas pada suatu unit perawatan dimana dia merasa kurang
berpengalaman dalam merawat pasien yang ada di unit tersebut, maka sebaiknya perawat perlu
mengikuti program orientasi/program adaptasi di unit tersebut. Perawat perlu berkonsultasio
dengan perawat senior yang aa diunit terbut
3. Mengikuti kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
Seorangmperawat dalam melaksanakan tugasnya harus sealu mempertimbangkan kebijakan dan
prosedur yang berlaku di unit tersebut. Ikuti kebijakan dan prosedur yang berlaku secara cermat,
misalnya kebijakan/prosedur yang berhubungan dengan pemberian obat pada pasien.
4. Mengevaluasi kebijakan dan prosedur yang berlaku
Ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan bersifat dinamis artinya berkembang secara terus
menerus. Dalam perkembangannya, kemungkinan kebijakan dan prosedur yang ada diperlukan
guna menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Oleh krena itu itu ada kebutuhan untuk
menyeuaikan kebijakan dan proseudr atau protokol tertentu. Untuk itu merupakan tanggung
jawab perawat profesional bekerja guna mempertahankan mutu pelayanan sesuai dengan
tuntutan perkembangan.
5. Pendokumentasian
Pencatatan perawat dapat dikatakan sesuatu yang unit dalam tatanan pelayanan kesehatan, karena
kegiatan ini dilakukan selama 24 jam. Apa yang dicatat oleh perawat merupakan faktor yang
krusial guna menghindari suatu tuntutan. Dokumentasi dalam suatu pencatatan adalah laporan
tentang pengamatan yang dilakukan, keputusan yang diambil, kegiatan yang dilakukan, dan
penilaian terhadap respon pasien.
Oleh karena setiap kasus ditentukan adanya fakta yang mednkung suatu tuntutan, maka
diperlukan pencatatan yang jelas dan relevan. Pencatatan diperlukan secara jelas, benar, dan jelas
sehingga dapat dipahami. Pedoman guna mencegah terjadinya malpraktik, sebagai berikut :
1. Berikan kasih sayang kepada pasien sebagaimana anda mengasihi diri sendiri. Layani pasien dan
keluarganya dengan jujur dan penuh rasa hormat.
2.
Gunakan pengetahuan keperawatan untuk menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat dan
laksanakan intervensi keperawatan yang diperlukan. Perawat mempunyai kewajiban untuk
menyusun pengkajian dan melaksanakan pengkajian dengan benar.
3.
Utamakan kepentingan pasien. Jika tim kesehatan lainnya ragu-ragu terhadap tindakan yang
akan dilakukan atau kurang merespon terhadap perubahan kondisi pasien, diskusikan bersama
dengan tim keperawatan guna memberikan masukan yang diperlukan bagi tim kesehatan lainnya.
4.
Tanyakan saran/order yang diberikan oleh dokter jika : Perintah tidak jelas,masalah itu
ditanyakan oleh pasien atau pasien menolak, tindakan yang meragukan atau tidak tepat
sehubungan dengan perubahan dari kondisi kesehatan pasien. Terima perintah dengan jelas dan
tertulis.
5.
Catatlah rencana keperawatan dan respon pasien selama dalam asuhan keperawatan.
Nyatakanlah secara jelas dan lengkap. Catatlah sesegera mungkin fakta yang anda observasi
secara jelas.
9.
Lakukan konsultasi dengan anggota tim lainnya. Biasakan bekerja berdasarkan kebijakan
organisasi/rumah sakit dan prosedur tindakan yang berlaku.( Vestal, K.W. 1995)
10. Pelimpahan tugas secara bijaksana, dan ketahui lingkup tugas masing-masing. Jangan pernah
menerima atau meminta orang lain menerima tanggung jawab yang tidak dapat anda tangani.
ABSES 444444444444444444444444
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses ginjal adalah salah satu yang terbatas pada ginjal dan disebabkan baik oleh bakteri
dari infeksi bepergian ke ginjal melalui aliran darah atau infeksi saluran kemih bepergian ke
ginjal dan kemudian menyebar ke jaringan ginjal.
Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya terjadi
sebagai akibat dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu dan refluks
vesicoureteral. Kadang-kadang, abses ginjal dapat berkembang dari sumber infeksi di setiap area
tubuh . Abses kulit multiple dan penyalah gunaan obat intravena juga dapat menjadi sumber
abses ginjal. Infeksi saluran kemih yang rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih
neurogenik dan diabetes mellitus juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.
1.2
1.2.1
1.2.1.1
1.2.1.2
1.2.1.3
1.2.1.4
1.2.1.5
1.2.1.6
1.2.1.7
Rumusan Masalah
Rumusan Masalah
Bagaimana anatomi dan fisiologi perkemihan ?
Apa definisi dari abses renal ?
Apa etiologi dari abses renal ?
Apa patofisiologi dari abses renal ?
Apa manifestasi klinis dari abses renal ?
Bagaimana pemeriksaan penunjang dari abses renal ?
Bagaimana penetalaksanaan medis dari abses renal ?
Khusus
Mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem perkemihan.
Mengetahui definisi dari abses renal.
Mengetahui etiologi dari abses renal.
Mengetahui patofisiologi dari abses renal.
Mengetahui manifestasi klinis dari abses renal.
Mengetahui pemeriksaan penunjang dari abses renal.
Mengetahui penetalaksanaan medis dari gagal ginjal kronik.
Mengetahui komplikasi dari abses renal.
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan abses renal.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Anatomi dan Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :
1. GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan
kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal 200 gram.
Dan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap tiap nefron
terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh
pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam
komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus tubulus, yaitu tubulus kontortus
proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada
medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral
(langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip
jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga
celah celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar
dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok
belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut
ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel
renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a.
renalis).
a) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut
nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler kapiler darah yang
tersusun bergumpal gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai
bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi.
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman.
Zat zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat
zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang
terdapat di dalam sumsum ginjal.
b) Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan
dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian
dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid
antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli
dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna
renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai
bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan
darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
c) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum
berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor,
yang masing masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi
papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari
Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam
kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
1. Mengekskresikan zat zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya
amonia.
2. Mengekskresikan zat zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan
berbahaya (misalnya obat obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
c. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang
berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri
akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk
gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai
bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai
bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur
jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah
yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan
senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan
hormn kortison.
2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri
dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh
pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang
dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian
a.
b.
c.
dan prostate.
Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah
luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok kelok melalui tengah tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya
20 cm. Uretra pada laki laki terdiri dari :
a. Uretra Prostaria
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah
luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan mukosa (lapisan
sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan
vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
1.2 Definisi
Abses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses ini dibedakan dalam 2
macam, yaitu abses korteks ginjal dan abses kortiko-meduler. Abses korteks ginjal atau disebut
karbunkel ginjal pada umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi kuman Stafilokokus aureus
yang menjalar secara hematogen dari fokus infeksi di luar sistem saluran kemih (antara lain dari
kulit). Abses kortiko-medulare merupakan penjalaran infeksi secara asending oleh bakteri E.
Coli,Proteus, atau Klebsiella spp. Abses kortikomedulare ini seringkali merupakan penyulit dari
pielonefritis akut. (Basuki P. Purnomo, 2011)
Abses perirenal adalah abses yang terdapat di dalam rongga perirenal, yaitu rongga yang
terletak di luar ginjal tetapi masih dibatasi oleh kapsula Gerota, sedangkan abses pararenal
adalah abses yang terletak di antara kapsula Gerota dan peritoneum posterior (Gambar 3-3).
Abses perirenal dapat terjadi karena pecahnya abses renal ke dalam rongga perirenal, sedangkan
abses pararenal dapat terjadi karena : (1) pecahnya abses erirenal yang mengalir ke rongga
pararenal atau (2) karena penjalaran infeksi dari usus, pankreas, atau dari kavum pleura ke
rongga pararenal. (Basuki P. Purnomo, 2011)
1.4 Etiologi
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara:
a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
a. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
b. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
c. Terdapat gangguan sistem kekebalan.
1.5 Patofisiologi
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal utama
infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal. Sebaliknya,
abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh organisme yang telah
diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses
corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga
membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses infeksi bawah
akut dan kronis ginjal.
Nyeri pinggang
Demam disertai menggigil
Teraba massa sipinggang (pada abses peri atau pararenal)
Keluhan miksi jika fokus infeksinya berasaal dari : saluran kemih, anoreksia, malas dan lemah.
Gejala ini sering didiagnosis banding dengan pielonefritis akut. Nyeri dapat dirasakan pula di
daerah (1) Pleura karena pleuritis akibat penyebaran infeksi ke subprenik dan Intrathorakal (2)
Inguinal (3) abdominal akibat pada peritoneum posterior. Nyeri pada saat hiperekstensi pada
sendi panggul adalah tanda dari penjalaran infeksi ke otot psoas.
1.6 Pemeriksaan Diagnosis
Menurut (Basuki P. Purnomo, 2011) :
a.
Pemeriksaan Urinalalis
Menunjukkan adanya oluria dan hematuria
b. Kultur Urine
Menunjukkan penyebab infeksi
c. Pemeriksaan darah
Terdapat leukositosis dan laju endap darah yang meningkat
d. Pemeriksaan foto polos abddomen
Didapatkan kekaburan pada daerah pinggang, bayanga psoas menjadi kabur, terdapat bayangan
gas pada jaringan lunak, skoliosis, atau bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih. Adanya
proses pada subdiafragma akan tampak pada foto thoraks sebagai ateletaksis, efusi pleura,
empiema, atau elevasi diafrgama.
Pemeriksaan USG
Adanya cairan abses, tetapi pemeriksaan ini sanagt tergantung pada kemampuan pemeriksa.
f. Pemeriksaan CT Scan
Dapat menunjukkan adanya cairan nanah di dalam intrarenal, perirenal, maupun pararenal
e.
1.7 Penatalaksanaan
Menurut (Basuki P. Purnomo, 2011) :
Jika dijumpai suatu abses harus dilakukan drainase, sedangkan sumber infeksi diberantas
dengan pemberian antibiotika yang adekuat. Drainase abses dapat dilakukan melalui operasi
terbuka ataupun perkutan melalui insisi kecil di kulit. Selanjutnya dilakukan berbagai
pemeriksaan untuk mencari penyebab terjadinya abses guna menghilangkan sumbernya.
BAB 3
PENUTUP
1.
2.
3.
4.
5.
3.1 Pengkajian
a. Anamnesis
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan infeksi kulit atau infeksi
saluran kemih. Infeksi bias diikuti dalam 11-2 minggu dengan demam dan nyeri pada pinggang
atau kostovertebra.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah ada riwayat penyakit seperti adanya penyakit bisul atau karbunkel pada
daerah tubuh lainnya, adanya riwayat demam sampai menggigil. Kaji apakah pasien pernah
menderita penyakit diabetes mellitus. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obatobatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian di dokumentasikan.
d. pengkajian psikososiokultural
adanya nyeri, benjolan pada pinggang dan pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan
akan memberikan dampak rasa cemas pada pasien.
3.2 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya
composmentis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan suhu tubuh meningkat, nadi
meningkat, frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi, TD
tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya penyakit hipertensi renal
3.3 Pemeriksaan Fisik Fokus
Inspeksi. Terdapat pembesaran pada daerah costovertebra. Pada abses yang mengenai ginjal
sering didapatkan penurunan urin output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal. Pasien
mungkin mengalami nyeri pada saat melakukan fleksi panggul kesisikontra lateral.
Palpasi.
Didapatkan
adanya
massa
pembesaran
ginjal
pada
costovertebra.
Perkusi. Pada sudut costovertebra memberikan stimulus nyeri local disertai suatu penjalaran
nyeri kepingang dan perut
3.4 DiagnosaKeperawatan
Nyeri b.d pasca drainase abses, respon inflamasi, kontraksiototefek sekunder, adanyaabses renal.
Hipertermi b.d repon sistemik sekunder, adanya abses renal.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat,
efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
Gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik secara umum
Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisisakit, dan perubahan kesehatan.
3.5 RencanaKeperawatan
Rencana keperawatan
1. Nyeri b.d pasca drainase abses, respons inflamasi, kontraksi otot efek sekunder adanya abses
renal
Tujuan
: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang / hilang atau
teradaptasi.
Rasional
Mandiri :
Beri posisi yang nyaman pada pasien
Mandiri :
1. Posisi yang nyaman akan mengurangi rasa
nyeri
pasien
sehinggga
pasien
dapat
beristirahat
2. Lingkungan yang tenang akan menurunkan
2. Beri lingkungan yang nyaman dan tenang
stimulus nyeri ekternal dan menganjurkan
pada pasien
pasien untuk beristirahat
3. Istirahat akan menurunkan O2 jaringan
Istirahatkan pasien
perifer sehingga akan meningkatkan suplai
4.
Lakukan masase sekitar nyeri
darah ke jaringan
Meningkatkan kelancaran suplai darah
untuk menurunkan iskemik
HE :
H. E :
1. Ajarkan tehnik distraksi
1.
Kolaborasi :
1.
1.
Mempercepat
penyembuhan,
untuk
: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, suhu tubuh pasien menurun/ kembali
normal
K.H
Rasional
Mandiri:
1. Beri kompres air hangat
2. Pertahan kantirah baring total
Mandiri :
1. Memvasodilatasi pembuluh darah
2. Mengurangi peningkatan metabolisme
umum yang memberikan dampak terhadap
peningkatan suhu tubuh secara sistemik
HE :
1. Untuk pemenuhan hidrasi cairan dalam
H. E :
1. anjurkan pasien untuk banyak minum
2.
tubuh
Untuk mempercepat evaporasi sehingga
terjadi proses penguapan
Kolaborasi :
yang tipis
1.
Untuk
mempercepat
penyembuhan,
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam
Observasi :
Mengetahui
/mengontrol
adanya
Observasi :
intervensi selanjutnya
2. Memantau keadaan pasien
Rasional
Mandiri :
Mandiri :
HE :
1.
Membantupemenuhan nutrisi peroral
pasien
1. Anjurkan pasien makan sedikit tapi
2. Mencegah kelelahan pasien saat makan
sering
2. Anjurkan pasien untuk menelan secara
berurutan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antasida
Kolaborasi :
1. Mengurangi mual / ggn lambung pasien
Observasi :
1.
Mengetahui
Fungsi
system
gastrointestinal penting untuk pemasukan
Observasi :
1. Kaji suara bising usus, catat terjadi
perubahan di dalam lambung seperti mual,
muntah. Observasi perubahan pergerakan
makanan
Mandiri :
Rasional
Mandiri:
untuk beristirahat
2. Melatih perkembangan pasien
Kolaborasi :
Kolaborasi :
1. Rencanakan tindakan dengan tim medis lain
1. Mempercepat adanya peningkatan aktivitas
untuk dalam memberikan tindakan fisioterapi
pasien
yang tepat
Observasi :
Observasi :
1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan
1.Kaji kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas pasien
aktivitas
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, kecemasan pasien berkurang
K.H
Rasional
Mandiri :
1.
2.
Mandiri :
kepadapasien
untuk
2.
perlu
Dapatmenghilangkanketegangan terhadap
mnegungkapkan perasaannya
HE :
Menurunkan
kecemasan
pada
setiap
Kolaborasi :
1.
Observasi :
1. Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan,
damping pasien dan lakukan tindakan bila
Observasi :
Relaksasiverbal/nonverbal
dapat