Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang.
Profesionalitas guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting,

yaitu kompetensi guru, sertifikasi guru, dan tunjangan profesi guru. Ketiga faktor
tersebut merupakan latar yang disinyalir berkaitan erat dengan kualitas pendidikan.
Guru profesional yang dibuktikan dengan kompetensi yang dimilikinya akan
mendorong terwujudnya proses dan produk kinerja yang dapat menunjang
peningkatan kualitas pendidikan. Guru kompeten dapat dibuktikan dengan perolehan
sertifikasi guru berikut tunjangan profesi yang memadai menurut ukuran Indonesia.
Sekarang ini, terdapat sejumlah guru yang telah tersertifikasi, akan tersertifikasi, telah
memperoleh tunjangan profesi, dan akan memperoleh tunjangan profesi. Fakta bahwa
guru telah tersertifikasi merupakan dasar asumsi yang kuat, bahwa guru telah
memiliki kompetensi. Kompetensi guru tersebut mencakup empat jenis, yaitu (1)
kompetensi pedagogi (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4)
kompetensi kepribadian.
Persoalan yang muncul kemudian, bahwa guru yang diasumsikan telah
memiliki kompetensi yang hanya berlandaskan pada asumsi bahwa mereka telah
tersertifikasi,

tampaknya

dalam

jangka

panjang

sulit

untuk

dapat

dipertanggungjawabkan secara akademik. Bukti tersertifikasinya para guru adalah


kondisi sekarang, yang secara umum merupakan kualitas sumber daya guru sesaat
setelah sertifikasi. Oleh karena sertifikasi erat kaitannya dengan proses belajar, maka
sertifikasi tidak bisa diasumsikan mencerminkan kompetensi yang unggul sepanjang
hayat. Pasca sertifikasi seyogyanya merupakan tonggak awal bagi guru untuk selalu
meningkatkan kompetensi dengan cara belajar sepanjang hayat. Untuk memfasilitasi
peningkatan kompetensi guru, diperlukan manajemen pengembangan kompetensi
guru. Hal ini perlu dipikirkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, karena
peningkatan kompetensi guru merupakan indikator peningkatan profesionalitas guru
itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah.


1. Apakah hakekat profesionalitas guru ?
2. Bagaimanakah model pengembangan atau peningkatan profesionalitas guru ?
3. Bagaimanakah strategi pengembangan atau peningkatan profesionalitas guru ?

Page | 1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Profesionalitas Guru
Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia
pendidikan. Profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan
segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan
diberikan kepada masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka
profesionalisasi guru merupakan suatu keharusan. Pengembangan profesionalisme
guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kompetensi
guru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran yang
berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar siswa.
Profesionalitas berakar pada kata profesi yang berarti pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian. Profesionalitas itu sendiri dapat berarti mutu, kualitas, dan
tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.
Profesionalitas guru dapat berarti guru yang profesional, yaitu seorang guru yang
mampu merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan dan memimpin
Proses Belajar Mengajar, menilai kemajuan Proses Belajar Mengajar dan
memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar mengajar dan informasi lainnya
dalam penyempurnaan Proses Belajar Mengajar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru profesional adalah guru yang
memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika
profesi yang kuat serta kualifikasi kompetensi yang memadai. Untuk menjadi
profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal, yaitu:
1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya,
2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya
serta cara mengajarnya kepada siswa,
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara
evaluasi,
4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar
dari pengalamannya,
5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya.
Tugas seorang guru profesional meliputi tiga bidang utama yaitu :
1. Dalam Bidang Profesi.
Dalam bidang profesi, seorang guru profesional berfungsi untuk mengajar,
mendidik,

melatih,

dan

melaksanakan

penelitian

masalah-masalah

pendidikan. Dalam bidang kemanusiaan, guru profesional berfungsi sebagai


pengganti orang tua khususnya dalam bidang peningkatan kemampuan
intelektual peserta didik. Guru profesional menjadi fasilitator untuk
Page | 2

membantu peserta didik mentransformasikan potensi yang dimiliki peserta


didik menjadi kemampuan serta keterampilan yang berkembang dan
bermanfaat bagi kemanusiaan. Adapun 10 kompetensi profesional guru yang
dikutip Samana (1994) adalah :
a. Guru dituntut mengusai bahan ajar, meliputi bahan ajar wajib, bahan ajar
pengayaan, dan bahan ajar penunjang untuk keperluan pengajarannya.
Guru mampu mengelola program belajar mengajar meliputi: Merumuskan
tujuan

instruksional;

Mengenal

dan

dapat

menggunakan

metode

pengajaran; Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat;


Melaksanakan program belajar mengajar; Mengenal kemampuan anak
didik; dan Merencanakan dan melaksanakan pengajaran.
b. Guru mampu mengelola kelas antara lain mengatur tata ruang kelas untuk
pengajaran dan menciptakan iklim mengajar yang serasi sehingga Proses
Belajar Mengajar berlangsung secara maksimal.
c. Guru mampu mengunakan media dan sumber pengajaran untuk itu
diharapkan mempunyai: Mengenal, memilih dan menggunakan media;
Membuat alat bantu pengajaran sederhana; Menggunakan dan mengelola
laboratorium

dalam

Proses

Belajar

Mengajar;

Mengembangkan

laboratorium; Menggunakan perpustakaan dalam Proses Belajar Mengajar;


Menggunakan micro teaching dalam PPL.
d. Guru menghargai landasan-landasan pendidikan. Landasan pendidikan
adalah sejumlah ilmu yang mendasari asas-asas dan kebijakan pendidikan
baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
e. Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar. Dalam pengajaran guru
dituntut cakap termasuk penggunaan alat pengajaran, media pengajaran dan
sumber pengajaran agar siswa giat belajar bagi dirinya.
f. Guru mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
g. Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan.
h. Guru mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
i. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan
guna keperluan pengajaran.
2. Dalam Bidang Kemanusiaan.
Dalam bidang kemanusiaan, guru berfungsi untuk meningkatkan martabat
sebagai agen pembelajaran, pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.
Serta pengabdian pada masyarakat berfungsi meningkatkan mutu pendidikan
nasional.
3. Dalam Bidang Kemasyarakatan.
Di dalam bidang kemasyarakatan, profesi guru berfungsi untuk memenuhi
amanat dalam pembukaan UUD 1945 yaitu ikut serta dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa sesuai dengan diferensiasi tugas dari suatu masyarakat
Page | 3

modern, sudah tentu tugas pokok utama dari guru profesional ialah di dalam
bidang

profesinya

tanpa

melupakan

tugas-tugas

kemanusiaan

dan

kemasyarakatan.
Dengan demikian, guru yang profesional adalah guru yang mampu:
a. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan menumpuk persatuan dan kesatuan bangsa.
2.2 Model Pengembangan Profesionalime Guru
Castetter menyampaikan lima model pengembangan untuk guru sebagaimana
dikutip oleh Udin Syaepudin Saud, seperti pada tabel berikut ini:

Page | 4

Model

Pengembangan

Guru
Individual

Guided

Staff

Development

Keterangan
Para guru dapat menilai kebutuhan
mengajar mereka dan mampu belajar

(Pengembangan Guru Yang aktif serta mengarahkan diri sendiri. Para


Dipandu Secara Individu)

guru harus dimotivasi saat menyeleksi


tujuan belajar berdasar penilaian personil
dari kebutuhan mereka.
Observasi dan penilaian dari instruksi

Observation/Assessment
(Observasi atau Penilaian)

menyediakan guru dengan data yang


dapat direfleksikan dan dianalisis untuk
tujuan

peningkatan

belajar

siswa.

Refleksi oleh guru pada praktiknya dapat


Involvement

ditingkatkan oleh observasi lainya.


a Pembelajaran orang dewasa lebih efektif

in

development/improvement

ketika mereka perlu untuk mengetahui

process (Keterlibatan Dalam atau perlu memecahkan suatu masalah.


Suatu

Proses Guru

Pengembangan/Peningkatan)

perlu

untuk

memperoleh

pengetahuan atau keterampilan melalui


keterlibatan pada proses peningkatan

Training (Pelatihan)

sekolah atau pengembangan kurikulum.


Ada teknik-teknik dan perilaku-perilaku
yang pantas untuk ditiru guru dalam
kelas. Guru-guru dapat merubah perilaku
mereka dan belajar meniru perilaku

Inquiry (Pemeriksaan)

dalam kelas mereka.


Pengembangan profesional adalah studi
kerjasama oleh para guru sendiri untuk
permasalahan dan isu yang timbul dari
usaha untuk membuat praktik mereka
konsisten

dengan

nilai-nilai

bidang

pendidikan.
Dengan demikian, terdapat banyak sekali program-program dan strategi-strategi
yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan profesionalitas guru yang
sudah dikemukakan di atas salah satunya yaitu dengan memberikan tunjangan profesi
berupa sertifikat pendidik atau yang akrab dikenal dengan sertifikasi guru. Tunjangan
profesi yang diprogramkan oleh pemerintah tidak hanya untuk memberikan tunjangan
profesi dan kesejahteraan belaka tetapi juga dimaksudkan agar guru mampu
meningkatkan mutu, dedikasi, dan kinerja untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia.
Page | 5

2.3 Strategi Peningkatan Profesionalitas Guru


1.

Hakekat Strategi Peningkatan Profesionalitas Guru


Strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau

organisasi untuk sampai pada tujuan. Yang dimaksud dengan strategi pengembangan
profesionalitas guru adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh seseorang atau
organisasi dalam mengembangkan profesionalitass guru.
Sumber daya manusia dalam konteks manajemen adalah kesiapan masyarakat
untuk mengkontribusikan kesamaan kehendak guna mencapai tujuan yang sama.
Oleh karena itu sumber daya manusia dalam suatu organisasi termasuk organisasi
pendidikan memerlukan pengelolaan dan pengembangan yang baik dalam upaya
meningkatkan kinerja mereka agar dapat memberi sumbangan bagi pencapaian
tujuan.
Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia
pendidikan. Profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan
segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan
diberikan kepada masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka
profesionalisasi guru merupakan suatu keharusan. Pengembangan profesionalitas
guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kompetensi
guru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran yang
berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar siswa.
Dalam bukunya, E. Mulyasa mengatakan, bahwa upaya-upaya yang dapat
dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai educator,
khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan adalah mengikut sertakan
guru-guru dalam penataran-penataran untuk menambah wawasan para guru. Kepala
sekolah harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
2. Prinsip-prinsip pengembangan atau peningkatan profesionalitas.
1) Prinsip umum
a. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi
b. manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
c. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
d. Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung
sepanjang hayat.
e. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas guru dalam
f. proses pembelajaran.
g. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan
h. dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Page | 6

2) Prinsip khusus
a. Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan.
b. Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai
tenaga pendidik
c. profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional.
d. Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan
secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
e. Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi
dan indikator.
f. Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat
mengikuti perkembangan Ipteks.
g. Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan jaman.
h. Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk
diberdayakan

melalui

proses

pembinaan

dan

pengembangan

profesionalitasnya, baik secara individual maupun institusional.


i. Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesinya dengan
mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikatorindikator terukur dari kompetensi profesinya.
j. Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesinya untuk
mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam
memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang
memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi
dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain.
k. Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk
mampu meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga
memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi
profesinya.
l. Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi guru dilaksanakan
dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.
m. Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan

profesi

guru

dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi


yang dimiliki oleh guru.
n. Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi guru dilaksanakan
secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan
kompetensi yang ada pada standar kompetensi.
o. Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi guru dilaksanakan
sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni, serta
adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru;
p. Akuntabel, pembinaan dan pengembangan

profesi

guru

dapat

dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik;


Page | 7

q. Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru harus


mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan
profesi lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru.
r. Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru harus
didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin
untuk mendapatkan hasil yang optimal.
3. Tujuan pengembangan atau peningkatan profesionalitas guru.
Tujuan pengembangan guru melalui pembinaan guru adalah untuk memperbaiki
proses belajar mengajar yang di dalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui
serangkaian tindakan, bimbingan dan arahan. Perbaikan proses belajar mengajar yang
pencapainnya melalui peningkatan profesional guru tersebut diharapkan memberikan
kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan (Ali Imron, 1995: 23).
Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu
guru agar guru lebih profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Jadi, kegiatan tersebut bertujuan untuk memperbanyak guru yang profesional, bukan
untuk mempercepat atau memperlambat kenaikan pangkat/golongan. Selanjutnya
sebagai penghargaan kepada guru yang mampu meningkatkan mutu profesionalnya,
diberikan penghargaan, di antaranya dengan kenaikan pangkat/golongannya.
Dalam kaitannya dengan program bimbingan penulisan karya ilmiah, maka
penulisan karya tulis ilmiah sendiri yang merupakan salah satu kegiatan
pengembangan profesi guru, bukanlah sebagai tujuan akhir tetapi sebenarnya
merupakan wahana untuk melaporkan kegiatan yang telah dilakukan guru untuk
meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah.
Menurut Sudarwan Danim (2002: 51) menjelaskan bahwa pengembangan
profesionalisme guru dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan. Pertama,
kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien
dan manusiawi serta melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhan-kebutuhan
sosial. Kedua, kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staff
pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Ketiga, kebutuhan
untuk mengembangkan dan mendorong kehidupan pribadinya, seperti halnya
membantu siswanya dalam mengembangkan keinginan dan keyakinan untuk
memenuhi tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi dasarnya.
Tujuan lain dari pengembangan profesionalitas guru yaitu:
a. Kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang
efisien dan manusiawi serta melakukan adaptasi untuk penyusunan
kebutuhan-kebutuhan sosial.
b. Kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staff pendidikan
dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas.
Page | 8

c. Kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong kehidupan pribadinya,


seperti halnya membantu siswanya dalam mengembangkan keinginan dan
keyakinan untuk memenuhi tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi
dasarnya.

4. Faktor pengembangan atau peningkatan profesionalitas.


Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu
pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.
Menurut Walgito (dalam Deden, 2011), sikap adalah gambaran kepribadian
seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu
keadaan atau suatu objek, sedangkan Berkowitz (dalam Deden, 2011) mendefinisikan
sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua
adalah respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi, maka sikap selalu
berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike),
menurut dan melaksanakan atau menghindari sesuatu.
Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme

bukan

sekadar

pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan


profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang
tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Mantja (2002) menyatakan bahwa peningkatan kompetensi tersebut tidak hanya
Akadum (1999) juga mengemukakan bahwa ada lima faktor penyebab rendahnya
profesionalisme guru;
1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total.
2. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi
keguruan Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah
hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari
masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan
kependidikan.
3. Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang
diberikan kepada calon guru.
4. Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara
makssimal meningkatkan profesionalisme anggotanya.
Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak bisa disalahkan, terutama
menjadi pressure group agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun
demikian

di

masa

mendatang

PGRI

sepantasnya

mulai

mengupayakan

profesionalisme para anggotanya. Ditujukan pada aspek kognitif, afektif, dan


psikomotor, namun yang lebih penting adalah kemamuan diri untuk terus menerus
melakukan peningkatan kelayakan kompetensi.

Page | 9

Sergiovanni (dalam mantja, 2002) menegaskan bahwa teachers are axpected to


put their knowledge to work to demonstrate they can do the job. Finally, professional
are expected to engage in a life long commitment to self improvement. Self
improvement is the will-grow competency area. Pernyataan Sergiovanni tersebut
memberikan petunjuk bahwa asumsi profesionalisme guru pasca sertifikasi
seyognya menjadi spring board bagi guru untuk terus menerus menata komitmen
melakukan perbaikan diri dalam rangka meningkatkan kompetensi. Peningkatan
kompetensi atas dorongan komitmen diri diharapkan akan mampu meningkatkan
keefektifan kinerjanya di sekolah. Komitmen untuk meningkatkan kefektifan
kinerja sangat berkaitan dengan pencapaian tujuan program, yaitu program
pembelajaran yang diharapkan mampu menghasilkan output dan outcome yang
mencapai standar.
Jika

guru

memiliki

komitmen

untuk

mengembangkan

kompetensi

diri

secara terus menerus, maka proses-proses perencanaan, pengembangan, penerapan,


pengelolaan, dan penilaian program pembelajaran diyakini akan dapat dilakukan
sesuai dengan tuntutan kekinian.
Glickman (dalam

Mantja 2002)

memperkenalkan pendekatan

supervisi

pengembangan (developmental supervision). Pendekatan tersebut bertolak dari


kenyataan, bahwa pada asarnya proses supervisi adalah proses belajar
5. Strategi pengembangan atau peningkatan profesionalitas.
Peningkatan kompetensi guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut ini.
1) Pendidikan dan Pelatihan
a. Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan
yang dilaksanakan secara internal di KKG/MGMP, sekolah atau tempat
lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi
pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa
sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru
tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru
yang memiliki kompetensi kepada guru lain yang belum memiliki
kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat
waktu dan biaya.
b. Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan
di institusi/industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi
professional guru. Program magang ini terutama diperuntukkan bagi guru
kejuruan dan dapat dilakukan selama priode tertentu, misalnya, magang
di industri otomotif dan yang sejenisnya. Program magang dipilih sebagai
alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu
Page | 10

khususnya bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan pengalaman


nyata.
c. Kemitraan

sekolah.

Pelatihan

melalui

kemitraan

sekolah

dapat

dilaksanakan bekerjasama dengan institusi pemerintah atau swasta dalam


keahlian tertentu. Pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah atau di
tempat mitra sekolah. Pembinaan melalui mitra sekolah diperlukan
dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki
mitra dapat dimanfaatkan oleh guru yang mengikuti pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi profesionalnya.
d. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat
dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam
satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet
dan sejenisnya. Pembinaan melalui belajar jarak jauh dilakukan dengan
pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat
mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di
ibu kota kabupaten atau di propinsi.
e. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini
dilaksanakan di P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang diberi
wewenang, di mana program pelatihan disusun secara berjenjang mulai
dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun
berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus
(spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan
adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.
f. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus
singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk
melatih meningkatkan kompetensi guru dalam beberapa kemampuan
seperti melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah,
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lainlain sebagainya.
g. Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan
oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina,
melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal
tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya.
h. Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga
merupakan alternatif bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang.
Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan
dengan memberikan tugas belajar, baik di dalam maupun di luar negeri,
bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan
menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain
dalam upaya pengembangan profesi.
2) Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan
Page | 11

a. Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala


dengan topik sesuaidengan masalah yang di alami di sekolah. Melalui
diskusi berkala diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang
dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah ataupun masalah
peningkatan kompetensi dan pengembangan karirnya.
b. Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan
publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan
profesi guru dalam meningkatkan kompetensi guru. Melalui kegiatan ini
memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan
kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan.
c. Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang
bermanfaat

bagi

pembelajaran,

peningkatan

kompetensi

maupun

pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam


kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus,
penulisan RPP, dan sebagainya.
d. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian
tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka
peningkatan mutu pembelajaran.
e. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk
diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan.
f. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru
dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar
elektronik (animasi pembelajaran).
g. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat
guru dapat berupa karya teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat dan
atau pendidikan dan karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui
oleh masyarakat.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional menyebutkan beberapa alternatif program pengembangan profesionalitas
guru, sebagai berikut:
1.

Program peningkatan kualifikasi pendidikan guru


Program ini diperuntukkan bagi guru yang belum memiliki kualifikasi
pendidikan minimal S-1 untuk mengikuti pendidikan S-1 atau S-2
pendidikan keguruan. Program ini berupa program kelanjutan studi dalam

2.

bentuk tugas belajar.


Program penyetaraan dan sertifikasi
Program ini diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program pendidikan

3.

keguruan.
Program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi
Page | 12

Yaitu pelatihan yang mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan
diperlukan oleh peserta didik, sehingga isi atau materi pelatihan yang
akan dilatihkan merupakan gabungan atau integrasi bidang-bidang ilmu
sumber bahan pelatihan yang secara utuh diperlukan untuk mencapai
4.

kompetensi.
Program supervisi pendidikan
Di lingkungan sekolah, supervisi mempunyai peranan cukup strategis
dalam meningkatkan prestasi kerja guru, yang pada gilirannya akan

5.

meningkatkan prestasi sekolah.


Program pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata
pelajaran sejenis di sanggar maupun di masing-masing sekolah yang
terdiri dari dua unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran. Dalam
MGMP diharapkan akan meningkatkan profesionalitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta
didik. Wadah profesi ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi

6.

pada peningkatan keprofesionalan para anggotanya.


Simposium guru
Forum ini selain sebagai media untuk saling sharing pengalaman juga
berfungsi untuk kompetisi antar guru, dengan menampilkan guru-guru
yang berprestasi dalam berbagai bidang, misalnya dalam penggunaan
metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas atau penulisan karya

7.

ilmiah.
Program pelatihan tradisional lainnya
Pelatihan ini pada umumnya mengacu pada satu aspek khusus yang
sifatnya aktual dan penting untuk diketahui oleh para guru, misalnya:
CTL (Contextual Teaching and Learning), KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan), Penelitian Tindakan Kelas, penulisan karya ilmiah,

8.

dan sebagainya.
Membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah
Sebagaimana diketahui bahwa jurnal atau bentuk makalah ilmiah lainnya
secara berkesinambungan diproduksi oleh individual pengarang, lembaga
pendidikan lain. Jurnal atau bentuk karya ilmiah lain tersebar diberbagai
pusat sumber belajar (perpustakaan, internet, dan sebagainya).
Dengan membaca dan memahami isi jurnal atau makalah ilmiah lainnya
dalam

9.

bidang

pendidikan

guru

dapat

mengembangkan

profesionalismenya.
Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah.
Partisipasi guru minimal pada kegiatan konferensi atau pertemuan ilmiah
setiap tahun akan memberikan kontribusi yang berharga dalam
membangun

profesionalime

guru

dalam

melaksanakan

tanggungjawabnya.
10. Melakukan peneliatian (khususnya Penelitian Tindakan Kelas).
Page | 13

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan studi sistematik yang


dilakukan guru melalui kerjasama atau tidak dengan ahli pendidikan
dalam

rangka

merefleksikan

sekaligus

meningkatkan

praktik

pembelajaran secara terus menerus juga merupakan strategi yang tepat


untuk meningkatkan profesionalisme guru.
11. Magang.
Magang ini dilakukan bagi para guru pemula. Bentuk pelatihan preservice atau in-service bagi guru junoir untuk secara gradual menjadi guru
profesional melalui proses magang di kelas tertentu dengan bimbingan
guru bidang studi tertentu.
12. Mengikuti berita aktual dari media pemberiataan.
Pemilihan yang hati-hati program radio dan televisi, dan sering membaca
surat kabar juga akan meningkatkan pengetahuan guru mengenai
pengembangan mutakhir dari proses pendidikan. Oleh karena itu,
penggunaan media pemberitahuann secara selektif yang terkait dengan
bidang yang ditekuni guru akan dapat membantu proses peningkatan
profesionalisme guru.
13. Berpartisipasi dan Aktif dalam Organisasi Profesi.
Ikut serta menjadi anggota organisasi/komunitas profesional juga akan
menigkatkan
profesional

profesionalsime
biasanya

mengembangkan

dan

akan

seorang
melayani

memelihara

guru.

Organisasi/komunitas

anggotanya

untuk

profesionalismenya

selalu
dengan

membangun hubungan yang erat dengan masyarakat.


14. Menggalang Kerjasama dengan Teman Sejawat.
Kerjasama dengan teman seprofesi sangat menguntungkan bagi
pengembangan profesionalsime guru. Banyak hal dapat dilakukan dan
dipecahkan berkat kerjasama, seperti : penelitian tindakan kelas,
berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah, dan kegiatan-kegiatan profesional
lainnya. Disamping itu, mengunjungi profesionnal lainnya di luar sekolah
merupakan metode yang sangat berharga untuk memperoleh informasi
terkini dalam rangka proses pengembangan profesional guru.

Page | 14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa
kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yang kuat serta kualifikasi kompetensi
yang memadai. Karena di tangannyalah pendidikan Indonesia ia bawa. Seorang guru
profesional setidaknya harus memiliki tiga unsur ini: Kualifikasi, Kompetensi
(Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, Kompetensi
Profesional) dan Sertifikasi.
Untuk menciptakan seorang guru yang profesional, diperlukan pengembangan
profesi guru, ada banyak cara yang dilakukan, seperti: program peningkatan
kualifikasi pendidikan guru, program penyetaraan dan sertifikasi, program pelatihan
terintegrasi

berbasis

kompetensi,

program

supervisi

pendidikan,

program

pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), simposium guru,


program pelatihan tradisional lainnya, membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah,
berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah, melakukan penelitian (khususnya Penelitian
Tindakan Kelas), berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi, menggalang
kerjasama dengan teman sejawat.
Selain itu, pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Guru dan Dosen
sebagai langkah konkrit pengambangan profesi guru.

3.2 Saran
Berbagai model pengembangan atau peningkatan profesionalitas guru hendaknya
direncanakan dan dilakanakan secara optimal agar mampu mencapai tujuannya yakni
mencetak guru yang memiliki profesionalitas tinggi.
Strategi pengembangan atau peningkatan profesionalitas guru sebaiknya diawali
dari kesadaran diri guru itu sendiri untuk selalu berusaha mengembangkan dirinya
menjadi lebih

Page | 15

DAFTAR PUSTAKA
Saud, Udin Syaefudin. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta, 2011.
(Sahabuddin,1993:6 dalam http://mawar19.blogspot.com/2012/ 05/makalah-carameningkatkan.html).
(Supriadi
1998
dalam
http://library-teguh.blogspot.
pengembangan-profesi-guru-secara.html).

com/2012/01/217-

Samana (1994 dalam http://mawar19.blogspot.com/2012/05/makalah-cara-meningkat


kan.html )
http://sekolah.8k.com/rich_text_1.html
http://sinaja4math.blogspot.com/2012/01/model-pengembangan-guru.html
http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/strategi-pengembangan-profesionalitas.html (di
unduh pada tanggal 29 November 2014 pukul 22.10).

Page | 16

Anda mungkin juga menyukai