Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENENTUAN GLUKOSA, PROTEIN, DAN PIGMEN EMPEDU DALAM


URINE

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Anindita Ainun R P
( P07124215001)
Elvanita Lia Yuliantini (P07124215007 )
Monica Muaslimah
(P07124215017)
Primastutik Yulia
(P07124215024 )
Raden Rara R Z
(P07124215025 )
Tata Wardiyanti
( P07124215033 )
Wisik Candra P
(P07124215037 )
Yunita Ananda Pri Utami (P07124215038 )
Zulfi Retnaning Utami (P07124215040 )
DIV A Reguler Kebidanan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


YOGYAKARTA
2015 / 2016
1. Tujuan
1.1 Untuk mengetahui adanya protein,glukosa dan pigmen empedu
1.2 Membandingkan perubahan warna yang terjadi pada uji protein,glukosa
dan pigmen empedu
1.3 Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi glukosa dalam penentuan uji
glukosa

2. Dasar Teori
2.1 Urin
Urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian di
keluarkan oleh tubuh melalui proses urinarisasi. Ekskresi urin diperlukan
untuk membuang molekul molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostatis cairan tubuh. Dalam mempertahankan
homeostatis tubuh peran urin sangat penting, karena sebagian pembuangan
cairan oleh tubuh melalui sekresi urin.
2.2 Zat dalam Urin
Komposisi zat zat dalam urin bervariasi tergantung jenis makanan serta
air yang diminumnya. Urin normal berwarna jernih transparan, sedang
warnaurin kuning muda urin berasal dari zat warna empedu (bilirubin dan
biliferdin). Urin normal pada manusia terdiri dari air, urea, asam urat, amonia,
kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam-garam
terutama garam dapur, dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah, misalnya
vitamin C dan obat-obatan. Semua cairan dan materi pembentuk urin tersebut
berasal dari darah atau cairan darah intertisial. Komposisi urin berubah
sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
misalnya glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa.
2.3 Reaksi Benedict pada Glukosa
Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi
benedict yang mengandung kuprisulfat (Cu2+) dalam suasana basa akan
tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal
oleh glukosa). Dalam suasana Alkalis, sakarida akan membentuk enidid yang
mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan disakarida kecuali Sukrosa dan
Trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan
tembaga yang alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas akan membentuk cupro oksida (Cu2O) yang
berwarna hijau merah orange atau merah bata dan adanya endapan merah bata
pada dasar tabung reaksi.
Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat
kecil di dalam urin. Ketika tingkat glukosa dalam darah ini melebihi batasan
gula ginjal (160-180 mg/dl) maka glukosa mulai nampak dalam urin.

Kehadiran glukosa dalam urin (glucosuria) merupakan indikasi adanya


penyakit diabetes mellitus.
2.4 Reaksi Heller pada Protein
Hati mensintesis sejenis protein yang dikenal sebagai albumin. Protein
ini juga hadir dalam aliran darah. Albumin berfungsi mengikat komponen
darah sehingga memastikan cairan darah tidak terpisah atau bocor ke dalam
jaringan tubuh. Dengan kata lain, albumin seperti agen pengikat yang
memastikan konstituen darah tetap terikat bersama. Molekul albumim
berukuran besar sehingga tidak akan melewati filter ginjal dan akan kembali
dalam aliran darah. Namun, albumin umumnya tetap ditemukan dalam jumlah
kecil, bahkan pada ginjal yang sehat. Hanya saja, adanya albumin dalam
jumlah signifikan dalam urin dianggap sebagai tanda awal disfungsi
ginjal.Secara keseluruhan, kisaran normal albumin urin adalah sekitar 0 8
mg / dl.
Adanya albumin dalam urin dapat diketahui dengan melakukan uji heller.
Uji ini dilakukan dengan mencampurkan bahan dengan HNO3 pekat sehingga
hasilnya akan terbentuk cincin yang berwarna putih pada permukaan larutan.
Protein jika terkena asam pekat (HNO3) akan terjadi denaturasi protein di
permukaan, tetapi jika berlangsung lama, denaturasi akan berlangsung terusmenerus sampai cincin putih menghilang.
2.5 Reaksi Gmelin pada Pigmen Bilirubin
Bilirubin merupakan pigmen empedu

utama,

terbentuk

dari

penghancuran hemoglobin yang berasal dari eritrosit yang telah usang. Dalam
prosesnya bilirubin harus dibuang ke luar tubuh; untuk itu metabolisme di
dalam hepatosit akan mengubahnya menjadi bilirubin ester yang larut air
untuk dikeluarkan bersama cairan empedu. Di usus besar bilirubin ester akan
direduksi oleh bakteri usus menjadi urobilinogen, pigmen tak bewarna;
sebagian akan diserap-balik melalui vena porta ke hati. Urobilinogen yang
tidak diserap-balik ke hati akan teroksidasi sebagian menjadi urobilin dan
pigmen berwarna kecoklatan lainnya untuk dikeluarkan bersama tinja. Ada
sebagian kecil (1%) urobilinogen akan dikeluarkan melalui ginjal bersama air
kemih. Oleh karena itu, bilirubin tidak akan terdeteksi di dalam air kemih
individu normal dan sehat. Adanya bilirubin dalam air kemih menandakan
adanya gangguan patologis pada hati atau sistem empedunya. Biasanya yang

ditemui adalah bentuk larut-nya yaitu bilirubin ester. Sebaliknya pada


individu yang sehat akan terdapat urobilinogen dalam air kemihnya sebagai
hasil metabolisme bilirubin. Kira-kira sebanyak 1-4 mg/24 jam uribilinogen
dikeluarkan dalam air kemih. Jumlah ini akan meningkat pada penyakit
hemolisis (karena meningkatnya sintesis bilirubin), pada penyakit hemolisis
(akibai berkurangnya serap-balik oleh hepatosit), dan pada gagal jantung.
Adanya sumbatan oleh batu empedu, baik di kantung mau pun di saluran
empedu, akan menurunkan bahkan menihilkan urobilinogen dalam air kemih.
3. Alat dan Bahan
3.1 Alat dan Bahan Uji Protein dan Empedu
3.1.1 Alat
No
1.
2.
3.
3.1.2

Nama Alat
Tabung Reaksi
Pipet Tetes
Rak Tabung Reaksi

Keterangan
3 buah
3 buah
1 buah

Bahan

No
1.
2.
3.
4.

Nama Bahan
Urin
Putih Telur
Empedu
Asam Nitrat (HNO3) pekat

3.2 Alat dan Bahan Uji Glukosa


3.2.1 Alat
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.2.2

Nama Alat

Keterangan

Pipet
Korek
Spiritus
Tabung Reaksi
Rak Tabung Reaksi
Penjepit Tabung

5 buah

Bahan

No
1.
2.
3.
4.
5.

Nama Bahan
Urin Normal
Larutan glukosa 0,3%
Larutan glukosa 1%
Larutan glukosa 5%
Pereaksi Benedict
4

4. Langkah Kerja
4.1 Langkah Kerja Uji Protein dan Empedu
4.1.1 Mengisi tabung reaksi dengan HNO menggunakan pipet
4.1.2
4.1.3
4.1.4
4.1.5
4.1.6

sebanyak 2,5 ml.


Menambahkan protein 4-5m ke dalam tabung pertama .
Menambahkan empedu 4-5ml ke dalam tabung kedua.
Menambahkan urin 4-5ml ke dalam tabung ketiga.
Menyalakan perapian menggunakan korek api.
Memanaskan ketiga tabung menggunakan penjepit tabung reaksi

4.1.7

selama satu menit.


Mengamati perubahan yang terjadi dan mencatat hasilnya.

4.2 Langkah Kerja Uji Glukosa


4.2.1 Mengisi tabung reaksi dengan benedict menggunakan pipet
4.2.2
4.2.3

masing-masing 2,5 ml.


Menambahkan urin 4-5 tetes ke dalam tabung pertama .
Menambahkan larutan glukosa dengan konsentrasi 0,3% 4-5

4.2.4

tetes ke dalam tabung kedua.


Menambahkan larutan glukosa dengan konsentrasi 1% 4-5 tetes

4.2.5

ke dalam tabung ketiga.


Menambahkan larutan glukosa dengan konsentrasi 3% 4-5 tetes

4.2.6

ke dalam tabung keempat.


Menambahkan larutan glukosa dengan konsentrasi 5% 4-5 tetes

4.2.7
4.2.8

ke dalam tabung kelima.


Menyalakan perapian menggunakan korek api.
Memanaskan kelima tabung menggunakan penjepit tabung reaksi

4.2.9

selama satu menit.


Mengamati perubahan yang terjadi dan mencatat hasilnya.

5. Hasil Percobaan
Hasil Percobaan Uji Protein dan Empedu:
No.
1.

Larutan
HNO3 + Protein

2.

HNO3 + Empedu

3.

HNO3 + Urin normal

Keterangan
Warna nampak dari bawah berturut-turut putih
lapisan cincin putih kemudian ada lapisan
berwarna kuning.
Warna tampak dari bawah berturut-turut beninghijau bercampur biru dan merah lalu saat tabung
reaksi digoyangkan lapisan warna hijau yang ada
di atas berkurang dan berubah menjadi warna
coklat.
Warna menyatu/bercampur antara urine dengan
5

HNO3.

Hasil Percobaan Uji Glukosa :


Larutan
Pereaksi Benedict
Urin
Larutan Glukosa
0,3%
Larutan
Glukosa1%
Larutan
glukosa3%
Larutan glukosa
5%
Keterangan

Tabung 1
2,5 ml
4 tetes
-

Tabung 2
2,5 ml
4 tetes

Tabung 3
2,5 ml
-

Tabung 4
2,5 ml
-

Tabung 5
2,5 ml
-

4 tetes

4 tetes

4 tetes

Larutan
tetap
menjadi
biru

Larutan biru
menjadi
biru pekat
dengan
sedikit
endapan
merah bata

Larutan
biru
menjadi
endapan
merah
bata

Larutan
biru
menjadi
endapan
merahbata
agak pekat

Larutan
biru
menjadi
endapan
merah bata
pekat

6. Pembahasan
6.1 Penentuan Protein dan Pigmen dalam Urin
Terlihat dalam hasil pengamatan pada HNO3 ditambah dengan protein
menghasilkan warna nampak dari bawah berturut-turut, putih lapisan cincin
putih kemudian ada lapisan berwarna kuning. Hal ini dapat terjadi karena
HNO3 bereaksi dengan protein sehingga membentuk cincin putih. Hal ini
menandakan bahwa didalam urine terkandung albumin (protein). Urine pecah
kemudian mengambil denaturasi oleh HNO3. Protein albumin jika terkena
asam pekat (HNO3) akan terjadi denaturasi protein dipermukaan, tetapi jika
berlangsung lama, denaturasi akan berlangsung terus menerus sampai cicin
putih menghilang (Ganong, 2003).

Terlihat dalam hasil pengamatan pada HNO3 ditambah dengan cairan


empedu menghasilkan warna tampak dari bawah berturut-turut, bening-hijau
bercampur biru dan merah lalu saat tabung reaksi digoyangkan lapisan warna
hijau yang ada di atas berkurang dan berubah menjadi warna coklat. Terlihat
dalam hasil pengamatan pada HNO3 ditambah dengan urine menghasilkan
warna menyatu / bercampur antara urine dengan HNO3.
6.2 Penentuan Glukosa Urin
Pada hasil pengamatan reaksi benedict ditambah urine tidak terjadi
perubahan warna meskipun telah dipanaskan. Hasil percobaan sebelum
dipanaskan warna campuran benedict dengan urine adalah biru setelah
dipanaskan warnanya tidak berubah, hasil tersebut menunjukkan urine
normal.
Pada hasil pengamatan reaksi benedict ditambah larutan glukosa 0,3%
merubah warna benedict yang berwana biru menjadi biru muda terdapat
endapan warna merah bata namun konsentrasinya tidak pekat.
Pada hasil pengamatan reaksi benedict ditambah larutan glukosa 1%
merubah warna benedict yang berwarna biru berubah menjadi merah akan
tetapi tidak pekat dan terdapat sedikit endapan merah bata.
Pada hasil pengamatan reaksi benedict ditambah larutan glukosa 3%
merubah warna benedict yang berwarna biru menjadi merah bata pekat dan
terdapat sedikit endapan.
Pada hasil pengamatan reaksi benedict ditambah larutan glukosa 5%
merubah warna benedict yang berwarna biru menjadi merah bata seluruhnya
dan terdapat endapan merah bata pekat.
Dari lima percobaan ini, pada prinsipnya larutan benedict digunakan
untuk mengetahui kandungan glukosa pada urine. Perubahan warna dan
adanya endapan disebabkan karena pereaksi benedict yang mengandung Cu 2+
ditambah glukosa yang mengandung gugus aldehid mereduksi Cu 2+ menjadi
Cu+ sehingga larutan menjadi warna merah bata.

7. Kesimpulan

Untuk mendeteksi apakah urine kita mengandung bahan abnormal seperti


protein, glukosa, dan pigmen empedu dalam urine. Maka dapat dilakukan
beberapa proses praktikum. Adanya glukosa dalam urine dapat dinyatakan
berdasarkan sifat glukosa yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam
larutan alkalis.

Gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi

kuprioksida dalam pereaksi bennedict menjadi kuprooksida yang berwarna


merah bata. Dengan uji ini dapat diperkirakan secara kasar kadar gula dalam
urine. Bila terjadi endapan berwrna hijau, kuning, atau merah bata
menandakan reaksi positif, sedangkan bila tidak terjadi perubahan warna
maka tidak berarti reaksi positif.
Untuk mengukur protein urine adalah dengan menambahakan asam nitrat
pekat 2 ml dengan urine jernih 2 ml. Jika terdapat cincin putih di atas lapisan
HNO3 pekat maka terdapat kandungan protein dalam urine, padahal sejatinya
urine tidak mengandung urine. Albumin memiliki muatan listrik negative
serta berukuran besar sehingga ginjal yang sehat tidak akan membiarkan
albumin keluar dari ginjal dan bercampur dengan urine. Adanya jumlah tinggi
albumin atau protein lain dalam urine dinamakan proteinuria. Protein dapat
masuk ke dalam urin jika filter ginjal mengalami peradangan atau tidak
berfungsi dengan baik karena penyakit ginjal atau kondisi medis lainnya.
Mereka

yang

menderita

hipertensi

atau

diabetes

berpotensi

dapat

ditemukannya albumin dalam urin.


Pada beberapa keadaan patologis dalam urine dapat ditemukan pigmen
dan garam empedu. Bila ada empedu dalam urine, urine akan berwarna hijau
kekuningan

sampai

coklat.

Oksidasi

terhadap

pigmen-pigmen

ini

menghasilkan sejumlah pigmen lain dengan bermacam-macam warna.


Pigmen empedu dalam urine dapat diperlihatkan denan uji Gmelin.

Anda mungkin juga menyukai