Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hukum adalah semua aturan (norma) yang harus dituruti dalam tingkah laku
tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian
jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta,
umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan sebagainya. 1
Sedangkan pengertian manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam
situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta
turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai
kemungkinan.2 Masyarakat juga memiliki pengertian manusia yang hidup bersama,
sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang dan bercampur atau bergaul dalam waktu
yang cukup lama serta berkumpulnya, manusia akan menimbulkan manusia-manusia
baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturanperaturan yang mengatur hubungan antarmanusia bahwa sadar bahwa mereka
merupakan satu-kesatuan. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan
bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terikat satu dengan
lainnya.3
Pengertian tentang hukum, manusia, serta masyarakat ada hal yang terkait dengan 3 hal
tersebut. Ketiganya memiliki hubungan dan saling berinteraksi. Manusia merupakan
bagian dari masyarakat dan di dalam masyarakat terdapat lebih dari satu manusia yang
saling berinteraksi satu sama lain. Dalam berinteraksi yang erat kaitannya dengan hidup
saling bersosialisasi tersebut hukum memiliki peran tersendiri. Di tengah-tengah
masyarakat hukum memiliki peran penting untuk mengatur dan membatasi perilaku
manusia dalam bermasyarakat agar tercipta suatu keharmonisan bersama dan sebagai
dasar acuan bagi manusia dalam bertindak di masyarakatnya. Dalam pembahasan
makalah ab ini akan membahas lebih rinci tentang fungsi hukum bagi manusia dalam
bermasyarakat.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara manusia dengan hukum ?
2. Bagaimana sistem hukum menurut Freedman dan hubungannnya dengan sistem
hukum Indonesia dalam lingkup pengaturan masyarakat ?
3. Mengapa hukum sangat diperlukan dalam mengatur manusia dalam kehidupan
bermasyarakat ?
4. Bagaimana hukum bekerja untuk menjalankan fungsinya bagi manusia dalam
kehidupan bermasyarakat ?
5. Apa fungsi hukum untuk mengatur manusia dalam hidup bermasyarakat ?
Tujuan Masalah
1. Untuk menjelaskan hubungan antara manusia dengan hukum.
2. Untuk menjelaskan sistem hukum menurut Freedman dan hubungannnya dengan
sistem hukum Indonesia dalam lingkup pengaturan masyarakat.
3. Untuk menjelaskan hukum sangat diperlukan dalam mengatur manusia dalam
kehidupan bermasyarakat.
4. Untuk menjelaskan bagaimana hukum bekerja menjalankan fungsinya bagi
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Untuk menjelaskan fungsi hukum untuk mengatur manusia dalam hidup
bermasyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Di
dunia
ini
manusialah
yang
bekuasa.Yang
mengeksploitasi
dan
mengeksplorasi dunia ini adalah manusia. Karena kekuasaannya itulah maka manusia
merupakan pusat atau titik sentral dari keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di
dunia ini. Dengan demikian manusia merupakan subjek dan bukan objek. Sebagai
subjek manusia mempunyai kepentingan di dunia ini, mempunyai tuntutan yang
diharapkan untuk dipenuhi atau dilaksanakan, mempunyai kebutuhan hidup.Sejak
manusia dilahirkan sampai meninggal, sejak dulu sampai sekarang, bahkan diwaktu
mendatang, dimana-mana, yang mampu maupun yang tidak mampu, manusia selalu
mempunyai kepentingan, mempunyai tuntutan atau kebutuhan yang diharapkan untuk
dipenuhi. Dalam kenyataanya kepentingan-kepentingan manusia selama ini selalu
diancam atau diganggu oleh berbagai bahaya, yang merupakan kendala untuk dapat
dilaksanakan atau dipenuhinya harapannya. Alam sering mengganggu kepentingan
manusia dalam berbagai bencana. Tetapi gangguan atau bahaya terhadap kepentingan
manusia itu datangnya juga dari manusia sendiri. Oleh karena kepentingan manusia
selalu diganggu oleh bahaya disekelilingnya, maka manusia menginginkan adanya
perlindungan terhadap kepentingan-kepentingannya, jangan sampai selalu diganggu
oleh berbagai bahaya tersebut. Maka kemudian terciptalah perlindungan kepentingan
berbentuk kaedah sosial termasuk di dalamnya kaedah hukum. Tatanan kaedah sosial
dapat dibagi dua, yaitu kaedah sosial dengan aspek kehidupan pribadi dan kaedah
socsial dengan aspek kehidupan antar pribadi.4 Kaedah sosial dengan aspek kehidupan
pribadi yaitu kaedah agama dan kaedah kesusilaan, sedangkan kaedah sosial dengan
4 Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto, SH,.MA Perihal kaedah hukum,
Penerbit Aluni Bandung 1978.
aspek kehidupan antar pribadi adalah kaedah sopan santun dan kaedah hukum. Tujuan
kaedah agama dan kaedah kesusilaan adalah agar manusia menjadi sempurna, agar
supaya tidak ada manusia menjadi jahat. Kedua kaedah tersebut ditujukan kepada sikap
batin manusia sebagai individu. Kalau kaedah agama ditujukan kepada iman, maka
kaedah kesusilaan ditujukan kepada akhlak.5
2. Sistem Hukum menurut Freedman dan Hubungannnya dengan Sistem Hukum
Indonesia dalam Lingkup Pengaturan Masyarakat
Menurut Lawrence Meir Friedman berhasil atau tidaknya Penegakan
hukum bergantung pada: Substansi Hukum, Struktur Hukum/Pranata Hukum dan
Budaya Hukum. Pertama: Substansi Hukum: Dalam teori Lawrence Meir Friedman
hal ini disebut sebagai sistem substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum
itu dilaksanakan. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang
berada dalam sistem hukum yang mencakup keputusan yang mereka keluarkan,
aturan baru yang mereka susun. Substansi juga mencakup hukum yang hidup (living
law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law books). Sebagai
negara yang masih menganut sistem Cicil Law Sistem atau sistem Eropa Kontinental
(meski sebagaian peraturan perundang-undangan juga telah menganut Common Law
Sistem atau Anglo Sexon) dikatakan hukum adalah peraturan-peraturan yang tertulis
sedangkan peraturan-peraturan yang tidak tertulis bukan dinyatakan hukum. Sistem
ini mempengaruhi sistem hukum di Indonesia. Salah satu pengaruhnya adalah adanya
asas Legalitas dalam KUHP. Dalam Pasal 1 KUHP ditentukan tidak ada suatu
perbuatan pidana yang dapat di hukum jika tidak ada aturan yang mengaturnya.
Sehingga bisa atau tidaknya suatu perbuatan dikenakan sanksi hukum apabila
perbuatan tersebut telah mendapatkan pengaturannya dalam peraturan perundangundangan. Teori Lawrence Meir Friedman yang Kedua adalah Struktur
Hukum/Pranata Hukum. Dalam teori Lawrence Meir Friedman hal ini disebut
sebagai sistem Struktural yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu
5 Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. , Manusia dan Hukum diakses melalui
http://sudiknoartikel.blogspot.com/2012/08/manusia-dan-hukum.html pada
15 Agustus 2012.
hukum ini menentukan kokoh nya struktur hukum. Walau demikian, tegaknya hukum
tidak hanya ditentukan oleh kokohnya struktur, tetapi juga terkait dengan kultur
hukum di dalam masyarakat. Dari beberapa definisi tersebut, dapat diartikan bahwa
berfungsinya sebuah hukum merupakan pertanda bahwa hukum tersebut telah
mencapai tujuan hukum, yaitu berusaha untuk mempertahankan dan melindungi
masyarakat dalam pergaulan hidup. Tingkat efektivitas hukum juga ditentukan oleh
seberapa tinggi tingkat kepatuhan warga masyarakat terhadap aturan hukum yang
telah dibuat. Menurut Achmad Ali
sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya, maka dapat diartikan bahwa
aturan hukum tersebut efektif. Namun demikian meskipun sebuah aturan yang ditaati
dapat dikatakan efektif, derajat keefektivannya masih bergantung pada kepentingan
mentaatinya. Jika ketaatan masyarakat terhadap suatu aturan hukum karena
kepentingan yang bersifat compliance (takut sanksi), maka derajat ketaatannya
dinilai sangat rendah. Berbeda ketika ketaatannya berdasarkan kepentingan yang
bersifat internalization, yakni ketaatan karena aturan hukum tersebut benar-benar
cocok dengan nilai intrinsik yang dianutnya, maka derajat ketaatan seperti inilah
yang merupakan derajat ketaatan tertinggi.6
Dalam uraian diatas tentang sistem hukum menurut Freedman yang terdiri
dari Struktur hukum, Substansi hukum, dan Budaya hukum saling terkait. Dalam hal
lain ketiga sub-sistem tersebut juga memiliki fungsi bagi manusia dalam
bermasyarakat sesuai aturan yang sah berlaku.Struktur hukum yang memiliki banyak
unsur hukum yang tertulis dan tidak tertulis berupa aturan-aturan dan sumber hukum
yang memuat hal-hal tertentu dimuat dalam berbagai UU, pasal-pasal dan peraturan
lainnya yang secara langsung dibuat guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan keteraturan dimana kehidupan bermasyarakat akan mengacu dan dibatasi oleh
hal-hal yang sudah diatur dan secara sah disepakati hal ini akan membuat masyarakat
berperilaku secara hati-hati jika ada suatu pelanggaran akan ada sanksi yang akan di
dapat sebagaimana yang telah diatur sebelumnya dalam struktur hukum. Hal ini telah
6 Orinton.Legal Counsellor, Perdebatan Teori Hukum Friedman, diakses
melalui http://orintononline.blogspot.com/2013/02/perdebatan-teori-hukumfriedman.html pada 12 February 2013.
menunjukan bahwa hukum telah menyediakan suatu peraturan dan bisa dikatakan
hukum memiliki fungsi bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat.Selanjutnya
substansi hukum yang isinya terdiri dari para penegak dan instasi hukum juga sangat
dibutuhkan untuk menjalankan dan memberlakukan struktur hukum agar bisa
dipatuhi masyarakat. Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila tidak ada aparat
penegak hukum yang kredibilitas, kompeten dan independen sehingga selain struktur
hukum yang bisa mengatur masyarakat, substansi hukum juga mampu mengaturnya
juga.Budaya hukum dimana yang dimaksudkan adalah erat kaitannya dengan
kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka
akan tercipta budaya hukum yang baik dan dapat merubah pola pikir masyarakat
mengenai hukum selama ini. Keteraturan juga tidak akan dicapai tanpa kesadaran
masyarakat untuk mau patuh dan tunduk kepada hukum untuk mengatur kehidupan
bermasyarakatnya.Hal-hal diatas telah menunjukkan bahwa hukum memiliki sistem
hukum yang mampu mengatur dan memiliki fungsi bagi manusia dalam
kehidupannya bermasyarakat.
Dari penjabaran ini, maka diketahui bahwa kerja hukum sebagai alat
pengaturan masyarakat adalah bersifat sistemis. Yakni kerja sinergis yang sempurna
antara komponen komponen yang dibutuhkan agar tujuan hukum dapat terlaksana
dan mencapai sasarannya (memberikan keadilan bagi individu-individu dalam
masyarakat) yang satu sama lain tidak dapat dipisah-pisahkan, yaitu: substansi
hukum yangbaik, struktur hukum yang kokoh (memiliki kekuatan dan berintegritas),
serta kultur yang kondusif (kesesuaian ideologi hukum dengan budaya masyarakat
yang bersangkutan) untuk penegakan hukum tersebut.7
3. Hukum
Diperlukan
dalam
Mengatur
Manusia
dalam
Kehidupan
Bermasyarakat
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan.
Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: Ubi
7 Joeni Arianto Kurniawan, Dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Surabaya, Disampaikan pada LKMM Tingkat Menengah FTK ITS, Surabaya 9 Mei
2008 tentang Manusia dan Hukum.
societas ibi jus (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa
dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat,
maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai semen perekat atas
berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai
semen perekat tersebut adalah hukum. Bagaimana hal ini terjadi? Manusia,
disamping bersifat sebagai makhluk individu, juga berhakekat dasar sebagai makhluk
sosial, mengingat manusia tidak dilahirkan dalam keadaaan yang sama (baik fisik,
psikologis, hingga lingkungan geografis, sosiologis, maupun ekonomis) sehingga
dari perbedaan itulah muncul inter dependensi yang mendorong manusia untuk
berhubungan dengan sesamanya. Berdasar dari usaha pewujudan hakekat sosialnya
di atas, manusia membentuk hubungan sosio-ekonomis di antara sesamanya, yakni
hubungan di antara manusia atas landasan motif eksistensial yaitu usaha pemenuhan
kebutuhan hidupnya (baik fisik maupun psikis). Dalam kerangka inter relasi manusia
di atas motif eksistensial itulah sistem hubungan sosial terbentuk. Usaha
perealisasian motif eksistensial dalam suatu sistem hubungan sosial bersifat sangat
kompleks akibat dari kuantitas dan heterogenitas kebutuhan di dalam kemajemukan
manusia dengan pluralitas perbedaanya itu, oleh karena itu upaya yang dilakukan
dalam kompleks inter relasi ini meniscayakan kebutuhan akan satu hal keteraturan.
Hanya dengan prasyarat keteraturanlah, maka usaha perealisasian motif eksistensial
dari masing-masing individu manusia di dalam kebersamaan antar sesamanya dapat
terwujud, mengingat bagaimanapun di sisi lain manusia masih juga berhakekat
sebagai makhluk individual sehingga sebuah kepentingan pemenuhan kebutuhan
hidup (motifeksistensial) seorang manusia akan berhadapan dengan kepentingan
manusia lain. Konflik kepentingan ini secara alami akan mendorong manusia untuk
saling berkompetisi dan saling mengalahkan di antara sesamanya, kondisi ini pada
ujungnya jika dilakukan secara tidak terkendali akan melahirkan kekacauan (chaos),
dan jika hal ini sudah terjadi maka justru eksistensi manusia itu sendiri yang
terancam. Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk
suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah
tatanan sosial (social order) yang bernama masyarakat. Guna membangun dan
mempertahankan tatanan sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia
membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si
pengatur(kekuasaan).Dari sinilah hukum tercipta, yakni sebagai bagian pranata
pengatur disamping pranata lain yaitu kekuasaan, dan sifat hubungan antara hukum
dan kekuasaan ini layaknya dua permukaan mata uang karena kedua unsur pranata
pengatur ini berhubungan secara sistemik sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan,
keberadaan yang satu meniscayakan keberadaan yang lain. Untuk menciptakan
keteraturan maka dibuatlah hukum sebagai alat pengatur, dan agar hukum tersebut
dapat memiliki kekuatan untuk mengatur maka perlu suatu entitas lembaga
kekuasaanyang dapat memaksakan keberlakuan hukum tersebut sehingga dapat
bersifat imperatif. Sebaliknya, adanya entitas kekuasaan ini perlu diatur pula dengan
hukum untuk menghindari terjadinya penindasan melalui kesewenang-wenangan
ataupun dengan penyalah gunaan
kekuasaan ini, terdapat adagium yang populer: Hukum tanpa kekuasaan hanyalah
angan-angan, dan kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman.8
4. Kerja Hukum untuk Menjalankan Fungsinya bagi Manusia dalam
Kehidupan Bermasyarakat
Fungsi hukum bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat haruslah
mampu berfungsi secara efektif dan ideal dan memberi manusia jati diri dalam
hidup di lingkungan masyarakatnya. Untuk memfungsikan dirinya, hukum
haruslah dapat bekerja secara efisien dalam mengendalikan dan memenuhi
kebutuhan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia yang merupakan
bagian dari masyarakat agar mampu memasyarakatkan manusia itu sendiri untuk
bisa bersosialisasi dan berbaur dengan manusia lainnya dan membentuk kesatuan
masyarakat ideal.
Dengan latar belakang kompleksitas antar manusia bermotifkan
kepentingan masing-masing, maka akan mendorong manusia untuk saling
berkompetisi dan berebut saling mengalahkan antar sesamanya yang dapat
berujung pada kekacauan. Kekacauan di sini dapat bermakna dua hal: Pertama,
8 Joeni Arianto Kurniawan, Dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas
Airlangga Surabaya, Disampaikan pada LKMM Tingkat Menengah FTK ITS,
Surabaya 9 Mei 2008 tentang Manusia dan Hukum.
kekacauan dalam arti sebenarnya di mana yang terjadi bukanlah suatu tatanan
sosial yang teratur melainkan pola kehidupan antar manusia yangtidak terkendali
dan mengancam eksistensi manusia itu sendiri. Kedua, adalah kekacauan dalam
arti semu yaitu terciptanya suatu tatanan masyarakat namun yang dijalankan tidak
secara ideal melalui sistem kekuasaan yang otokratis (sewenang-wenang)
sehingga walaupun individu manusia berada dalam suatu tatanan sosial namun
mereka tatap merasa terancam eksistensinya. Hukum dihadirkan untuk
menciptakan keteraturan dengan mencegah atau mengatasi segala
bentuk kekacauan sebagaimana di atas. Adanyainter dependensi (hakekat
equalityini,
mengatur
yaitu
dengan
kepentingan-kepentinganyang
saling
berhadapan agar dapat bertemu secara seimbang dan agar proses bargainingatas
kepentingan-kepentingan tersebut juga berjalan seimbang. Secara lebih dalamlagi,
proses penyeimbangan kepentingan
ini dilakuan mula-mula dengan cara penciptaan normahak dan kewajiban atas
kepentingan yang berhadapan tersebut, untuk kemudian diciptakannorma
penyeimbangan atas hak dan kewajiban yang ada itu. Oleh karena itu, pada
hakekatnya secara sederhana hukum tidak lain 3 adalah pengaturan tentang hak
dan kewajiban setiap individu manusia sebagai bagian dari suatu tatanan sosial
masyarakat. Penyeimbangan kedudukan kepentingan antar manusia yang saling
berhadapan perlu dilakukan mengingat adanya pluralistik perbedaan latar
belakang dari masing-masing manusia yang ada agar hubungan inter dependensi
yang berlangsung tidak bersifat parasitisme (merugikan dan menindas salah satu
pihak) akibat adanya perbedaan kekuatan sumber daya, melainkan dapat benarbenar bersifat mutualisme (saling menguntungkan secara fair). Sehingga, mereka
yang berada sebagai pihak yang lemah secara sumber daya / kekuatan sosialekonomisnya dapat terkuatkan dengan cara perlindungan maksimal atas hak-hak
mereka, sedangkan mereka yang berada sebagai pihak yang lebih kuat sumber
dayanya dapat dibatasi kekuatan dan kekuasaannya itu dengan cara penciptaan
norma-norma imperatif yang bersifat limitatif seperti melalui pembebanan
kewajiban-kewajiban tertentu. Di sisi lain, adanya posisi yang seimbang antar
pihak yang saling berinterakasitidak akan berarti apa-apa jika proses bargaining
kepentingan-kepentingan yang ada tidak berjalan secara seimbang pula. Maka,
perlu diciptakan norma penyeimbangan hak dan kewajiban di dalam masingmasing kepentingan tersebut. Setiap subyek yang telah bersepakat untuk
berhubungan dengan subyek lain atas landasan pemenuhan kepentingan diri
masing-masing berkewajiban memenuhi kebutuhan pihak lawan melalui
pemberian sumber dayayang dimilikinya dan pada saat yang sama ia mempunyai
hak agar kebutuhannya dipenuhi oleh pihak lawan atas sumber daya yang dimiliki
oleh pihak lawannya itu, dan hal ini bersifat timbal balik. Terciptanya suatu inter
relasi yang telah dapat bersifat seimbang dalam hubungan hak dan kewajibannya
di antara manusia yang telah berkedudukan seimbang pula inilah yang dinamakan
dengan istilah keadilan. Dengan demikian dapat terlihat bahwa eksistensi hukum
diciptakan untuk menciptakan ketertiban melalui pemenuhan keadilan di antara
tiap-tiap individu di dalam masyarakat, sehingga dapat diketahui bahwa tujuan
hukum yang pertama dan utama adalah memberikan keadilan secara sosial
(keadilan dalam kebersamaan) bagi tiap-tiap individu di dalam tatanan sosial yang
bernama masyarakat.9
5. Fungsi Hukum di Dalam Masyarakat
Fungsi hukum dalam masyarakat sangat beraneka ragam, bergantung
pada berbagai faktor dan keadaan masyarakat. Disamping itu, fungsi hukum
dalam masyarakat yang belum maju juga akan berbeda dengan yang terdapat
dalam masyarakat maju. Dalam setiap masyarakat hukum lebih berfungsi untuk
menjamin keamanan dalam masyarakat dan jaminan pencapaian struktur sosial
yang diharapkan oleh masyarakat. Namun, dalam masyarakat yang sudah maju
hukum, hukum menjadi lebih umum, abstrak, dan lebih berjarak dengan
konteksnya.Secara umum dapat dikatakan bahwa ada beberapa fungsi hukum
dalam masyarakat. Yaitu :
1. Fungsi Menfasilitasi
Dalam hal ini termasuk menfasilitasi antara pihak-pihak tertentu sehinggga
tercapai suatu ketertiban.
2. Fungsi Represif
Dalam hal ini termasuk penggunaan hukum sebagai alat bagi elite penguasa
untuk mencapai tujuan-tujuannya.
3. Fungsi Ideologis
Fungsi ini termasuk menjamin pencapaian legitimasi, hegemoni, dominasi,
kebebasan, kemerdekaan, keadilan dan lain-lain.
4. Fungsi Reflektif
Dalam hal ini hukum merefleksi keinginan bersama dalam masyarakat
sehingga mestinya hukum bersifat netral.
Selanjutnya Aubert mengklasifikasi fungsi hukum dalam masyarakat, antara
lain:
1. Fungsi mengatur ( Govermence )
2. Fungsi Distribusi Sumber Daya
3. Fungsi safeguart terhadap ekspektasi masyarakat
4. Fungsi penyelesaian konflik
5. Fungsi ekpresi dari nilai dan cita-cita dalam masyarakat.
dalam
masayarakat
yang
diakibatkan
oleh
berbedanya
Perkembangan masyarakat seperti ini bisa kearah positif, tetapi bisa juga
kearah yang negatif.10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam kenyataanya kepentingan-kepentingan manusia selama ini selalu diancam
atau diganggu oleh berbagai bahaya, yang merupakan kendala untuk dapat dilaksanakan
atau dipenuhinya harapannya, maka manusia menginginkan adanya perlindungan
terhadap kepentingan-kepentingannya, jangan sampai selalu diganggu oleh berbagai
bahaya tersebut. Kemudian terciptalah perlindungan kepentingan berbentuk kaedah
10 Dra. Muhibbah, S2 Hukum UID. Fungsi Hukum dalam Masyarakat diakses
melalui http://s2hukum.blogspot.com/2010/03/fungsi-hukum-dalammasyarakat.html pada 14 Maret 2010 pukul 20.00 WIB.
sosial termasuk di dalamnya kaedah hukum. Menurut Lawrence Meir Friedman berhasil
atau tidaknya Penegakan hukum bergantung pada: Substansi Hukum, Struktur
Hukum/Pranata Hukum dan Budaya Hukum. Manusia dan hukum adalah dua entitas
yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal
yang berbunyi: Ubi societas ibi jus (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya).
Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur
tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social
order) yang bernama masyarakat. Guna membangun dan mempertahankan tatanan
sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang
terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur(kekuasaan).Dari sinilah hukum
tercipta, yakni sebagai bagian pranata pengatur disamping pranata lain yaitu kekuasaan.
Hukum dihadirkan untuk menciptakan keteraturan dengan mencegah atau mengatasi
segala bentuk kekacauan. Fungsi
SARAN
Agar hukum bisa dibilang memadai dan berjalan secara optimal dalam mengatur
manusia dalam bermasyatakat, hukum harus memilik kriteria baik pada sub-sub
sistemnya. Struktur hukum harus berisi aturan-aturan yang sesuai dengan ideologi
bangsa dan disesuaikan dengan budaya Indonesia serta mampu mempertahankan
national interest pada suatu negara. Substansi hukum harus terdiri dari orang-orang yang
menjunjung tinggi keadilan dan memiliki kerja bagus, kredibilitas dan kompeten dalam
melaksanakan agenda hukum. Kultur hukum sendiri bersumber pada kesadaran
DAFTAR PUSTAKA
http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-hukum-menurut-para-ahli.html.
http://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html.
http://fatih-io.biz/pengertian-masyarakat-menurut-para-ahli.html
http://sudiknoartikel.blogspot.com/2012/08/manusia-dan-hukum.html pada 15 Agustus
2012.
http://orintononline.blogspot.com/2013/02/perdebatan-teori-hukum-friedman.html pada
12 February 2013.
http://s2hukum.blogspot.com/2010/03/fungsi-hukum-dalam-masyarakat.html
Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto, SH,.MA Perihal kaedah hukum, Penerbit
Aluni Bandung 1978.
MAKALAH
KETERKAITAN MANUSIA, MASYARAKAT, DAN HUKUM
Fungsi Hukum bagi Manusia dalam Bermasyarakat
Oleh :
Yuni Kurnia
145120401111014
A HI-2
Dosen :Dani Harianto, S.H., M.H.