1. Anatomi mata
Cavum orbita ruangan bentuk pyramid bersisi
4. Basis, apex, atap, dasar, lateral dan medial
Basis : merupakan bagian berbentuk segi4 ,
merupakan pintu masuk / aditus orbitalis (margo supra
orbitalis, margo infra orbitalis)
Dibentuk oleh : os. Frotalis , os. Zygomaticus, os. Maxilaris
antar tulang dihubungkan oleh sutura. Os. Frontal os.
Maxilaris (sutura frontomaxilaris). Os. Zygomatic os.
Maxilaris (sutura zygomaticomaxilaris). Os. Zygomatic os.
Frontal (sutura zygomaticofrontalis)
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat
7 tulang yang membentuk dinding orbita :
Lakrimal
Ethmoid
Sfenoid
Frontal
Maksila
Palatinum
Zygomatikum
satu mata :
4. Rektus inferior
5. Oblik superior
6. Oblik inferior
PALPEBRA
Adapun fungsi palpebra, yaitu :
Melindungi bola mata terhadap trauma dari luar
yang bersifat fisik atau kimiawi
Memberi jalan masuk sinar ke dalam bola mata
yang dibutuhkan untuk penglihatan
Pembasahan dan pelicinan seluruuh permukaan
bola amta terjadi karena pemerataan air mata
dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat
gerakan buka tutup kelopak mata
Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan
debu yang terdapat pada permukaan bola mata
I
lmu Penyakir Mata. Perhimpunan dokter spesialis mata
indonesia. Edisi 2. Sagung Seto
M.levator palpebra
Inervasi: N.occulomotorius
Fungsi: membuka mata
M.tarsalis mulleri
Inervasi syaraf simpatis
Fungsi: pertahankan buka palpebra
konjungtiva
Terdiri dari 3 bagian :
Konjungtiva tarsal : menutupi tarsus
Konjungtiva bulbi : menutupi sklera dan mudah digerakkan
dari sklera di bawahnya
Konjungtiva fornises atau forniks : peralihan dari
konjungtiva tarsal dan bulbi
Ilmu Penyakit Mata. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp. M. FKUI
Sklera dan episklera
Merupakan lanjutan kornea, membentuk dinding bola mata
bagian belakang.
Berupa jaringan ikat padat, disusun oleh kolagen.
Tempat perlekatan dari khoroid
Normal berwarna putih padat
Peradangan disebut episkleritis dan skleritis
(Buku Oftalmologi Umum, Vaugan)
Kornea
Merupakan lanjutan dari sklera, ikut membentuk bola
mata
Merupakan bagian dari media refrakta (diperiksa dgn
fundus reflek)
Bersifat transparan dan avaskuler
Diinervasi oleh N V (Trigeminus), merupakan organ yang
paling banyak
mempunyai serabut syaraf sensibel terutama bagian
sentralnya
sehingga sentuhan sedikit pada kornea akan dirasakan
sangat sakit.
Epitel
Membrana Bowman
Stroma
Membrana Descemeth
Endothel
- Iris
- Korpus siliaris
- Korpus vitreum
-Koroid
-Pupil
Fungsi pupil :
Mengatur jumlah sinar yang masuk ke
mata
Meningkatkan ketajaman fokus
Mengurangi aberasi sferis dan kromatis
(Buku Oftalmologi Umum, Vaugan)
Lensa
retina
- Humor Vitreus
- Humor Aquous
Humor Aquos terdapat di Camera Oculi Anterior ( COA )
Dihasilkan oleh korpus siliaris, dikumpulkan di COP,
mengalir lewat celah antara lensa dan iris (pupil) ke COA,
keluar lewat trabekulum terus ke kanalis Schlemm.
Pemeriksaan COA, yang dinilai :
Terdiri atas :
Pars glandula lakrimalis
LAKRIMA
Adalah organ tubuh yang secara reflektoris
memproduksi air mata
Fungsi air mata:
sebagai cairan pelindung terhadap kekeringan dan
sebagai antibakterial karena mengandung enzim
lisozim
sebagai pelicin pada waktu berkedip
2. Fisiologi mata
Konjungtiva : palpebra, bulbaris, dan forniks
Palpebra
: menghindari dari trauma fisik maupun
kimia,melindungi bola mata.
Sklera dan episklera : memberi bentuk pada mata.
Kornea : meneruskan cahaya yang masuk ke bola mata
Iris
: memberi pigmentasi pada mata, mengatur besar
kecilnya pupil
Korpus siliaris :tempat menempelnya zonula siliaris yang
berfungsi untuk fiksasi lensa, menghasilkan humor aquous
Koroid : memberi nutrisi retina bagian luar
Pupil : mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk
Lensa : memfokuskan cahaya yang masuk dan akomodasi mata
Retina : menangkap cahaya yang masuk melalui pupil
Humor Vitreus : mediarefrakta, membentuk bola mata
Humor Aquous : mempengaruhi tekanan intra okuler
palpebra :
a. Melindungi bola mata
b. Meratakan hasil sekresi kelenjar air mata
c. Mendorong corpus alienum keluar
d.
Fiksasi bola mata
3. Mekanisme melihat?
mekanisme penglihatan :
Cahaya kornea COA (Camera Oculi
Anterior) pupil COP lensa corpus
vitreum retina (tepatnya di macula
luthea,lebih tepatnya di fovea centralis)
mengubah gambaran menjadi gelombang
listrik oleh n. opticus foramen opticum
n. opticus dextra et sinistra bergabung
menjadi 1 pada chiasma opticum serabut
nasal akan bersilangan menyatu dengan
serabut temporal kontralateraltractus
opticus corpus geniculatum lateral dan
coliculus superior tractus geniculotal
carina cortex penglihatan (visual primer)
otak (lobus ocipitalis) di sulcus calcarinus.
7. Bagaimana mekanisme
gerak bola mata?
Gerakan 1 mata
Duksi : rotasi monoculair
Gerakan saccadic
Gerakan saccadic merupakan lompatan-lompatan dari fokus
fiksasi mata yang terjadi secara cepat, kira-kira dua atau tiga
lompatan per detik. Ini terjadi ketika lapang pandang
bergerak secara kontinu di depan mata. Gerakan saccadic ini
terjadi secara sangat cepat, sehingga lamanya gerakan tidak
lebih dari 10% waktu pengamatan. Pada gerakan saccadic ini,
otak mensupresi gambaran visual selama saccade, sehingga
gambaran visual selama perpindahan tidak disadari.
Gerakan Mengejar
Mata juga dapat terfiksasi pada obyek yang bergerak; gerakan
ini disebut gerakan mengejar (smooth pursuit movement).
Gerakan vestibular
Mata meyesuaikan pada stimulus dari kanalis semisirkularis saat
kepala melakukan pergerakan.
Gerakan konvergensi
Kedua mata mendekat saat objek digerakkan mendekat.
4. histologi
Kelenjar lakrimalis
Kelenjar asini
Bentuk dan ukuran bervariasi, mirip jenis serosa tapi
lumennya besar. Ada yang menampakkan kantung2
tak teratur dengan sel di dalamnya. Sel2 asinar lebih
silindris daripada piramidal mengandung granul
sekresi dan tetes lipid besar dan terpulas lemah.
Duktus eksekretorius intralobular
Saluran yang terletak di dalam sebuah lobus dan
diantara kantung2 asini. Duktus intralobular yang kecil
dilapisi epitel selapis kuboid atau silindris. Duktus
intralobular yang lebih besar terdiri dari dua lapis sel
silindris rendah atau epitel bertingkat semu.
Duktus interlobular
Saluran yang terletak diantara lobus dan diantara
kantung2 asini. Terdiri dari dua lapis sel silindris
rendah atau epitel bertingkat semu.
Sel mioepitel : mengelilingi tiap2 asini
Kornea
Epitel anterior
Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan tanpa
papil.
Membran limitans anterior (membran BOWMAN)
Di bawah epitel kornea berasal dari stroma kornea di
bawahnya.
Stroma kornea (substansia propria)
Membentuk badan kornea terdiri atas serat kolagen
paralel yang membentuk lamela tipis dan lapisan2
fibroblas gepeng bercabang yaitu keratosit diantara
serat kolagen.
Membran
limitans
posterior
(membran
DESCEMENT)
Membran basal yang berada di posterior dari stroma
kornea.
Endotel
Menutupi permukaan posterior kornea tersusun dari
epitel kuboid rendah.
Dinding bola mata terdiri atas sclera, koroid, dan retina. Retina
mengandung sel sel reseptor fotosensitif. Di antara berkas kolagen
terdapat anyaman serat elastin halus. Fibroblast gepeng atau
memanjang terdapat di seluruh sclera dan melanosit terdapat di lap
paling dalam
Lapisan koroid dan retina
Koroid di bagi atas beberapa lapis : lamina suprakoroid, lap vaskuler,
lap koriokapiler dan membrane limitans transparan atau membran
vitrea.
Lamina suprakoroid terdiri atas lamella serat serat kolagen
halus, anyaman serat elastin luas, fibroblast, dan banyak melanosit
besar.
Lapisan vaskuler mengandung banyak pembuluh darah
berukuran sedang dan besar.
Lapisan koriokapiler mengandung anyaman kapiler dengan
lumen besar di dalam stroma serat kolagen dan elastin halus.
Membrane vitrea bersebalahan dengan sel sel pigmen.
Di sebelah sel sel pigmen terdapat lap fotosensitif yg terdiri dari
sel batang langsing dan sel kerucut yg lebih tebal. Kedua sel ini
terdapat di sebelah membrane limitan eksterna yg dibentuk oleh
cabang cabang sel neuroglia, yaitu sel sel muller.
(Atlas Histologi)
PUPIL REFLEX
Pupil is controled by iris
Iris contains 2 set of smooth muscle network :
1. Circular muscle (ringlike fashion within the iris)
2. 2. Radial muscle (like bicycle spokes)
Iris otot dikendalikan oleh sistem saraf otonom.
Parasympatis menginervasi otot melingkar
Sympatis menginervasi otot radial
Jika cahaya diarahkan ke pupil, pupil akan menyempit
dan pupil mata juga lainnya (konsensual refleks
cahaya). Ini karena serabut saraf optik membawa
impuls ke saraf optik dekat lateral genuculate inti
otak tengah ipsilateral
Edinger-Westphal nukleus dan kontralateral
Edinger-Westphal, gangglion cilliary N.III, sebagian
bahasa Dari ganglion Ke silia tubuh
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F
%2Focw.usu.ac.id%2Fcourse%2Fdownload%2F1110000121-special-senses-system
%2Fsss155_slide_penglihatan_atau_vision.pdf&ei=Kc10U5CyNMeGuATc_4DoAw&usg=AFQjCNH
YHJQh7DPORtUDezh976XWe-KfBQ&sig2=o50TOJvZr2yFQeOw39j-Ng&bvm=bv.66699033,d.c2E
Definisi
Defek penglihatan warna atau yang lebih dikenal dengan buta warna adalah
gangguan penglihatan warna, ketidakmampuan untuk membedakan warna
yang orang normal mampu untuk membedakannya. Seseorang dapat
melihat normal apabila fungsi organ mata (makula dan sarafoptik)
normal, terdapat cukup cahaya yang dipantulkan ke mata dan sistem
penghantaran impuls melalui saraf normal
(Guyton & Hall,1997).
Retina sebagai salah satu bagian dari mata berperan di dalam proses ini
merupakan bagian yang peka terdapat cahaya, pada retina orang normal
mengandung dua jenis sel yang sensitif terhadap cahaya, yaitu sel batang
yang aktif pada cahaya gelap dan sel kerucut yang aktif pada cahaya
terang. Ketika sel batang dan sel kerucut dirangsang oleh cahaya, sinyal
tersebut akan ditransmisikan melalui neuron yang terkait melalui serat
saraf optik menuju korteks serebral. Normalnya ada tiga jenis sel kerucut
yang masing-masing mengandung pigmen yang berbeda-beda. Sel
kerucut aktif ketika menyerap cahaya, spektrum penyerapan cahayanya
berbeda-beda. Sel kerucut yang pertama cukup sensitif pada gelombang
pendek (short wavelengths), yang kedua pada gelombang medium
(medium wavelengths), yang ketiga pada gelombang yang panjang (long
wavelengths), (sensitivitas puncak pada warna biru, kuning kehijauan dan
merah) . Sensitivitas penglihatan warna normal tergantung dari
spektrum cahaya yang lebih banyak diserap dari ketiga sistem (merah
hijau biru), perbedaan warna yang terlihat tergantung dari tipe sel
kerucut yang distimulasi dan luasnya . Orangdengan defek penglihatan
warna, mengalami kehilangan satu sel kerucut atau sel kerucut memiliki
puncak absorbsi yang berbeda dari normal (Vaughan,1999).
Klasifikasi
Defek Penglihatan Warna
Banyak klasifikasi untuk defek penglihatan warna
yang ada, para
ahli
ada
yang
mengklasifikasikan
defek
penglihatan warna menjadi buta warna total,
buta warna parsial, buta warna merah-hijau
(penderita tidak dapat membedakan warna
merah dan hijau) dan buta warna biru kuning
(penderita tidak dapat membedakan warna biru
dan kuning), dalam penulisan penelitian ini
digunakan klasifikasi berdasarkan penyebabnya
dengan penjelasan beberapa istilah yang dibuat
di bawah ini (Vaughan,1999).
Berdasarkan etiologi atau penyebabnya defek
penglihatan warna
diklasifikasikan menjadi :
Monokromat
Biasa disebut buta warna total yang disebabkan oleh kerusakan atau
kehilangan sel kerucut (tipe S, L, M), dua dari tiga pigmen warna
hilang.
Terdapat dua bentuk monokromatisme, walaupun penderitanya tidak
memiliki diskriminasi warna sama sekali dengan kata lain
hanya mampu membedakan tingkat kecerahan, akantetapi adalah
dua entitas yang berbeda. Rod monochromacy(Monokromatisme
Batang), yakni biasa disebut
achromatopsia retina tidak mengandung sel kerucut sama sekali.
Tidak adanya sel kerucut
menyebabkan
gejala-gejala
seperti
penurunan
ketajaman
penglihatan, tidak
adanya penglihatan warna, dan nistagmus. Kelainan ini diperlihatkan
secara jelas
oleh elektroretinogram fotopik. Cone Monochromacy,pada keadaan
ini penderita memiliki fotoreseptor kerucut, tetapi semua sel
kerucut mengandung pigmen penglihatan yang sama. Penderita
tidak memiliki diskriminasi corak warna tetapi ketajaman
penglihatan yang normal dan tidak terdapatfotophobia atau
nistagmus.
Dikromat
Dikromat adalah orang-orang yang fotoreseptor kerucutnya hanya mengandung dua dari
tiga fotopigmen kerucut.
Dikromat juga merupakan kelainan buta warna tingkat moderate. Kelainan ini meliputi
Protanopia, penderita kehilangan sensitivitas sel kerucut terhadap gelombang panjang
(long wavelength/L-cones), mereka tidak bisa membedakan warna merah, oranye, dan
kuning.
Nuetral point berada pada panjang gelombang 492 nm (titik dimana
penderita tidak bisa membedakan warna ini dengan warna putih). Penderita hanya melihat
satu warna yang mendekati warna kuning. Oranye yang merupakan gabungan warna
primer merah dan kuning hanya terlihat kuning oleh penderita. Warna merah
dibingungkan dengan warna hitam atau abu-abu tua.
Bunga warna merah muda yang merupakan kombinasi warna merah dan biru, terlihat hanya
berwarna biru oleh penderita, demikian halnya dengan warna sekunder lain seperti ungu
yang merupakan gabungan warna primer merah dan biru, hanya terlihat biru oleh
penderita dan lampu lalu lintas yang berwarna merah dilihat padam oleh penderita,dan
warna biru-hijau terlihat abu-abu oleh penderita.
Seorang protanopia belajar membedakan warna merah dari hijau
dan kuning dari tigkat keterangan dan kecerahannya, bukan dari persepsi perbedaan
warnanya.
Hal ini dialami 1 dari 100 laki-laki. Deuteranopia (1% dari laki-laki), kekurangan sensitivitas
sel kerucut terhadap gelombang medium (medium wavelength/M-cones), juga dikenal
sebagi Daltonism.
Kelainannya menyerupai pada protanope.
Neutal point berada pada 498 nm, sehingga warna yang memiliki panjang gelombang besar,
lebih sulit dibedakan dengan warna putih. Warna hijau, kuning dan merah sulit dinilai
karena dilihat sama menyerupai warna merah, warna hijau gelap dilihat hitam,
sedangkan warna violet, ungu dan biru terlihat sama oleh penderita. Warna hijau terlihat
abu-abu oleh penderita.
Pada defek penglihatan warna ini, intensitas cahayanya tidak
mengalami perubahan.
Tritanopia (kurang dari 1% laki-laki). Berkurangnya sel kerucut yang sensitive terhadap
panjang gelombang pendek (Short wavelength/S-cones), sehingga penderita tidak bisa
membedakan antara warna biru dan kuning.
Anomali Trikromat
Merupakan defisit penglihatan warna yang sering dijumpai. Terdiri
dari
Protanomaly (1 % laki-laki dan 0.01% wanita), penderita kurang
sensitive terhadap warna merah.Deuteranomaly (lebih umum
pada 6 % laki-laki, 0.4 % wanita) penderita lemah terhadap warna
hijau, warna hijau tua diasumsikan sebagai warna hitam.
Tritanomaly (kejadiannya jarang pada laki-laki dan wanita). Dua
pigmen warna normal akantetapianomaly pigmen berada dekat
dengan pigmen normal, penderita dapat melihat tiga warna
(trichromacy) tapi tidak mampu untuk membedakan warna. Pada
penderita protanomaly tidak ada spectrum warna yang terlihat
abu-abu, warna yang terlihat abu-abu oleh protanope terlihat
keabu-abuan oleh penderita protanomaly, sedangkan warna yang
terlihat abu-abu oleh deuteranope sulit dibedakan oleh penderita
protanomaly.
Individu-individu ini memerlukan tiga warna primer untuk
mencocokkan suatu warna yang tidak diketahui tidak seperti
orang trikromat normal. Masing-masih trikromat anomaly memiliki
defek yang analog dengan kelainan dikromat.
Pada penelitian ini protanomaly diartikan sebagai lemah warna
merah,
sedangkan deuteranomaly diartikan sebagai lemah warna hijau, bila
keadaan
protanomaly,
deuteranomaly,
protanopia
dan
deuteranopia terjadi bersama-sama disebut sebagai buta warna
merah-hijau (red-green deficiency) (Vaughan, 1999
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20350/4/Chaprter%20
II.pdf
mekanisme akomodasi
mata?
Anomali refraksi
Anomali refraksi atau ametropia adalah
kelainan refraksi mata, di mana sinar sejajar
yang datang tidak terfokus pada retina karena
ketidakseimbangan kekuatan pembiasan
media penglihatan dengan panjang bola mata.
Ametropia dapat ditemukan dalam bentukbentuk kelainan:
Miopia
Hipermetropia
Astigmatisme
Presbiopia
Kelainan refraksi ini dapat dikoreksi dengan
memakai kacamata ataupun lensa kontak.
MIOPIA
Miopia adalah bentuk anomali refraksi, dimana sinar-sinar pada mata
yang istirahat akan dibiaskan pada satu titik di depan retina.
Dikenal beberapa bentuk myopia seperti :
a. Miopia refraksi, bertambahnya indeks bias media penglihatan
dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :
Miopia sangat ringan sampai dengan - 1.00 D
Miopia ringan - 1.00 s/d 3.00 D
Miopia sedang - 3.00 s/d 6.00 D
Miopia tinggi - 6.00 s/d 10.00 D
Menurut perjalanan myopia dikenal bentuk :
a. Miopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa
b. Miopia progresif, myopia yang bertambah terns pada usia dewasa
akibat bertambah panjangnya bola mata.
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan
kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman
maksimal.
Penyulit yang dapat timbul pada pasien miopia adalah terjadinya ablasi
retina dan juling. Juling biasanya esotropia yang dapat terjadi akibat
mata berkovergensi terus menerus atau eksotrofi ke luar yang dapat
disebabkan karena fungsi satu mata telah berkurang (ambliopia).
HIPERMETROPIA
Hipermetropia adalah suatu bentuk anomali refraksi di mana sinar-sinar sejajar akan
dibiaskan pada satu titik di belakang ratina pada mata dalam keadaan istirahat.
Penyebabnya adalah karena daya pembiasan mata terlalu lemah (Hipermetropia
refraktif), atau akibat sumbuh mata terlalu pendek (Hipermetropia aksial).
Hipermetropia dikenal dalam bentuk :
a. Hipermetropia manifes ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata
positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.
b. Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi
dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh.
c. Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan
akomodasi ataupun dengan kacamata positif.
d. Hipertropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia diimbangi
seluruhnya dengan akomodasi.
e. Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapat sesudah diberikan
sikloplegia.
Gejala yang ditemukan pada hipermetropia adalah penglihatan dekat dan jauh kabur,
sakit kepala, silau dan kadang rasa juling atau lihat ganda.
Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana
tanpa sikloplegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberikan tajam
penglihatan normal (6/6). Bila terdapat juling ke dalam diberikan kacamata koreksi
hipermetropia total.
Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis terkuat atau
lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal.
Penyulit yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia terjadi akibat
pasien selamanya melakukan akomodasi. Glaucoma sekunder terjadi akibat hipertrofi
otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata.
ASTIGMATISME
Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar yang
sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh
bidang pembiasan sehingga focus pada retina tidak pada satu titik. Ini
disebabkan karena :
- Kelainan kornea, perubahan lengkung kornea dengan atau tanpa
pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bola
mata, dapat merupakan kelainan kongenital atau aquisita
(kecelakaan, peradangan kornea atau post operasi).
- Kekeruhan di lensa, biasanya pada katarak insipiens atau imatur.
Dikenal 5 macam astimatisme yaitu :
1. Astigmatisme miopikus simpleks
2. Astigmatisme miopikus kompositus
3. Astigmatisme hipermetropikus simpleks
4. Astigmatisme hipermetropikus kompositus
5. Astigmatisme mikstus
Koreksi
Dimulai dahulu dengan lensa S ( - ) atau S ( + ), sampai visus sebaikbaiknya, bila tidak ada kemajuan barn diberikan lensa "Fogging"
untuk menghilangkan akomodasi, disusul pemberian lensa S ( - ) bila
visusnya belum dapat dikoreksi dengan sempurna.
Cara subyektif seperti yang diuraikan di atas dapat dicapai dengan :
Cara coba-coba (Trial and error technique)
Cara pengabur (Fogging technique)
Cara dengan silinder silang (Cross cylinder technique)
PRESBIOPIA
Adalah kelainan refraksi dimana pungtum
proksimum, telah begitu jauh, sehingga pekerjaan
dekat yang halus seperti membaca, menjahit sukar
dilakukan.
Proses ini merupakan keadaan fisiologis, terjadi pada
setiap mata, tidak usaha dianggap suatu penyakit.
Gejala subyektif
Keluhan timbul pada penglihatan dekat. Pupil miosis,
tanda astenopia; mata sakit, lekas capai, lakrimasi.
Terjadi biasanya mulai pada umur 40 tahun