Anda di halaman 1dari 71

alvenia

Li lbm 1 modul mata

1. Anatomi mata
Cavum orbita ruangan bentuk pyramid bersisi
4. Basis, apex, atap, dasar, lateral dan medial
Basis : merupakan bagian berbentuk segi4 ,
merupakan pintu masuk / aditus orbitalis (margo supra
orbitalis, margo infra orbitalis)
Dibentuk oleh : os. Frotalis , os. Zygomaticus, os. Maxilaris
antar tulang dihubungkan oleh sutura. Os. Frontal os.
Maxilaris (sutura frontomaxilaris). Os. Zygomatic os.
Maxilaris (sutura zygomaticomaxilaris). Os. Zygomatic os.
Frontal (sutura zygomaticofrontalis)

Apex : dibagian posterior dari foramen opticum.

Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat
7 tulang yang membentuk dinding orbita :
Lakrimal
Ethmoid
Sfenoid
Frontal
Maksila
Palatinum
Zygomatikum

Berbentuk piramid, terletak pada kedua sisi rongga hidung.


Dinding lateral orbita membentuk sudut 45o dengan dinding
medial
Dinding orbita terdiri atas tulang :
Atap atau superior
: os. Frontal
Lateral
: os. Frontal, os. Zygomatikum, ala magna os.
Sfenoid
Inferior
: os. Zygomatikum, os. Maksila, os. Palatina
Nasal
: os. Maksila, os. Lakrimal, os ethmoid
Ilmu Penyakit Mata. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp. M. FKUI

Antara atap dan dinding lateral terdapat fissura orbitalis superior


( dibatasi oeh corpus dan kedua ala ossis sfnoidalis )
Fissura orbitalis superior menghubungkan orbita dengan fossa
cranii media.
FISSURA ORBITALIS SUPERIOR dilalui oleh:
N.Oculomotorius
N. Trochlearis
N. Abduscens
N. Opthalmius
N. Frontalis
N. Lacrimalis
N. Nasociliaris
Vasa opthalmica, a. Lacrimalis
Arteri meningea media (kadang-kadang)

Antara dasar orbita dan dinding lateral terdapat fissura orbitalis


inferior.
FISSURA ORBITALIS INFERIOR dilalui oleh:
N. Maxillaris
N. Zygomaticus
Vasa infra orbitalis
Serabut-serabut ganlion sfenopalatinum

Otot2 penggerak bola mata :

6 otot ekstra okuler pd


1. Rektus lateral
2. Rektus medial
3. Rektus superior

satu mata :
4. Rektus inferior
5. Oblik superior
6. Oblik inferior

(Atlas Anatomi Sobbota Jilid 1 Edisi 21)

Terdiri atas 3 pasang otot, yaitu :


m.rektus superior
m.rektus inferior
m.rektus medial
m.rektus lateral
m.obliqus superior
m.obliqus inferior

PALPEBRA
Adapun fungsi palpebra, yaitu :
Melindungi bola mata terhadap trauma dari luar
yang bersifat fisik atau kimiawi
Memberi jalan masuk sinar ke dalam bola mata
yang dibutuhkan untuk penglihatan
Pembasahan dan pelicinan seluruuh permukaan
bola amta terjadi karena pemerataan air mata
dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat
gerakan buka tutup kelopak mata
Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan
debu yang terdapat pada permukaan bola mata
I
lmu Penyakir Mata. Perhimpunan dokter spesialis mata
indonesia. Edisi 2. Sagung Seto

Otot kelopak mata


M.orbicularis oculi
Inervasi: n.Fasialis
Fungsi: menutup mata

M.levator palpebra
Inervasi: N.occulomotorius
Fungsi: membuka mata

M.tarsalis mulleri
Inervasi syaraf simpatis
Fungsi: pertahankan buka palpebra

konjungtiva
Terdiri dari 3 bagian :
Konjungtiva tarsal : menutupi tarsus
Konjungtiva bulbi : menutupi sklera dan mudah digerakkan
dari sklera di bawahnya
Konjungtiva fornises atau forniks : peralihan dari
konjungtiva tarsal dan bulbi
Ilmu Penyakit Mata. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp. M. FKUI
Sklera dan episklera
Merupakan lanjutan kornea, membentuk dinding bola mata
bagian belakang.
Berupa jaringan ikat padat, disusun oleh kolagen.
Tempat perlekatan dari khoroid
Normal berwarna putih padat
Peradangan disebut episkleritis dan skleritis
(Buku Oftalmologi Umum, Vaugan)

Sklera dan episklera


Merupakan lanjutan kornea, membentuk dinding bola mata
bagian belakang.
Berupa jaringan ikat padat, disusun oleh kolagen.
Tempat perlekatan dari khoroid
Normal berwarna putih padat
Peradangan disebut episkleritis dan skleritis

(Buku Oftalmologi Umum, Vaugan)

Bercak bitot (konjungtiva)


Seluruh permukaan konjungtiva tampak kering. Konjungtiva tampak menebal,
berlipat dan berkerut dan mata tampak bersisik

Kornea
Merupakan lanjutan dari sklera, ikut membentuk bola
mata
Merupakan bagian dari media refrakta (diperiksa dgn
fundus reflek)
Bersifat transparan dan avaskuler
Diinervasi oleh N V (Trigeminus), merupakan organ yang
paling banyak
mempunyai serabut syaraf sensibel terutama bagian
sentralnya
sehingga sentuhan sedikit pada kornea akan dirasakan
sangat sakit.

Kornea memiliki 5 lapisan yaitu :

Epitel
Membrana Bowman
Stroma
Membrana Descemeth
Endothel

Kekeruhan kornea dapat disebabkan oleh


Infiltrat (mis pada keratitis)
Sikatrik kornea
Nebula, makula, leukoma

Pembuluh darah baru di kornea disebut Pannus.


Disebabkan oleh radang kronis di kornea dimana kornea
berusaha menyembuhkan sendiri dengan membentuk
pembuluh darah baru untuk membawa nutrisi dan bhn
pertahanan tubuh.

- Iris
- Korpus siliaris
- Korpus vitreum

Sebagai media refrakta


Bila kekeruhan sedikit akan melihat
benda hitam melayang (floaters).
Penyebabnya biasanya uveitis posterior.
Bila keruh sekali penglihatan akan
kabur, mis. Karena perdarahan atau
uveitis posterior.
(Buku Oftalmologi Umum, Vaugan)

-Koroid
-Pupil

Fungsi pupil :
Mengatur jumlah sinar yang masuk ke
mata
Meningkatkan ketajaman fokus
Mengurangi aberasi sferis dan kromatis
(Buku Oftalmologi Umum, Vaugan)

Lensa

Sebagai media refrakta (harus jernih)


Bersifat avasculer
Terbungkus capsul elastis
Metabolisme diambil dari humor aquos

Alat penggantungzonula zinii,melekat pada


corpus ciliare yg mengandung otot ciliare
(Otot polos) untuk akomodasi
(Akomodasi: untuk melihat dekat_
Otot ciliaris kontraksi, permukaan lensa
depan mencembung, kekuatan optis
,bayangan dekat terfokus

Pada waktu konvergensi bayangan jatuh pada titik identik


Pada orang tua elastisitas lensa shg waktu lihat dekat kabur
disebut Presbyopia diatasi dengan kacamata baca
Fungsi memfokuskan sinar dengan cara akomodasi untuk
melihat dekat
Otot ciliaris kontraksi, permukaan lensa depan mencembung,
kekuatan optis ,bayangan dekat terfokus
t.a 3 proses
Konvergensi
Konstriksi pupil
Pencembungan lensa

Kemampuan akomodasi tergantung pada umur, mulai umur 40


th kemampuan akomodasi (presbyopia), sehingga perlu
kaca mata baca
40 th 1 dioptri
50 th 2 dioptri
60 th 3 dioptri

Proses Sclerosis pada orang tua , maka kekuatan akomodasinya


berkurang
(Buku Oftalmologi Umum, Vaugan)

retina

Tempat reseptor cahaya


Untuk memfokuskan cahaya dari lingkungan ke sel
batang dan sel kerucut
Fotoreseptor kemudian mengubah energy cahaya
menjadi sinyal listrik untuk disalurkan di SSP
Reseptor di retina terdiri atas sel conus dan sel
bacilus
Sel conus bersifat photopic:
Untuk adaptasi terang, melihat sentral dan warna

Sel bacilus bersifat scotopic:


Untuk adaptasi gelap dan penglihatan samping

Pemeriksaan retina, dengan ophthalmoscop, pupil


dilebarkan lebih dahulu
Cari pembuluh darah, kemudian diurutkan ke papil
N.II, kemudian dicari makula. Dinilai seluruh retina

(Buku Oftalmologi Umum, Vaugan)

- Humor Vitreus
- Humor Aquous
Humor Aquos terdapat di Camera Oculi Anterior ( COA )
Dihasilkan oleh korpus siliaris, dikumpulkan di COP,
mengalir lewat celah antara lensa dan iris (pupil) ke COA,
keluar lewat trabekulum terus ke kanalis Schlemm.
Pemeriksaan COA, yang dinilai :

* Kedalamannya (dg focal ilumination)

* Kejernihannya (melihat Tyndal effect)


Fungsi
Sebagai media refrakta

Bila keruh penglihatan kabur


Suplai nutrisi lensa dan kornea
Penentu tekanan bola mata

Bila tekanan bola mata naik disebut Glaukoma


(Buku Oftalmologi Umum, Vaugan)

- Alis mata (supercilium)


- Aparatus lakrimalis : orbita dan palpebra

Terdiri atas :
Pars glandula lakrimalis

Bag.yang produksi air mata


Pars ekskretorius

Bag yang menampung air mata dan mengalirkan ke hidung


Glandula sekretorius assesorius

Gld.Krause, gld Wolfring, sel goblet


Persarafan :
N.trigeminus sensoris
N.simpatis lwt gln.cervicale
N.fascialis parasimpatis

Glandula lakrimalis, terdiri atas :


Pars orbitalis
Pars palpebralis

Pars sekretorius : saluran sekresi duktuli lakrimalis 6-12 buah


bermuara di forniks superior sebelah lateral. Bisa tertutup oleh
proses sikatrik akibat :
Trakhoma
Trauma kimia
Steven Johnson syndroma

Akibatnya produksi air mata berkurang/ tidak ada sehingga


menyebabkan keratitis sicca

LAKRIMA
Adalah organ tubuh yang secara reflektoris
memproduksi air mata
Fungsi air mata:
sebagai cairan pelindung terhadap kekeringan dan
sebagai antibakterial karena mengandung enzim
lisozim
sebagai pelicin pada waktu berkedip

Air mata terdiri dari 3 lapis :


Mukus : dihasilkan oleh sel goblet konjungtiva
Cair : dihasilkan oleh gld.Lakrima
Berminyak : dihasilkan oleh gld.Meibom
(Atlas Anatomi Sobbotta, dan Fisiologi kedokteran ganong)

2. Fisiologi mata
Konjungtiva : palpebra, bulbaris, dan forniks
Palpebra
: menghindari dari trauma fisik maupun
kimia,melindungi bola mata.
Sklera dan episklera : memberi bentuk pada mata.
Kornea : meneruskan cahaya yang masuk ke bola mata
Iris
: memberi pigmentasi pada mata, mengatur besar
kecilnya pupil
Korpus siliaris :tempat menempelnya zonula siliaris yang
berfungsi untuk fiksasi lensa, menghasilkan humor aquous
Koroid : memberi nutrisi retina bagian luar
Pupil : mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk
Lensa : memfokuskan cahaya yang masuk dan akomodasi mata
Retina : menangkap cahaya yang masuk melalui pupil
Humor Vitreus : mediarefrakta, membentuk bola mata
Humor Aquous : mempengaruhi tekanan intra okuler
palpebra :
a. Melindungi bola mata
b. Meratakan hasil sekresi kelenjar air mata
c. Mendorong corpus alienum keluar
d.
Fiksasi bola mata

3. Mekanisme melihat?

Mata merupakan alat optik yang mempunyai system lensa


(kornea, humor akuos, lensa dan badan kaca), diafragma
(pupil), dan film untuk membentuk bayangan (retina). Proses
penglihatan dimulai dengan adanya rangsangan pada sel
fotoreseptor retina (sel batang dan kerucut), untuk
selanjutnya diteruskan ke otak melalui lintasan visual.
Lintasan visual dimulai dari sel-sel ganglioner di retina dan
diakhiri pada polus posterior korteks oksipitalis. Lintasan
visual terdiri dari :

Sel-sel ganglioner di retina


Nervus optikus
Khiasma optikum
Traktus optikus
Korpus genikulatum laterale
Radiatio optik
Korteks oksipitalis.

mekanisme penglihatan :
Cahaya kornea COA (Camera Oculi
Anterior) pupil COP lensa corpus
vitreum retina (tepatnya di macula
luthea,lebih tepatnya di fovea centralis)
mengubah gambaran menjadi gelombang
listrik oleh n. opticus foramen opticum
n. opticus dextra et sinistra bergabung
menjadi 1 pada chiasma opticum serabut
nasal akan bersilangan menyatu dengan
serabut temporal kontralateraltractus
opticus corpus geniculatum lateral dan
coliculus superior tractus geniculotal
carina cortex penglihatan (visual primer)
otak (lobus ocipitalis) di sulcus calcarinus.

7. Bagaimana mekanisme
gerak bola mata?

Gerak bola mata

gerak bola mata diatur oleh 3 pasang otot :


rektusmedial dan lateral ; kontraksi secara timbal balik untuk
menggerakkn bola mata dari satu sisi ke sisi lain.
rektus superior inferior : kontraksi secaratimbal balik untuk
menggerakan mata ke atas dan bawah.
obliqus superior- inferior : memutar bola mata agar lapangan
pandangan tetap.

pengaturan saraf untuk gerak bola mata


ke 3 inti dari N. III, IV, VI melewati fasikulus longitudinalis
medial, baik melewati fasikulus maupun jaras lain otot untuk
tiap mata diinervasi secara timbal balik sehingga satu otot dari
setiap pasang otot akan relakasi sementari lainnya kontraksi.
pengaturan kortikal terhadap aparatus akulomotor , menunjukan
penyebaran sinyal yg berasal dari aera penglihatan ociipital
dan traktus occipitokolikular menuju area pretektal dan
kolikulus superior pada batang otak. traktus frontotektal
berjalan dr korteks frontalis menuju area pretektal dan area
kolikulus superior , sinyal pengaturan okulomotor selanjutnya
menuju inti saraf okulomotor.

Gerakan 1 mata
Duksi : rotasi monoculair

Adduksi : rotasi monoculair ke nasal


Abduksi : rotasi monoculair ke temporal
Supraduksi : rotasi monoculair ke atas
Inraduksi : rotasi monoculair ke bawah
Torsi : gerakan memutar

Intorsi : memutar satu mata ke arah hidung


Extorsi : memutarnya satu mata menjauhi
hidung

Gerakan Fiksasi Bola Mata


Gerakan fiksasi bola mata dikontrol melalui dua
mekanisme neuronal. Yang pertama, memungkinkan
seseorang untuk untuk memfiksasi obyek yang ingin
dilihatnya secara volunter; yang disebut seabgai
mekanisme fiksasi volunter. Gerakan fiksasi
volunter dikontrol oleh cortical field pada daerah
regio premotor pada lobus frontalis.
Yang kedua, merupakan mekanisme involunter yang
memfiksasi obyek ketika ditemukan; yang disebut
sebagai mekanisme fiksasi involunter. Gerakan
fiksasi involunter ini dikontrol oleh area visual
sekunder pada korteks oksipitalis, yang berada di
anterior korteks visual primer.
Jadi, bila ada suatu obyek pada lapang pandang, maka
mata akan memfiksasinya secara involunter untuk
mencegah kaburnya bayangan pada retina. Untuk
memindahkan fokus ini, diperlukan sinyal volunter
sehingga fokus fiksasi bisa diubah.

Gerakan saccadic
Gerakan saccadic merupakan lompatan-lompatan dari fokus
fiksasi mata yang terjadi secara cepat, kira-kira dua atau tiga
lompatan per detik. Ini terjadi ketika lapang pandang
bergerak secara kontinu di depan mata. Gerakan saccadic ini
terjadi secara sangat cepat, sehingga lamanya gerakan tidak
lebih dari 10% waktu pengamatan. Pada gerakan saccadic ini,
otak mensupresi gambaran visual selama saccade, sehingga
gambaran visual selama perpindahan tidak disadari.
Gerakan Mengejar
Mata juga dapat terfiksasi pada obyek yang bergerak; gerakan
ini disebut gerakan mengejar (smooth pursuit movement).
Gerakan vestibular
Mata meyesuaikan pada stimulus dari kanalis semisirkularis saat
kepala melakukan pergerakan.
Gerakan konvergensi
Kedua mata mendekat saat objek digerakkan mendekat.

Ganong WF. Review of Medical Physiology. 22 nd ed. Singapore:


McGrawHill; 2005. p. 148-70.

4. histologi

Kelenjar lakrimalis

Kelenjar asini
Bentuk dan ukuran bervariasi, mirip jenis serosa tapi
lumennya besar. Ada yang menampakkan kantung2
tak teratur dengan sel di dalamnya. Sel2 asinar lebih
silindris daripada piramidal mengandung granul
sekresi dan tetes lipid besar dan terpulas lemah.
Duktus eksekretorius intralobular
Saluran yang terletak di dalam sebuah lobus dan
diantara kantung2 asini. Duktus intralobular yang kecil
dilapisi epitel selapis kuboid atau silindris. Duktus
intralobular yang lebih besar terdiri dari dua lapis sel
silindris rendah atau epitel bertingkat semu.
Duktus interlobular
Saluran yang terletak diantara lobus dan diantara
kantung2 asini. Terdiri dari dua lapis sel silindris
rendah atau epitel bertingkat semu.
Sel mioepitel : mengelilingi tiap2 asini

Kornea

Epitel anterior
Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan tanpa
papil.
Membran limitans anterior (membran BOWMAN)
Di bawah epitel kornea berasal dari stroma kornea di
bawahnya.
Stroma kornea (substansia propria)
Membentuk badan kornea terdiri atas serat kolagen
paralel yang membentuk lamela tipis dan lapisan2
fibroblas gepeng bercabang yaitu keratosit diantara
serat kolagen.
Membran
limitans
posterior
(membran
DESCEMENT)
Membran basal yang berada di posterior dari stroma
kornea.
Endotel
Menutupi permukaan posterior kornea tersusun dari
epitel kuboid rendah.

Retina, koroid, dan sklera

Dinding bola mata terdiri atas sclera, koroid, dan retina. Retina
mengandung sel sel reseptor fotosensitif. Di antara berkas kolagen
terdapat anyaman serat elastin halus. Fibroblast gepeng atau
memanjang terdapat di seluruh sclera dan melanosit terdapat di lap
paling dalam
Lapisan koroid dan retina
Koroid di bagi atas beberapa lapis : lamina suprakoroid, lap vaskuler,
lap koriokapiler dan membrane limitans transparan atau membran
vitrea.
Lamina suprakoroid terdiri atas lamella serat serat kolagen
halus, anyaman serat elastin luas, fibroblast, dan banyak melanosit
besar.
Lapisan vaskuler mengandung banyak pembuluh darah
berukuran sedang dan besar.
Lapisan koriokapiler mengandung anyaman kapiler dengan
lumen besar di dalam stroma serat kolagen dan elastin halus.
Membrane vitrea bersebalahan dengan sel sel pigmen.
Di sebelah sel sel pigmen terdapat lap fotosensitif yg terdiri dari
sel batang langsing dan sel kerucut yg lebih tebal. Kedua sel ini
terdapat di sebelah membrane limitan eksterna yg dibentuk oleh
cabang cabang sel neuroglia, yaitu sel sel muller.

(Atlas Histologi)

5. Bagaimana mekanisme perlindungan mata agar tidak kering dan


tidak ada debu?

6. Bagaimana mekanisme pertahanan mata?


Mekanisme berkedip
REFLEKS KORNEA
Banyak sekali ilmuan mengemukakan teori mengenai
mekanisme refleks kedip seperti adanya pacemaker atau
pusat kedip yang diregulasi globus palidus atau adanya
hubungan dengan sirkuit dopamin di hipotalamus. Pada
penelitian Taylor (1999) telah dibuktikan adanya
hubungan langsung antara jumlah dopamin di korteks
dengan mengedip spontan dimana pemberian agonis
dopamin D1 menunjukkan peningkatan aktivitas
mengedip sedangkan penghambatannya menyebabkan
penurunan refleks kedip mata. Refleks kedip mata dapat
disebabkan oleh hampir semua stimulus perifer, namun
dua refleks fungsional yang signifikan adalah
(Encyclopdia Britannica, 2007):
(1) Stimulasi terhadap nervus trigeminus di kornea,
palpebra dan konjungtiva yang disebut refleks
kedip sensoris atau refleks kornea. Refleks ini
berlangsung cepat yaitu 0,1 detik.
(2) Stimulus yang berupa cahaya yang menyilaukan
yang disebut refleks kedip optikus. Refleks ini lebih
lambat dibandingkan refleks kornea
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter%20II.pdf

Ritme Normal Kedipan Mata


Pada keadaan terbangun, mata mengedip secara reguler dengan
interval dua sampai sepuluh detik dengan lama kedip selama 0,30,4 detik. Hal ini merupakan suatu mekanisme untuk
mempertahankan kontinuitas film prekorneal dengan cara
menyebabkan sekresi air mata ke kornea. Selain itu, mengedip
dapat membersihkan debris dari permukaan okuler. Sebagai
tambahan, mengedip dapat mendistribusikan musin yang
dihasilkan sel goblet dan meningkatkan ketebalan lapisan lipid
(McMonnies, 2007). Iwanami (2007) mengemukakan bahwa
muskulus Riolan dan muskulus intertarsal dipercaya berhubungan
dengan sekresi kelenjar meibom.
Menurut Hollan (1972), frekuensi mengedip berhubungan dengan
status mental dan juga diregulasi oleh proses kognitif. Kara
Wallace (2006) pada Biennial International Conference on Infant
Studies XVth di Jepang (Abelson, 2007) menyatakan bahwa
berbicara, menghapal, dan perhitungan mental (mental
arithmatic) dihubungkan dengan peningkatan frekuensi mengedip.
Sedangkan melamun, mengarahkan perhatian dan mencari
sumber stimulus diasosiasikan dengan penurunan frekuensi
mengedip mata. Namun, kedipan mata dapat bervariasi pada
setiap aktivitas seperti membaca, menggunakan komputer,
menonton televisi, mengendarai alat transportasi, dan
memandang. Frekuensi mengedip juga dipengaruhi oleh faktorfaktor internal seperti keletihan, pengaruh medikasi, stres dan
keadaan afektif(Doughty, 2001).

7. Bagaimana mekanisme reflek pupil?

PUPIL REFLEX
Pupil is controled by iris
Iris contains 2 set of smooth muscle network :
1. Circular muscle (ringlike fashion within the iris)
2. 2. Radial muscle (like bicycle spokes)
Iris otot dikendalikan oleh sistem saraf otonom.
Parasympatis menginervasi otot melingkar
Sympatis menginervasi otot radial
Jika cahaya diarahkan ke pupil, pupil akan menyempit
dan pupil mata juga lainnya (konsensual refleks
cahaya). Ini karena serabut saraf optik membawa
impuls ke saraf optik dekat lateral genuculate inti
otak tengah ipsilateral
Edinger-Westphal nukleus dan kontralateral
Edinger-Westphal, gangglion cilliary N.III, sebagian
bahasa Dari ganglion Ke silia tubuh
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F
%2Focw.usu.ac.id%2Fcourse%2Fdownload%2F1110000121-special-senses-system
%2Fsss155_slide_penglihatan_atau_vision.pdf&ei=Kc10U5CyNMeGuATc_4DoAw&usg=AFQjCNH
YHJQh7DPORtUDezh976XWe-KfBQ&sig2=o50TOJvZr2yFQeOw39j-Ng&bvm=bv.66699033,d.c2E

8. Bagaimana mekanisme membedakan warna?

Mekanisme melihat tiga warna


(Tricolor mechanism)

Proses pengenalan cahaya


Setelah cahaya melewati lensa mata kemudian melewati
vitreous humor
kemudian masuk ke dalam retina dari dalam ke arah luar.
Yang pertama melewati sel ganglion, lalu melewati lapisan
plexiform (plexiform layer), lapisan inti (nuclear layer) dan
limiting membran, sebelum akhirnya menuju sel batang dan
sel kerucut. Pigmen warna pada sel kerucut memiliki
komposisi kimia yang sama dengan rhodopsin didalam sel
batang, perbedaannya hanya terletak pada protein yang
diberi nama photopsin yang berbeda dengan scotopsin pada
sel batang. Tiga pigmen warna yang berbeda berada pada
sel kerucut yang berbeda, yang membuat sel kerucut sensitif
pada warna tertentu, pigmen warna ini dinamakan (bluesensitif pigment, green sensitif pigment, dan red-sensitif
pigment) yang menunjukkan puncak absorbsi pada panjang
gelombang 445, 535,570 nanometer.(Guyton & hall,1997).

Definisi
Defek penglihatan warna atau yang lebih dikenal dengan buta warna adalah
gangguan penglihatan warna, ketidakmampuan untuk membedakan warna
yang orang normal mampu untuk membedakannya. Seseorang dapat
melihat normal apabila fungsi organ mata (makula dan sarafoptik)
normal, terdapat cukup cahaya yang dipantulkan ke mata dan sistem
penghantaran impuls melalui saraf normal
(Guyton & Hall,1997).

Retina sebagai salah satu bagian dari mata berperan di dalam proses ini
merupakan bagian yang peka terdapat cahaya, pada retina orang normal
mengandung dua jenis sel yang sensitif terhadap cahaya, yaitu sel batang
yang aktif pada cahaya gelap dan sel kerucut yang aktif pada cahaya
terang. Ketika sel batang dan sel kerucut dirangsang oleh cahaya, sinyal
tersebut akan ditransmisikan melalui neuron yang terkait melalui serat
saraf optik menuju korteks serebral. Normalnya ada tiga jenis sel kerucut
yang masing-masing mengandung pigmen yang berbeda-beda. Sel
kerucut aktif ketika menyerap cahaya, spektrum penyerapan cahayanya
berbeda-beda. Sel kerucut yang pertama cukup sensitif pada gelombang
pendek (short wavelengths), yang kedua pada gelombang medium
(medium wavelengths), yang ketiga pada gelombang yang panjang (long
wavelengths), (sensitivitas puncak pada warna biru, kuning kehijauan dan
merah) . Sensitivitas penglihatan warna normal tergantung dari
spektrum cahaya yang lebih banyak diserap dari ketiga sistem (merah
hijau biru), perbedaan warna yang terlihat tergantung dari tipe sel
kerucut yang distimulasi dan luasnya . Orangdengan defek penglihatan
warna, mengalami kehilangan satu sel kerucut atau sel kerucut memiliki
puncak absorbsi yang berbeda dari normal (Vaughan,1999).

Klasifikasi
Defek Penglihatan Warna
Banyak klasifikasi untuk defek penglihatan warna
yang ada, para
ahli
ada
yang
mengklasifikasikan
defek
penglihatan warna menjadi buta warna total,
buta warna parsial, buta warna merah-hijau
(penderita tidak dapat membedakan warna
merah dan hijau) dan buta warna biru kuning
(penderita tidak dapat membedakan warna biru
dan kuning), dalam penulisan penelitian ini
digunakan klasifikasi berdasarkan penyebabnya
dengan penjelasan beberapa istilah yang dibuat
di bawah ini (Vaughan,1999).
Berdasarkan etiologi atau penyebabnya defek
penglihatan warna
diklasifikasikan menjadi :

Defek Warna yang didapat


Defek warna yang didapat lebih sering dari varian biruhijau, dan mengenai pria dan wanita sama
seringnya, defek ini mengenai salah satu mata lebih
dari yang lain biasanya bervariasi tipe dan
keparahannya, yang bergantung dari letak dan
sumber patologi ocular melalui oftalmoskopis.

Defek Warna yang diturunkan


Defek warna kongenital herediter hampir selalu merahhijau (red-green deficiency), defek ini mengenai 2
mata dengan tingkat keparahan yang sama.
Sebagian besar defek warna congenital bersifat resesif
terkait X, serta tipe keparahannya konstan seumur
hidup. Ada 3 tipe buta warna yang diturunkan,
yakni : monokromat, dikromat, dan anomali
trikromat.

Monokromat
Biasa disebut buta warna total yang disebabkan oleh kerusakan atau
kehilangan sel kerucut (tipe S, L, M), dua dari tiga pigmen warna
hilang.
Terdapat dua bentuk monokromatisme, walaupun penderitanya tidak
memiliki diskriminasi warna sama sekali dengan kata lain
hanya mampu membedakan tingkat kecerahan, akantetapi adalah
dua entitas yang berbeda. Rod monochromacy(Monokromatisme
Batang), yakni biasa disebut
achromatopsia retina tidak mengandung sel kerucut sama sekali.
Tidak adanya sel kerucut
menyebabkan
gejala-gejala
seperti
penurunan
ketajaman
penglihatan, tidak
adanya penglihatan warna, dan nistagmus. Kelainan ini diperlihatkan
secara jelas
oleh elektroretinogram fotopik. Cone Monochromacy,pada keadaan
ini penderita memiliki fotoreseptor kerucut, tetapi semua sel
kerucut mengandung pigmen penglihatan yang sama. Penderita
tidak memiliki diskriminasi corak warna tetapi ketajaman
penglihatan yang normal dan tidak terdapatfotophobia atau
nistagmus.

Dikromat
Dikromat adalah orang-orang yang fotoreseptor kerucutnya hanya mengandung dua dari
tiga fotopigmen kerucut.
Dikromat juga merupakan kelainan buta warna tingkat moderate. Kelainan ini meliputi
Protanopia, penderita kehilangan sensitivitas sel kerucut terhadap gelombang panjang
(long wavelength/L-cones), mereka tidak bisa membedakan warna merah, oranye, dan
kuning.
Nuetral point berada pada panjang gelombang 492 nm (titik dimana
penderita tidak bisa membedakan warna ini dengan warna putih). Penderita hanya melihat
satu warna yang mendekati warna kuning. Oranye yang merupakan gabungan warna
primer merah dan kuning hanya terlihat kuning oleh penderita. Warna merah
dibingungkan dengan warna hitam atau abu-abu tua.
Bunga warna merah muda yang merupakan kombinasi warna merah dan biru, terlihat hanya
berwarna biru oleh penderita, demikian halnya dengan warna sekunder lain seperti ungu
yang merupakan gabungan warna primer merah dan biru, hanya terlihat biru oleh
penderita dan lampu lalu lintas yang berwarna merah dilihat padam oleh penderita,dan
warna biru-hijau terlihat abu-abu oleh penderita.
Seorang protanopia belajar membedakan warna merah dari hijau
dan kuning dari tigkat keterangan dan kecerahannya, bukan dari persepsi perbedaan
warnanya.
Hal ini dialami 1 dari 100 laki-laki. Deuteranopia (1% dari laki-laki), kekurangan sensitivitas
sel kerucut terhadap gelombang medium (medium wavelength/M-cones), juga dikenal
sebagi Daltonism.
Kelainannya menyerupai pada protanope.
Neutal point berada pada 498 nm, sehingga warna yang memiliki panjang gelombang besar,
lebih sulit dibedakan dengan warna putih. Warna hijau, kuning dan merah sulit dinilai
karena dilihat sama menyerupai warna merah, warna hijau gelap dilihat hitam,
sedangkan warna violet, ungu dan biru terlihat sama oleh penderita. Warna hijau terlihat
abu-abu oleh penderita.
Pada defek penglihatan warna ini, intensitas cahayanya tidak
mengalami perubahan.
Tritanopia (kurang dari 1% laki-laki). Berkurangnya sel kerucut yang sensitive terhadap
panjang gelombang pendek (Short wavelength/S-cones), sehingga penderita tidak bisa
membedakan antara warna biru dan kuning.

Anomali Trikromat
Merupakan defisit penglihatan warna yang sering dijumpai. Terdiri
dari
Protanomaly (1 % laki-laki dan 0.01% wanita), penderita kurang
sensitive terhadap warna merah.Deuteranomaly (lebih umum
pada 6 % laki-laki, 0.4 % wanita) penderita lemah terhadap warna
hijau, warna hijau tua diasumsikan sebagai warna hitam.
Tritanomaly (kejadiannya jarang pada laki-laki dan wanita). Dua
pigmen warna normal akantetapianomaly pigmen berada dekat
dengan pigmen normal, penderita dapat melihat tiga warna
(trichromacy) tapi tidak mampu untuk membedakan warna. Pada
penderita protanomaly tidak ada spectrum warna yang terlihat
abu-abu, warna yang terlihat abu-abu oleh protanope terlihat
keabu-abuan oleh penderita protanomaly, sedangkan warna yang
terlihat abu-abu oleh deuteranope sulit dibedakan oleh penderita
protanomaly.
Individu-individu ini memerlukan tiga warna primer untuk
mencocokkan suatu warna yang tidak diketahui tidak seperti
orang trikromat normal. Masing-masih trikromat anomaly memiliki
defek yang analog dengan kelainan dikromat.
Pada penelitian ini protanomaly diartikan sebagai lemah warna
merah,
sedangkan deuteranomaly diartikan sebagai lemah warna hijau, bila
keadaan
protanomaly,
deuteranomaly,
protanopia
dan
deuteranopia terjadi bersama-sama disebut sebagai buta warna
merah-hijau (red-green deficiency) (Vaughan, 1999
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20350/4/Chaprter%20
II.pdf

mekanisme akomodasi
mata?

Video proses akomodasi


http://www.youtube.com/watch?v=
35HFOMG_vCw

Anomali refraksi
Anomali refraksi atau ametropia adalah
kelainan refraksi mata, di mana sinar sejajar
yang datang tidak terfokus pada retina karena
ketidakseimbangan kekuatan pembiasan
media penglihatan dengan panjang bola mata.
Ametropia dapat ditemukan dalam bentukbentuk kelainan:
Miopia
Hipermetropia
Astigmatisme
Presbiopia
Kelainan refraksi ini dapat dikoreksi dengan
memakai kacamata ataupun lensa kontak.

MIOPIA
Miopia adalah bentuk anomali refraksi, dimana sinar-sinar pada mata
yang istirahat akan dibiaskan pada satu titik di depan retina.
Dikenal beberapa bentuk myopia seperti :
a. Miopia refraksi, bertambahnya indeks bias media penglihatan
dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :
Miopia sangat ringan sampai dengan - 1.00 D
Miopia ringan - 1.00 s/d 3.00 D
Miopia sedang - 3.00 s/d 6.00 D
Miopia tinggi - 6.00 s/d 10.00 D
Menurut perjalanan myopia dikenal bentuk :
a. Miopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa
b. Miopia progresif, myopia yang bertambah terns pada usia dewasa
akibat bertambah panjangnya bola mata.
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan
kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman
maksimal.
Penyulit yang dapat timbul pada pasien miopia adalah terjadinya ablasi
retina dan juling. Juling biasanya esotropia yang dapat terjadi akibat
mata berkovergensi terus menerus atau eksotrofi ke luar yang dapat
disebabkan karena fungsi satu mata telah berkurang (ambliopia).

HIPERMETROPIA
Hipermetropia adalah suatu bentuk anomali refraksi di mana sinar-sinar sejajar akan
dibiaskan pada satu titik di belakang ratina pada mata dalam keadaan istirahat.
Penyebabnya adalah karena daya pembiasan mata terlalu lemah (Hipermetropia
refraktif), atau akibat sumbuh mata terlalu pendek (Hipermetropia aksial).
Hipermetropia dikenal dalam bentuk :
a. Hipermetropia manifes ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata
positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.
b. Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi
dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh.
c. Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan
akomodasi ataupun dengan kacamata positif.
d. Hipertropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia diimbangi
seluruhnya dengan akomodasi.
e. Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapat sesudah diberikan
sikloplegia.
Gejala yang ditemukan pada hipermetropia adalah penglihatan dekat dan jauh kabur,
sakit kepala, silau dan kadang rasa juling atau lihat ganda.
Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana
tanpa sikloplegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberikan tajam
penglihatan normal (6/6). Bila terdapat juling ke dalam diberikan kacamata koreksi
hipermetropia total.
Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis terkuat atau
lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal.
Penyulit yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia terjadi akibat
pasien selamanya melakukan akomodasi. Glaucoma sekunder terjadi akibat hipertrofi
otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata.

ASTIGMATISME
Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar yang
sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh
bidang pembiasan sehingga focus pada retina tidak pada satu titik. Ini
disebabkan karena :
- Kelainan kornea, perubahan lengkung kornea dengan atau tanpa
pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bola
mata, dapat merupakan kelainan kongenital atau aquisita
(kecelakaan, peradangan kornea atau post operasi).
- Kekeruhan di lensa, biasanya pada katarak insipiens atau imatur.
Dikenal 5 macam astimatisme yaitu :
1. Astigmatisme miopikus simpleks
2. Astigmatisme miopikus kompositus
3. Astigmatisme hipermetropikus simpleks
4. Astigmatisme hipermetropikus kompositus
5. Astigmatisme mikstus
Koreksi
Dimulai dahulu dengan lensa S ( - ) atau S ( + ), sampai visus sebaikbaiknya, bila tidak ada kemajuan barn diberikan lensa "Fogging"
untuk menghilangkan akomodasi, disusul pemberian lensa S ( - ) bila
visusnya belum dapat dikoreksi dengan sempurna.
Cara subyektif seperti yang diuraikan di atas dapat dicapai dengan :
Cara coba-coba (Trial and error technique)
Cara pengabur (Fogging technique)
Cara dengan silinder silang (Cross cylinder technique)

PRESBIOPIA
Adalah kelainan refraksi dimana pungtum
proksimum, telah begitu jauh, sehingga pekerjaan
dekat yang halus seperti membaca, menjahit sukar
dilakukan.
Proses ini merupakan keadaan fisiologis, terjadi pada
setiap mata, tidak usaha dianggap suatu penyakit.
Gejala subyektif
Keluhan timbul pada penglihatan dekat. Pupil miosis,
tanda astenopia; mata sakit, lekas capai, lakrimasi.
Terjadi biasanya mulai pada umur 40 tahun

Anda mungkin juga menyukai