Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN

IPA TENTANG LISTRIK MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA


SISWA KELAS VI SEMESTER II SDN JETIS IV KECAMATAN
LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN
Oleh
IIN RAKHMAWATI
SDN Jetis IV Lamongan
E-mail: iin.rakhmawatii@gmail.com
Abstrak:

Penelitian ini mendeskripsikan tentang peningkatan hasil belajar siswa


dalam pembelajaran IPA tentang listrik pada siswa kelas VI SDN Jetis IV setelah
diterapkan metode eksperimen. Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VI
SDN Jetis IV Kec. Lamongan Kab. Lamongan Tahun Pelajaran 2015/2016 pada
pokok bahasan Listrik. Jumlah siswa kelas VI sebanyak 34 siswa dengan rincian,
laki- laki sebanyak 18 siswa dan perempuan 17 siswa. PTK ini dilaksanakan
selama dua siklus pada pokok bahasan Listrik mata pelajaran IPA dengan
menggunakan metode eksperimen. Data diperoleh melalui pengamatan dan hasil
belajar.
Hasil penelitian menyatakan bahwa Pembelajaran dengan metode
eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I 70,59%,
siklus II 94,12%. Penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi
hasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa dan hasil
wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode
eksperimen sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
Kata kunci: Pembelajaran IPA, Listrik, Metode Eksperimen
A. PENDAHULUAN
Pentingnya peningkatan pengajaran IPA diamanatkan dalam TAP MPR
No.II/MPR/1993 tentang GBHN yang menyatakan antara lain bahwa dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Melatih kemampuan anak untuk trampil berpikir kreatif dan inovatif melalui
IPA merupakan latihan awal bagi anak untuk berfikir kritis dalam mengembangkan
daya cipta dan minat siswa secara dini kepada alam sekitarnya. Berdasarkan hal
diatas, maka pengajaran IPA mendapat perhatian besar untuk semua jenjang
pendidikan, khususnya pada tingkat Sekolah Dasar yang menjadi landasan bagi
pendidikan selanjutnya. Keberhasilan pengajaran IPA ditentukan oleh berbagai hal
antara lain, kemampuan siswa dan kemampuan guru itu sendiri di dalam

melaksanakan proses belajar mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan


pengajaran IPA yang terdapat dalam kurikulum.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas VI SDN Jetis IV
Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan, peneliti melihat bahwa penerapan
sistem pembelajaran hanya searah dan berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini
terlihat dari penyampaian materi yang hanya dilakukan dengan metode ceramah dan
hanya terpaku pada buku pelajaran. Sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Selain itu juga kurangnya penggunaan media pembelajaran
menjadi kendala saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Sebenarnya fasilitas dan
media di sekolah tersebut sudah cukup memadai, tetapi pemanfaatan dari media
tersebut yang kurang efektif. Permasalahan ini yang akhirnya berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah yakni 70. Dimana persentase ketuntasan secara klasikal
mencapai 61,77% Hal ini terlihat dari 34 siswa ada 13 siswa yang mencapai hasil
belajar 70, dan 21 siswa mencapai hasil belajar 70. Hanya ada 4 siswa yang
mencapai hasil belajar yang cukup memuaskan. Tingkat keberhasilan secara
klasikal yang diharapkan minimal 80% mencapai nilai diatas KKM.
Pada awal observasi kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga tahap, 1) kegiatan
awal, 2) kegiatan inti, dan 3) penutup. Pada kegiatan awal yang berupa apersepsi
siswa diajak tanya jawab tentang materi yang akan dibahas, yang akhirnya
mengaitkan materi inti.
Sedangkan pada kegiatan inti dalam proses pembelajaran menggunakan metode
ceramah, tanpa menggunakan media hanya buku pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) yang digunakan sebagai sumber belajar. Guru lebih banyak menggunakan
metode ceramah dalam mengelola konsep sehingga siswahanya memperoleh konsep
yang abstrak dalam kegiatan belajar mengajar, dan berfokus pada guru. Sehingga
keterlibatan siswa masih tampak kurang optimal, ini terlihat dari kefasifan dan
kebingungan siswa dalam mengikuti dan memahami materi pelajaran yang
disampaikan guru.
Dari beberapa masalah yang terjadi peneliti mengambil satu permasalahan yang
dianggap sebagai akar permasalahan yakni penerapan sistem pembelajaran yang
searah dan berpusat pada guru (teacher centered). Karena apabila pembelajaran
berpusat pada guru maka siswa hanya akan menjadi siswa yang pasif sehingga siswa
tidak dapat mengoptimalkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki dan
akhirnya pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. Berdasarkan fakta di atas maka
penerapan
metode eksperimen menjadi salah satu solusi untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi di kelas tersebut. Metode eksperimen
merupakan pendekatan berpusat kepada kegiatan siswa yang mencoba mengerjakan
sesuatu serta mengamati proses dan hasil pekerjaanya. Setelah eksperimen selesai
siswa ditugaskan untuk membandingkan dengan hasil eksperimen yang lain dan
mendiskusikan bila ada perbedaan dan kekeliruan (Winarno, 1980).
Metode ini juga sesuai dengan karakteristik siswa kelas VI SD yang masih
pada tahap operasional konkrit (umur 7-11 tahun). Mereka sudah mampu berfikir
secara logis dan dapat memecahkan masalah yang tidak dibatasi oleh keegosentrisan.
Metode pembelajaran ini prosedurnya tidak serumit metode pembelajaran yang lain.
Sehingga dengan metode eksperimen siswa lebih berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa dapat berfikir kreatif dalam memecahkan masalah yang terjadi
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Melalui metode eksperimen siswa dapat

meningkatkan hasil belajar khususnya mata pelajaran IPA. Sesuai dengan teori
konstrukstivistik (constructivist of learning), menurut Piaget (dalam Sumantri dkk,
1998) anak adalah seorang yang aktif, membentuk atau menyusun pengetahuan
mereka sendiri pada saat mereka menyesuaikan pikirannya sebagaimana terjadi ketika
mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian tumbuh secara kognitif terhadap
pemikiran-pemikiran yang logis. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan metode
eksperimen pada pembelajaran IPA, karena mata pelajaran ini berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pelajaran IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya mempelajari tentang konsep energy listrik.
Siswa dapat Membuat rangkaian listrik sederhana. Melalui identifikasi dan
pemecahan masalah secara nyata siswa akan mendapatkan pengalaman yang
bermakna. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Atas dasar permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa (1) Apakah
dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa tentang perpindahan dan perubahan energi listrik pada siswa kelas VI SDN
Jetis IV tahun pelajaran 2014/2015? (2) Bagaimanakah hasil belajar siswa pada
materi perpindahan dan perubahan energi listrik melalui cara penggunaan alat peraga
atau media pembelajaran agar siswa terlibat aktif dalam poses pembelajaran siswa
kelas VI SDN Jetis IV tahun pelajaran 2014/2015?
Penelitian ini diharapkan bermanfaat, antara lain: (1) Bagi siswa untuk
meningkatkan pemahaman konsep IPA dengan metode eksperimen. (2) Bagi guru
dapat memberikan tambahan pengayaan cara mengajar dengan bantuan metode
eksperimen sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. (3) Bagi
lembaga dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah satu
alternative cara pembelajaran IPA pada siswa dengan pemanfaatan metode pengajaran
dalam mencapai tujuan intruksional.
B. KAJIAN PUSTAKA

Karakteristik Siswa SD
Karakteristik perkembangan pada siswa Sekolah Dasar dapat juga dilihat
tahap-tahap perkembangan kognitif menurut teori Piaget. Sebagaimana telah
dikemukakan di atas bahwa usia anak yang sekolah di Sekolah Dasar berkisar 6 atau
7 tahun sampai dengan 11 atau 12 tahun. Usia 6 atau 7 tahun dalam teori Piaget
masuk dalam kategori praoperasional periode dalam tahapan intuitive. Periode ini
ditandai dengan dominasi pengamatan yang bersifat egosentrik (belum memahami
cara orang lain memandang objek yang sama), seperti searah (selancar). Pada masa
ini anak gemar meniru, telah mampu menerima khayalan, dapat bercerita tentang halhal yang fantastik, ia tidak terikat pada realitas, sehingga ia dapat berbicara dengan

kursi, anjing, dan sebagainya.Anak berlatih sendiri menggunakan bahasanya, sering


ia berbicara sendiri. Piaget menamakannya Collective monologue.
Perkembangan yang terjadi pada siswa di Sekolah Dasar dapat pula kita lihat
dalam perkembangan penghayatan keagamaan. Perkembangan ini dapat
dikatakorikan dalam perkembangan afektif. Usia siswa pada Sekolah Dasar dapat
dimasukan ke dalam masa kanak-kanak yaitu usia 7 tahun dan masa anak sekolah (78 sampai 11-12 tahun)

Metode Eksperimen
Dalam menyusun rancangan pengajaran yang berbentuk desain instruksional
yang memungkinkan terciptanya interaksi belajar mengajar dan melatih anak untuk
ikut aktif dapat berkembang ketrampilarrya selama kegiatan belajar berlangsung.
Guru dapat menggunakan beberapa metode penyampaian bahan ajar, diantaranya
guru dapat mengoptimalkan penggunaan metode demonstrasi dan eksperimen.
Metode demonstrasi dapat di rangkaikan dengan metode eksperirnen. Contoh, guru
mendemonstrasikan suatu percobaaan bagaimana cara menyelidiki peristiwa
mendidih dan pengukuran suhu (dengan termometer laborat). Pada tahap penutup
memberikan kesimpulan. Metode ini sangat tepat digunakan bila kita ingin
mengikutsertakan murid secara aktif dalam pembelajaran, ingin menuntun
pengamatan dan pemikiran murid. Metode ini merangsang murid untuk bertanya,
mencatat hal - hal yang perlu, dan dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya. Metode
eksperimen dapat menghasilkan data - data yang akan dapat ditarik kesimpulan,
menyakinkan kebenaran.
Evaluasi Pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:200) evaluasi hasil belajar merupakan
proses untuk menentukan nilai belajar siswa melaui kegiatan penilaian dan/atau
pengkuran hasil belajar. Maka untuk menyediakan informasi tentang baik dan
buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran seorang guru harus
menyelenggarakan evaluasi. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup
evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran sekaligus.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:221) evaluasi pembelajaran
merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan
pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan/atau pengkuran. Evaluasi pembelajaran
mencakup pembuatan pertimbangan tentang jasa, nilai atau manfaat program, hasil,
dan proses pembelajaran.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar membahas tentang gejala-gejala alam
yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan
pengamatan yang dilakukan oleh siswa. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan
dalam KTSP bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
proses penemuan (BSNP, 2007). Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang
lahir dan berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis dengan cara eksperimen, penarikan
kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Pembelajaran IPA membahas

gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah.


Proses ilmiah dibangun melalui sikap ilmiah yang terdiri dari tiga komponen
penting, yaitu konsep, prinsip, dan teori. Secara khusus pembelajaran IPA
diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotorik), sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi
(Bloom dalam Trianto, 2008).
Dari uraian di atas, semakin jelas bahwa proses pembelajaran IPA lebih
menekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah
siswa yang puncaknya dapat memberikan pengaruh positif terhadap kualitas
proses pendidikan maupun produk pendidikan.
C. PELAKSANAAN PERBAIKAN
Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
Subjek Penelitian adalah siswa Kelas VI SDN Jetis IV yang berjumlah 34
siswa, dengan rincian jumlah laki-laki 18 siswa dan 17 siswa perempuan. Mata
pelajaran pada waktu penelitian adalah Ilmu Pengetahuan Alam dengan Kompetensi
Dasar tentang perpindahan dan perubahan energi listrik. Sedangkan indikatornya
adalah Menunjukkan gejala kelistrikan, misalnya : pengaruh menggosok benda.
Mengidentifikasi berbagai sumber energi listrik. Membuat rangkaian listrik sederhana
dengan berbagai variasi. Mengklasifikasi berbagai perubahan energi listrik menjadi
energi lain.
Penelitian ini dilakukan di SDN Jetis IV Kecamatan Lamongan Kabupaten
Lamongan.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA tentang perpindahan dan perubahan
energi listrik dilaksanakan dalam waktu sebagai berikut : Kamis, 09 Maret 2015
untuk siklus 1 dan Kamis, 11 Maret 2015 untuk siklus II
Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini terdiri darisiklussiklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai seperti yang
telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Prosedur pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini setiap siklus meliputi perencanaan pelaksanaan tindakan observasi
dan refleksi.
Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian tindakan dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
Dimana masing-masing dikenai perlakuan yang sama (tentang alur kegiatan yang
sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di
akhir masing-masing siklus.
Sebelum menyususn perencanaan siklus I, peneliti melakukan refleksi awal
terhadap hasil belajar siswa serta menganalisis dan mencari alternatif pemecahan
masalah yang terjadi dalam pembelajaran IPA tentang energy listrik
Setelah melakukan refleksi awal, peneliti mengadakan perencanaan perbaikan
pembelajaran siklus I dengan bimbingan supervisor 2 untuk meningkatkan hasil
belajar siswa yang berkaitan dengan energy listrik.

Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Menurut
Arikunto (2006) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan
angka-angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsirannya.
Namun demikian, tidak berarti bahwa dalam penelitian kualitatif sama sekali tidak
diperbolehkan menggunakan angka. Penelitian kualitatif digunakan untuk
menjelaskan data dengan kata-kata dan perhitungan secara sederhana.
Untuk menganalisis hasil belajar melalui penerapan Eksperimen dan
demonstrasi pada mata pelajaran IPA dengan materi listrik di SDN Jetis IV yakni
hasil ketuntasan belajar siswa secara individu dan ketuntasan secara klasikal dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
P=

x 100%

Keterangan:
P : Persentase ketuntasan klasikal
n : Jumlah siswa yang tuntas
N : Jumlah seluruh siswa
2) Observasi / Pengamatan
a) Menyediakan lembar pengamatan aktivitas guru beserta kriterianya
b) Menyediakan lembar pengamatan aktivitas siswa beserta kriterianya
Untuk menganalisis data hasil observasi aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
F
x 100%
P=
N
Keterangan:
P = Persentase aktivitas guru dan siswa
F = Banyaknya aktivitas guru dan aktivitas siswa yang muncul
N = jumlah aktivitas guru dan siswa keseluruhan (Indarti, 2008)
Hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa yang diperoleh dibandingkan
dengan kriteria rentangan sebagai berikut:
81% - 100% = Sangat Baik
61% - 80% = Baik
41% - 60% = Cukup baik
21% - 40% = Kurang
Indikator Keberhasilan
Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 80%.
2. Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran mencapai 80 %
3. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mencapai 80 %

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sebelum siklus pertama dilaksanakan, maka terlebih dahulu diadakan
kegiatan prasiklus. Fakta yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran IPA

tentang Listrik melalui metode ceramah di SDN Jetis IV adalah hasil belajar siswa
tidak memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa
tidak memenuhi KKM yang ditentukan yaitu 70. Dari 34 siswa yang ada,
sebanyak 21 siswa yang tuntas atau nilai diatas KKM, sedangkan siswa yang
nilainya dibawah KKM atau tidak tuntas sebanyak 13 siswa. Sehingga ketuntasan
belajar mencapai 61,76% Tingkat keberhasilan secara klasikal yang diharapkan
minimal 80% mencapai nilai diatas KKM. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
dengan hanya menggunakan metode ceramah, secara klasikal belum tuntas karena
hasil belajar siswa dalam Membuat rangkaian listrik dengan berbagai variasi.
masih sangat rendah. Untuk itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran.
Penelitian ini melalui siklus yang mendesak dan berkelanjutan, direncanakan
dengan melaksanakan 2 siklus, setiap siklus dengan 3 tindakan yaitu : penanaman
konsep berani melakukan percobaan melalui rangsangan, dengan suatu contoh cerita
guru dan konsep yang berani menunjukkan hasil percobaannya, penciptaan kodisi dan
pemberian kesempatan untuk melakukan percobaan dan kemauan menunjukkan hasil
percobaanya dan mendemonstrasikan di depan teman-temannya. Hal itu dilakukan
dengan wujud pengoptimalkan penggunaan metode tersebut serta pemberian
dorongan (motivasi).
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode eksperimen
memiliki dampak positif dalam meningkatkan Hasil belajar siswa.
Siklus I
Berdasarkan hasil penelitian pada perbaikan siklus I, peneliti bersama
supervisor 2 menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VI SDN Jetis IV dalam
pembelajarn IPA meningkat melalui metode pembelajaran Metode Eksperimen dan
Demonstrasi. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil persentase ketuntasan
belajar pada prasiklus 61,77% menjadi 70,59% pada siklus I. Sedangkan aktivitas
siswa mencapai 78,12% dan aktivitas guru mencapai 73,75% pada siklus I. Namun
hasil ketuntasan belajar siswa, aktivitas guru dan siswa yang diperoleh pada siklus I
kurang maksimal dan belum mencapai target 80%. Sehingga dapat dikatakan masih
menemui kegagalan dan dibutuhkan siklus II.
Siklus II
Hasil yang diperoleh pada siklus II sudah menunjukkan adanya peningkatan
dari persentase ketuntasan belajar siswa yang hanya 70,59% pada siklus I menjadi
94,12% pada siklus II. Peningkatan hasil aktivitas siswa pada siklus II mencapai
90,90% dan peningkatan aktivitas guru mencapai 87,5%. Hal ini membuktikan
bahwa, dengan menerapkan metode pembelajaran Metode Eksperimen dan
Demonstrasi. menunjukkan hasil yang diharapkan yakni peningkatan pemahaman
siswa tentang pesawat sederhana dan manfaatnya yang diimbangi dengan
peningkatan aktivitas guru dan siswa serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal.
Oleh karena itu, setelah dilaksanakan siklus II dengan menerapkan metode
pembelajaran Metode Eksperimen dan Demonstrasi. dalam pembelajaran IPA pada
siswa kelas VI SDN Jetis IV Lamongan semester II tahun pelajaran 2015/2016 telah
berhasil, sehingga tidak dibutuhkan kegiatan siklus berikutnya. Maka penelitian ini
dapat diakhiri karena sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Pembahasan Keberhasilan di Bandingkan Dengan Teori Lain


Bedasarkan hasil rata-rata prestasi kognitif siswa pada siswa yang memiliki
kemampuan verbal tinggi adalah 75,9 dan siswa yang memiliki kemampuan verbal
rendah adalah 68,3, hal ini berarti kemampuan verbal tinggi memberikan pengaruh
terhadap prestasi belajar kognitif lebih baik dibandingkan kemampuan verbal rendah.
Hasil ini sesuai dengan pernyataan. Harkins,et all (2007) kemampuan verbal
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar kognitif dan kemampuan
verbal sangat cocok untuk diinduksikan dalam proses belajar kelas.
Hal ini sesuai dengan Gagne yang dikutip Winkel (1991:322) menyatakan
bahwa dalam mengelola informasi baru dan mengkaitkannya dengan informasi lama
selama informasi baru dan mengkaitkannya dengan dengan informasi lama selama
informasi tersebut berada dalam ingatan jangka pendek. Siswa harus mengadakan
informasi mental yang diekspresikan dalam bentuk verbal.

E. SIMPULAN
Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan, penulis dapat
menyimpulkan bahwa :(1)Pemahaman siswa tentang perpindahan dan perubahan
energi listrik melalui Metode eksperimen. (2)Metode eksperimen dapat memotivasi
belajar siswa dengan baik serta meningkatkan keaktifan, kreatifitas dan minat belajar
siswa. (3)Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat memotivasi siswa
dalam memahami materi pelajaran. (4)Alat peraga kongkrit atau benda - benda nyata
yang ada di sekitar lingkungan dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih
aktif. Keaktifan siswa dipengaruhi oleh interaksi yang baik antar guru dengan siswa,
siswa dengan siswa sehingga prosespembelajaran menjadi menyenangkan.
Saran Dan Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis menyampaikan beberapa yang
perlu disampaikan oleh seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai
berikut (1)Bagi Sekolah :a.Membuat kebijakan serta dukungan dalam pengembangan
proses belajar mengajar di seklolah. b.Menyediakan sarana dan prasarana yang
menunjang proses belajar yang aktif di sekolah.(2). Bagi Siswa: a.Meningkatkan
keaktifan pada proses pembelajaran.b.Meningkatkan pemahaman pada pelajaran bagi
siswa sendiri.(3).Bagi Guru :a. Dapat mengetahui kelemahan dan kekurangan siswa
dalam pembelajaran.b. Dapat memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi pelajaran.c. Hendaknya menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran
IPA khusunya materi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik.d. Melibatkan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penggunaan alat peraga yang
maksimal yang sesuai dengan materi pembelajaran agar siswa lebih aktif dan kreatif.
Sehubungan dengan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan untuk dapat
memanfaatkan dan pengembangan PTK sehingga guru-guru yang memiliki masalah
dalam pembelajaran dapat menemukan solusi pemecahan masalah dengan tepat.
Demikian laporan ini dibuat sebagai tindak lanjut dari kegiatan observasi pada
pembelajaran IPA. Besar harapan penulis dengan adanya laporan ini dapat menambah
wawasan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Anitah W., Sri. 2009. Materi pokok strategi pembelajran. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineksa Cipta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. Petunjuk Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Purwanto, M. Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
.
Pusbang Tendik/ Badan PSDMP dan PMP- Kemendiknas. 2011. Membimbing guru
dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kemendiknas.
Taufik, Agus, dkk. 2009. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Usman, Moh. Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wardani IG. A. K. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Penerbit Universitas
Terbuka.
Wardani IG. A. K. 2009. Prespektif pendidikan di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai