Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

SENI UKIR INDONESIA

Disusun oleh :
Nama

: Sindy Fitri S

No

: 26

Kelas

: XII IPA 2

SMA NEGERI 1 SAMBUNGMACAN SRAGEN


TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016
SENI UKIR
Seni ukir diartikan sebagai ragam hias yang bersifat kruwikan, buledan,
sambung-menyambung, dan merupakan bentuk lukisan yang indah. Bertolak dari
pengertian tersebut, maka seni ukir sebenarnya adalah hasil suatu gambaran yang
dibuat oleh manusia pada suatu permukaan yang dikerjakan sedemikian rupa dengan
alat-alat tertentu sehingga permukaaan yang asal mulanya rata menjadi tidak rata
(kruwikan dan buledan). Dengan demikian ciri utama suatu ukiran adalah membuat
suatu permukaan menjadi tidak rata.
A. Latar Belakang Seni Ukir di Indonesia

Kehadiran seni ukir di Indonesia sebenarnya telah tumbuh pada zaman


purba ketika kesenian Indonesia menerima unsur-unsur seni Hindu. Dalam
perkembangan waktu yang cukup lama, seni ukir menjadi milik bangsa Indonesia
dan diwujudkan dalam mengisi dinding-dinding arsitekturnya. Hal ini dapat
dilihat pada seni bangunan percandian yang memiliki karya-karya batu
ornamentik yang indah.
Menurut Van den Berg dan Kroskamp, seni arca berasal dari bangsa
Hindu, tetapi mereka mengatakan bahwa yang membuat candi dan arca di Dieng
adalah orang Jawa sendiri. Seniman tersebut menciptakan bangunan di Dieng
berdasarkan pengetahuan dari guru-guru mereka yang berasal dari India. Dengan
demikian seni bangunan dan seni arca yang ada di Indonesia mempunyai corak
tersendiri sebagai hasil dari kreativitas orang Indonesia.
Usaha pemeliharaan dan pengembangan seni ukir klasik ini dipertahankan
terus

dari

bentuk

serta

keindahannya,

sehingga

mencapai

puncak

perkembangannya pada zaman keemasan kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Hal


ini dapat diketahui dari berita perjalanan Hayam Wuruk yang ditulis oleh
pujangga Prapanca yang berbunyi antara lain, bahwa dalam perjalanan tersebut
Hayam Wuruk telah mengunjungi beberapa tempat suci seperti candi Penataran
yang didirikan di lereng gunung Kelud. Pada dinding candi tersebut terdapat relief
tokoh pewayangan dan juga banyak arca yang indah.
Sejalan dengan masa suramnya kerajaan Majapahit, berkembanglah
agama Islam serta peradabannya di Jawa, khususnya di pantai utara Jawa. Bila
pertumbuhan seni ukir diawali dengan masuknya agama Hindu di Jawa, maka
berkembangnya seni ukir seiring dengan berkembangnya kebudayaan Islam yang
berpusat di kesultanan Demak melalui proses akulturasi. Walaupun kerajaan
Majapahit mengalami masa surut, namun tidak berarti membawa runtuhnya seni
hias klasik di Jawa, bahkan ia merupakan awal dari perkembangan baru
kebudayaan zaman madya dengan bentuknya yang khusus terutama adanya
pengaruh agama Islam.
Dalam banyak hal kebudayaan Islam memang sangat berpengaruh
terutama dalam pelarangan mewujudkan bentuk-bentuk figur ataupun makhluk
hidup dalam setiap unsur ukiran. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya bentuk-

bentuk yang telah distilir dari makhluk hidup tersebut. Pengaruh Islam juga
menyebabkan seni patung tidak berkembang di Jepara, sehingga terjadi perbedaan
yang nyata antara perkembangan seni ukir di Jepara dengan seni ukir yang
berkembang di Bali.
B. Jenis-Jenis Motif Hias
1. Motif hias percandian

Gambar 1. Relief di Prambanan menampilkan Shinta tengah diculik Rahwana yang menunggangi
raksasa bersayap, sementara burung Jatayu di sebelah kiri atas mencoba menolong Shinta.
(Wikimedia Commons)

2. Motif hias kedaerahan

MAJAPAHIT

CIREBON

SURAKARTA

JEPARA

MATARAM

YOGYAKARTA

Gambar 2. Motif Hias Majapahit, Bali, Surakarta, Cirebon, Yogyakarta, Jepara,


Madura, dan Mataram.

BALI

MADURA

C. Seni Kerajinan
1. Seni Anyaman
Seni anyaman adalah kerajinan kesukuan yang umumnya dilakukan
penduduk pedesaan di Indonesia. Kerajinan itu, telah menyatu dengan
kegiatan keseharian masyarakat tradisional dalam menghasilkan barang
keperluan sehari-hari. Seni mengayam tidak memerlukan peralatan yang rumit
dan bahannya ditemukan berlimpah di desa.
Tabel 1. Hasil-Hasil Seni Anyam di Indonesia
No.

Hasil
Anyaman

Keterangan

Terbuat dari rotan, sisal dan pandan. Berbagai tikar


ditemukan di Jawa, Bali, Lombok, Madura, dan Kalimantan.
Ditemukan di seluruh wilayah Nusantara. Di Jawa, tas
2.
Tas
anyaman telah menjadi industri rakyat.
Bentuk topi yang luar biasa adalah tilangaa yang berpinggir
3.
Topi
lebar karya orang Rote.
Berguna sebagai penyimpan sirih, berkembang di
4.
Puan
Kalimantan Tengan dan Kalimantan Timur.
Terbuat dari daun tal yang direntangkan dengan lidi. Tempat
5.
Tempat air
air semacam ini ditemukan di Pulau Rote.
Sesandu terbuat dari bambu dengan kotak resonan daun tal.
6.
Alat musik
Sesandu ditemukan di Pulau Rote dan Timor.
Sumber: Indonesian Heritage: Seni rupa, halaman 29
2. Tembikar
Indonesia memiliki kekayaan tradisi pembuatan tembikar sejak masa
1.

Tikar

prasejarah. Tradisi itu telah memenuhi kebutuhan masyarakat atas perkakas


sehari-hari dan benda-benda upacara. Desa tembikar tradisonal ditemukan di
seluruh Indonesia kecuali di Papua.
3. Kerajinan Kayu
Persediaan kayu yang melimpah di Indonesia sejak dahulu kala
menyediakan bahan mentah bagi kerajinan kayu. Di antara barang-barang
kerajinan kayu yang penting dalam kehidupan sehari-hari adalah perabot
rumah tangga, benda penghias, dan benda pelengkap.
Referensi :
Dyastriningrum. 2009. Antropologi : Kelas XII : Untuk SMA dan MA Program
Bahasa. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta. p. 90.

Lestari, P. 2009. Antropologi 2 : Untuk SMA dan MA Kelas XII. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 181.

Anda mungkin juga menyukai