Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Logam merupakan benda padat yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan
manusia sehari-hari. Beberapa logam bahkan telah dikenal dan digunakan sejak
zaman yang sangat lama. Salah satu logam yang sudah sejak lama dikenal oleh
manusia adalah besi. Logam besi atau disebut ferum, telah digunakan dalam berbagai
macam hal, seperti dalam berperang (sebagai baju atau senjata) sampai fungsinya
dalam kehidupan sehari-hari (perkakas dan alat rumah tangga).
Seiring dengan berkembangnya zaman, penggunaan logam besi semakin
dikembangkan lagi. Salah satunya adalah fungsinya dalam volumetri, yaitu sebagai
garam Mohr yang dapat digunakan untuk membuat larutan baku Fe2+. Bersama
dengan Kristal ammonium sulfat dan besi yang berada dalam bentuk besi (II) sulfat
saling direaksikan untuk membentuk garam Mohr. Proses ini disebut kristalisasi dan
rekristalisasi.
Berdasarkan pada penjelasan diatas, maka makalah tentang pembuatan garam
Mohr perlu disusun guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Hal yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah pembuatan garam Mohr
adalah bagaimana teknik dan proses pembuatan garam rangkap atau garam Mohr?

C. Tujuan
Tujuan yang mendasari pembuatan makalah pembuatan garam Mohr adalah
untuk memberikan gambaran tentang teknik dan proses pembuatan garam rangkap
atau garam Mohr.
D. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam makalah pembuatan garam Mohr adalah
dapat memahami tentang teknik dan proses pembuatan garam rangkap atau garam
Mohr.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Besi merupakan salah satu unsur pokok alamiah dalam kerak bumi.
Keberadaan besi dalam air tanah biasanya berhubungan dengan pelarutan batuan dan
mineral terutama oksida, sulfida karbonat, dan silikat yang mengandung logam-logam
tersebut. Pertukaran ion merupakan proses pertukaran kimia dimana zat yang
insoluble memisahkan ion-ion bermuatan positif atau negatif dari larutan elektrolit
dan melepaskan ion-ion bermuatan sejenis kedalam larutan yang secara kimiawi
jumlahnya sama. Proses pertukaran ion ini tidak menyebabkan perubahan struktur
fisik penukar ion (Poerwadio, et al., 2004).
Larutan amoniak dapat berfungsi sebagai ligan, karena mempunyai sebuah
orbital yang terisi (elektron tak berpasangan) untuk interaksinya dengan logam,
bentuk komplek koordinasi yang klasik dengan logam. Mereka bergabung hanya
dengan interaksi elektron ligan dengan orbital d,s, atau p yang kosong dari logam.
Ligan ini adalah basa lewis, dan logam adalah asam lewis. Ikatan ini dibentuk dari
rotasi simetrik diatas sumbu logam dengan ligan dan digambarkan sebagai suatu
ikatan. Ligan unidentat mereka diikat pada logam melalui ligan atom tunggal. Mereka
mempunyai polarisabilitas yang kecil dan lemah dan ikatan yang lemah untuk transisi
(Underwood, 2002).
Garam mohr atau besi ammonium sulfat, merupakan senyawa berbentuk
kristal garam rangkap dari besi sulfat dan ammonium sulfat dengan rumus
molekul [NH4]2[Fe][SO4]2.6H2O. Garam mohr lebih disukai daripada besi (II) sulfat
untuk proses titrasi karena garam mohr tidak mudah terpengaruh oleh oksigen bebas

di udara atau tidak mudah teroksidasi oleh udara bebas dibandingkan besi (II) (Vogel,
1979).
Kristal adalah suatu padatan atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas
secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat
cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal,
hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya
"terpasang" pada kisi atay struktur kristal yang sama, tapi secara umum, kebanyakan
kristal berbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin.
Misalnya kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.
Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia
cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses
terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi (Cotton dan Wilkinson,
1989).
Kristalisasi atau penghabluran ialah peristiwa pembentukan partikel-partikel
zat padat di dalam suatu fase homogeny. Kristalisasi daapt terjadi sebagai
pembentukan partikel padat di dalam uap, seperti dalam pembentukan salju; sebagai
pembekuan (solidification) di dalam lelehan cair. Kristalisasi juga merupakan proses
pemisahan solid-liquid, karena pada kristalisasi terjadi perpindahan massa solute dari
larutan liquid ke padatan murni pada fasa Kristal (Pinalia, 2011).

BAB IV
PEMBAHASAN

Garam Mohr atau biasa disebut garam rangkap. Garam Mohr umumnya
digunakan dalam proses pembuatan larutan baku Fe2+. Hal ini dikarenakan dari
komposisi yang terkandung dalam setiap molekul garam Mohr. Dalam garam Mohr
terdapat kation besi (II) dan kation ammonium sebagai unsur utama penyusunnya.
Kedua jenis zat ini saling berikatan dengan anion sulfat membentuk suatu garam
rangkap.
Garam rangkap sendiri merupakan garam yang memiliki dua jenis kation
dalam unsure penyusunnya, namun hanya kation logam-lah yang akan menjadi atom
pusatnya. Hal ini dikarenakan sifat dari logam yang cenderung melepaskan elektron
daripada menangkap.
Proses pembuatan garam Mohr dimulai dengan cara menyiapkan larutan yang
akan digunakan, yaitu larutan besi (II) sulfat dan ammonium sulfat. Larutan besi (II)
sulfat dapat dibuat dengan cara melarutkan potongan-potongan logam besi dalam
larutan H2SO4. Proses pelarutan ini harus dilakukan sambil memanaskan larutan
tersebut. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pembentukan larutan besi (II)
sulfat dengan jalan melepaskan ikatan hidrogen pada asam sulfat dan menggantinya
dengan logam besi sambil melepaskan gas hidrogen, sehingga membentuk ikatan
logam sesuai dengan reaksi berikut.
Fe(s) + H2SO4(aq)

FeSO4(aq) + H2(g)

Selesainya proses pelarutan ditandai dengan larutan yang menjadi homogeny dengan
logam besi. Kemudian larutan disaring dalam keadaan panas, untuk menghilangkan
logam besi yang belum larut. Filtrat hasil penyaringan ditambahkan larutan asam

sulfat kembali untuk mempercepat proses pembentukan Kristal. Larutan dipanaskan


secara perlahan dan diuapkan untuk menghilangkan kandungan air yang masih
terdapat pada larutan. Sambil tetap dipanaskan, proses selanjutnya adalah proses
pembuatan larutan ammonium sulfat. Proses ini dilakukan dengan mengencerkan
ammoniak dalam larutan H2SO4 sambil dipanaskan. Proses pemanasan akan
memutuskan ikatan hidrogen dan menggantinya dengan ammonia sambil melepaskan
molekul air yang berasal dari larutan asam sulfat, sehingga menjadi ammonium sulfat
sesuai dengan reaksi berikut.
2NH3(aq) + H2SO4(aq)

(NH4)2SO4(aq)

Proses ini akan menghasilkan 2 jenis lapisan pada larutan, yaitu lapisan larutan
ammonium sulfat dan air. Perbedaan lapisan ini dikarenakan perbedaan kepolaran
dari dua jenis larutan tersebut.
Untuk tahap selanjutnya adalah proses pencampuran kedua jenis larutan yang
telah dibuat sebelumnya, masing-masing dalam keadaan panas. Karena panas
merupakan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Proses ini akan menghasilkan
Kristal garam Mohr anhidrat yang masih kotor oleh larutan yang belum mengkristal
sesuai dengan reaksi berikut.
FeSO4(aq) + (NH4)2SO4(aq)

(NH4)2FeSO4(s)

Setelah Kristal terbentuk, larutan yang telah mengandung kristal disaring. Residu
hasil penyaringan berupa Kristal (NH4)2FeSO4. Kristal tersebut kemudian dicuci
dengan aquades panas sesedikit mungkin untuk menghilangkan pengotornya yang

berupa ion-ion penyusun Kristal yang masih belum menyatu. Kristal akan mengikat 6
molekul air sesuai dengan reaksi berikut.
(NH4)2FeSO4(s) + 6H2O(l)

(NH4)2FeSO4.6H2O(s)

Kristal yang dihasilkan berwarna putih kehijauan. Warna hijau ini disebabkan oleh
ion besi yang terkandung dalam Kristal merupakan hasil dari ionisasi atom besi yang
melepaskan energi dan secara kebetulan energi yang dilepaskan sama dengan panjang
gelombang cahaya nampak berwarna hijau. Sedangkan warna putih merupakan hasil
dari warna larutan yang terlalu jenuh. Alasan disebut sebagai garam Mohr diambil
dari nama penemunya, yaitu kimiawan asal jerman bernama Karl Friedrich Mohr,
yang telah membuat banyak kemajuan penting dalam metode titrasi pada abad ke-19.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan pembahasan maka dapat disimpukal bahwa garam Mohr
dapat dibuat dengan cara mencampurkan larutan besi (II) sulfat dan larutan
ammonium sulfat dalam keadaan panas. Kristal yang terbentuk kemudian disaring
dan dicuci dengan aquades. Kristal hasil pencucian berwarna putih kehijauan dan
disebut sebagai garam Mohr.

DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.

Pinalia, Anita. 2011. Kristalisasi Ammonium Perklorat (AP) dengan Sistem


Pendingin Terkontrol Untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat. Jurnal
Teknologi Dirgantara. Vol. 9, No. 2
Poerwadio, A. D. dan Masduqi, A., 2004, Penurunan Kadar Besi Oleh Media Zeolit
Alam Ponorogo Secara Kontinyu. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS,
Vol. 5, No. 4.
Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta
Vogel. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media
Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai