TINJAUAN PUSTAKA
3.1
MENINGITIS
3.1.1 Definisi
Meningitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada selaput otak
(meningens) yang terdiri dari piamater, arachnoid, dan duramater yang
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara
akut dan kronis.
Virus Mumps
Virus Herpes, termasuk Epstein-Barr virus, herpes simplexs, varicellazoster, Measles, and Influenza
Bakteri :
Salah satu penyebab utama meningitis bakteri pada anak-anak dan orang dewasa
muda
di Amerika Serikat adalah bakteri Neisseria meningitidis. Meningitis disebabkan
oleh
bakteri
ini
Bakteri penyebab
and/or
Predisposing
Factor
Age 0-4 weeks
Bacterial Pathogen
Streptococcus agalactiae (group B
streptococci)
E coli K1
Listeria monocytogenes
S. agalactiae
E coli
H influenzae
S pneumoniae
Age 3 months to 18 years
N meningitides
N meningitidis
S pneumoniae
H influenza
S pneumoniae
N meningitidis
Age older than 50 years
H influenza
S pneumoniae
N meningitidis
L monocytogenes
Immunocompromised state
Intracranial
including neurosurgery
Coagulase-negative staphylococci
Aerobic gram-negative bacilli, including
P aeruginosa
S pneumoniae
H influenzae
Group A streptococci
3
CSF shunts
Coagulase-negative staphylococci
S aureus
Aerobic gram-negative bacilli
Propionibacterium acnes
Jamur:
Jamur yang menginfeksi manusia terdieri dari 2 kelompok yaitu, jamur patogenik
dan opportunistik. Jamur patogenik adalah beberapa jenis spesies yang dapat
menginfeksi manusia normal setelah inhalasi atau inflantasi spora. Secara
alamiah, manusia dengan penyakit kronis atau keadaan gangguan imunitas
lainnya lebih rentan terserang infeksi jamur dibandingkan manusia normal. Jamur
patogenik menyebabkan histiplasmosis, blastomycosis, coccidiodomycosis dan
paracoccidiodomycosis.
Kelompok kedua adalah kelompok jamur apportunistik. Kelompok ini tidak
menginfeksi orang normal. Penyakit yang termasuk disini adalah aspergilosis,
candidiasis, cryptococcosis, mucormycosis (phycomycosis) dan nocardiosis.
Infeksi jamur pada susunan saraf pusat
dapat menyebabkan
meningitis akut, subakut dan kronik. Biasanya sering pada anak dengan
imunosupresif terutama anak dengan leukemia dan asidosis. Dapat juga pada anak
yang imunokompeten. Cryptococcus neoformans
Mold forms
Aspergillus
Tabel 3. Patogen Jamur yang Sering
enterovirus, herpes virus, dan arbovirus. Virus lain yang lebih jarang
seperti virus Epstein-Barr , virus lymphocytic choriomeningitis, HHV-6,
virus rabies, dan virus influenza A dan B.
Pada host yang immunocompromised, meningitis yang terjadi selain dapat
disebabkan oleh pathogen seperti di atas, harus juga dipertimbangkan oleh
pathogen lain seperti Cryptococcus, Toxoplasma, jamur, tuberculosis dan HIV.
Faktor risiko yang menempatkan orang pada risiko tinggi untuk meningitis
bakteri meliputi:
o
IV pengguna narkoba
3.1.5 Klasifikasi
Meningitis berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak sebagai
berikut :
1. Meningitis Purulenta
Radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medulla
spinalis. Penyebabnya adalah bakteri non spesifik, berjalan secara
hematogen dari sumber infeksi (tonsilitis, pneumonia, endokarditis, dll.)
2.
Meningitis serosa
Radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
3.1.6 Patogenesis
a. Meningitis Bakteri
Meningitis bakteri merupakan salah satu infeksi serius pada anak-anak.
Infeksi ini berhubungan dengan komplikasi dan risiko kematian. Etiologi dari
meningitis bakterial pada neonatus yaitu pada periode 0 28 hari. Bakteri
menyebabkan meningitis pada neonatus apabila terpapar dengan flora pada
gastrointestinal dan genitourinarius ibu. Contohnya: streptococcus, E. coli,
klebsiella. E.coli merupakan penyebab kedua tersering pada meningitis
neonatus.
Kebanyakan kasus meningitis akibat dari penyebaran hematogen yang
masuk melalui celah subarachnoid. Mikroorganisme masuk ke cerebral
nervous system melalui 2 jalur potensial. Bakteri masuk kedalam kavitas
intrakranial melalui sirkulasi darah atau berasal dari infeksi primer pada
nasofaring, sinus, telinga tengah, sistem kardiopulmonal, trauma atau
kelainan kongenital daripada tulang tengkorak. Frekuensi terbanyak berasal
dari sinusitis. Organisme juga dapat menginvasi meningens dari telinga
kesadaran
cepat,
sering
menunjukkan
sepsis
akibat
stopor, koma. Selain tersebut diatas, hal lain yang juga meningkatkkan
TIK dikarenakan :
subdural.
Penurunan kadar glukosa dalam LCS :
Karena adanya gangguan transpor glukosa yang disebabkan
adanya peradangan pada selaput otak dan pemakaian gula oleh
jaringan otak
Peningkatan metabolisme yang menyebabkan terjadinya asidosis
laktat.
3.
Kaku kuduk
Brudzinsky I & II
Kernig sign
3.1.8 Diagnosis
Diagnosis meningitis tergantung dari organisme penyebab yang terisolasi
dari darah, CSS, urin dan cairan tubuh lainnya. Namun terutama berdasar pada
pemeriksaan kultur dari cairan serebrospinal. Lumbal punksi dilakukan pada
setiap anak dengan kecurigaan terjadinya sepsis.
Hasil lumbal pungsi, ditemukan hitung leukosit > 1.000/mm3.
Kekeruhan CSS terlihat leukosit pada CSS melampaui 200 400/mm3. Normal
10
Meningitis Tuberkulosa :
Bakteriostatik
Dosis 10-20mg/kgBB/hari PO AC
Menyebabkan urin merah
Efek samping : Hepatitis, kelainan GIT, trombositopenia
Pirazinamid
Bakteriostatik
Dosis 20-40mg/kgBB/hari PO atau
50-70 mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2-3 dosis PO selama 2 bulan
Etambutol
Bakteriostatik
Dosis 15-25mg/kgBB/hari PO atau
50mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2 dosis PO
Efek samping : Neuritis optika, atrofi optik
Meningitis Virus :
Istirahat dan pengobatan simptomatis. Likuor serebrospinalis yang
dikeluarkan untuk keperluan diagnosis dapat mengurangi gejala nyeri
kepala.
Pengobatan Simptomatis
Menghentikan kejang :
o Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis
rektal suppositoria, kemudian dilanjutkan dengan :
o Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
o Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis
Menurunkan panas :
o Antipiretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10
mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
o Kompres air hangat/biasa
Pengobatan Suportif
Cairan intravena
Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.
3.1.12 Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor
resiko meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko
dengan melaksanakan pola hidup sehat.
13
conjugate
vaccine
(PCV7),
Pneumococcal
dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga
dapat ditingkatan dengan mendidik petugakesehatan serta keluarga untuk
mengenali gejala awal meningitis. Dalam mendiagnosa penyakit dapat
dilakukan
dengan
pemeriksaan
fisik,
pemeriksaan
cairan
otak,
15
BAB IV
KESIMPULAN
Meningitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada selaput otak
(meningens) yang terdiri dari piamater, arachnoid, dan duramater yang
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara
akut dan kronis.
Gejala-gejala yang terkait dengan tanda-tanda non spesifik disertai dengan
infeksi sistemik atau bakteremia meliputi, demam, anoreksia, ISPA, mialgia,
arthralgia, takikardia, hipotensi dan tanda-tanda kulit seperti; ptechie, purpura,
atau ruam macular eritematosa
Tanda-tanda peningkatan TIK dikesankan oleh adanya muntah, nyeri
kepala dapat menjalar ke tengkuk dan punggung, moaning cry, kejang umum,
fokal, twitching, UUB menonjol, paresis, paralisis saraf N.III (okulomotorius) dan
N.VI (abdusens), strabismus, hipertensi dengan bradikardia, apnea dan
hiperventilasi, sikap dekortikasi atau deserebrasi, stopor, koma.
Pencegahannya adalah mencegah timbulnya faktor resiko meningitis bagi
individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup
sehat. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis
pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Gilroy, John Basic Neurology, Mc Graw Hill. USA, 1997 Hauser,Stephen,L
(ed). Harrisons , Neurology in Clinical Medicine . Mc Graw Hill,
Philadelphia, 2005
2. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. 2000
3. Mark Mumenthaler, Neurologi jilid 1, Bern, Swiss, 1989
4. Taslim S. Soetamenggolo, Sofyan Ismael, Buku Ajar Neurologi Anak, Jakarta,
IDAI, 1999
5. Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
6. Markam, S., 1992. Penuntun Neurologi, Cetakan Pertama. Binarupa Aksara,
Jakarta.
7. Handayani, S., 2006. Karier Meningitis Meningokok Pada Jemaah Haji
Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol.34, No.1, Hal 30-36, Jakarta.
17