Anda di halaman 1dari 17

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
3.1
MENINGITIS
3.1.1 Definisi
Meningitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada selaput otak
(meningens) yang terdiri dari piamater, arachnoid, dan duramater yang
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara
akut dan kronis.

3.1.2 Anatomi dan Fisiologi


Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningens yang melindungi
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis
cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
a) Piameter
Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum
tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan
menyediakan darah untuk struktur-struktur ini
b) Arachnoid
Selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter
c) Durameter
Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat.
3.1.3 Etiologi
Penyebab tersering dari meningitis adalah mikroorganisme seperti bakteri,
virus, parasit dan jamur. Mikroorganisme ini menginfeksi darah dan likuor
1

serebrospinal. Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab non-infeksi,


seperti pada penyakit AIDS, keganasan, diabetes mellitus, cedera fisik atau obat
obatan tertentu yang dapat melemahkan sistem imun (imunosupresif).
Meningitis dapat terjadi karena terinfeksi oleh virus, bakteri, jamur
maupun parasit :
Virus :
Meningitis virus umumnya tidak terlalu berat dan dapat sembuh secara alami
tanpa pengobatan spesifik. Kasus meningitis virus di Amerika serikat terutama
selama musim panas disebabkan oleh enterovirus; walaupun hanya beberapa
kasus saja yang berkembang menjadi meningitis. Infeksi virus lain yang dapat
menyebabkan meningitis, yakni :

Virus Mumps

Virus Herpes, termasuk Epstein-Barr virus, herpes simplexs, varicellazoster, Measles, and Influenza

Virus yang menyebar melalui nyamuk dan serangga lainnya (Arboviruses)

Kasus lain yang agak jarang yakni LCMV (lymphocytic choriomeningitis


virus), disebarkan melalui tikus.

Bakteri :
Salah satu penyebab utama meningitis bakteri pada anak-anak dan orang dewasa
muda
di Amerika Serikat adalah bakteri Neisseria meningitidis. Meningitis disebabkan
oleh

bakteri

ini

dikenal sebagai penyakit meningokokus.

Bakteri penyebab

meningitis juga bervariasi menurut kelompok umur.5


Selama usia bulan pertama, bakteri yang menyebabkan meningitis pada
bayi normal merefleksikan flora ibu atau lingkungan bayi tersebut (yaitu,
Streptococcus group B, basili enterik gram negatif, dan Listeria monocytogenes).
Meningitis pada kelompok ini kadang -kadang dapat karena Haemophilus
influenzae dan patogen lain ditemukan pada penderita yang lebih tua.
Meningitis bakteri pada anak usia 2 bulan 12 tahun biasanya
karena H. influenzae tipe B, Streptococcus pneumoniae, atau Neisseria
meningitidis. Penyakit yang disebabkan oleh H.influenzae tipe B dapat terjadi
segala umur namun seringkali terjadi sebelum usia 2 tahun.

Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, Treponema pallidum, dan


Mycobacterium tuberculosis dapat juga mengakibatkan meningitis. Citrobacter
diversus merupakan penyebab abses otak yang penting.
Risk

and/or

Predisposing

Factor
Age 0-4 weeks

Bacterial Pathogen
Streptococcus agalactiae (group B
streptococci)
E coli K1
Listeria monocytogenes
S. agalactiae

Age 4-12 weeks

E coli
H influenzae
S pneumoniae
Age 3 months to 18 years

N meningitides
N meningitidis
S pneumoniae
H influenza
S pneumoniae

Age 18-50 years

N meningitidis
Age older than 50 years

H influenza
S pneumoniae
N meningitidis
L monocytogenes

Immunocompromised state

Aerobic gram-negative bacilli


S pneumoniae
N meningitidis
L monocytogenes

Intracranial

Aerobic gram-negative bacilli


manipulation, Staphylococcus aureus

including neurosurgery

Coagulase-negative staphylococci
Aerobic gram-negative bacilli, including

Basilar skull fracture

P aeruginosa
S pneumoniae
H influenzae
Group A streptococci
3

CSF shunts

Coagulase-negative staphylococci
S aureus
Aerobic gram-negative bacilli
Propionibacterium acnes

Jamur:
Jamur yang menginfeksi manusia terdieri dari 2 kelompok yaitu, jamur patogenik
dan opportunistik. Jamur patogenik adalah beberapa jenis spesies yang dapat
menginfeksi manusia normal setelah inhalasi atau inflantasi spora. Secara
alamiah, manusia dengan penyakit kronis atau keadaan gangguan imunitas
lainnya lebih rentan terserang infeksi jamur dibandingkan manusia normal. Jamur
patogenik menyebabkan histiplasmosis, blastomycosis, coccidiodomycosis dan
paracoccidiodomycosis.
Kelompok kedua adalah kelompok jamur apportunistik. Kelompok ini tidak
menginfeksi orang normal. Penyakit yang termasuk disini adalah aspergilosis,
candidiasis, cryptococcosis, mucormycosis (phycomycosis) dan nocardiosis.
Infeksi jamur pada susunan saraf pusat

dapat menyebabkan

meningitis akut, subakut dan kronik. Biasanya sering pada anak dengan
imunosupresif terutama anak dengan leukemia dan asidosis. Dapat juga pada anak
yang imunokompeten. Cryptococcus neoformans

dan Coccidioides immitis

adalah penyebab utama meningitis jamur pada anak imunokompeten. Candida


sering pada anak dengan imunosupresi dengan penggunaan antibiotik multiple,
penyakit yang melemahkan, resipien transplant dan neonatus kritis yang
menggunakan kateter vaskular dalam waktu lama. Berikut beberapa patogen
jamur
Common Fungal Pathogens
Yeast forms
Candica Albicans
Crytococcus neoformans
Dimorphic Forms
Blastomyces dermatidis
Coccidioides immitis
Histoplasma capsulatum

Mold forms
Aspergillus
Tabel 3. Patogen Jamur yang Sering

Mikroorganisme yang sering menyebabkan meningitis berdasarkan usia :3


a. 0 3 bulan :
Pada grup usia ini meningitis dapat disebabkan oleh semua agen
termasuk bakteri, virus, jamur, Mycoplasma, dan Ureaplasma. Bakteri
penyebab yang tersering seperti Streptococcus grup B, E.Coli, Listeria,
bakteri usus selain E.Coli ( Klebsiella, Serratia spesies, Enterobacter),
streptococcus lain, jamur, nontypeable H.influenza, dan bakteri anaerob.
Virus yang sering seperti Herpes simplekx virus (HSV), enterovirus dan
Cytomegalovirus.
b.3 bulan 5 tahun
Sejak vaksin conjugate HIB menjadi vaksinasi rutin di Amerika Serikat,
penyakit yang disebabkan oleh H.influenza tipe B telah menurun. Bakteri
penyebab tersering meningitis pada grup usia ini belakangan seperti
N.meningitidis dam S.Pneumoniae. H. influenza tipe B masih dapat
dipertimbangkan pada meningitis yang terjadi pada anak kurang dari 2
tahun yang belum mendapat imunisasi atau imunisasi yang tidak lengkap.
Meningitis oleh karena Mycobacterium Tuberculosis jarang, namun harus
dipertimbangkan pada daerah dengan prevalensi tuberculosis yang tinggi
dan jika didapatkan anamnesis, gejala klinis, LCS dan laboratorium yang
mendukung diagnosis Tuberkulosis. Virus yang sering pada grup usia ini
seperti enterovirus, HSV, Human Herpesvirus-6 (HHV-6).
c. 5 tahun dewasa
Bakteri yang tersering menyebabkan meningitis pada grup usia ini seperti
N.meningitidis dan S.pneumoniae. Mycoplasma pneumonia juga dapat
menyebabkan meningitis yang berat dan meningoencephalitis pada grup
usia ini. Meningitis virus pada grup ini tersering disebabkan oleh
5

enterovirus, herpes virus, dan arbovirus. Virus lain yang lebih jarang
seperti virus Epstein-Barr , virus lymphocytic choriomeningitis, HHV-6,
virus rabies, dan virus influenza A dan B.
Pada host yang immunocompromised, meningitis yang terjadi selain dapat
disebabkan oleh pathogen seperti di atas, harus juga dipertimbangkan oleh
pathogen lain seperti Cryptococcus, Toxoplasma, jamur, tuberculosis dan HIV.

3.1.4 Faktor Risiko

Faktor risiko yang menempatkan orang pada risiko tinggi untuk meningitis
bakteri meliputi:
o

Orang dewasa lebih tua dari 60 tahun

Anak-anak muda dari 5 tahun

Orang dengan alkoholisme

Orang dengan sickle cell anemia

Orang dengan kanker, terutama mereka yang menerima kemoterapi

Orang yang telah menerima transplantasi dan memakai obat yang


menekan sistem kekebalan tubuh

Orang dengan diabetes

Mereka baru-baru ini terkena meningitis di rumah

Masyarakat yang tinggal di jarak dekat (barak militer, asrama)

IV pengguna narkoba

Orang dengan pirau di tempat untuk hidrosefalus


6

3.1.5 Klasifikasi
Meningitis berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak sebagai
berikut :
1. Meningitis Purulenta
Radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medulla
spinalis. Penyebabnya adalah bakteri non spesifik, berjalan secara
hematogen dari sumber infeksi (tonsilitis, pneumonia, endokarditis, dll.)

2.
Meningitis serosa
Radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
3.1.6 Patogenesis
a. Meningitis Bakteri
Meningitis bakteri merupakan salah satu infeksi serius pada anak-anak.
Infeksi ini berhubungan dengan komplikasi dan risiko kematian. Etiologi dari
meningitis bakterial pada neonatus yaitu pada periode 0 28 hari. Bakteri
menyebabkan meningitis pada neonatus apabila terpapar dengan flora pada
gastrointestinal dan genitourinarius ibu. Contohnya: streptococcus, E. coli,
klebsiella. E.coli merupakan penyebab kedua tersering pada meningitis
neonatus.
Kebanyakan kasus meningitis akibat dari penyebaran hematogen yang
masuk melalui celah subarachnoid. Mikroorganisme masuk ke cerebral
nervous system melalui 2 jalur potensial. Bakteri masuk kedalam kavitas
intrakranial melalui sirkulasi darah atau berasal dari infeksi primer pada
nasofaring, sinus, telinga tengah, sistem kardiopulmonal, trauma atau
kelainan kongenital daripada tulang tengkorak. Frekuensi terbanyak berasal
dari sinusitis. Organisme juga dapat menginvasi meningens dari telinga

tengah. Meningitis yang diikuti terjadinya otitis media merupakan proses


bakteriemia, walaupun bukan kongenital atau adanya posttraumatic fistula
pada tulang temporal yang mensuplai akses ke CSS.
b. Meningitis Virus
Pada umumnya virus masuk melalui sistem limfatik, melalui saluran
pencernaan disebabkan oleh Enterovirus, pada membran mukosa disebabkan
oleh campak, rubella, virus varisela-zoster (VVZ), Virus herpes simpleks
(VHS), atau dengan penyebaran hematogen melalui gigitan serangga. Pada
tempat tersebut, virus melakukan multiplikasi dalam aliran darah yang
disebut fase ekstraneural, pada keadaan ini febris sistemik sering terjadi.
Propagasi virus sekunder terjadi jika menyebar dan multiplikasi dalam organorgan. VHS mencapai otak dengan penyebaran langsung melalui aksonakson neuron.
Kerusakan neurologis disebabkan oleh ; (1) Invasi langsung dan
perusakan jaringan saraf oleh virus yang bermultiplikasi aktif. (2) Reaksi
hospes terhadap antigen virus secara langsung, sedangkan respons jaringan
hospes mengakibatkan demielinasi dan penghancuran vascular serta
perivaskuler.
Pada pemotongan jaringan otak biasanya dapat ditemukan kongesti
meningeal dan infiltrasi mononukleus, manset limfosit dan sel-sel plasma
perivaskuler, beberapa nekrosis jaringan perivaskuler dengan penguraian
myelin, gangguan saraf pada berbagai stadium termasuk pada akhirnya
neuronofagia dan proliferasi atau nekrosis jaringan. Tingkat demielinisasi
yang mencolok pada pemeliharaan neuron dan akson, terutama dianggap
menggambarkan ensefalitis pascainfeksi atau alergi.

3.1.7 Manifestasi Klinis


1.
Gejala-gejala yang terkait dengan tanda-tanda non spesifik disertai
dengan infeksi sistemik atau bakteremia meliputi, demam, anoreksia,
ISPA, mialgia, arthralgia, takikardia, hipotensi dan tanda-tanda kulit
seperti; ptechie, purpura, atau ruam macular eritematosa. Mulainya
tanda-tanda tersebut diatas mempunyai dua pola dominan yaitu :
- Akut / timbul mendadak berupa ; manifestasi syok progresif, DIC,
penurunan

kesadaran

cepat,

sering

menunjukkan

sepsis

akibat

meningokokus dan pada akhirnya menimbulkan kematian dalam 24 jam.


- Sub akut berupa ; timbul beberapa hari, didahului gejala ISPA atau
gangguan GIT yang disebabkan oleh H.influenza dan Streptokokus.
2.

Tanda-tanda peningkatan TIK dikesankan oleh adanya muntah, nyeri


kepala dapat menjalar ke tengkuk dan punggung, moaning cry, kejang
umum, fokal, twitching, UUB menonjol, paresis, paralisis saraf N.III
(okulomotorius) dan N.VI (abdusens), strabismus, hipertensi dengan
bradikardia, apnea dan hiperventilasi, sikap dekortikasi atau deserebrasi,
9

stopor, koma. Selain tersebut diatas, hal lain yang juga meningkatkkan
TIK dikarenakan :

Peningkatan protein pada CSS :


Karena adanya peningkatan permeabilitas pada sawar otak (Blood
Brain Barier) dan masuknya cairan yang mengandung albumin ke

subdural.
Penurunan kadar glukosa dalam LCS :
Karena adanya gangguan transpor glukosa yang disebabkan
adanya peradangan pada selaput otak dan pemakaian gula oleh

jaringan otak
Peningkatan metabolisme yang menyebabkan terjadinya asidosis
laktat.

3.

Tanda Rangsang Meningeal seperti :

Kaku kuduk

Brudzinsky I & II

Kernig sign

3.1.8 Diagnosis
Diagnosis meningitis tergantung dari organisme penyebab yang terisolasi
dari darah, CSS, urin dan cairan tubuh lainnya. Namun terutama berdasar pada
pemeriksaan kultur dari cairan serebrospinal. Lumbal punksi dilakukan pada
setiap anak dengan kecurigaan terjadinya sepsis.
Hasil lumbal pungsi, ditemukan hitung leukosit > 1.000/mm3.
Kekeruhan CSS terlihat leukosit pada CSS melampaui 200 400/mm3. Normal

10

pada neonatus hanya 30 leukosit/mm3. Sedangkan pada anak-anak < 5


leukosit/mm.
Pada CSS dilakukan pemeriksaan terhadap adanya bakteri, jumlah sel,
protein dan glukosa level. Pada pemeriksaan bakteri dapat ditemukan cairan
jernih dengan beberapa sel mengandung banyak bakteri, yaitu sekitar 80% pada
bayi dengan diagnosa meningitis. Jumlah sel dalam CSS > 60/l dan yang
terbanyak adalah sel neutrofil. Konsentrasi protein yang meningkat dan
penurunan glukosa juga dapat ditemukan. Kadar protein normal pada neonatus
dapat mencapai 150 mg/dl, terutama pada bayi prematur. Pada meningitis kadar
proteinnya dapat mencapai beberapa ratus sampai beberapa ribu mg/dl. Kadar
glukosanya kurang dari 40 mg/dl dan 50% lebih rendah dari glukosa darah yang
waktu pengambilan darahnya bersamaan dengan pengambilan likuor.
Skema Meningitis

Pemeriksaan sediaan apus likuor dengan pewarnaan gram dapat menduga


penyebab meningitis serta diagnosis meningitis dapat segera ditegakkan. Biakan
dari bagian tubuh lainnya seperti aspirasi cairan selulitis atau abses, usapan dari
kotoran mata yang purulen, sekret di umbilikus, dan luka sebaiknya dilakukan
pula, mengingat mikroorganisme pada bahan tersebut mungkin sesuai dengan
penyebab meningitis. Pada bayi usia 1 bulan jumlah leukosit berkisar antara 0-5
sel/mL, banyak kasus pada neonatus ditemukan peningkatan jumlah leukosit
dengan polymorphonuclear (PMN) leukosit lebih dominan. Kultur darah pada
11

meningitis bakterial mempunyai nilai positif pada 85% kasus neonatus.


Pemeriksaan radiologis yaitu foto dada, foto kepala, bila mungkin CT scan.
3.1.9 Diagnosis Banding
Meningismus
Abses otak
Tumor otak
3.1.10 Komplikasi
a. Hidrosefalus.
b. Abses otak
c. Renjatan septic.
d. Pneumonia (karena aspirasi)
e. Koagulasi intravaskuler menyeluruh.
3.1.11 Penatalaksanaan
Meningitis Bakterial :
a. Meningitis pada bayi dan anak dengan sistem imun yang baik, untuk :
S.pneumonia, M.meningitidis dan H.influenza

Cephalosporin generasi III: Cefotaksim 200mg/kgBB/24jam dibagi


4 dosis atau

Ceftriakson 100mg/kgBB/24jam dosis tunggal atau

Ceftriakson 50mg/kgBB/12 jam

Kombinasi dengan Vankomycin 60mg/kgBB/hari dalam 4 dosis.


Lama Terapi Antibiotik

S.pneumonia sensitif penisilin: dengan cephalosporin generasi III


atau penicillin IV dosis 300.000 U/kg/24jam dalam 4-6 dosis
selama 10-14 hari,
Jika resisten: Vankomycin
N.meningitidis: Penicillin IV u/ 5-7 hari
H.influenza type B tanpa komplikasi:7-10 hari

Meningitis Tuberkulosa :

Obat Anti Tuberkulosis PO atau parenteral


Multi drug treatment dengan OAT (INH, Rifampisin, Pirazinamid)
Bila berat dapat + Etambutol/ Streptomycin
Pengobatan minimal 9 bulan

Obat Anti Tuberkulosis


INH

Bakteriosid & bakteriostatik

Dosis 10-20mg/kgBB/hari max. 300mg/hari PO

Komplikasi : Neuropati perifer, dpt dicegah dg Piridoksin 2550mg/hari

INH + Rifampisin : Hepatotoksik


Rifampisin
12

Bakteriostatik
Dosis 10-20mg/kgBB/hari PO AC
Menyebabkan urin merah
Efek samping : Hepatitis, kelainan GIT, trombositopenia

Pirazinamid
Bakteriostatik
Dosis 20-40mg/kgBB/hari PO atau
50-70 mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2-3 dosis PO selama 2 bulan

Etambutol
Bakteriostatik
Dosis 15-25mg/kgBB/hari PO atau
50mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2 dosis PO
Efek samping : Neuritis optika, atrofi optik

Meningitis Virus :
Istirahat dan pengobatan simptomatis. Likuor serebrospinalis yang
dikeluarkan untuk keperluan diagnosis dapat mengurangi gejala nyeri
kepala.
Pengobatan Simptomatis
Menghentikan kejang :
o Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis
rektal suppositoria, kemudian dilanjutkan dengan :
o Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
o Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis
Menurunkan panas :
o Antipiretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10
mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
o Kompres air hangat/biasa
Pengobatan Suportif
Cairan intravena
Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.
3.1.12 Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor
resiko meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko
dengan melaksanakan pola hidup sehat.

13

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi


meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin
yang dapat diberikan seperti Haemophilus influenzae type b (Hib),
Pneumococcal

conjugate

vaccine

(PCV7),

Pneumococcal

polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal conjugate vaccine


(MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella). Imunisasi Hib Conjugate
vaccine (Hb- OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat
digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio
dan MMR.\ Vaksinasi Hib dapat mlindungi bayi dari kemungkinan
terkena meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib
yang telah direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3
dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis
dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu
dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2
bulan karena dinilai belum dapat membentuk antibodi. Meningitis
Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian kemoprofilaksis
(antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup serumah dengan
penderita. Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C,
W135 dan Y.35 meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan gizi dan
pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi syarat
kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang),
ventilasi 10 20% dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak
langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di
lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda
dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan
personal hygiene seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan
setelah dari toilet.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak
awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal
dapat menghentikan perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat
14

dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga
dapat ditingkatan dengan mendidik petugakesehatan serta keluarga untuk
mengenali gejala awal meningitis. Dalam mendiagnosa penyakit dapat
dilakukan

dengan

pemeriksaan

fisik,

pemeriksaan

cairan

otak,

pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah dan pemeriksaan X-ray


(rontgen) paru .
Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap anggota
keluarga penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk
menemukan penderita secara dini.
c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah
kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti.
Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan
kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita untuk melakukan
penyesuaian terhadap kondisikondisi yang tidak diobati lagi, dan
mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka
panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar. Fisioterapi dan
rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan mengurangi cacat.
3.1.13 Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik
yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis
meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia
neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek,
yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian.
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas
meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami
sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan
kecacatan sepertiketulian, keterlambatan berbicara dangangguan perkembangan
mental, dan 5 10% penderita mengalami kematian.

15

BAB IV
KESIMPULAN
Meningitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada selaput otak
(meningens) yang terdiri dari piamater, arachnoid, dan duramater yang
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara
akut dan kronis.
Gejala-gejala yang terkait dengan tanda-tanda non spesifik disertai dengan
infeksi sistemik atau bakteremia meliputi, demam, anoreksia, ISPA, mialgia,
arthralgia, takikardia, hipotensi dan tanda-tanda kulit seperti; ptechie, purpura,
atau ruam macular eritematosa
Tanda-tanda peningkatan TIK dikesankan oleh adanya muntah, nyeri
kepala dapat menjalar ke tengkuk dan punggung, moaning cry, kejang umum,
fokal, twitching, UUB menonjol, paresis, paralisis saraf N.III (okulomotorius) dan
N.VI (abdusens), strabismus, hipertensi dengan bradikardia, apnea dan
hiperventilasi, sikap dekortikasi atau deserebrasi, stopor, koma.
Pencegahannya adalah mencegah timbulnya faktor resiko meningitis bagi
individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup
sehat. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis
pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Gilroy, John Basic Neurology, Mc Graw Hill. USA, 1997 Hauser,Stephen,L
(ed). Harrisons , Neurology in Clinical Medicine . Mc Graw Hill,
Philadelphia, 2005
2. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. 2000
3. Mark Mumenthaler, Neurologi jilid 1, Bern, Swiss, 1989
4. Taslim S. Soetamenggolo, Sofyan Ismael, Buku Ajar Neurologi Anak, Jakarta,
IDAI, 1999
5. Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
6. Markam, S., 1992. Penuntun Neurologi, Cetakan Pertama. Binarupa Aksara,
Jakarta.
7. Handayani, S., 2006. Karier Meningitis Meningokok Pada Jemaah Haji
Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol.34, No.1, Hal 30-36, Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai