Anda di halaman 1dari 14
LAPORAN KERJA TIM KASUS MUNIR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Tanggal, 7 Desember 2006 PENDAHULUAN 1. Bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia berasaskan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai tugas dan fungsi yang salah satunya adalah melakukan fungsi pengawasan, menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan masukan dan informasi yang lebih luas dan komprehensif tentang pelaksanaan penegakan hukum 2. Bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia merasa perlu merespon reaksi masyarakat atas kasus kematian Saudara Munir, SH., yang memperlihatkan kekhawatiran’ banyak masyarakat berkenaan masih terus berlangsungnya kasus kejahatan HAM di Indonesia, tidak adanya jaminan keamanan dan hak hidup bagi warga negara dan belum adanya perubahan yang signifikan dalam penegakan hukum di Indonesia. 3. Bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menganggap kasus kematian saudara Munir, SH., akan memberi efek citra negatif dari dunia internasional tentang belum adanya jaminan keamanan dan penegakan hukum di Indonesia. 4. Bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia merasa perlu untuk ikut’ mendalami dan ikut memberikan payung politik dalam rangka, membantu pihak-pihak berwenang dalam rangka mengungkap kasus kematian Munir dengan dibentuknya Tim Kasus Munir. DASAR HUKUM 4. Undang-Undang dasar Republik Indonesia tahun 1945; 2. UU RI No.22 Tahun 2003 tentang’ susunan dan kedudukan “Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah; . : 3. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 15/DPR RI/I/2004-2005 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 07/DPR-RI/I/2004-2005 4. Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 27/Pimp/IV/2004-2005, tentang Tim Investigasi Dewan Perwakitan Rakyat Republik Indonesia atas Kasus Munir, yang kemudian diubah dengan Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14A/PIMP/II1/2004-2005 tentang Tim Kasus Munir SUSUNAN DAN NAMA-NAMA TIM H. Taufikurrahman Saleh, SH., M.Si 232 F-PKB Ketua Drs, H.Slamet Effendy Yusuf, M.Si 483 F-PG Wk. Ketua Drs. Effendi M.S. Simbolon 316 F-PDIP. Sekretaris Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin 45 F-PPP | Wk. Sekretaris M. Aziz Syamsuddin, SE, SH, MAF,MH] 446 F-PG Anggota Trimedya Panjaitan, SH 301 F-PDIP Anggota H. Andi M. Ghalib, SH, MH 67 F-PPP Anggota DR. Benny K. Harman, SH 131 F-PD Anggota Drs. Dedi Djamaluddin Malik, M.Si 151 F-PAN Anggota H. Ario Wijanarko, SH 210 F-PKB Anggota H. Imam Anshori Saleh, SH 323 F-PKB Anggota Hilman Rasyad Syihab 268 F-PKS Anggota Muttammimul Ula, SH 270 F-PKS Anggota BIDANG TUGAS a , woe wae PENGAWASAN, yaitu Monitoring’ Mencari fakta, Membanguir dengan tim-tim lain dan dengan pihak terkait, . . KEGIATAN, TUJUAN, OUT-PUT DAN REALISASI 1. RAPAT INTERNAL TIM A. TUJUAN: Rapat ini sifatnya internal yang bertujuan: 1. Menyamakan Persepsi diantara anggota Tim menyangkut bidang- bidang tertentu (dalam rangka koordinasi dan persiapan kerja). 2, Memperjelas dan Menetapkan management, fungsi, struktur (supra- struktur. maupun infra-struktur) Tim, Bidang Tugas dan Program Kerja. 3. Evaluasi. B, OUT-PUT: 1. Adanya kesepakatan mengenai: « Nama Tim, yaitu “TIM KASUS MUNIR", Pimpinan Tim: Ketua : H. Taufikurrachman Saleh, SH., M.Si Wakil Ketua : Drs.H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si Sekretaris : Drs. Effendi M.S. Simbolon Wakil Sekretaris —: Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin * Tugas Tim adalah pengejawantahan dari fungsi Pengawasan dari DPR, yaitu: Monitoring, mencari fakta, membangun koordinasi dengan pihak-pihak terkait. 2. Adanya keputusan mengenai Pendanaan Tim Kasus Munir dibebankan pada DIPA Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Tahun Anggaran 2005 dengan mata anggaran 02.02.0101.5636.0001.524111. 3. Adanya kesepakatan untuk melakukan koordinasi dan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) untuk mendapatkan data sebanyak- banyaknya dan seakurat mungkin dengan LSM yang memiliki kepedulian dengan kasus Munir (Imparsial, KONTRAS dan PBHI), Kepolisian RI (Kapolri dan Kabareskrim Polti), Tim Pencari Fakta 4. (TPF) yang dibentuk Presiden, PT.‘Garuda, Badan Intelijen Negara’. - (BIN), Saudara Polly Carpus, dan pihak-pihak terkaitlainnya. «7? Adanya evaluasi kerja Tim urituk lebih pro-aktif mehgadakan Pendekatan dengan berbagai pihak serta menggunakan time-line yang terukur dalam menangani kasus Munir. C, REALISAS!: Rapat Internal Tim yang bersifat tertutup dilaksanakan pada: 1. Selasa, 30 November 2004 bertempat di tuang rapat Pansus, 2 3. dipimpin oleh H. Taufikurrahman Saleh, SH., M.Si. Rabu, 12 Januari 2005 bertempat di tuang rapat Komisi III, dipimpin oleh H. Taufikurrahman Saleh, SH., M.Si Rabu, 16 Pebruari 2005 bertempat di ruang rapat Komisi III, dipimpin oleh H. Taufikurrahman Saleh, SH., M.Si. . Senin, 28 Pebruari 2005 bertempat di ruang rapat Komisi III, dipimpin oleh H, Taufikurrahman Saleh, SH., M.Si. Kamis, 19 Januari 2006 bertempat di ruang rapat Komisi Ill, dipimpin oleh H. Taufikurrahman Saleh, SH., M.Si. ~ Il. RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM (RDPU) A, TUJUAN: 1. Mendapatkan masukan sekaligus konfirmasi data sebanyak dan seakurat mungkin dari berbagai pihak yang diduga memperoleh informasi tentang kasus meninggalnya Munir, SH. . Membantu, Memfasilitasi dan Melakukan kerjasama dengan pihak- pihak terkait dalam mengungkap kasus kematian Munir. . Melakukan monitoring dan mendesak pihak-pihak yang berwenang untuk secepat cepatnya mengungkap kasus kematian Munir. B. OUT-PUT: 1. DATA DAN FAKTA 1.4. Dari Pihak Kepolisian RI: 1.1.1, — Data kronologis Kejadian kasus meninggalnya Munir, SH. Mulai dari keberangkatan dengan pesawat Garuda dengan route Jakarta — Singapure - Schipo! Betanda, hingga diketahui meninggal sebelum mendarat di Bandara Schipol Belanda. (Versi Kabareskrim Polri). 4.1.5, 1.1.10. Pihak Kepolisian membentuk . Tim | Penyelidikan dan” Penyidikan untuk - kepentingan’ mengungkap — kasus kematian Munir, : Dalam proses penyidikan, Kepolisian telah melakukah pemeriksaan terhadap 90 orang saksi beserta dokumen- dokumen pendukung. Kesimpulannya, berdasarkan fakta dan analisis dari literature, Sdr. Munir meninggal karena keracunan Arsenik. Hal ini juga dibuktikan melalui uji forensik oleh para pakar di Belanda dan Indonesia. Tidak ada indikasi keterlibatan oknum TNI dalam kasus meninggalnya Munir. Pihak Kepolisian mengalami banyak kendala di dalam melakukan penyidikan dan penyelidikan, baik di dalam maupun luar negeri. Kendala berupa: tidak maksimainya olah TKP, sulitnya meminta bukti-bukti yang ada di Belanda, dan sulitnya menghadirkan saksi-saksi warga Negara Belanda, yaitu Sdr. Li Khi Ngian dan Li lie Fon. Untuk itu, Polri telah melakukan usaha-usaha kerjasama dengan pihak Pemerintah Belanda melalui saluran-saluran diplomatic dan mengirim Tim Penyidik Polri, walaupun masih ada kendala dengan Konstitusi Belanda. Dalam rangka melakukan pendalaman terhadap tugas Sdr. Pollycarpus ke Singapura, Polri telah melakukan pengawasan 24 jam kepada yang bersangkutan dan akan melakukan pemeriksaan kembali pada hari kamis, 10 maret 2005. Selama proses penyidikan dan penyelidikan, Pihak Polri tidak merasakan adanya benturan atau halangan besar dari institusi lain di dalam negeri. Telah dilakukan Penahanan terhadap Sdr. Pollycarpus oleh pihak Kepolisian sejak tanggal 18 Maret 2005 dan berkas perkaranya telah disampaikan oleh pihak Kepolisian kepada Jaksa Penuntut Umum pada tanggal 14 Juni 2005. Dari hasil pemeriksaan kepada Sdr. Pollycarpus, penyidik Polri mendapatkan beberapa fakta dokumen dan kegiatan yang bersangkutan, baik sebelum berangkat ke Singapura, selama di pesawat, setelah di Singapura, dan setelah kembali ke indonesia. Penyidik Polri akan menindakianjuti rekomendasi TPF dengan cara: «| Membuka printout jaringan komunikasi_— antara Pollycarpus dengan pejabat BIN atau kantor BIN untuk dijadikan fakta yuridis. « Merekomendasikan untuk menambah tersangka baru dari Garuda, setelah cukup bukti . Metakukan pemeriksaan mendalam_ terhadap.'pejabat, « Meskipun ada bukti komunikasi antara Sdr. Pollycarpus dengan pejabat BIN, tetapi saat dimintai keterangan oleh kepolisian, menolak telah melakukan komunikasi dan menyatakan tidak saling mengenal. 1.1.11. Kepolisian telah melaksanakan rekonstruksi kejadian pada tanggal 23 Juni 2005 di Bandara Soekarno-Hatta 4.1.12. Berdasarkan hasit cheking pihak kepolisian diketahui bahwa penumpang ke 15 yang tidak ada dalam daftar manivest memang tidak ada. 1.1.13. Polri telah membentuk Tim Penyidik baru untuk menindaklanjuti hasil temuan atau rekomendasi TPF yang dipimpin oleh mantan Ketua TPF Kasus Meninggalnya Munir, Brigjen Pol. Drs. Marsudi, SH. 1.2. Dari Badan Intelijen Negara (BIN) 1.2.1. Berkaitan dengan penanganan kasus kematian Munir, apabila diperlukan BIN akan membantu pihak Polri dalam pengusutan dan siap dimintai keterangan dalam batas- batas investigasi. 4.2.2. Terkait dengan kepemilikan senjata oleh Pollycarpus, BIN telah mengecek administrasi gudang senjata yang menunjukkan tidak adanya nama Pollycarpus serta nomor senjata yang dimilikinya (klarifikasi dugaan jjin kepemilikan senjata Pollycarpus dari BIN) 1.2.3. Tidak ditemukannya nama Pollycarpus dalam buku tamu BIN, mulai tahun 2001 s.d. 2004 (klarifikasi dugaan penghapusan nama Pollycarpus dalam buku tamu BIN) 1.2.4. Kepala BIN tidak memiliki bukti berkaitan dengan isu bahwa Pollycarpus adalah agen BIN dan sumber SMS yang menyebut pejabat BIN terkait dengan Pollycarpus hanyalah usaha adu domba. 1.3. Dari PT. Garuda Indonesia 1.3.1. Data kronologi kejadian selama Munir di dalam pesawat Garuda, mulai dari Jakarta — Singapore — Schipo! Belanda 4.3.2. Adanya Surat tugas manajemen PT. Garuda kepada Sdr. Pollycarpus yang ditandatangani oleh Dirut PT. Garuda tertanggal 11 Agustus 2004 sebagai Staf Pembantu di unit Corporate Security yang berhubungan dengan Aviation dan Internal Security. Surat Tugas ini ada kejanggalan, selain karena jenis surat tugas seperti ini baru sekali ini 1.4. dikeluarkan oleh Dirut Pt. Garuda juga surat tugas ini tidak mencantumkan jangka waktu penugasannya. Surat tugas Sdr. Pollycarpus untuk terbang ke Singapura pada tanggal 6 September 2004, dibuat dan ditandatangani oleh manajemen PT.Garuda tertanggal 17 September 2004 dan pada saat bersamaan ada juga surat yang dikeluarkan oleh manajemen PT.Garuda dengan perihal yang berbeda. Manajemen PT.Garuda belum memberikan jawaban mengenai kapan Saudara Munir confirm untuk terbang ke Belanda dengan pesawat Garuda. Tim Kasus Munir menyepakati mengundang secara khusus Sdr. Pollycarpus pada hari Senin, 7 Maret 2005, untuk mendapatkan masukan soal indikasi keterlibatannya dalam kasus meninggalnya Munir, SH dan mengklarifikasi hat-hal yang diungkapkan PT. Garuda. Dari Saudara Pollycarpus 14.4, cn 14.3. 1.4.4, 14.6. Kronologi keberangkatan Sdr, Pollycarpus ke Singapure, mulai dari Bandara Soekarno-Hatta sampai tiba di Hotel di Singapura. Pollycarpus menyampaikan ‘ bahwa_ kepergiannya ke Singapura dalam rangka penugasan dirinya sebagai Aviation Security untuk mengecek kerusakan pesawat Boeing 747 milik PT.Garuda di Singapura. Jawaban ini dirasa janggal, karena untuk memastikan dan mengecek kerusakan pesawat, Pollycarpus hanya bertemu/berkomunikasi dengan seorang tekhnisi sekitar 10 menit tanpa melihat secara fisik keadaan pesawat dan langsung pulang ke Jakarta keesokan harinya Saudara Pollycarpus mengaku, bertemu dengan Sdr. Munir di Boarding Pass Room dan di depan pintu masuk pesawat terbang yang akan berangkat ke Singapura. Sadr. Pollycarpus tidak memberikan jawaban yang pasti soal siapa yang pertama kali memberi informasi meninggainya Sdr. Munir, yang bersangkutan mengakui bahwa info kematian Sdr. Munir pertama kalt di dengar melalui berita radio pada tanggal 9 September 2004. Ada kejanggalan, Surat:Laporan Tugas Sdr. Pollycarpus tertanggal 8 September 2004 hanya di tulis dengan mesin ketik manual, padahal yang bersangkutan dalam tugas sehari-hari sebagai pilot selalu berhubungan dengan tekhnologi tinggi (computer) Sdr. Pollycarpus tidak mengakui telah menghubungi keluarga Munir mengenai konfirmasi keberangkatan Sdr. Munir ke Belanda menggunakan pesawat Garuda, sebagaimana telah disampaikan oleh Sdri. Suciwat (istri Alm. Munir) dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). 4.5. Dari Tim Pencari Fakta (TPF) Bentukan Presiden 1.5.1. 1.5.3. TPF dibentuk: dengan Keppres Nomor 111 Tahun 2004. Dalam proses pembetukannya ada_beberapa kontroversi mengenai susunan keanggotaan TPF, sehingga ada yang mengundurkan diri. Walaupun terdapat kekuatan hukum dalam Keppres, yang menyatakan agar semua pihak membantu pelaksanaan tugas TPF, dalam kenyataannya terdapat hambatan- hambatan, berupa: « Beberapa pihak di BIN tidak kooperatif dan responsif, sehingga TPF merasa kesulitan memperoleh data dan informasi serta menelusuri dokumen-dokumen yang dibutuhkan, di BIN. Walaupun TPF menyampaikan secara lisan dan tertulis dan mendasarkan kesepakatan protokol antara BIN dan TPF. ¢ Arah penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan pihak kepolisian lambat dan tidak jelas, * Tidak adanya rekaman CCTV di bandara pada tanggal 6 September 2004 yang dimiliki pihak PT.Angkasa Pura. © Birokrasi yang lamban, sehingga dana untuk pembiayaan tugas TPF sesuai Keppres belum turun dari Sekretariat Negara. TPF bertugas membantu pihak Kepolisian dalam melakukan penyelidikan. Untuk itu, dalam melaksanakan tugasnya, TPF melakukan pertemuan-pertemuan dengan pihak-pihak terkait (Kepolisian RI, BIN, Garuda, Angkasa Pura dan lain-lain) TPF menemukan indikasi keterlibatan pejabat-pejabat BIN dalam kasus meninggainya Sdr. Munir. Di temukan fakta bahwa Sdr. Pollycarpus berhubungan dengan beberapa pihak di BIN, yang dibuktikan dengan adanya nomor telpon BIN pada Sdr. Pollycarpus dan fakta adanya beberapa kali kontak telephone dan handphone antara Sdr. Pollycarpus dengan pejabat BIN. TPF mengundang mantan Kepala BIN, AM. Hendropriyono untuk dimintai keterangan, namun sudah 3 kali yang bersangkutan tidak hadir. TPF menemukan 4 Skenario Pembunuhan Sdr.Munir. TPF meminta perhatian dan dukungan DPR, agar kesepakatan-kesepakatan TPF dengan pihak BIN dan Kepolisian RI dapat diimplementasikan secara maksimal. 1.6. 1.5.8. Adanya komitmen yang sama antara Tim Kasus Munir DPR-RI dengan TPF untuk terus menciptakan’ suasana agar setiap orang berkehendak untuk mengungkapkan kasus ini sekaligus memegang ucapan Presiden bahwa terungkapnya kasus Munir adalah salah satu indikator sudah mulai terjadinya perubahan di Indonesia, termasuk perubahan makin tegaknya demokrasi dan HAM. Dari A.M. Hendropriyono (Mantan Kepala BIN) 1.6.1. 1.6.2. 1.6.3. 1.6.4. 1.6.6. 1.6.7. Adanya indikasi penunggangan dalam kasus pembunuhan Munir untuk kepentingan tertentu, hal ini-dibuktikan bahwa setelah 6 bulan bekerja, TPF tidak menghasilkan apa-apa kecuati hanya melakukan pembunuhan karakter dan terkenalnya individu-individu. Dan ada indikasi proses penggiringan kearah institusi BIN. Sdr. Munir bukanlah figure yang membahayakan bagi Presiden dan Negara, meskipun dia bersikap kritis dan dipandang berseberangan dengan pihak BIN, terutama saat AM. Hendropriyono memimpin BIN. AM. Hendropriyono menyatakan tidak tahu dan tidak terlibat dalam kasus pembunuhan Sdr. Munir, karena itu yang bersangkutan siap disumpah. AM. Hendropriyono menyatakan tidak mengenal Scr. Pollycarpus, meskipun ada fakta temuan TPF bahwa Sdr. Pollycarpus pernah berkomunikasi dengan pejabat BIN sebanyak 50 kali sebelum dan sesudah meninggalnya Sdr. Munir. . Soal ketidakhadirannya atas undangan TPF, AM. Hendropriyono mengatakan dirinya tidak pernah menerima surat undangan. Sedangkan tanggal 30 Mei 2005-dirinya menerima surat panggilan tapi berhalangan karena ada keperluan. Mengenai temuan 4 skenario pembunuhan Sdr. Munir oleh TPF, AM. Hendropriyono menilai temuan itu tidak masuk akal, sebab, salah satu skenario metode santet dalam dunia intelijen tidak lazim Permintaan AM.Hendropriyono agar surat panggilan TPF melalui protokol BIN, dimaksudkan-agar BIN menentukan mana pertanyaan yang boleh dijawab dan mana yang tidak. 2. PRESSURE DAN MONITORING 2.41, Kepada Presiden: 2.2, 2.11 2.1.2. Tim Kasus Munir meminta Presiden untuk segera menerbitkan Keppres tentang pembentukan Tim Investigasi Independen atas meninggalnya Munir, SH. Jika tidak dilaksanakan dalam waktu secepatnya, DPR akan mempergunakan instrumen konstitusional untuk bertanya kepada Presiden melalui hak interpelasi atau hak angket. Tim Kasus Munir OPR-RI melalui pimpinannya mengirimkan surat kepada Presiden melalui. Pimpinan DPR-RI agar Presiden meminta kepada Pemerintah Belanda untuk dapat memberikan bukli-bukti yang sangat diperlukan serta menghadirkan saksi-saksi kunci Warga Negara Belanda. Kepada Kepolisian Republik Indonesia: 2.2.4. 2.2.2. 2.2.3. 2.2.6. 2.2.7, 2.2.8. Tim Kasus Munir mengharapkan Polri membuat time-line yang jelasa dalam usaha mengungkap kasus kematian Munir, agar tidak berlarut-larut. Tim Kasus Munir mengharapkan pihak Polri metakukan Koordinasi dengan Tim-Tim terkait dan sejumlah ‘instansi terkait. Tim Kasus Munir mengharapkan kesungguhan pihak Polri dalam menangani kasus ini, dengan menggunakan dan menindaklanjuti data-data serta informasi yang diberikan Untuk itu, Tim Kasus Munir siap bekerjasama dan melakukan koordinasi secara langsung dengan pihak Polti. Adanya kesimpulan dari TPF kasus Munir bahwa Munir meninggal karena “kejahatan konspiratif untuk dijadikan pertimbangan oleh pihak Polri. Pihak Polri jangan sampai terpengaruh oleh apa dan siapapun serta jangan sampai memberikan pernyataan- pernyataan yang menyesatkan publik. Terbentuknya TPF Kasus Meninggalnya Munir disebabkan adanya krisis kepercayaan terhadap penyidik Polri, oleh karena itu Polri diharapkan lebih proaktif. Sehubungan dengan ditemukannya _fakta komunikasi antara Sdr. Pollycarpus dengan pejabat-pejabat tertentu di BIN, maka perlu ada pendalaman lebih lanjut tentang hubungan ini. Dengan melakukan rekonstruksi dan pendalaman, dinarapkan Polri dapat mengungkap siapa sebenarnya aktor intelektual di balik pembunuhan Sdr. Munir. 2.3. Kepada Pollycarpus 23.1, Tim merasa kecewa terhadap jawaban-jawaban Sadr. Pollycarpus yang seting tidak konsisten, berbelit-belit dan tidak logis. 2.4. Kepada Tim Pencari Fakta (TPF) 2.4.1. Tim Kasus Munir DPR-RI meminta TPF “untuk membuat Progres Report pelaksanaan tugasnya dari mulai awal pembentukan sampai terakhir. 2.4.2, Karena masa kerja TPF akan berakhir pada tanggal 23 Juni 2005, perlu ada ketegasan dari pihak pemerintah apakah TPF akan diperpanjang masa tugasnya atau dibubarkan. 2.4.3. Kinerja TPF sudah sangat banyak mengalami kemajuan, salah satunya adalah temuan fakta kontak telephone antara Sdr. Pollycarpus dan pejabat BIN, baik sebelum atau sesudah meninggalnya Sdr. Munir. 2.4.4. Dalam laporan akhir kepada Presiden, diharapkan ada rekomendasi TPF berdasarkan temuan-temuan fakta yang dapat ditindaklanjuti_ oleh Tim Penyidik. Sehingga terungkap siapa pelaku dan motif pembunuhan Sdr. Munir, apakah motif kejahatan Negara atau perorangan, 3. EVALUASI DAN REKOMENDASI INTERNAL 3.4. 3.2. 3.3. 3.4, 3.5. 3.6. Tim Kasus. Munir DPR-RI akan ikut melakukan upaya-upaya mengatasi -kendala-kendala yang dihadapi pihak Kepolisian, khususnya berkenaan dengan lembaga-lembaga_ dan_instansi- instansi di dalam, maupun luar negeri, sejauh menyangkut kewenangan DPR, misalnya berkenaan. dengan saksi yang duduk di No. 3 J dan pengembatian sisa organ Alm. Munir di Belanda, sejauh diperlukan. Tim Kasus Munir DPR-RI akan terus memfasilitasi tim-tim atau instansi terkait kasus Munir, apabila terdapat masalah-masalah. Tim Kasus Munir DPR-RI dibentuk sebagai payung politik untuk mendukung pihak Polri dalam mengungkap kasus kematian Munir. Tim Kasus Munir DPR-RI akan membantu mengatasi hambatan- hambatan kelembagaan dan finansial yang dialami oleh TPF. Tim Kasus Munir DPR-RI akan melanjutkan pertemuan lanjutan dengan TPF secara tertutup pada tanggal 23 Mei 20085. Tim Kasus Munir DPR-RI akan melakukan langkah-langkah politik agar TPF berfungsi optimal dan lembaga-lembaga terkait bertindak fungsional. . 37. 3.8. 4, Tim Kasus Munir DPR-RI perlu terus memantau dan mendorong Penyidik agar menggunakan fakta-fakta dan temuan TPF secara maksimal. Tim Kasus Munir DPR-RI pada pertemuan tanggal 16 Juni 2005 sepakat segera memfasilitasi pertemuan Sdr. A. M. Hendropriyono dengan TPF dan Pimpinan Tim Kasus Munir DPR-RI dalam rangka konfirmasi temuan fakta TPF.Tetapi hal ini gagal ditaksanakan karena pada waktu yang ditentukan, 22 Juni 2005, TPF justru tidak datang . REALISASI: Selasa, 7 Desember 2004 bertempat di ruang Rapat Komisi Ill, dipimpin oleh H. Taufikurrahman Saleh, SH., M.Si, dilaksanakan RDPU yang bersifat tertutup dengan IMPARSIAL, KONTRAS DAN PBHI. Senin, 17 Januari 2005 bertempat di ruang Rapat Komisi Ill, dipimpin oleh Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si, dilaksanakan RDPU yang bersifat terbuka dengan Kabareskrim POLRI Senin, 21 Pebruari 2005, bertempat di ruang Rapat Badan. Intelijen Negara (BIN), dipimpin oleh H. Taufukurrahman Saleh, SH., M.Si, dilaksanakan Rapat Tim tertutup dengan Kepala BIN, Wakil Kepala BIN, Deputi Il dan Deputi lV Badan Intelijen Negara (BIN). Kamis, 3 Maret 2005, di Ruang Rapat Komisi Ml, dipimpin oleh H. Taufikurrahman Saleh, SH., M.Si, dilaksanakan RDPU yang sifatnya tertutup dengan Dirut PT. Garuda Indonesia dan Crew. Senin, 7 Maret 2005, di Ruang Rapat Komisi II, dipimpin oleh Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si, dilaksanakan RDPU yang sifatnya tertutup dengan Sdr, Pollycarpus. Selasa, 8 Maret 2005, di Ruang Rapat Korisi III, dipimpin oleh H Taufikurrahman Saleh, SH., M.Si, dilaksanakan RDPU yang sifatnya tertutup dengan KAPOLRI Kamis, 19 Mei 2005, di Ruang Rapat.Komisi Il, dipimpin oleh Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si, dilaksanakan RDPU yang sifatnya terbuka dengan 10 orang anggota Tim Pencari Fakta (TPF) yang dibentuk Presiden. Kamis, 16 Juni 2005, di Ruang Rapat Komisi I, dipimpin oleh Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si, dilaksanakan RDPU yang sifatnya tertutup dengan 10 orang anggota TPF Senin, 20 Juni 2005, di Ruang Rapat Komisi Il, dipimpin oleh Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si, dilaksanakan RDPU yang sifatnya terbuka dengan Bapak A.M. Hendropriyono beserta Penasehat Hukum Rabu, 22 Juni 2005, di Ruang Rapat Komiisi I!!, dipimpin oleh Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si, dilaksanakan Pertemuan terbuka dengan Bapak A.M. Hendropriyono beserta Penasehat Hukum 41. Senin, 27 Juni 2005, di Ruang Rapat Komisi Ill, dipimpin ofeh Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si, dilaksanakan. Pertemuan tetutup dengan WAKA POLRIdan KABARESKRIM POLRI. KESIMPULAN DAN REKOMENDAS! 4. Tim Kasus Munir DPR Rl menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Presiden yang memiliki komitmen untuk mengungkapkan kasus meninggalnya Munir dengan membentuk TPF Kasus Munir. Dengan pembentukan TPF Kasus Munir diharapkan dapat diketahui motif pembunuhan terhadap Munir dan hasil TPF diharapkan dapat menjadi dasar aparat penyidik untuk melakukan proses hukum lebih lanjut. 2. Tim Kasus Munir DPR RI meminta Presiden untuk mengumumkan kepada masyarakat hasil-hasil temuan TPF Kasus Munir, sebagai bagian dari komitmen dan keseriusan Presiden untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang transparan dan akuntabel dalam pengungkapan kasus kematian almarhum Munir. 3. Dalam rangka penegakan hukum dan upaya perlindungan terhadap HAM, Tim Kasus Munir DPR RI meminta kepada Presiden RI untuk mengambit tangkah-langkah hukum dengan menjadikan. hasil temuan TPF sebagai bukti-bukti awal untuk mengungkapkan para pelaku pembunuhan terhadap Munir dan motifnya. 4. Bahwa untuk memperlihatkan komitmen, kesungguhan, dan keseriusan pemerintah dan penegak hukum mengungkapkan kasus kematian Munir, perlu segera dibentuk Tim Penyidik Independen yang berada di bawah - supervisi Kapolri dan bertanggung jawab penuh kepada Presiden. 5. Bahwa apabila dalam pengungkapan kasus kematian Munir ditemukan hambatan-hambatan teknis karena terkait dengan hal-hal yang bersifat internasional, maka Tim Kasus Munir DPR RI meminta Kapolri dengan melakukan koordinasi dengan Menteri-menteri terkait meminta bantuan lembaga-lembaga HAM _ internasional — untuk. bekerjasama dalam mengungkapkan secara tuntas kasus kematian Munir. Hal ini merupakan bagian dari komitmen Presiden RI untuk memajukan HAM baik pada level nasional maupun internasional. PENUTUP Demikian laporan kerja. TIM “KASUS MUNIR Dewan Perwakilan Rakyat “Republik Indonesia disusun, ‘selain. untuk Kepentingan dokumentasi melihat konfigurasi sosial politik yang melatari dinamika penegakan hukum sekaligus sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi semua pihak terutama yang berkaitan dengan pengembangan kerja-kerja penegakan hukum mendatang di Indonesia. TIM KASUS MUNIR DPR RI KETUA TIM, H. TAUFIKURRAHMAN SALEH, SH, M.Si No. A-232

Anda mungkin juga menyukai