Tentang Penulis:
AR. Rahadian sebelumnya pernah bekerja di perusahaan swasta di Jakarta dan
kemudian pindah ke Bandung. Semasa kecil besar di Bogor sampai pendidik
SMA di SMA Negeri 3 Bogor, pada masa itu seringkali terjadi tawuran masal
antar pelajar. Salah satunya terjadi korban hingga meninggal dunia, sebagai
orangtua yang menyayangi anaknya orangtua AR. Rahadian mengirimnya
untuk bersekolah di kota kecil Ciamis sekalian mengikuti orangtuanya yang
dinas disana. Selepas SMA Negeri 1 Ciamis, AR. Rahadian melanjutkan sekolah
di Bandung di sebuah perguruan tinggi swasta disana. Selepas kuliah AR.
Rahadian bekerja di salah satu perusahaan swasta dan akhirnya memutuskan
untuk bergabung bersama saudara mendirikan usaha.
Kini aktivitas AR. Rahadian selain berbisnis aktif belajar menulis di blog yang
dibuatnya yaitu sinarsejahterakarawang.blogspot.co.id, blog gratisan dari
blogger milik google.com. Sebagai sarana melepaskan kerinduan di bidang
menulis yang merupakan hobi sejak kecil, mungkin ini karena pengaruh
kebanyakan baca hingga gatel untuk menuliskan ide-ide yang terlintas
dalam pikiran.
Setetes embun di pagi hari adalah tulisan pertama dari AR. Rahadian, yang
mengisahkan kesedihan seorang ayah tua yang sepeninggal istri tercinta
malah dibuang oleh anak kandungnya. Tulisan ini di buat berkat dorongan istri
tercinta yang seringkali membaca oretan puisi dari buku atau kertas di meja
kerja AR. Rahadian. Mudah-mudahan tulisan ini memberikan manfaat bagi
pembaca dan di kemudian hari, AR. Rahadian dapat menulis kisah-kisah
lainnya.
Terimakasih telah meluangkan waktu membaca tulisan dari saya.
Salam Hangat
AR. Rahadian
ketenangan
manakala hatiku
kesusahan
dan
kesesakan
bersukacita
menerima himpitan
kehidupan.
Hatiku
terpenuhi
Pagi yang cerah mengiringi hari ini, sinar mentari dengan hangat dan penuh
kelembutan meresap dalam setubuh seorang kakek tua, ia begitu menikmati
belaian hangat sang mentari. Dalam keterbatasan fisiknya, tak terlihat wajah
kelemahan terpancar dari wajahnya. Padahal ia kini hanya dapat terduduk lemah
di atas kursi rodanya, kakinya sudah tak dapat lagi menopang tubuhnya.
Tangannya tak
masih
dapat
penyakit
lagi sekuat
dulu, bahkan
ia gerakkan. Pandangannya
katarak
Penyakit
sroke
yang ia derita
telah
mereka
beralasan
hanya
merepotkan
mengurus
seorang
tua
renta yang sakit-sakitan. Oleh sebab itu mereka kemudian mengirim laki-laki tua
itu di sebuah panti jompo
asuh oleh sepasang keluarga muda yang telah mengabdikan diri sejak sepuluh
tahun yang lalu. Panti ini dahulunya adalah rumah tempat tinggal mereka yang
asri dan luas. Panti ini terletak di jalan kecil yang bernama Jalan Gotong
Royong dengan akses jalan besarnya yaitu jalan Sudirman.
Selamat
pagi pak Andi sebuah sapaan lembut menyapa kakek tua yang
Se..se.lamat
pagi,
nak
Aryo
dan
nak
pipit
Jawabnya
dengan
nada
yang terbata-bata,
Sudah
di minum
obatnya,
pak?
lanjutnya
Disana ada pula beberapa orang kakek dan nenek tua yang sedang asyik
menonton acara televisi, di antaranya pak Muharam, pak Liem, pak Zakaria
dan ibu Kulsum serta ibu Yanti. Tampak
mereka
menonton sebuah
film
keceriaan
Benyamin. Pak Andi pun larut dalam keceriaan dan hal itu telah mengobati
kerinduan di hatinya yang berharap dapat bersama dengan anak dan cucunya,
dalam sisa masa hidupnya.
Sore
itu setelah
jendela. Tampak
melaksanakan
tatapan
sembahyang,
matanya
kosong,
ia
pak
Andi duduk
menerawang
di pinggir
alam
sekeliling
seakan ia mencari sesuatu yang teramat berarti dalam hidupnya. Sesekali terlihat
linangan airmata membasahi pipinya dan tarikan nafasnya yang panjang pun
terdengar begitu beratAku rindu engkau Fiona istriku, aku tahu engkau kini
bahagia di surga-Nya.
telah
Sungguh
Fiona,
engkau
adalah
yang
terbaik
yang
olehku,
aku
kehidupanku.
teramat
bersyukur
telah
Allah
titipkan
engkau
dalam
kesunyian, dimanakah mereka buah cinta kita? Hanya engkau yang setia dan
mengasihiku apa adanya bukan ada apanya.
taman
surga
yang
Sayang,
bawalah
aku
serta
di
menangisi apa yang telah dan sedang terjadi padaku, engkau kini telah bahagia
dan tak selayaknya aku menghancurkan kebahagianmu. Aku tahu engkau pun
menantikan kedatangankupasti sayang, aku akan datang kepadamu dan kita
akan bersama kembaliFiona sayang, bersabarlah suatu saat nanti aku pasti akan
datang menemui engkau dan bahkan engkau yang akan
mengahantarku di tanah perhentiannamun,
menjemput
mengerti
dan
memahami
akan
dan
tugas
aku masih
tetap
Sekarang
perhatian
di minum
obatnya
dengan penuh
Nak
Aryo,
terimakasih
yah
atas
semuanya.
Andai saja
putra-putri saya
memiliki hati yang penuh perhatian seperti nak Aryo tentunya bahagia sekali hati
ini Katanya sambil mengelus air mata yang mulai berlinang membasahi pipinya,
Sungguh nak Aryo, saya tidak meminta uang atau pun harta, cukup bagi
saya adalah perhatian dan kasih mereka. Dan saya pun masih memiliki sedikit
simpanan, sisa setelah saya bagikan harta yang saya punyai kepada mereka. Saya
tidak ingin harta mereka..nak Aryo, apa benar saya hanya merepotkan?
tanyanya dengan lirih,
Tidak
pak
Andi, sungguh
bapak
tidak
merepotkan.
kami bahagia dan kami sangat senang apalagi kami masih diberi kesempatan
untuk berbagi kasih
Pak,
saya
orangtua
kami masing-
masing semenjak usia kami masih muda. Dan kami berharap untuk dapat
merawat mereka
kami terjawab sudah oleh-Nya, dengan merawat bapak dan yang lainnya seakanakan telah menghadirkan kembali sosok kedua orangtua kami. Bapak jangan
banyak memikirkan yang lain yah pak, lebih baik bapak bersukacita dan nikmati
sisa hidup ini, kami bangga dapat merawat bapak Dengan penuh perhatian dan
kelembutan Aryo menjawab
Iya
nak
Aryo,
maaf
bapak
yang
terbawa
dalam
kerinduan
hati.terimakasih banyak nak! Telah menguatkan hati bapak Pak Andi pun
berucap,
Baiklah pak, sekarang istirahat yah, mari saya bantu ke kasur Kata Aryo sambil
mengulurkan tangannya,
Tidak usah nak Aryo, saya harus terus belajar untuk dapat mandiri Kilah pak
Andi, dan dengan halus menolak bantuan Aryo,
Dengan agak susah payah ia geser kursi rodanya untuk lebih dekat pada bibir
kasur, dan dengan semangat yang tinggi ia berusaha keras merengkuh kasur dan
mendorongkan badannya. Dengan usahanya yang keras akhirnya tubuh pak
Andi pun dengan
lembut
mendarat
Pak Andi, sekarang tidur yah, saya hendak menengok yang lain. Selamat tidur
pak
Andi Ucap Aryo sambil berlalu meninggalkan Pak Andi dalam keheningan
malam.
Malam mulai larut, namun tiba-tiba mata Pak Andi terbuka dan ia terbangunkan
dari sebuah mimpiada apakah ini? pikirnya dalam hati. Ia pun merenungkan dari
mimpi yang telah terjadi, dimana dalam mimpinya, ia melihat salah satu cucunya
tertabrak kendaraan dan saat itu ia melintas di sekitar tempat kejadian, ia
memangku cucunya
tertolong,
dan
membawanya,
nyawa
cucunya
tak
namun
kepada
menimpa
pikirannya
Tuhan memohonkan
menerawang.
untuk
menjauhkan
Ia
pun
lantas
hal-hal
buruk
Ingatannya
membawa
kembali
pada
perlakuan
anak-anaknya
terhadap
dirinya dimana tiga tahun yang lalu sebelum ia terdampar di panti asuhan ini. Ia
tinggal di rumah anaknya yang tertua yang adalah seorang pengusaha dan telah
di karunia tiga orang anak yang lucu dan manis. Namun hanya karena ia
senantiasa menyenggol perabotan hingga suatu ketika sebuah guci kesayangan
anaknya,
tak sengaja
Pa! tahu ngga berapa harga guci ini? di bayar dengan seluruh uang pensiun
papa pun tak akan kebayar, dasar tua bangka! Saya, untuk mendapatkan guci ini
saja sangat susah payah, tahu nggak ini barang antik dan langkaseharusnya
papa tahu diri! dan lebih hati-hati. Ini, sudah nggak bisa apa-apa masih saja mau
keluyuran, kenapa tidak diam saja di kamar? umpat anaknya,
Iya nih tua bangka! Kemarin-kemarin gelas kristalku yang berharga jutaan
rupiah, kini guci antik yang harganya saja selangit. Papa kan sudah tahu dilarang
masuk ruangan keluarga, kenapa bandel juga? Istri Ardy pun ikut menghardiknya
Mama..ma..maafkan
dengan
Mitchel. Apakah_
memotong,
Sudah!...sudah!
papa, Ardy
Belum
dan Nancy,
bicaranya
selesai,
papa
dengan
Ardy
beresin pakaian papa!, Ardy sudah tidak mau melihat papa lagi.tua bangka!
Hanya merepotkan saja Bentaknya sambil mendorong kursi roda ayahnya
menuju kamar dan membereskan seluruh pakaian ayahnya.
Benar Pih! Aku sangat setuju dengan pendat papi Nancy pun turut mendukung
suaminya
besar lainnya, namun setelah mendengar apa yang sudah terjadi di rumah
kakaknya ia pun dengan keras menolak untuk merawat ayah mereka. Akhirnya
mereka menelepon adik mereka yang bungsu, yang di wakili oleh yang sulung.
HaloDevi,
bertanya,
kamu
lagi
dimana?
Ardy
langsung
Yah halo kak Ardy, ada apa kak? Devi berkata dan kemudian
bertanya,
Saya lagi di mall kak! Tapi tidak jauh dari tempat kak Andry, memang ada apa.
Sepertinya serius sekali Devi menjawab sambil mereka-reka
sebab
selama
ini
kedua
kakaknya
selalu
membantu
mereka
Tuhan
sebab
mereka
tidak
mengertijauhkan
murka-Mu
keluarganyacukuplah
kepada
hanya
anak-anakku,
kepada
aku,
cucu-cucuku
hamba-Mu
ini..ia
dan
seluruh
pun
kembali
berusaha untuk memejamkan matanya dan berharap sang fajar segera menyapa
tubuhnya dengan penuh kelembutan.
******
Pagi ini tidak seperti biasanya Pak Andi tidak pergi ke halaman belakang untuk
berjemur, setelah sarapan pagi ia lebih banyak berdiam diri di kamarnya dengan
sesekali berusaha membaca Kitab Suci yang agak samar untuk di baca. Namun
ia berusaha
keras
untuk
dapat
membacanya,
dengan
lebih
banyak
menggunakan
mata
kirinya
yang
sesekali terdengar
kemudahan
masih
agak
sedikit
permohonannya
normal,
kepada
ia terus
Tuhan
berupaya
agar
dan
diberikan
ketukan kecil dan suara dari balik pintu dengan penuh kelembutan,
Selamat
pagi Pak
saya
mengganggu
sejenak Ucap
Pak Andi pun menghentikan sejenak kegiatannya dan menghampiri suara itu, dan
ia pun membuka pintu sambil berkata,
Eh, nak Pipit dan nak Aryo, silahkan masuk? lanjutnya, mempersilakan
masuk
Terimakasih pak Andi Jawab Aryo Oh, yah pak, kenalkan ini adalah Dokter
Agung dokter spesialis bedah, yang bertugas di rumah sakit terkenal di kota
ini yang kemudian memperkenalkan seseorang kepada pak Andi,
Pak Andi nampak kebingungan dan ini trelihat dari lipatan yang nampak di
dahinya. Dalam
hatinya
bertanya,
apanya yang di operasi?.... Belum hilang rasa bingungnya, pria yang bernama
Agung itu kemudian menghampiri pak Andi. Dengan berjongkok ia raih tangan
kiri pak Andi dan menempelkannya di dahinya, seraya berkata,
1
01
. Bertambah bingung lah pak Andi setelah mendengar ucapan itu kemudian
iapun mencari-cari
dalam
memori ingatannya,
Maaf
tadi?
nak,
Saya
Andi
Agung,
siapa
pak
karena,
saya tidak pernah mau mengingat apa, dimana dan siapa yang telah saya tolong
dalam kehidupan saya
Maaf
pak
Andi,
mungkin
bapak
akan
mengingatnya
manakala
dulu
di
depan Statsiun Kereta Api tepatnya di kedai bu Wanti. Setiap makan siang bapak
selalu menyemirkan sepatu bapak kepada seorang anak kecil, walaupun sepatu
bapak
masih
bersih,
masih
saja
bapak
menginginkan
anak
itu
untuk
membersihkan sepatu bapak. Selain memberi uang jasa yang sungguh pak! lebih
dari tarip, bapak juga memberikan anak itu makan siang gratis kembali Agung
berkata sambil memceritakan sebuah kisah sebagai sarana untuk membantu
ingatan pak Andi.
kecoklatan
dan
bintik
hitam
di
tangan
kirinyaya..ya,yang
ia sekarang?
selalu
ia
pak Andi akhirnya dapat mengingat kembali dan menanyakan perihal keberadaan
anak tersebut,
KakamuAnak
yang
duluOh..Tuhan,
sungguh
luarbiasa!
karya-Mu,
kami kembali..Nak,
Dengan senang hati pak jawab Agung, lantas mereka pun berpelukan dan
terasa sekali aroma kerinduan terobati disana.
Nak,
pak
bagaimana
ceritanya
Andi,
Pak Andi, mohon maaf sebelumnya bolehkah saya memanggil bapak dengan
sebutan ayah? pintanya
Boleh nak, dengan senang hati apabila itu membuat hatimu nyaman Jawab
pak
Andi,
Terimakasih ayah, lima belas tahun yang lalu saat itu saya sudah putus
sekolah
dan kehidupan kami sangat susah. Ayah telah meninggalkan kami saat aku
masih berumur tujuh tahun, kemudian tinggalah saya dengan ibu yang waktu itu
bekerja sebagai buruh cuci dan bersih-bersih rumah. Sampai saya duduk di
bangku kelas lima sekolah dasar saya masih dapat bersekolah, namun saat saya
duduk di kelas enam sekolah dasar, ibu sakit-sakitan sehingga tidak dapat bekerja
lagi, ibu terkena TBC. Dan saya memutuskan untuk berhenti sekolah dan
membantu ibu mencari nafkah dengan menjadi tukang semir, yang akhirnya
membawa
saya
bertemu
dengan
ayah
yang
baik
ini
Sesaat
Agung
Dari beberapa kali pertemuan, suatu saat ayah menanyakan tentang sekolah dan
cita-citaku,
aku jawab
sekolah
dan bercita-cita
untuk
menjadi seorang dokter bedah, agar dapat mengoperasi penyakit ibu dan
menyembuhkan penyakitnya. Dan ayah juga memperhatikan perilaku saya yang
selalu menyembunyikan tangan kiri,
setelah ayah melihatnya,
tanganmu adalah tanda dari Allah yang telah menetapkan lewat tanganmu banyak
orang yang akan engkau selamatkan. Sungguh! Ayah kata-kata itu adalah doa
bagi saya dan yang telah membangkitkan semangat untuk giat belajar. Dan diluar
dugaanku, ayah pun dengan
ayah
pula
yang membawa
bantuan
pengobatan gratis dari suatu yayasan yang ayah kenal. Terimakasih ayah, atas
semua budi baikmu yang tak ternilai oleh harta bahkan nyawa sekalipun, aku
dapat menjadi seperti semua bukan karena kepintaran dan kerja keras ku,
namun semua berkat jasa dan doa dari ayah Kembali ia mengusap airmatanya,
Ayah, tiga tahun yang lalu, saat saya ada seminar di kota ini, saya mencaricari akan keberadaan ayah. Saya menanyakan ketempat dulu ayah bekerja,
dan mereka katakan jikalau ayah sempat dipindahkan kebeberapa kota, lalu
mereka menyarankan
tentang
ayah di sekertariat
pensiunan. Dan saya pun meminta alamatnya lalu saya melanjutkan pencarian
tentang ayah ke
kantor sekertariat. Dari sanalah saya temukan alamat ayah, namun sayang
ternyata rumah ayah telah di jual dan pemilik yang baru tidak mengetahui akan
keberadaan
ayah.
perjuangan saya
pertolongan
lima
Hampir-hampir
akhirnya
Allah, seminggu
tahun.
Di
saya
putus
membuahkan
hasil
tengah malam
serta
di
juga,
ini
buatnya,
namun
semua
berkat
asa
berkata
dan ia
kakek
menangis,
duduk
Setelah
herannya
dikursi
roda
kejadian
ia
dan
itu
ia
senatiasa meminta kami untuk menemui kakeknya, kami ajak untuk menemui
ayah mertua saya, dia bilang bukan kakek yang
Saya
kakek
tidak
menyadari pada
yang namanya
ini, ia bilang
kakek
Andi.
menemukan
Saya
pun
mencari kembali ke kantor pensiunan ayah dan melacak dari beberapa data
mungkin ayah dirawat di sebuah rumah sakit. Jika berdasarkan dari mimpi anak
kami yang
jaminan
mengatakan
kesehatan
milik
ayah duduk
yayasan
pensiun
tempat
menunjukkan bahwa ayah pernah di rawat beberapa kali di rumah sakit yang kini
saya bekerja di sana. Dan disana terdapat data nomor telepon dari seseorang
yang bernama Ardy Firmansyah, kemudian saya menelepon nomor tersebut
namun yang menerima adalah asisten rumah tangga pak Ardy. Saya katakan
bahwa, saya dari pihak rumah sakit dan hendak menanyakan perihal kesehatan
Pak Andy untuk data asuransi. Akhirnya asisten itu menceritakan tentang ayah
dan memberikan alamat ini kepada saya Agung pun mengahiri kisahnya yang
begitu panjang,
Pak Andi terlihat menangis penuh haru dan tampak pula mata Arya dan pipit yang
sejak tadi duduk di pinggir kasur dan menyimak kisah tersebut ikut larut dalam
keharuan, dan mata mereka pun berkaca-kaca .
Ayah, tujuan saya kemari dan menemui ayah adalah salahsatunya menunaikan
1
41
amanah dari almarhumah ibu yang mengatakan kepada saya, agar saya mencari
ayah untuk mengucapkan terimakasih atas semua yang telah ayah lakukan
kepada
1
51
saya
dan
Agung,
ibu
Lanjut
Nak Agung, nggak perlu sampai repot-repot seperti ini, sebab sudah kewajiban
kita untuk saling menolong dan berbagi bukan saja dengan saudara dan orang
yang kita kenal. Namun kepada semua sesama kita, wajib bagi kita untuk murah
hati dan ringan
tangan
dalam
menolong
serta
membantu.
Dan dalam
membantu terus terang, saya tak mengharapkan pamrih apapun Ucap pak Andi
Sebelum
Agung
mengucapkan
kata-katanya
muncullah
dari balik
pintu
seorang anak laki-laki dan dengan lincahnya ia berlari dan menghampiri pak Andi,
seraya memeluk kedua pahanya dan mengucap,
Papa..ini kakekku Ucapnya, dan ia pun memegang tangan pak Andi dan
menempelkan di dahinya sebagai tanda hormat,
Pak
Andi hanyut
dalam
kesedihan,
Ia begitu
menghidupkan tanah yang telah mati, terobati sudah dahaga kerinduanya oleh
setetes embun di pagi hari.terimakasih Tuhan atas segala nikmat yang telah
Engkau