Anda di halaman 1dari 24

Setetes embun di pagi hari

By; AR. Rahadian

Tentang Penulis:
AR. Rahadian sebelumnya pernah bekerja di perusahaan swasta di Jakarta dan
kemudian pindah ke Bandung. Semasa kecil besar di Bogor sampai pendidik
SMA di SMA Negeri 3 Bogor, pada masa itu seringkali terjadi tawuran masal
antar pelajar. Salah satunya terjadi korban hingga meninggal dunia, sebagai
orangtua yang menyayangi anaknya orangtua AR. Rahadian mengirimnya
untuk bersekolah di kota kecil Ciamis sekalian mengikuti orangtuanya yang
dinas disana. Selepas SMA Negeri 1 Ciamis, AR. Rahadian melanjutkan sekolah
di Bandung di sebuah perguruan tinggi swasta disana. Selepas kuliah AR.
Rahadian bekerja di salah satu perusahaan swasta dan akhirnya memutuskan
untuk bergabung bersama saudara mendirikan usaha.
Kini aktivitas AR. Rahadian selain berbisnis aktif belajar menulis di blog yang
dibuatnya yaitu sinarsejahterakarawang.blogspot.co.id, blog gratisan dari
blogger milik google.com. Sebagai sarana melepaskan kerinduan di bidang
menulis yang merupakan hobi sejak kecil, mungkin ini karena pengaruh
kebanyakan baca hingga gatel untuk menuliskan ide-ide yang terlintas
dalam pikiran.
Setetes embun di pagi hari adalah tulisan pertama dari AR. Rahadian, yang
mengisahkan kesedihan seorang ayah tua yang sepeninggal istri tercinta
malah dibuang oleh anak kandungnya. Tulisan ini di buat berkat dorongan istri
tercinta yang seringkali membaca oretan puisi dari buku atau kertas di meja
kerja AR. Rahadian. Mudah-mudahan tulisan ini memberikan manfaat bagi
pembaca dan di kemudian hari, AR. Rahadian dapat menulis kisah-kisah
lainnya.
Terimakasih telah meluangkan waktu membaca tulisan dari saya.

Salam Hangat

AR. Rahadian

Penderitaan adalah lambang kekuatan jiwa, tak akan aku tukarkan


penderitaan ini dengan

sukacita manusia. Jiwaku menemukan

ketenangan

manakala hatiku

kesusahan

dan

kesesakan

bersukacita

menerima himpitan

kehidupan.

Hatiku

terpenuhi

kegembiraan, manakala aku bersukaria dalam derita-Nya. Hanya


satu tujuan hidupku, membuat DIA selalu tersenyum di sepanjang
kehidupan
..Andi
Suryadi.

Pagi yang cerah mengiringi hari ini, sinar mentari dengan hangat dan penuh
kelembutan meresap dalam setubuh seorang kakek tua, ia begitu menikmati
belaian hangat sang mentari. Dalam keterbatasan fisiknya, tak terlihat wajah
kelemahan terpancar dari wajahnya. Padahal ia kini hanya dapat terduduk lemah
di atas kursi rodanya, kakinya sudah tak dapat lagi menopang tubuhnya.
Tangannya tak
masih

dapat

penyakit

lagi sekuat

dulu, bahkan

hanya bagian yang kiri saja yang

ia gerakkan. Pandangannya

telah menjadi kabur di akibatkan

katarak

yang kini hinggap.

Penyakit

sroke

yang ia derita

telah

menyebabkan sebagian tubuhnya tidak dapat digerakkan secara normal. Di


tambah dengan penyakit diabetes yang telah lama hinggap di dalam tubuhnya,
yang tak kunjung ada kesembuhan.

Sepeninggal istrinya yang begitu menyayangi dan setia menemaninya, kini ia


tinggal di sebuah panti jompo. Walaupun ia memiliki tiga orang anak yang terdiri
dari dua orang laki-laki dan satu orang perempuan, namun tak seorangpun yang
mau merawatnya. Semuanya mundur secara teratur manakala di tunjuk untuk
merawatnya,

mereka

beralasan

hanya

merepotkan

mengurus

seorang

tua

renta yang sakit-sakitan. Oleh sebab itu mereka kemudian mengirim laki-laki tua
itu di sebuah panti jompo

yang bernama Panti Kasih Tiada Batas yang di

asuh oleh sepasang keluarga muda yang telah mengabdikan diri sejak sepuluh
tahun yang lalu. Panti ini dahulunya adalah rumah tempat tinggal mereka yang
asri dan luas. Panti ini terletak di jalan kecil yang bernama Jalan Gotong
Royong dengan akses jalan besarnya yaitu jalan Sudirman.

Selamat

pagi pak Andi sebuah sapaan lembut menyapa kakek tua yang

ternyata bernama pak Andi,

Se..se.lamat

pagi,

nak

Aryo

dan

nak

pipit

Jawabnya

dengan

nada

yang terbata-bata,

Bagaimana kabarnya pak? Tadi sudah sarapan? Tanya pipit penuh


kelmbutan, Pak Andi hanya menganggukkan kepalanya,

Sudah

di minum

obatnya,

pak?

lanjutnya

Jika sudah, sekarang bapak

istirahat yah, sebab matahari sudah mulai terik

Baik nak Pipit, terimakasih

Pak Andi pun menjawab, dan Pipit kemudian

membantunya mendorongkan kursi rodanya menuju ruang paviliun.

Disana ada pula beberapa orang kakek dan nenek tua yang sedang asyik
menonton acara televisi, di antaranya pak Muharam, pak Liem, pak Zakaria
dan ibu Kulsum serta ibu Yanti. Tampak
mereka

menonton sebuah

film

keceriaan

hadir disana, manakala

komedi yang di bintangi oleh almarhum

Benyamin. Pak Andi pun larut dalam keceriaan dan hal itu telah mengobati
kerinduan di hatinya yang berharap dapat bersama dengan anak dan cucunya,
dalam sisa masa hidupnya.

Sore

itu setelah

jendela. Tampak

melaksanakan
tatapan

sembahyang,

matanya

kosong,

ia

pak

Andi duduk

menerawang

di pinggir

alam

sekeliling

seakan ia mencari sesuatu yang teramat berarti dalam hidupnya. Sesekali terlihat
linangan airmata membasahi pipinya dan tarikan nafasnya yang panjang pun
terdengar begitu beratAku rindu engkau Fiona istriku, aku tahu engkau kini
bahagia di surga-Nya.
telah

Sungguh

Fiona,

engkau

adalah

yang

terbaik

yang

Allah anugerahkan dalam hidupku. Kesetiaan dan kasihmu begitu terasa

olehku,

aku

kehidupanku.

teramat

bersyukur

telah

Allah

titipkan

engkau

dalam

Lihatlah aku sekarang kasihku?, di senja usiaku, kini aku dalam

kesunyian, dimanakah mereka buah cinta kita? Hanya engkau yang setia dan
mengasihiku apa adanya bukan ada apanya.
taman

surga

yang

Sayang,

bawalah

telah Allah berikan kepadamuti..tidak,

aku

serta

di

aku tidak boleh

menangisi apa yang telah dan sedang terjadi padaku, engkau kini telah bahagia
dan tak selayaknya aku menghancurkan kebahagianmu. Aku tahu engkau pun
menantikan kedatangankupasti sayang, aku akan datang kepadamu dan kita
akan bersama kembaliFiona sayang, bersabarlah suatu saat nanti aku pasti akan
datang menemui engkau dan bahkan engkau yang akan
mengahantarku di tanah perhentiannamun,

menjemput

Allah masih memberikan padaku

untuk sebuah tugas terakhir sebelum masa waktuku berakhirdan


belum

mengerti

dan

memahami

akan

dan

tugas

aku masih

itu..namun aku akan

tetap

melakukannya tanpa harus aku memahamidalam tarikan nafas yang ku hirup,


aku masih dapat merasakan cinta dan kasihmuterimakasih sayang atas semua
kasih yang telah engkau curahkan kepadaku, anak-anak dan seluruh keluarga

kitaselamat sore Fiona sayang.dan linangan airmatanya semakin deras

membasahi pipinyaia pun terhanyut dalam elegi rindunya


Malam pak Andi, bagaimana sudah makan malam? tanya
Aryo,

Malam nak Aryo, sudah tadi Jawabnya sambil menganggukkan


kepala,

Sekarang
perhatian

di minum

obatnya

yah pak lanjutnya

dengan penuh

Setelah meminum obatnya, pak Andi menarik tangan Aryo, dan


berkata,

Nak

Aryo,

terimakasih

yah

atas

semuanya.

Andai saja

putra-putri saya

memiliki hati yang penuh perhatian seperti nak Aryo tentunya bahagia sekali hati
ini Katanya sambil mengelus air mata yang mulai berlinang membasahi pipinya,

Sungguh nak Aryo, saya tidak meminta uang atau pun harta, cukup bagi
saya adalah perhatian dan kasih mereka. Dan saya pun masih memiliki sedikit
simpanan, sisa setelah saya bagikan harta yang saya punyai kepada mereka. Saya
tidak ingin harta mereka..nak Aryo, apa benar saya hanya merepotkan?
tanyanya dengan lirih,

Tidak

pak

Andi, sungguh

bapak

tidak

merepotkan.

Malah membuat hati

kami bahagia dan kami sangat senang apalagi kami masih diberi kesempatan
untuk berbagi kasih

Jawab Aryo sambil mengusap airmata yang membasahi

pipi pak Andi, lanjutnya,

Pak,

saya

dan istri telah di tinggal oleh kedua

orangtua

kami masing-

masing semenjak usia kami masih muda. Dan kami berharap untuk dapat
merawat mereka

pada masa tuanya, namun Tuhan berkehendak

lain. Tetapi kerinduan hati

kami terjawab sudah oleh-Nya, dengan merawat bapak dan yang lainnya seakanakan telah menghadirkan kembali sosok kedua orangtua kami. Bapak jangan
banyak memikirkan yang lain yah pak, lebih baik bapak bersukacita dan nikmati
sisa hidup ini, kami bangga dapat merawat bapak Dengan penuh perhatian dan
kelembutan Aryo menjawab

Iya

nak

Aryo,

maaf

bapak

yang

terbawa

dalam

kerinduan

hati.terimakasih banyak nak! Telah menguatkan hati bapak Pak Andi pun
berucap,

Baiklah pak, sekarang istirahat yah, mari saya bantu ke kasur Kata Aryo sambil
mengulurkan tangannya,

Tidak usah nak Aryo, saya harus terus belajar untuk dapat mandiri Kilah pak
Andi, dan dengan halus menolak bantuan Aryo,

Dengan agak susah payah ia geser kursi rodanya untuk lebih dekat pada bibir
kasur, dan dengan semangat yang tinggi ia berusaha keras merengkuh kasur dan
mendorongkan badannya. Dengan usahanya yang keras akhirnya tubuh pak
Andi pun dengan

lembut

mendarat

di atas kasur, Aryo

yang sedari tadi

memperhatikan tersenyum dalam hati ia bergumam luarbiasa pak Andi ini,


semangat hidupnya begitu tinggi

Pak Andi, sekarang tidur yah, saya hendak menengok yang lain. Selamat tidur
pak
Andi Ucap Aryo sambil berlalu meninggalkan Pak Andi dalam keheningan
malam.

Malam mulai larut, namun tiba-tiba mata Pak Andi terbuka dan ia terbangunkan
dari sebuah mimpiada apakah ini? pikirnya dalam hati. Ia pun merenungkan dari
mimpi yang telah terjadi, dimana dalam mimpinya, ia melihat salah satu cucunya
tertabrak kendaraan dan saat itu ia melintas di sekitar tempat kejadian, ia
memangku cucunya
tertolong,

dan

membawanya,

nyawa

cucunya

tak

ia menghebuskan nafasnya yang terakhir dalam pangkuannya.

Apakah arti mipiku ini? begitulah


berdoa

namun

kepada

menimpa

pikirannya

Tuhan memohonkan

menerawang.

untuk

menjauhkan

Ia

pun

lantas

hal-hal

buruk

semua cucu dan anak-anaknya.

Ingatannya

membawa

kembali

pada

perlakuan

anak-anaknya

terhadap

dirinya dimana tiga tahun yang lalu sebelum ia terdampar di panti asuhan ini. Ia
tinggal di rumah anaknya yang tertua yang adalah seorang pengusaha dan telah
di karunia tiga orang anak yang lucu dan manis. Namun hanya karena ia
senantiasa menyenggol perabotan hingga suatu ketika sebuah guci kesayangan
anaknya,

tak sengaja

tersenggol dan akhirnya

pecah. Dan ia pun masih

mengingat bagaimana kata-katanya,

Pa! tahu ngga berapa harga guci ini? di bayar dengan seluruh uang pensiun
papa pun tak akan kebayar, dasar tua bangka! Saya, untuk mendapatkan guci ini
saja sangat susah payah, tahu nggak ini barang antik dan langkaseharusnya
papa tahu diri! dan lebih hati-hati. Ini, sudah nggak bisa apa-apa masih saja mau
keluyuran, kenapa tidak diam saja di kamar? umpat anaknya,

Iya nih tua bangka! Kemarin-kemarin gelas kristalku yang berharga jutaan
rupiah, kini guci antik yang harganya saja selangit. Papa kan sudah tahu dilarang
masuk ruangan keluarga, kenapa bandel juga? Istri Ardy pun ikut menghardiknya

Mama..ma..maafkan
dengan
Mitchel. Apakah_
memotong,

Sudah!...sudah!

papa, Ardy

Belum

dan Nancy,

bicaranya

selesai,

papa
dengan

hanya ingin bermain


kasarnya

Ardy

Saya tidak mau dengar lagi alasan!mulai hari ini juga

beresin pakaian papa!, Ardy sudah tidak mau melihat papa lagi.tua bangka!
Hanya merepotkan saja Bentaknya sambil mendorong kursi roda ayahnya
menuju kamar dan membereskan seluruh pakaian ayahnya.

Benar Pih! Aku sangat setuju dengan pendat papi Nancy pun turut mendukung
suaminya

Ia pun membawa ayahnya ke rumah adik nya.


pengacara

yang banyak menangani kasus-kasus

Andryansah adalah seorang


korupsi besar dan kasus

besar lainnya, namun setelah mendengar apa yang sudah terjadi di rumah
kakaknya ia pun dengan keras menolak untuk merawat ayah mereka. Akhirnya
mereka menelepon adik mereka yang bungsu, yang di wakili oleh yang sulung.

HaloDevi,
bertanya,

kamu

lagi

dimana?

Ardy

langsung

Yah halo kak Ardy, ada apa kak? Devi berkata dan kemudian
bertanya,

Begini, kamu bisa kan datang ke rumah Andry sekarang? Lanjut


Ardy,

Saya lagi di mall kak! Tapi tidak jauh dari tempat kak Andry, memang ada apa.
Sepertinya serius sekali Devi menjawab sambil mereka-reka

Pokoknya kamu sekarang kesini, penting! Perintah


Ardy,
Baik-baik Kak! Saya segera kesana lanjut Devi dengan sedikit kesal, namun ia
menahannya

sebab

selama

ini

kedua

kakaknya

selalu

membantu

kehidupannya, dimana suaminya hanyalah seorang pegawai biasa yang dapat


mencukupi kebiasaannya yang konsumtif.

Sesampainya di tempat Andry, tanpa basa-basi lagi mereka sepakat untuk


menyimpan papa mereka di panti asuhan dan untuk biaya selama di sana
mereka membebankan kepada papa mereka sendiri. Sisa uang yang ada di
tabungan papanya, mereka paksa kepada papanya untuk dikeluarkan dengan
alasan untuk biaya berobat. Papanya hanya terdiam dengan perlakuan mereka
dan ia hanya dapat menangis di dalam hatinya.

AhhhhAku sudah mengampuni mereka Tuhan.Aku telah mengampuni perlakuan


mereka.ampuni

mereka

Tuhan

sebab

mereka

tidak

mengertijauhkan

padaku untuk ingatan-ingatan seperti iniTuhan, Engkau adalah Tuhan yang


mahapengampun, ampuni anak-anak hamba-mu iniperbuatlah apa yang Engkau
kehendaki kepada tubuh dan hidup hamba-Mu ini, dan jangan Engkau timpakan
kehangatan

murka-Mu

keluarganyacukuplah

kepada
hanya

anak-anakku,

kepada

aku,

cucu-cucuku

hamba-Mu

ini..ia

dan

seluruh

pun

kembali

berusaha untuk memejamkan matanya dan berharap sang fajar segera menyapa
tubuhnya dengan penuh kelembutan.
******
Pagi ini tidak seperti biasanya Pak Andi tidak pergi ke halaman belakang untuk
berjemur, setelah sarapan pagi ia lebih banyak berdiam diri di kamarnya dengan
sesekali berusaha membaca Kitab Suci yang agak samar untuk di baca. Namun
ia berusaha

keras

untuk

dapat

membacanya,

dengan

lebih

banyak

menggunakan

mata

kirinya

yang

sesekali terdengar
kemudahan

masih

agak

sedikit

permohonannya

normal,

kepada

ia terus
Tuhan

berupaya
agar

dan

diberikan

dalam membaca Kitab Suci ini. Ditengah kekhusuannya, terdengar

ketukan kecil dan suara dari balik pintu dengan penuh kelembutan,

Selamat

pagi Pak

Andi, maaf apabila

saya

mengganggu

sejenak Ucap

sebuah suara dari balik pintu,

Pak Andi pun menghentikan sejenak kegiatannya dan menghampiri suara itu, dan
ia pun membuka pintu sambil berkata,

Selamat pagi, sama sekali tidak mengganggu

Eh, nak Pipit dan nak Aryo, silahkan masuk? lanjutnya, mempersilakan
masuk

Terimakasih pak Andi Jawab Aryo Oh, yah pak, kenalkan ini adalah Dokter
Agung dokter spesialis bedah, yang bertugas di rumah sakit terkenal di kota
ini yang kemudian memperkenalkan seseorang kepada pak Andi,

Pak Andi nampak kebingungan dan ini trelihat dari lipatan yang nampak di
dahinya. Dalam

hatinya

bertanya,

.apakah aku hendak dioperasi, tapi

apanya yang di operasi?.... Belum hilang rasa bingungnya, pria yang bernama
Agung itu kemudian menghampiri pak Andi. Dengan berjongkok ia raih tangan
kiri pak Andi dan menempelkannya di dahinya, seraya berkata,

1
01

Pak, saya Agungmudah-mudahan bapak masih dapat mengingat akan saya,


dulu sewaktu saya masih kecil pernah di tolong oleh bapak

. Bertambah bingung lah pak Andi setelah mendengar ucapan itu kemudian
iapun mencari-cari

dalam

memori ingatannya,

tentang siapakah gerangan

orang yang berada dihadapannya ini.

Maaf
tadi?

nak,

Saya
Andi

Agung,

siapa

pak

AgungAgung.yang mana yahdan yang pernah saya tolong? Dimana dan


kapan?...maaf

nak Agung, sungguh saya tak dapat mengingatnya

karena,

saya tidak pernah mau mengingat apa, dimana dan siapa yang telah saya tolong
dalam kehidupan saya

Maaf

pak

Andi,

mungkin

bapak

akan

mengingatnya

manakala

dulu

di

depan Statsiun Kereta Api tepatnya di kedai bu Wanti. Setiap makan siang bapak
selalu menyemirkan sepatu bapak kepada seorang anak kecil, walaupun sepatu
bapak

masih

bersih,

masih

saja

bapak

menginginkan

anak

itu

untuk

membersihkan sepatu bapak. Selain memberi uang jasa yang sungguh pak! lebih
dari tarip, bapak juga memberikan anak itu makan siang gratis kembali Agung
berkata sambil memceritakan sebuah kisah sebagai sarana untuk membantu
ingatan pak Andi.

Kedai Ibu Wanti.depan statsiun.anak kecil..anak kecil.anak kecil.tantan

iya..ya..saya ingat sekarang, anak kecil yang mempunyai tanda

kecoklatan

dan

bintik

hitam

di

sembunyikan dibalik bajunyadimana

tangan

kirinyaya..ya,yang

ia sekarang?

selalu

ia

Dengan penuh sukacita

pak Andi akhirnya dapat mengingat kembali dan menanyakan perihal keberadaan
anak tersebut,

Pak.sayalah anak itudan ini lihat Jawab Agung sambil memperlihatkan


tanda di lengan kirinya kepada pak Andi, setelah melihat tanda itu pak Andi
menangis dengan terharunya, dan.

KakamuAnak

yang

duluOh..Tuhan,

sungguh

Engkau penuh dengan keajaiban telah mempertemukan

luarbiasa!

karya-Mu,

kami kembali..Nak,

bolehkah bapak memeluk kamu?

Dengan senang hati pak jawab Agung, lantas mereka pun berpelukan dan
terasa sekali aroma kerinduan terobati disana.

Nak,
pak

bagaimana

ceritanya

hingga dapat menemukan

bapak disini? Tanya

Andi,

Pak Andi, mohon maaf sebelumnya bolehkah saya memanggil bapak dengan
sebutan ayah? pintanya

Boleh nak, dengan senang hati apabila itu membuat hatimu nyaman Jawab
pak
Andi,

Terimakasih ayah, lima belas tahun yang lalu saat itu saya sudah putus
sekolah

dan kehidupan kami sangat susah. Ayah telah meninggalkan kami saat aku
masih berumur tujuh tahun, kemudian tinggalah saya dengan ibu yang waktu itu
bekerja sebagai buruh cuci dan bersih-bersih rumah. Sampai saya duduk di
bangku kelas lima sekolah dasar saya masih dapat bersekolah, namun saat saya
duduk di kelas enam sekolah dasar, ibu sakit-sakitan sehingga tidak dapat bekerja
lagi, ibu terkena TBC. Dan saya memutuskan untuk berhenti sekolah dan
membantu ibu mencari nafkah dengan menjadi tukang semir, yang akhirnya
membawa

saya

bertemu

dengan

ayah

yang

baik

ini

Sesaat

Agung

menghentikan kisahnya untuk mngusap air mata yang menetes di pipinya,

Dari beberapa kali pertemuan, suatu saat ayah menanyakan tentang sekolah dan
cita-citaku,

aku jawab

aku telah putus

sekolah

dan bercita-cita

untuk

menjadi seorang dokter bedah, agar dapat mengoperasi penyakit ibu dan
menyembuhkan penyakitnya. Dan ayah juga memperhatikan perilaku saya yang
selalu menyembunyikan tangan kiri,
setelah ayah melihatnya,

saya waktu itu menolak dikarenakan malu,

ayah bilang jangan malu nak! Tanda yang ada di

tanganmu adalah tanda dari Allah yang telah menetapkan lewat tanganmu banyak
orang yang akan engkau selamatkan. Sungguh! Ayah kata-kata itu adalah doa
bagi saya dan yang telah membangkitkan semangat untuk giat belajar. Dan diluar
dugaanku, ayah pun dengan
ayah

pula

yang membawa

sukarela mau menjadi ayah angkatku. Bahkan


ibu berobat hingga ibu mendapatkan

bantuan

pengobatan gratis dari suatu yayasan yang ayah kenal. Terimakasih ayah, atas
semua budi baikmu yang tak ternilai oleh harta bahkan nyawa sekalipun, aku
dapat menjadi seperti semua bukan karena kepintaran dan kerja keras ku,
namun semua berkat jasa dan doa dari ayah Kembali ia mengusap airmatanya,

Ayah, tiga tahun yang lalu, saat saya ada seminar di kota ini, saya mencaricari akan keberadaan ayah. Saya menanyakan ketempat dulu ayah bekerja,
dan mereka katakan jikalau ayah sempat dipindahkan kebeberapa kota, lalu
mereka menyarankan

agar mencari data-data

tentang

ayah di sekertariat

pensiunan. Dan saya pun meminta alamatnya lalu saya melanjutkan pencarian
tentang ayah ke

kantor sekertariat. Dari sanalah saya temukan alamat ayah, namun sayang
ternyata rumah ayah telah di jual dan pemilik yang baru tidak mengetahui akan
keberadaan

ayah.

perjuangan saya
pertolongan
lima

Hampir-hampir
akhirnya

Allah, seminggu

tahun.

Di

saya

putus

membuahkan

hasil

tengah malam
serta

di

juga,

ini

buatnya,

namun

semua

berkat

yang lalu, Andi anak kami yang baru berumur


terbangun

mengatakan kepada kami bertemu seorang


memangkunya

asa

berkata

dan ia
kakek

ini aku kakekmu.

menangis,

duduk
Setelah

herannya

dikursi

roda

kejadian

ia
dan

itu

ia

senatiasa meminta kami untuk menemui kakeknya, kami ajak untuk menemui
ayah mertua saya, dia bilang bukan kakek yang
Saya
kakek

tidak

menyadari pada

yang namanya

ini, ia bilang

kakek

Andi.

saat itu, jika yang dikatakan anak kami adalah

Andi, setelah saya renungkan akhirnya

jawabannya bahwa kakek yang dimaksud anak kami adalah ayah.

menemukan
Saya

pun

mencari kembali ke kantor pensiunan ayah dan melacak dari beberapa data
mungkin ayah dirawat di sebuah rumah sakit. Jika berdasarkan dari mimpi anak
kami yang
jaminan

mengatakan

kesehatan

milik

ayah duduk
yayasan

di kursi roda. Setelah dilacak melalui

pensiun

tempat

ayah dulu mengabdi,

menunjukkan bahwa ayah pernah di rawat beberapa kali di rumah sakit yang kini
saya bekerja di sana. Dan disana terdapat data nomor telepon dari seseorang
yang bernama Ardy Firmansyah, kemudian saya menelepon nomor tersebut
namun yang menerima adalah asisten rumah tangga pak Ardy. Saya katakan
bahwa, saya dari pihak rumah sakit dan hendak menanyakan perihal kesehatan
Pak Andy untuk data asuransi. Akhirnya asisten itu menceritakan tentang ayah
dan memberikan alamat ini kepada saya Agung pun mengahiri kisahnya yang
begitu panjang,

Pak Andi terlihat menangis penuh haru dan tampak pula mata Arya dan pipit yang
sejak tadi duduk di pinggir kasur dan menyimak kisah tersebut ikut larut dalam
keharuan, dan mata mereka pun berkaca-kaca .

Ayah, tujuan saya kemari dan menemui ayah adalah salahsatunya menunaikan
1
41

amanah dari almarhumah ibu yang mengatakan kepada saya, agar saya mencari
ayah untuk mengucapkan terimakasih atas semua yang telah ayah lakukan
kepada

1
51

saya
dan
Agung,

ibu

Lanjut

Nak Agung, nggak perlu sampai repot-repot seperti ini, sebab sudah kewajiban
kita untuk saling menolong dan berbagi bukan saja dengan saudara dan orang
yang kita kenal. Namun kepada semua sesama kita, wajib bagi kita untuk murah
hati dan ringan

tangan

dalam

menolong

serta

membantu.

Dan dalam

membantu terus terang, saya tak mengharapkan pamrih apapun Ucap pak Andi

Sebelum

Agung

mengucapkan

kata-katanya

muncullah

dari balik

pintu

seorang anak laki-laki dan dengan lincahnya ia berlari dan menghampiri pak Andi,
seraya memeluk kedua pahanya dan mengucap,

Papa..ini kakekku Ucapnya, dan ia pun memegang tangan pak Andi dan
menempelkan di dahinya sebagai tanda hormat,

Pak

Andi hanyut

dalam

kesedihan,

haru dan bahagia.

Ia begitu

bahagia manakala seorang anak kecil menyebutnya kakek dan memeluknya


dengan hangat, tiga tahun lamanya ia menahan kerinduan akan cucunya hadir dan
berkata kakek serta memeluknya,

kini bagaikan hujan sehari yang telah

menghidupkan tanah yang telah mati, terobati sudah dahaga kerinduanya oleh
setetes embun di pagi hari.terimakasih Tuhan atas segala nikmat yang telah
Engkau

berikankini aku mengerti, inilah tugas yang terakhir dari-Mu yaitu

menantikan kedatangan satu keluarga kecil yang akan menghapuskan dahaga


kerinduanku, satu keluarga yang akan menghidupkan jiwa dan hati yang telah
kering.terimakasih Tuhan atas segala kesempatan yang telah Engkau berikan..

Anda mungkin juga menyukai