PEWARNAAN GRAM
Nama
NPM
Vikneswaran Mutayah
260110132004
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI
FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Nilai
TTD
PEWARNAAN SEDERHANA/TUNGGAL
I.
TUJUAN
Mengamati ukuran, bentuk dan struktur-struktur tertentu dari bakteri,
dengan menggunakan satu macam zat pewarna.
II.
PRINSIP
1. Teknik aseptis
Teknik aseptis memiliki beberapa macam sterilisasi, yaitu
sterilisasi mekanik, sterilisasi fisik dan sterilisasi kimia. Setiap
macam tersebut memiliki prinsip kerja yang berbeda sesuai dengan
keadaan media yang akan disterilisasikan. Apabila dalam
melakukan penelitian maupun percobaan tidak dilakukan teknik
tersebut kemungkinan akan terjadi kontaminasi yang menyebabkan
hasil penelitian atau percobaan itu kurang akurat. Oleh karena itu,
teknik aseptis sangat penting dalam kegiatan praktikum ataupun
penelitian. (Pratiwi, 2008).
2. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik untuk melihat bentuk
morfologi bakteri (basil, cocus, spiral, dll) dengan hanya
menggunakan satu macam zat warna. (Suriawiria, 1999).
3. Ikatan ion
Ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa
aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion
karena adanya muatan listrik baik pada komponen seuler maupun
pada pewarna. (Tryana, S.T, 2008).
III.
TEORI DASAR
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur, dan sifatsifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut di suspensikan.
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi adalah dengan metode pengecatan atau pewarnaan, hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkain pengecetan. (Karmana,2008).
Sel bakteri dapat diamati dengan jelas jika menggunakan mikroskop
dengan perbesaran 100 x 10 yang ditambah minyak emersi. Jika dibuat preparat
ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk
memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel
bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras
sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan. Zat warna yang digunakan bersifat
asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan
warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. (Karmana,2008).
Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat
warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena
muatan negatif banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam
antara lain cristal violet, methylen blue, safranin, Base Fuchsin, Malachite Green,
dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Subandi, 2009).
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan
sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zatzat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponen kromotofiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi
pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi, pewarnaan
dan penggunaan warna penutup. Suatu preparat yang sudah menyerap zat warna,
kemudian dicuci dengan asam encer maka zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat
juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini disebut bakteri
tahan asam, dan ini merupakan ciri khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 2005)
Langkah-langkah utama dalam persiapan spesiemen mikroba untuk
pemeriksaan mikroskopis adalah penempatan olesan atau lapisan spesiemen pada
kaca objek, fiksasi olesan pada kaca objek dan aplikasi pewarnaan tunggal
(pewarnaan
sederhana)
atau
serangkain
larutan
pewarna
atau
reagen
(Pelczar,1986)
Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk,
susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus
diperlukan untuk melihat bentuk kapsul atau pun flagella, dan hal-hal terperinci
tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan
ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Volk dan Whleer, 1998).
Pewarnaan sederhana merupakan tekhnik pewarnaan yang paling banyak
digunakan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat
sulit,larena selain bakteri itu tidak berwarna juga tranparan dan sangat kecil.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu tekhnik pewarnaan sel
bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamat. Oleh karena itu
tekhnik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama
dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. (Hadioetomo, 1993).
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara
komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen
seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat
dibedakan asam dan pewarna basa. (Hadioetomo, 1993).
Pewarna asam dapat terjadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif.
Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan
negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding
sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut pewarna negatif. Contoh
pewarna asam misalnya: tinta cina, larutan nigrosin, asam pikrat, eosin, dll.
(Hadioetomo, 1993).
Pewarna basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif, sehingga
akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri ini jadi berwarna dan terlihat.
Contoh dari pewarna basa misalnya metilen biru, kristal violet, safranin, dan lainlain. Teknik pewarnaa asam basa ini hanya menggunaka satu jenis senyawa
dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik
lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau
olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur
pewarnaan yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagianbagian sel mikroba disebut teknik pewarnan diferensial. Sedangkan pengecatan
struktural hanya bisa mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan
bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengectan
endospora, flagela dan pengecatan kapsul. (Waluyo,Lud. 2010)
Bahan
Air suling
Alkohol 70 %
Desinfektan
Minyak celup
Sampel air liur
Zat warna karbol fuksin, biru metilen dan karbol gentian violet.
IV.3
Gambar Alat
V.
PROSEDUR
Kaca objek di bersihkan menggunakan alkohol 70 % lalu di
keringkan menggunakan kapas hingga kering dan bersih. Dibuat tanda
pengamatan menggunakan spidol. Dilakukan fiksasi ose diatas api
hingga besi pada ose memerah, didinginkan didekat api. Diambil
sampel air ludah dalam cawan petri menggunakan ose yang telah dingin
lalu dibuat olesan bakteri dari air liur di atas kaca obyek yang bersih
serta bebas lemak. Kaca objek di lewatkan diatas api hingga telihat
kering. Dimulai dengan perlakuan proses pewarnaan menggunakan
pewarna carbol fuksin, dengan meneteskan karbol fuksin secara merata
pada preparat diatas bak warna. Didiamkan selama 5 menit, lalu dibilas
dengan aquadest. Preparat dikeringkan dengan kertas saring, lalu
ditetesi dengan minyak emersi. Diamati pada mikroskop majemuk
HASIL PENGAMATAN
Pewarnaan
menggunakan
Pewarnaan
menggunakan
VII.
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, telah dipelajari untuk mengamati morfologi bakteri yang
melingkungi ukuran, bentuk dan struktur-struktur tertentu dari bakteri dengan
menggunakan satu macam zat pewarna. Pada percobaan kali ini telah dilakukan
pewarnaan sederhana menggunakan sampel air liur dan zat pewarna atau
kromogen yaitu carbol fuksin dan metilen blue. Pengunaan satu macam zat warna
yaitu carbol fuksin dan metilen blue bertujuan hanya untuk melihat bentuk sel.
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan.
Berbagai macam tipe morfologi bakteri seperti kokus, basil, spirilum, dan
sebagainya dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu
mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja.
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena
sitoplasmanya bersifat basofilik yang bermaksud suka akan basa sedangkan zatzat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
yang mempunyai komponen kromoforiknya bermuatan positif.
Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan
pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk melihat
morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak
digunakan adalah biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10 detik) dan fukhsinkarbol (5 detik).
Sebagai praktek telah diaplikasikan beberapa prinsip dalam percobaan ini. Antara
yang digunakan adalah teknik aseptis dimana ia merupakan suatu teknik yang
harus dipraktek selama melakukan pengamatan bakteri. Hal ini demikian karena
teknik aseptis merupakan satu teknik yang dilakukan untuk menjamin preparasi
atau pembiakan tersebut bebas dari partikel dan kontaminasi luar pada waktu
perlakuan. Prinsip seterusnya adalah pewarnaan sederhana yang bermaksud
percobaan ini diamati bentuk morfologi bakteri dengan menggunakan satu bahan.
Prinsip terakhir yang diaplikasikan dalam percobaan ini adalah ikatan ion. Ketika
bakteri diberikan pewarnaan, bakteri tersebut mengalamai ikatan ion antara
komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Maka terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seuler maupun pada pewarna.
VII.
KESIMPULAN
1. Telah diamati ukuran, bentuk dan struktur-struktur tertentu dari bakteri,
dengan menggunakan satu macam zat pewarna.
2. Telah mengenal pasti pewarna yang digunakan untuk proses pewarnaan
tunggal
VIII.
DAFTAR PUSTAKA