Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
kelahirannya disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir
dengan asidosis. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus, hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul
dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibatakibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan
pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan
faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir
terhadap kehidupan ekstrauterin. Penolong persalinan harus
mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko
tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan
keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi,
sebab asfiksia memiliki dampak negatif baik yang baersifat jangka
panjang ataupun jangka pendek.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi asfiksia ?
2. Apa anatomi fisiologi asfiksia?
3. Apa penyebab dari asfiksia?
4. Apa klasifikasi dari asfiksia ?
5. Apa Komplikasi dari asfiksia ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan dimana kegagalan nafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Perubahan-perubahan yang
terjadi pasca asfiksia antara lain hipoksia, hipervapma, dan asidosis metabolik
(Muslihatun, 2011)
Asfiksia berarti hipoksia yang progesif, penimbunan dan asidosis bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ fital lainnya
(Prawirohardjo, 2010)
Asfiksia Neonatorum merupakan salah satu kondisi dimana bayi tidak
dapat bernapas secara spontan dan tidak teratur segera setelah laihr ( Beta dan
Sowden, 2005)
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer,
2000)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis,
bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak
atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
(Saiffudin, 2001)
2.2 Anatomi Fisiologi
Pernafasan (respirasi) merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 (oksigen) kedalam tubuh serta menghembuskan CO2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun guna
pernafasan banyak sekali diantaranya : mengambil O2 yang kemudian dibawa
keseluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran , mengeluarkan CO2 sebagai
sisa dari pembakaran karena tidak digunakan lagi oleh tubuh dan
menghangatkan dan melembabkan udara. (Syaifuddin, 2006)
Sistem respirasi terdiri dari :
a. Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan , disarung dan
dilembabkan.
b. Saluran nafas bagian bawah
Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas
kealveoli.
Saluran nafas bagian atas adalah :
1. Rongga hidung
2. Faring

3.
4.
5.
6.
7.

Laring
Trachea
Bronchus
Bronchiolus
Paru-paru

2.3 Etiologi
Penyebab asfiksia Stright (2004)
a. Factor ibu : anemia , diabetes hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan ,
obat-obatan infeksi.
b. Factor uterus : persalinan lama, persentasi janin abnormal
c. Factor plasenta : plasenta previa , solusio plasenta , insufisiensi plasenta
d. Factor umbilical : prolaps tali pusat , lilitan tali pusat
e. Factor janin : disproporsi sefalopelvis , kelainan kongenital , kesulitan
kelahiran .
2.4 Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan .proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan
asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi ( asfiksia transient). Proses
ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan
agar terjadi primary gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan
teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi
adaptasi bayi dapat mengatasinya.
Bila dapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama
kehamilan/persalinan , akan terjadi asfiksia yang berat . keadaan ini akan
mempengaruhi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian .
kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak bergantung
pada berat dan lamanya asfiksia. Secara klinis asfiksia yang terjadi dimulai
dengan suatu periode apnu (primary apnoea) disertai dengan
penurunanfrekuensi jantung .selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha
bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada
penderita asfiksia berat , usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya
berada dalam periode apnu kedua (secondary apnoea). Pada tingkat ini di
samping bradikardi ditemukan pula penurunan tekanan darah. Disamping
terjadi perubahan klinis akan terjadi gangguan metabolisme dan perubahan
keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi .pada tingkat pertama gangguan
pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik .bila
gangguan berlanjut , dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme
anaerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga sumber glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang . asam organic yang
terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan timbulnya asidosis
metabolic . pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler
yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :

a. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungi


jantung.
b. Terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan
c. Pengisian udara alveoli yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah keparu
dan system sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan .
Keadaan ini akan berakibat buruk terhadap sel otak dan otak akan mengalami
kerusakan dan dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan
bayi.

Prealisispusatpernapasan

persalinanlama,lilitantali
lain:obatobatan

factor

Pusat,presentasijanin
abnormal

asfeksia

janinkekurangan Odan
paruparuterisicairan
kadar CO meningkat
bersihanjalannafas

gangguan

metabolism dan
tidakefektif
perubahanasambasa

suplai O dalamdarah
asidosisrespiratorik

suplai Odalamparu

resiko
kerusakanotak
gangguanperfusi-ventilasi
ketidakseimbangan
suhutubuh
nafascupinghidung,sianosis,hipoksia

nafascepat
gangguanpertukaran gas
apneu
DJJ dan TD
resikocidera

kematianbayi

Ketidakefektifanpolanafas

proses keluargaterhenti

Janintidakbereaksiterhadap
rangsangan
Resikosindromkematianbayimendadak

2.5 Klasifikasi
Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :
1. Asfiksia livida (biru)
2. Asfiksia pallida (putih)

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR


a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada asfiksia neonatus antara lain:
a.

Edema otak dan pendarahan otak


Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berkelanjutan sehingga terjadi renjatan neonatus sehingga aliran darah ke
otak menurun. Keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak
yang berakibat terjadinya edema otak, dan pendarahan otak

b.

Anuria atau oliguria


Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita
asfiksia.Keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat
terjadinya yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini
curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium
atau ginjal. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada
pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit

c.

Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan prtukarn
gas dan transportasi sehingga penderita kekurangan persediaan dan
kesulitan pengeluaran hal ini dapat menyebabkan kejang pada bayi
tersebut karena disfungsi jaringan efektif

d.

Koma
Apabila pada bayi asfiksia berat tidak segera ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipokemia dan pendarahan otak.
(Muslimatun, 2011)

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
1. Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb
cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.

2. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct)


karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
3. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
4. Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun
karena sering terjadi hipoglikemi.
b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
1. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis
metabolik.
2. pCO2 (normal 35 45 mmHg). Kadar pCO 2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
3. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung
turun karena terjadi hipoksia progresif.
4. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
c. Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
1. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
2. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
3. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
d. Foto thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
2.8 Terapi dan Penatalaksanaan
1. Terapi
a. Cairan infuse 10 ml/kgBB (NaCl 0,9%, Ringer laktat atau darah)
b. Injeksi adrenalin 1 : 10.000 dosis 0,1-0,3 ml/kgBB
intravena/intratrakeal dan dapat diulang 3-5 menit.
c. Jika hasil penunjang menunjukkan asidosis metabolic , berikan
natrium bikarbonat 2 mEq/kgBB perlahan-lahan. Pemberian natrium
bikarbonat setelah terjadi ventilasi yang efektif karena dapat
meningkatkan CO2 darah dan akan menimbulkan asidosis respiratorik.
d. Pada asfiksia berat akan terjadi syok kardiogenik .pada keadaan ini
diberikan dopamine atau debutamin per infuse 5-20 ug/kgBB/menit
yang sebelumnya telah diberikan volume ekspander.
2. Penatalaksanaan
Penatalaksanaanpadabayibarulahirdenganasfiksianonatorum:
a.
Pemantantauangolongandarah, denyutnadi,
funsidansistemjantungdanbarudenganmelakukanresusitasimemberikan
yangcukupsertamemantauperkusijaringantiap 2 sampai 4 jam

b.
Mempertahankanjalannapas agar tetapkuatataubaiksehingga proses
oksigenasicukup agar sirkulasidarahtetapbaik (Hidayat, 2008)
Cara menagatasiasfiksiasebagaiberikut:
1. Asfiksiaringan (7-9)
a. Bayidibungkusdengankainhangat
b. Bersihkanjalannapasdenganmenghisaplendirpadamulutkemudianhi
dung
c. Bersihakanbadandantalipusat
d. Lakukanobservasi TTV, pantau APGAR SCORE
danmasukankedalaminkubator
2. Asfiksiasedang (4-6)
a. Bayidibungkusdengankainhangat
b. Letakanbayipadamejaresusitasi
c. Bersihkanjalannapasbayi
d. Berikan 2 liter permenit,
bilaberhasilteruskanperawatanselanjutnya.
e. Bilabelumberhasilangsangpernapasandenganmenepuk,
nepuktelapak kaki, bilatidakberhasiljugapasangpenlon masker di
pompa box permenit.
f. Bilabayisedahbernapastapimasih cyanosis,
beriaknterapinatriumdikarbonat 7,5 % sebanyak 6 cc,dektros 40%
sebanyak 4 cc disuntikanmelalui vena umbilikalis,
masukanperlahanlahanuntukmencegahterjadinyapendarahintrakranialkarenaperubah
an pH darahmendadak
3. Asfiksiaberat (1-3)
a. Bayidibungkusdengankainhangat
b. Letakanbayipadamejaresusitasi
c. Bersihkanjalannapasbayisambilpompamelaluiambubag
d. Beriakan 4-5 liter permenit
e. Bilatidakberhasillakukanpemasangan ETT (endo cranial tube)
f. BersihakanjalannapasmelaluiETT
. ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA
2.9 Konsep dasar asuhan keperawatan
2.9.1 Pengkajian
a. Sirkulasi
1. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan
darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
2. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal
tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.

3. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.


4. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
c. Makanan/ cairan
1. Berat badan : 2500-4000 gram
2. Panjang badan : 44-45 cm
3. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
d. Neurosensori
1. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
2. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
3 .Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang memanjang)
e. Pernafasan
1. Skor APGAR : 1 menit 5 menit skor optimal harus antara 7-10.
2. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
3. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
f. Keamanan
Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan
memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna
herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan
tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine,
nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau
bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat.
Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
2.9.2

Pemeriksaan Fisik
a. Kulit; warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
b.
Kepala; kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung.
c. Mata; warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
d. Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
e. Mulut; Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

f. Telinga; perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan Leher;


perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
g. Thorax; bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
h. Abdomen, bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,
bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering
terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna. Umbilikus, tali pusat
layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda-tanda infeksi
pada tali pusat.
i. Genitalia; pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan
j. Anus; perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar
serta warna dari faeses.
k. Ekstremitas; warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan
adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jarijari tangan serta jumlahnya.
l. Refleks; pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar
Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).

2.10

Diagnosa Keperawatan
1.

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

2.

Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

3.

Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia


berat.
5. Resiko terjadinya hipotermia .
6. Resiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
reflek menghisap lemah.
7. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan respon imun
yang terganggu.

10

8. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan


dengan rawat terpisah.

2.11 Rencana Tindakan dan Rasionalisasi


1. Diagnosa 1 :
banyak.

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan jalan nafas lancar.
Kriteria Hasil :
Tidak menunjukkan demam.
Tidak menunjukkan cemas.
Rata-rata repirasi dalam batas normal.
Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
Tidak ada suara nafas tambahan.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas,dan catat adanya bunyi napas tambahan
Rasional :obstrusi jalan napas dapat dimanifestasikan dengan adnya bunyi
tambahan missal ronki
b. Kaji / pantau frekuensi pernapasan
Rasional : pada takipnea biasanya ditemukan pernapasan dapat melambat dan
frekuensi espirasi memanjang dibanding ispirasi.
c. Catat adanya dispnea
Rasional: disfungsi pernapasan adalah variable biasanya disebabkan oleh
adanya infeksi atau reaksi alergi.
2. Diagnosa 2 :Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.
Ekspansi dada simetris.
Tidak ada bunyi nafas tambahan.
Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
Intervensi :
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender.
b. Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan
c. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alat
bantu nafas
e. Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.
Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

11

3. Diagnosa 3 :Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan


perfusi ventilasi.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pertukaran gas teratasi.
Kriteria hasil :
Tidak sesak nafas
Fungsi paru dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.
b. Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
c. Pantau hasil Analisa Gas Darah
4. Diagnosa 4 :Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan
post asfiksia berat
Tujuan: Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
Kriteria hasil :
Pernafasan normal 40-60 kali permenit
Pernafasan teratur
Tidak cyanosis
Wajah dan seluruh tubuh warna kemerahan
Gas darah normal.
Intervensi:
a. Letakkan bayi terlentang dengan alas yang datar, kepala lurus, dan leher
sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu
bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
Rasional:Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat
mengurangi kelancaran jalan nafas.
b. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
Raional:Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk
menjamin pertukaran gas yang sempurna.
c. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.
Rasional:Deteksi dini adanya kelainan.
d. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan
kadar gas darah arteri.
Rasional:Menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama untuk jantung
dan otak. Dan peningkatan pada kadar PCO2 menunjukkan hypoventilasi.
5. Diagnosa 5 :Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya
proses persalinan yang lama dengan ditandai akral dingin suhu tubuh
dibawah 36 C.
Tujuan: Tidak terjadi hipotermia.
Kriteria:
Suhu tubuh 36,5 37,5C
Akral hangat; Warna seluruh tubuhkemerahan.
Intervensi:
12

a. Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer).


Rasional:Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan sehingga
meletakkan bayi menjadi hangat.
b. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan
bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
Rasional:Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi.
c. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
Rasional:Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat hipotermia
d. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila
ASI tidak mungkin diberikan.
Rasional:Mencegah terjadinya hipoglikemia.
6.
Diagnosa 6 :Resiko gangguan penemuan kebutuhan nutrisi
sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria:
Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik
Berat badan tidak turun lebih dari 10%; Retensi tidak ada.
Intervensi:
a. Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi.
Rasional: Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan segera mendapat
b. Monitor turgor dan mukosa mulut.
Rasional: Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut.
c. Monitor intake dan out put
Rasional: Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance).
d. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.
Rasional; Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.
e. Lakukan control berat badan setiap hari.
Rasional: Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monitor.
7. Diagnosa 7 :Resiko terjadinya infeksi.
Tujuan: Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi)
Kriteria:
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Tidak ada gangguan fungsi tubuh.
Intervensi:
a.
Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan
keperawatan
Rasional: Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya kurang / rendah.
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional: Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
c. Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi).
Rasional: Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi.
d. lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.
Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dan memper-cepat pengeringan tali
pusat karena mengan-dung anti biotik, anti jamur, desinfektan.
e. Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi.
13

Rasional: Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman.


f.
Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala kardinal.
Rasional: Deteksi dini adanya kelainan.
g. Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
Rasional: Mencegah terjadinya penularan infeksi.
h. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian antibiotik.
Rasional: Mencegah infeksi dari pneumonia.
8. Diagnosa 8 :Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu
sehubungan dengan perawatan intensif.
Tujuan: Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu.
Kriteria:
Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayi
Bayi segera pulang dan ibu dapat merawat bayinya sendiri.
Intervensi:
a. Jelaskan para ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang
Rasional: Ibu mengerti keadaan bayinya dan mengura-ngi kecemasan serta
untuk kooperatifan ibu/keluarga.
b. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan perasaannya.
Rasional: Membantu memecah-kan permasalahan yang dihadapi.
c. Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit.
Rasional: Ketidaktahuan memperbesar stressor.
d. Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi oleh kaca pembatas).
Rasional: Menjalin kontak batin antara ibu dan bayi walaupun hanya melalui
kaca pembatas.
e.
Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika keadaan bayi
memungkinkan
Rasional: Rawat gabung merupakan upaya mempererat hubungan ibu dan
bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang

14

BAB III
TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan


pada By.W dengan diagnosis medis Asfiksia, maka penulis menyajikan suatu
kasus yang penulis amati mulai tanggal 14 Desember 2015 sampai dengan
November 2015 dengan data pengkajian tanggal 14 Desember 2015 jam 13.00
anamnesa diperoleh dari Ibu pasien dan file No. Register 48XXXX sebagai
berikut :
3.1. Pengkajian Keperawatan Anak/ Bayi
Ruang

: D3 NICU

Diagnosa Medis

: Asfiksia

No. Register

:48XXXX

Tgl/jam MRS

: 13 Desember 2015/20.00

Tgl/ jam Pengkajian

: 14 Desember 2015/13.00

Anamnesa diperoleh dari :


1. Ibu pasien
2. Rekam Media
1. Identitas Klien
Nama
Umur/ tanggal lahir
Jenis Kelamin
Agama
Golongan darah
Bahasa yang dipakai
Anak ke
Jumlah saudara
Alamat

: By.W
: 6 Hari / 10 Desember
:laki-laki
:islam
: tidak terkaji
: tidak terkaji
: pertama
: tidak ada
: Gresik

15

2. Identitas Orang Tua


Nama ayah
: Tn. A
Umur
: 25 tahun
Agama
: islam
Suku/bangsa
: Jawa
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasa
Penghasilan
: tidak dikaji
Alamat
: Surabaya

Nama ibu
: Ny. P
Umur
: 24 tahun
Agama
: islam
Suku/ bangsa : Jawa
Pendidikan
:S1 Perbankan
Pekerjaan
:Bank Mandiri
Penghasilan : tidak dikaji
Alamat
: Gresik

3. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan sehabis minum susu bibir berwarna biru dan suara
grok-grok
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 20.00 ibu
membawa bayinya ke IGD RSAL Surabaya dengan keluhan waktu dirumah
setelah minum susu bibirnya berwarna biru dan suara grok-grok , diIGD pasien
dilakukan tindakan pemasangan infuse dan pemasangan nasal O2 0,5 lpm .
lalu pasien dipindahkan diruang NICU pada tanggal 13 Desember 2015 pukul
21.00 dilakukan tindakan timbang berat badan 3200 gram
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Prenatal Care
Ibu tidak ada gangguan kehamilan pada saat hamil , ibu sering
memeriksakan kandungannya di Rumah Sakit Wijaya Gresik , pada saat
hamil ibu sering minum susu Lactamil dan minum vitamin K.
b. Natal Care
Ibu pasien mengatakan By.W lahir dengan usia kehamilan 43 minggu,
lahir secara spontan di Rumah Sakit Wijaya Gresik. Saat lahir berat badan
3200 gram, warna ketuban jernih, PB : 47 cm, keadaan tali pusat baik,
menangis kuat
c. Post Natal Care
Setelah lahir pasien mendapatkan imunisasi Hepatitis Hb 0 , ibu memberi
anaknya susu Asi Eksklusif dan susu formula.

16

6. Riwayat Masa Lampau


a. Penyakit-penyakit Waktu Kecil
Ibu pasien mengatakan pasien setelah minum susu bibir pasien
berwarna biru
b. Pernah dirawat di rumah sakit
Ibu pasien mengatakan sakit sekarang adalah yang pertama By.W
masuk Rumah Sakit Dr.Ramelan Surabaya diruang D3 NICU.
c. Penggunaan obat-obatan
Ibu pasien mengatakan anak belum pernah menggunakan obat-obatan.
d. Tindakan ( operasi atau tindakan lain )
Ibu Pasien mengatakan By.W tidak pernah mengalami operasi . Saat
ini tindakan photo terapi
e. Alergi
Ibu pasien mengatakan By.W tidak memiliki alergi obat ataupun
makanan
f. Kecelakaan
Ibu pasien mengatakan By.W tidak pernah mengalami kecelakaan
g. Imunisasi
Ibu pasien mengatakan By.W telah mendapatkan imunisasi pertama
Hepatitis Hb 0.
7. Pengkajian Keluarga
a. Genogram ( Sesuai Dengan Penyakit )

6 hari

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: tinggal serumah
: pasien
b. Psikososial
Keluarga
6
Ibu pasien mengatakan berharap agar anaknya segera sembuh karena
kasihan melihat anaknya yang rewel
8. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh anak
Ibu pasien mengatakan yang mengasuh By.W adalah orang tuanya
sendiri, namun jika ortunya bekerja, di asuh oleh nenek dan kakeknya
b. Hubungan dengan Anggota Keluarga

17

Tidak Terkaji
c. Hubungan dengan Teman Sebaya
Tidak Terkaji
d. Pembawaan Secara Umum
Saat pengkajian, pasien terlihat lemas dan sedikit rewel
9. Kebutuhan Dasar
a. Pola Persepsi Sehat Pelaksanaan Sehat
Tidak terkaji
b. Pola Nutrisi
Bayi minum susu Asi Eksklusif 30 cc dan tiap 3 jam sekali
c. Pola Tidur
Ibu pasien mengatakan bayi dapat tidur dengan nyenyak , pasien
sering bangun dan menangis karena pampersnya penuh akibat BAK
dan BAB .
d. Pola Eliminasi
Pasien memakai pampers BAK timbang 100cc,BAB berwarna hijau
e. Pola Seksualitas Reproduktif
Pasien berjenis kelamin laki-laki
f. Pola Peran Hubungan
Peran hubungan pasien dengan orang tua baik tidak ada gangguan
g. Pola Persepsi diri Konsep Diri
Pasien tidak mengalami gangguan
h. Pola Kognitif Perseptual
Pasien tidak mengalami gangguan
i. Pola Nilai Keyakinan
Pasien mengikuti agama kedua orangtuanya beragama islam
j. Pola Koping Toleransi Stress
Pasien rewel saat terpasang fototerapi
10. Keadaan Umum ( penampilan umum )
a. Cara Masuk
Pasien masuk dari igd pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 20.00
dengan digendong oleh ibunya
b. Keadaan Umum
Pasien terpasang infuse dan fototerapi
11. Tanda-tanda Vital
Tensi : Tidak Terkaji
Suhu : 36C . Normal 36,5-37.5C
Nadi :130x/menit . Normal 120-160x/menit
RR : 40x/menit . Normal 35-50x/menit
PB/BB :55 cm/3200 gram
12. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Kepala dan Rambut
Rambut warna hitam lebat, bentuk kepala 34 cm, tidak ada benjolan,
kulit kepala bersih, rambut bersih dan tidak hidrosefalus
b. Mata

18

c.

d.
e.

f.

g.

h.

i.
j.
k.

l.

Mata tidak cowong , konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik


dan pupil isokor
Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada polip dan benjolan, ada secret terpasang O2
nasal
Telinga
Telinga simetris dan fungsi pendengaran baik
Mulut dan Tenggorokan
Bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, warna mukosa biru. Tidak
ada pembesaran uvula, tidak ada nyeri telan
Tengkuk dan Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran
tyroid, tengkuk dapat di gerakkan
Pemeriksaan Thorax/ dada
Bentuk dada normochest, pergerakan dinding dada simetris,suara grokgrok di dada kiri,tampak otot bantu nafas
Paru
Irama nafas regular, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan, perkusi dada sonor dipersebaran dekstra dan sinistra, ada
sputum
Jantung
Bunyi jantung S1 S2 tunggal,CRT 2 detik
Punggung
Punggung bersih dan tidak ada decubitus
Pemeriksaan Abdomen
Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung peristaltic
usus 23x/menit
Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya ( Genetalia dan Anus )
Ibu pasien mengatakan tidak ada iritasi

m. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Tidak ada fraktur, pergerakan sendi bebas,
odem.Kekuatan otot
5555
5555
5555
5555
n. Pemeriksaan Neurologi
Tidak kejang, kesadaran compos mentis, GCS 456
o. Pemeriksaan integument
Akral hangat, turgor kulit elastic
13. Tingkat Perkembangan
a. Adaptasi Sosial
Tidak Terkaji
b. Bahasa

dan

tidak

ada

19

Pasien belum bisa bicara dan hanya bias menangis saat pasien haus
dan lapar
c. Motorik Halus
Bayi belum mampu
d. Motorik Kasar
Bayi belum mampu
e. Kesimpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan bayi masih belum bisa melakukan
tindakan apapun .pasien hanya bisa menangis saat haus , lapar dan
pempers terasa penuh.
14. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium 13/12/2015
Pemeriksaan
Gluc
Ca
T.Bil
D.Bil
Indirek B1
Natrium
Kalium
Chlorida
WBC
HGB
PLT

Hasil
51 mg/dl
10.8 mg/dl
1.9 mg/dl
0.2 mg/dl
14.3 mg/dl
136,5
4,71
106,6
10.9
16.8g/dl
208

Nilai Normal
76-110
8.6-10.3
0.2-1.10
0.0-0.3

4.0-10.0
11.0-16.0
150-400

b.Rontgen
foto thorax 14/12/2015
kesan : normal
saat ini tidak tampak tanda tanda aspirasi pneumonia pada
kedua paru

b. Terapi
Tanggal 14 Desember 2015
Injeksi vitamin K inj IM
B6
25 mg inj IM
Calgiu
3x3cc inj IV
Tanggal 15 Desember 2015
Calgiu
3x300 inj IV
Suction bila perlu

20

ASI

8x

ANALISA DATA
3.2 Analisa Data
Nama Klien
Umur

: By.W
:6hari

Ruangan/kamar : D3 NICU
No. Reg
: 48xxxx

21

No.
1.

Data

Penyebab

Masalah

DS : DO : pernapasan tidak
teratur,lambat,menangis
lemah,RR:34x/menit
-Penumpukan pada mucus/lender
-Obstruksi mekanisme bersihan
jalan nafas

Obstruksi jalan
nafas,penumpukan
mucus lender yang di
tandai dengan
pernafasan tidak
teratur

Bersihan jalan nafas


tidak efektif

DS : DO : bayi menangis lemah,


RR:34x/menit
bibir berwarna biru pucat
,pernapasan tidak teratur,
respirasi lambat,
respirasi belum adekuat
ketidakseimbangan perfusi
ventilasi,kerusakan pertukaran gas

Ketidakseimbangan
perfusi ventilasi

Kerusakan
pertukaran gas

PRIORITAS MASALAH
3.3 Prioritas Masalah
Nama Klien

: By.W

Ruangan/kamar : D3/NICU

22

No

Diagnosa Keperawatan

Tanggal
Ditemukan

2.

Umur

Bersihan jalan nafas tidak


efektif berhubungan
dengan penumpukan
muscus lendir
Resiko terjadi hipotermi
sehubung dengan adanya
proses persalinan yang
lama dengan di tandai
dengan akral yan hangat.

: 6 hari

Nama
perawat

Teratasi

15-12-2015

15-12-2015

No. Reg

: 48xxxx

23

24

25

3.5 TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATAT PERKEMBANGAN

26

NO Tgl/jam
14/12/1
1.2 5
1.2 07.00
08.00
2
09.00
1.2
1.2 09.30
10.00
1
1.2 10.30
1.2 11.00
11.30
1.2
12.00

Tindakan
Timbang terima
Observasi ttv
N:143 RR:38 S:36,2
Monitoring saturasi O2
Hasil:98
Memberikan susu formula
Observasi ttv
N:140 RR:36 S:36,4
Suction
Mengganti popok bayi
Menjengukkan bayi dengan
keluarga
Memberikan asi

Tt

Tgl/jam

Catatan perkembangan
Tt
S:
O:RR36
N:140
S:36,4
Saturasi O2:98
Terpasang O2 nasal 2 lpm
A:masalah teratasi sebagian
P:intervensi dilanjutkan
Monitoring dan suction secara
berkala

27

1.2
1.2
2
1.2
1.2
1
1.2
1.2
1.2

15/12/1
5
07.00
08.00
09.00
09.30
10.00
10.30
11.00
11.30

Timbang terima
Observasi ttv
N:140 RR:38 S:36,5
Monitoring saturasi O2
Hasil:90
Memberikan susu formula
Observasi ttv
N:145 RR:36 S:36,5
Suction
Mengganti popok bayi
Menjengukkan bayi dengan
keluarga
Memberikan asi

S:
O:RR36
N:145
S:36,4
Saturasi O2:98
Terpasang O2 nasal 2 lpm
A:masalah teratasi sebagian
P:intervensi dilanjutkan
Monitoring dan suction secara
berkala

12.00
1.2
1.2
2
1.2
1.2
1
1.2
1.2
1.2

16/12/1
5
07.00
08.00
09.00
09.30
10.00
10.30
11.00
11.30

Timbang terima
Observasi ttv
N:145 RR:35 S:36,4
Monitoring saturasi O2
Hasil:95
Memberikan susu formula
Observasi ttv
N:143 RR:34 S:36
Suction
Mengganti popok bayi
Menjengukkan bayi dengan
keluarga
Memberikan asi

S:
O:RR34
N:143
S:36
Saturasi O2:95
Terpasang O2 nasal 2 lpm
A:masalah teratasi sebagian
P:intervensi dilanjutkan
Monitoring dan suction secara
berkala

12.00

28

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan
secara langsung pada klien dengan kasus asfiksia di ruang Nicu Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus
saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien
asfiksia
4.2 Saran
1. Untuk menghasilkan hasil keperawatan yang di harapkan, di perlukan hubungan
yang baik antara keluarga klien dan kesehatan lain nya.
2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai ilmu
pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim
kesehatan lain nya.
3. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang professional alangkah baik
nya diadakan seminar tentang asuhan keperawatan pada bayi asfiksia pada
perawat yang bukan bekerja pada ruang Nicu
5
Tingkatkan pendidikan, pengetahuan dan profesioalisme secara
berkelanjutan.

29

DAFTAR PUSTAKA

Bagian ilmu kesehatan anak FKUl 2007.Buku kuliah 3 ilmu kesehatan


anak.Jakarta : Infomedika
Dewi.Vivian nanny. 2011. Asuhan Heonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta :
Salemba Medika
Hidayat.A. aziz Alimul 2008.Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan
kebidanan.Jakarta : Salemba Medika
Muslihatun,wati nur 2011. Asuhan Neonatus bayi dan balita.Yogyakarta : Fitra
Maya
Prawiryoharyo Jarwono.2010. buku Ajar Asuhan kesehatan Maternal dan
Neonatal Jakarta :YPB.SP
Hidayat A.Aziz. alimul dan Uliyah 2008 keterampilan dasar praktik klinik untuk
kebidanan.Jakarta : Salemba Medika
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jilid 3.Jakarta : Informedika
Carpenito.2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC

30

Anda mungkin juga menyukai