Anda di halaman 1dari 41

KETERAMPILAN BERBAHASA

1. Pengertian Menyimak
Menyimak (listening) dan membaca disebut sebagai
kegiatan berbahasa reseptif. Menyimak bukanlah kegiatan yang
pasif. Menyimak adalah sebagai kegiatan yang aktif partisipatif,
artinya penyimak aktif memahami apa yang disampaikan oleh
pembicara.
Perlu dibedakan antara istilah mendengar, mendengarkan,
dan menyimak. Mendengar mempunyai pengertian menangkap
suara/bunyi dengan telinga, tetapi secara kebetulan dan tidak
direncanakan, makna yang didengar tidak diperhatikan. Ciri
mendengar, suara datang dengan tiba-tiba, secara mendadak,
tidak di harapkan.
Mendengarkan lebih tinggi pengertiannya daripada
mendengar . Faktor pemahaman mungkin ada mungkin tidak
karena belum menjadi tujuan.
Menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan
mendengarkan mengidentifikasi menginterpretasi bunyi bahasa
kemudian menilai hasil intrepetasi makna dan menanggapi pesan
yang tersirat dalam bahasa. Menyimak mempunyai tiga faktor:

Proses menyimak terdiri dari enam tahapan :


mendengar,mengidentifikasi, menginterpretasi, memahami,
menilai, dan menanggapi.
Kesamaan antara mendengar, mendengarkan, dan menyimak
terletak pada alat yang digunakan, yaitu telinga. Perbedaannya
terletak pada :
1)Ada tidaknya unsur kesengajaan, 2) Ada tidaknya usaha
untuk memahami atau menikmati, dan 3) menyimak
mengandung unsur mendengar dan mendengarkan.
2. Peranan dan Tujuan Menyimak
Peranan Menyimak
1)Landasan Belajar bahasa
2)Penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis
3)Lancar komunikasi lisan
4)Penambah informasi

Tujuan Menyimak
Gary T. Hunt (1981:14) menyatakan tujuan menyimak :
1) Memperoleh informasi
2) Menjadi lebih efektif hubungan antarpribadi
3) Mengumpulkan data
4) Memberikan respon
Lilian M. Logan (1972:42) menyatakan tujuan menyimak :
1) Menyimak untuk belajar
2) Menikmati keindahan audial
3) Menyimak untuk mengevaluasi
4) Menyimak untuk menikmati
5) Menyimak untuk penunjang mengkomunikasikan ide sendiri
6) Memecahkan masalah secara kreatif
7) Membedakan bunyi dengan tepat
8) Meyakinkan diri atas keraguan/menyimak persuasif

Djago Tarigan (1991:5-6) menyebutkan tujuan menyimak :


1) Mendapatkan fakta
2) Menganalisis fakta
3) Mengevaluasi fakta
4) Mendapatkan inspirasi dari pembicara
5) Menghibur diri
6) Meningkatkan kemampuan berbicara
3. Proses Menyimak dan Kemampuan Penunjangnya
Proses menyiak meliputi : mendengarkan, memahami,
menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi.
Kemampuan penunjang menyimak meliputi :
1) Kemampuan memusatkan perhatian, 2) kemampuan
menangkap bunyi, 3) Kemampuan mengingat, 4)
Kemampuan linguistik, 5) Kemampuan nonlinguistik, 6)
Kemampuan menilai, 7) Kemampuan menanggapi.

4. Jenis-jenis Menyimak
Dasar penilikan pengklasifikasian menyimak adalah :
1) Sumber suara, 2) cara menyimak, 3) taraf hasil simakan, 4)
keterlibatan penyimak dan kemampuan khusus, 5) tujuan menyimak.
Berdasarkan sumber suara, menyimak dibedakan menjadi interpersonal
listening, dan intrapersonal listening. Interpersonal listening terjadi
bila kita mendengarkan suara-suara dari diri sendiri. Sedangkan
intrapersonal listening terjadi saat kita mendengarkan dan
memperhatikan pembicaraan orang lain.
Berdasarkan cara/taraf artifisial menyimak dibedakan menjadi
menyimak taraf rendah dan taraf tinggi. Menyimak bertaraf rendah
(silent listening) bila penyimak memberikan dorongan yang bersifat
nonverbal, misalnya tersenyum, mengangguk, ya, setuju, dan
sebagainya.
Menyimak taraf tinggi (active listening) jika penyimak memberikan
ungkapan kembali isi simakan.
Henry G. Tarigan (1993:35) membedakan menyimak atas cara
penyimakan menjadi penyimak ekstensif dan intensif.
Penyimak ekstensif hanya menyimak sambil lalu/sepintas saja. Sedang
penyimak intensif memahami secara terinci, cermat, teliti,
mendalam.

Meliputi : menyimak interogatif, menyimak selektif, dan


menyimak kritis.
Ditilik dari segi taraf hasil simakan, Green dan Petty
(1969:162) membedakan:
1) Menyimak tanpa mereaksi, 2) Menyimak pasif, 3)
menyimak terputus-putus, 4) menyimak dangkal, 5)
menyimak terpusat, 6) menyimak untuk membandingkan, 7)
menyimak organisasi materi, 8) menyimak kritis, 9) menyimak
kreatif dan aspiratif.
Logan et al (1992:42) membedakan menyimak :
1) Menyimak untuk belajar, 2) menyimak untuk menghibur, 3)
menyimak untuk menilai, 4) menyimak apresiatif, 5)
menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan, 6)
menyimak diskriminatif, 7) menyimak pemecahan masalah.

Faktor Penentu Menyimak


Faktor penentu menyimak meliputi : pembicara, pembicaraan,
situasi, dan penyimak.
1) Pembicara
Adalah orang yang menyampaikan pembicaraan, ide, pesan,
dsb secara lisan. Pembicara dituntut antara lain :
a) Penguasaan materi
b) Bahasa yang baik dan benar
c) Percaya diri
d) Berbicara sistematis
e) Gaya bicara menarik
f) Kontak dengan penyimak
2) Pembicaraan
Adalah materi/isi pesan yang disampaikan oleh pembicara.
Pembicaraan hendaknya : 1) aktual, 2) berguna, 3) dalam
pusat minat penyimak, 4) sistematis, dan 5) seimbang.

3) Situasi
Situasi diartikan sesuatu yang menyertai kegiatan menyimak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan : ruangan, waktu, suasana,
dan peralatan.
4) Penyimak
Penyimak dituntut memiliki : 1) kondisi fisik dan mental, 2)
konsentrasi, 3) bertujuan, 4) berminat, 5) berkemampuan
linguistik, 6) berpengetahuan dan pengalaman luas.
Peningkatan Daya Simak
Untuk meningkatkan daya simak, diupayakan dengan :
1)Simak Ulang Ucap
2)Identifiasi kata kunci
3)Parafrase
4)Merangkum
5)Menjawab pertanyaan

MENYIMAK KRITIS
Adalah kegiatan menyimak untuk mencari kesalahan atau kekeliruan
bahkan juga butir-butir yang benar dan baik dari ujaran seseorang
pembicara, dengan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh akal.
Kegiatan menyimak kritis secara terperinci :
1.Memperhatikan kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata,
dan unsur-unsur kalimatnya.
2.Menentukan alasanmengapa
3.Memahami aneka makna petunjuk konteks
4.Membedakan fakta dari fantasi, yang relevan dan tidak relevan
5.Membuat keputusan-keputusan
6.Menarik simpulan
7.Menemukan jawaban dari masalah tertentu
8.Menentukan informasi baru dan informasi tambahan bagi suatu topik
9.Menafsirkan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum umum dipakai
10.Secara objektif menentukan keaslian, kebenaran, atau adanya
prasangka, kecerobohan, kekurangtelitian, serta kekeliruan.

MENYIMAK WACANA LISAN DAN TERTULIS


MENYIMAK BERITA
Dari segi bahasa : mencakup aspek pelafalan, tekanan/intonasi,
pilihan kata, struktur kalimat, ragam bahasa, dan
kekomunikatifannya.
Dari segi isi berita : mencakup kejelasan isi, kelengkapan isi,
kebenaran isi, urgensi isi, pemahaman isi berita.
Dalam petunjuk lisan juga ditentukan pesan berupa ketentuan,
pedoman, atau arahan bagaimana sesuatu itu harus
dilaksanakan.
Petunjuk harus jelas, singkat, sistematis, operasional, dan
membimbing.
Aspek yang dinilai
Segi bahasa : pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata,
kalimat, dan sifat komunikasinya.
Segi isi petunjuk : kejelasan, singkat, sistematis, operasional, dan
bersifat menuntun langkah demi langkah.

Menyimak Iklan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Iklan yang
baik :
a) Kalimat singkat, enak dibaca, dan didengar, menarik, dan
komunikatif
Kalimatnya
b) Gambarnya menarik, orisinil, mudah
dipahami
singkat
c) Merangsang keingintahuan, mencoba,
memiliki, isinya tidak
menyesatkan
Enak dibaca
d) Sifatnya persuasif
Bahasa iklan

Enak didengar
Gaya bahasa
menarik
Komunikatif

Mengundang
keingintahuan
Ingin mencoba
isi iklan

Ingin memiliki
Tidak menyesatkan
menarik
orisinil

Gambar iklan

Mudah dipahami
sugestif


KETERAMPiLAN BERBICARA
Hakikat Berbicara

Berbicara bisa dilakukan secara perseorangan, berpasangan atau


berkelompok. Bahasa diucapkan dan didengar, bukan dibaca dan ditulis. Hanya
kelompok orang yang maju bahasa ditulis dan dibaca, disamping diucapkan dan
didengar.

Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Saluran untuk memindahkan adalah udara. Komunikan
memberikan umpan balik/reaksi setelah komunikan memahami pesan. Reaksi
berupa jawaban/tindakan.

Pengertian berbicara dan wicara sering dikacaukan, padahal sebenarnya


berbeda. Wicara merupakan suatu bagian integral dari keseluruhan pribadi yang
mencerminkan lingkungan, kontak sosial, dan pendidikan. Wicara bersifat inheren
pembawaan.

Djago Tarigan (1990:149) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan


menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. H. G. Tarigan (1983:15)
mengemukakan berbicara kemampuan menyampaikan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan , menyatakan, serta menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan.

Konsep dasar berbicara mencakup sembilan hal:


1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
2. Berbicara adalah proses individu berkreasi
3. Berbicara adalah ekspresi kreatif
4. Berbicara adalah tingkah laku
5.Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
6. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman

7. Berbicara adalah sarana memperlancar komunikasi


8. Kemampuan linguistik dan nonlinguistik berkaitan erat
9. Berbicara adalah pancaran pribadi.
Tujuan Berbicara

Tujuan berbicara dalah untuk berkomunikasi, sebagai alat sosial


(social tool) maupun alat perusahaan/profesional (professional tool).
Secara umum tujuan berbicara yaitu: 1. memberitahukan,
melaporkan ( to inform), 2. menjamu, menghibur (to entertain), dan
3, membujuk, mendesak, mengajak, meyakinkan ( to persuade)
Gorys Keraf (1980) menyatakan tujuan berbicara: a. mendorong, b,
meyakinkan,
c.
berbuat/bertindak,
d.
memberitahukan,
e.
menyenangkan. Sedangkan Djago Tarigan (1990) menyatakan tujuan
berbicara; 1. menghibur, 2. menginformasikan, 3. menstimuli, 4.
meyakinkan, dan 5. menggerakkan.
Jenis-jenis Berbicara

Berbicara secara garis bsar dapat dibedakan ke dalam: 1.


berbicara di muka umum (public speaking) seperti pemberitahuan,
kekeluargaan, bujukan, dan perundingan; 2. berbicara pada
konferensi (conference speaking) seperti debat, diskusi, prosedur
palementer.

Gorys Keraf (1977) membedakan jenis berbicara ke dalam:


instruktif, persuasif, dan rekreatif.

Berbicara instruktif menhendaki reaksi dari pendengar berupa


pengertian secara tepat. Berbicara persuasif menghendaki reaksi untuk
mendapatkan ilham/inspirasi, emosi, persesuaian pendapat, intelektual,
keyakinan dari para pendengar. Berbicara rekreatif untuk kegembiraan
pendengar.

Djago Tarigan (1990) membedakan jenis berbicara berdasar: 1.


situasi, 2. tujuan, 3. metode penyampaian, 4. jumlah penyimak, dan 5.
peristiwa khusus.
Terampil Berpidato
1. Berpidato adalah berbicara di hadapan orang banyak dalam rangka
menyampaikan susuatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Mulgrave dalam Tarigan (1981) metode pidato dibedakan 1. secara
mendadak, 2. tanpa persiapan, 3. dengan naskah, dan 4. dari ingatan.
Gorys Keraf (1977) menyatakan metode pidato : 1. serta merta, 2.
menghafal, 3.naskah, dan 4. ekstemporan.

Dalam berpidato perlu diupayakan perencanaan yang berupa:


1. Meneliti masalah meliputi: 1. menentukan maksud pidato, 2.
menganalisis pendengar dan suasana, 3.memilih dan membatasi topik.
2. Menyusun pidato meliputi: 1.mengumpulkan bahan, 2. membuat
outline/kerangka, dan 3. menguraikan secara detail.
3.Latihan oral/suara yaring.

Untuk medapatkan gambaran maksud umum dengan reaksi


pendengar dengan:
NO

TUJUAN UMUM

REAKSI YANG
DIHARAPKAN

JENIS
PIDATO

Mendorong

Ilham/inspirasi/membangkitk
an emosi

Persuasif

Meyakinkan

Persesuaian pendapat,
Persuasif
persesuaian
intelektual/percaya dan yakin

Bertindak/berbu
at

Tindakan/perbuatan tertentu
dari para pendengar

Memberitahukan Pengertian yang tepat

Persuasif
Instruktif

5
Menyenangkan
kegembiraan hal-hal
Rekreatif
Pemilihan
topik yang baikMinat
perludan
memperhatikan
sbb:
1. Topik hendaknya sudah diketahui serba sedikit.
2. Topik yang menarik perhatian pembicara.
3. Topik hendaknya menarik pendengar, a)masalah/persoalan
pendengar, b) jalan keluar persoalan, c) persoalan yang aktual,
d) topik merupakan pertikaian pendapat.
4. Topik dapat diselesaikan dalam waktu yang disediakan.
5.Topik jangan melampaui daya tangkap pendengar.

Terampil Berdiskusi

Berdiskusi pada dasarnya suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan
terarah, baik
dalam kelompok kecil/besar, dengan tujuan untuk
mendapatkan suatu pengertiaan,kesepakatan, dan keputusan bersama
mengenai suatu masalah. Bertukar pikiran dikatakan berdiskusi bila:
1. Ada masalah yang dibicarakan
2. Ada seseorang sebagai anggota diskusi
3. Ada peserta sebagai anggota diskusi
4.Setap anggota mengeluarkan pendapatnya dengan teratur
5. Kalau ade kesimpulan/keputusan harus disetujui oleh semua anggota.
Bentuk Diskusi
Diskusi yang melibatkan sejumlah massa sehingga terjadi interaksi
massa dapat berupa: diskusi panel, simposium, seminar, loka karya, dan
brainstorming.
1.Diskusi panel : prinsipnya melibatkan beberapa penulis yang
mempunyai
keahlian
dalam
bidang
tertentu
dan
bersepakat
mengutarakan pendapat atau pandangannya mengenai suatu masalah
untuk kepentingan pendengar. Panel dipimpin oleh seorang moderator.
Berhasil tidaknya panel sangat tergantung kepada kelincahan moderator.
2.Simposium: Hampir sama dengan panel, tetapi lebih bersifat formal.
Pemrasaran harus menyampaikan makalah suatu masalah yang disorot
dari sudut keahlian masing-masing. Dalam simposium tidak diambil suatu
keputusan, tetapi hanya untuk membandingkan suatu masalah.

3. Seminar: Suatu pertemuan untuk membahas suatu masalah dengan


prasaran dan tanggapan melalui diskusi untuk mendapatkan keputusan
bersama mengenai masalah tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk
mendapatkan jalan keluar atau memecahkan suatu masalah . Seminar
harus diakhiri dengan simpulan atau keputusan yang berbentuk usul,
saran, resolusi atau rekomendasi.
Aturan teknis dalam pelaksanaan seminar sbb.:
a) Dimulai dengan mendengarkan pandangan umum tentang suatu masalah
b) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok (sidang komisi)
c) Bertukar pengalaman dengan tujuan lebih meningkatkan kemampuan
kerja
4. Loka karya/workshop. Topik bahasannya diambil dari bidang tertentu
dan dikaji secara mendalam. Dalam loka karya, masalah dibahas melalui
prasaran dan tanggapan, serta diskusi secara mendalam, kalau perlu
diikuti dengan demonstrasi atau peragaan. Loka karya biasanya diikuti
oleh kelompok orang yang bergerak dalam lingkungan kerja yang sejenis
atau seprofesi.
Maksud diadakannya Loka karya adalah untuk:
a) Mengevaluasi sutu proyek yang sudah dilaksanakan
b) Mengadakan pembaharuan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat
c) Bertukar pengalaman dengan tujuan lebih meningkatkan kemampuan
kerja

5. Brainstorming: aktivitas dari sekelompok orang yang


mengemukakan gagasan yang baru sebanyak-banyaknya.
Brainstorming dapat dipergunakan untuk mendiskusikan segala
masalah.
Brainstorming dilaksanakan apabila kita ingin :
a)Menentukan informasi macam apa yang diperlukan dan bagaimana
mendapat informasi tersebut
b)Menentukan kriteria yang tepat untuk menguji tepat tidaknya
gagasan
c) Menentukan gagasan mana yang mungkin dilakukan
d) Menentukan pelaksanaan keputusan
Dengan Brainstorming diharapkan tercetus ide / kritik sebanyakbanyaknya, semakin banyak ide atau kritik semakin baik karena
bentuk ini sangat berguna bagi orang yang sudah berpengalaman
dapat menjadi cara berdiskusi yang baik .
Moderator Brainstorming sangat berperan kalau proses
pengajuan gagasan mendadak berhenti. Moderator dapat
memancing dengan mengemukakan gagasan-gagasan dan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.

Manfaat yang dapat diambil oleh pemimpin atau peserta


diskusi :
a) Diskusi banyak melatih anggota / peserta berpikir logis.
b) Argumentasi yang dikemukakan dinilai oleh peserta lain dapat
meningkatkan kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah.
c) Umpan balik dapat diterima secara langsung, dapat memperbaiki
cara berbicara baik faktor kebahasaan atau nonkebahasaan
d) Peserta yang pasif dapat dirangsang aktif oleh moderator/
peserta lain
e) Peserta diskusi memberikan saham , mempertimbangkan
gagasan yang berbeda dan merumuskan tujuan bersama.
Hal-hal yang Perlu untuk Melaksanakan Diskusi:
1) Memilih pemimpin kelompok dan notulis
2) Menentukan topik yang akan didiskusikan, perlu diingat : a) tidak
terlalu asing dan menarik untuk didiskusikan. b) Tidak/jangan
terlalu luas. c) Bermanfaat sehingga menumbuhkan minat
peserta. d) Topik yang dipilih disetujui oleh peserta
3) Merumuskan tujuan
4) Mengumpulkan bahan
5) Menyusun kerangka

Tugas pemimpin diskusi/moderator:


1. Menjelaskan maksud dan tujuan diskusi.
2. Menjamin kelangsungan diskusi secara teratur dan tertib.
3. Memberikan stimulus, anjuran,ajakan agar peserta berpartisipasi
akif.
4. Menyimpulkan dan merumuskan pembicaraan atas ksepakatan.
5. Menyiapkan laporan.
Moderator/pemimpin diskusi dituntut:
1. Mempunyai perhatian yang penuh terhadap topik diskusi.
2. Pemimpin diskusi hendaknya berwibawa dan tidak memihak.
3. Memiliki pengetahuan yang luas tentang topik diskusi.
4. Memberikan pengarahan dengan tepat pada metpde dan teknik
diskusi.
5. Mmpunyai pandangan yang tajam tentang topik pembicaraan.
6. Bersikap demokratis dan tidak memihak.
7. Dapat merangsang diskusi bila terjadi kemacetan.
8. Menghindari sifat mengkritik dan berusaha membantu.
9. Mengingatkan peserta bila menyimpang dari pokok pesrsoalan.
10.Membatasi pembicara yang banyak dan mendorong yang pasif
bicara.

Pemimpin diskusi dituntut:


1. Memiliki kepribadian yang kuat.
2. Mempunyai sensitivitas yang tinggi.
3. Bersimpati pada orang lain.
4. Tidak memihak.
5. Mempunyai perasaan humor.
6. Berkemampuan memutuskan dan cerdas.
7. Mampu berbicra dan mendengarkan.
8. Bersikap ramah,sopan, dan terbuka.
Peserta diskusi diuntut memenuhi hal-hal:
a. Menguasai masalah yang didiskusikan.
b. Mendengarkan pembicaraan dengan penuh perhatian.
c. Menunjukkan solidaritas dan partisipasi yang tinggi.
d. Dapat menangkap dan mencatat gagasan utama dan penunjang
pembicara.
e. Dapat membuat usul dan sugesti, memina pendapat dan infomasi.
f. Mengajukan sanggahan dengan argumentasi yang logis.
g. Turut membantu menyimpulkan hasil diskusi.

Hubungan Berbicara dengan Keterampilan Berbahasa yang Lain


1. Berbicara dan menyimak merupakan keterampilan yang bersifat langsung.
2. Berbicra dipelajari lewat keterampilan menyimak.
3. Peningkatan keterampilan menyimak meningkatkan keterampilan
berbicara.
4. Bunyi dan suara merupakan faktor penting dalam berbicara dan menyimk.
5. Berbicara diperoleh sebelum keterampilan membaca.
6. Keterampilan membaca tingkat lanjut membantu keterampilan berbicara.
7. Keterampilan berbicara diperoleh sebelum keterampilan menulis.
8. Berbicara cenderung kurang terstruktur dibanding dengan menulis.
9. Catatan, bagan, dsb. Dapat membantu keterampilan berbicara.
10. Performansi berbicara dn menulis berbeda, meski sama produktif.
Ciri Pembicara yang Ideal:
1. Tepat memlih topik,2.Menguasai materi,3. Memahami latar belakang
pendengar, 4. Mengetahui situasi, 5. Tujuan jelas, 6. Kontak dengan
pendengar, 7. Berkemampuan linguistik dan nonlinguistik tinggi, 8.
menguasai pendengar, 9. Memanfaatkan alat bantu, 10. Penampilan
meyakinkan, dan 11. Terencana.

KETERAMPILAN MEMBACA

A. Pengertian Membaca
Membaca adalah suat proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui mediakata/bahasa tulis (H.G. Tarigan, 1983:7). Membaca
merupakan perbuatan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan,
yakni mengamati, memahami, dan memikirkan (Jazir Burhan, 1971:90).
Membaca adalah laku penguraian tulisan, suatu analisis bacan yang
perlu disertai proses pemahaman dan penghayatan. Untuk keperluan
tersebut diperlukan ketepatan dan kecepatan. Membaca merupakan
kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan
pengertian yang tepat (Ahmad S. Harjasujana, 1985:3). Muara akhir dari
membaca adalah memahami isi ide/gagasan baik yang tersurat, tersirat
bahkan tersorot dalam bacaan.
Fungsi Membaca
Kegiatan membaca mempunyai banyak fungsi a.l.:
1. Fungsi intelektual 5. Fungsi informatif
2. Fungsi pemacu kreativitas 6. Fungsi religius
3. Fungsi praktis
7. Fungsi sosial
4. Fungsi rekreatif
8. Fungsi pembunuh sepi
Manfaat Membaca
Di samping fungsi, membaca mendatangkan berbagai manfaat, a.l.:

1. Memperoleh banyak pengetahuan hidup.


2. Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informarsi yang berguna
3. Mengetahui berbagai peristiwa dalam peradaban dan kebudayaan
bangsa
4. Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mutakhir
5. Mengayakan batin, memperluas cakrawala padang dan pikir,
meningkatkan taraf hidup keluarga,masyarakat, nusa, dan bangsa.
6. Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, mengantar menjadi
cerdik
7. Memperkaya perbendaharaan kata, istilah, ungkapan , dsb
8. Memepetinggi potesial pribadi dan mempermantap eksistensi, dll.
Kebiasaan yang kurang baik dalam membaca
1. Memaca dengan bersuara/subvokalisasi.
2. Membaca dengan bibir bergerak seperti membaca mantera.
3. Membaca dengan menggerakkan kepala mengikuti tulisan.
4. Membaca dengan menunjuk baris dengan pensil dsb.
5. Membaca kata demi kata,kalimat demi kalimat.
6.Terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi sehingga gagal
memberikan makna bacaan secara keseluruhan.
7. Terlalu cepat kurang memperhatikan kata-kata kunci sehingga salah tafsir
8. Pandangan suatu topik sangat kuat sehingga mempengaruhi penafsiran
teks.

Kebiasaan baik dalam membaca


1. Berkonsentrasi penuh terhadap bahan bacaan.
2. Saat membaca membawa alat tulis untuk menandai, mencatat,merangkum,
dsb.
3. Membaca secara teratur, trencana, dan sistematis.
4. Jarak mata dengan buku kurang lebih 25 30 cm.
5. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani, terutama mata .
6. Rajin memanfaatkan jasa perpustakaan.
7. Setiap membaca 1-2 jam bersitrahat sebentar untuk mengurangi kepenatan.
B. Keterampilan Membaca
Membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil. Membaca
sebagai suatu proses merupakan suatu kegiatan dan teknik yang ditempuh
pembaca mengarah pada tujuan melalui tahap-tahap tertentu. Proses tersebut
berupa penyandian kembali dan penafsiran sandi. Kegiatannya dimulai dari
mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacana, serta
menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Selajutnya pembaca
menghubungkannya dengan kemungkinan maksud
penulis berdasarkan
pengalamannya.
Kridalaksana (1983;135)
Menyatakan bahwa membaca
adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan
lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam
bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras.
Untuk memperoleh pemahaman bacaan pembaca memerlukan pengetahuan
kebahasaan dan nonkebahasaan.Pembaca harus mengenali konsep, kosa kata,

Serta latar yang terdapat dalam bacaan. Model mebaca sebagai proses
tedapat tiga cara, yaitu: bawah ke atas (bottom up), atas ke bawah (top
down), dan interaktif (interactive).Secara singkat proses membaca terkait
dengan: 1. pengenalan huruf, 2. bunyi dan huruf, 3. makna atau maksud,
dan 4. pemahaman tehadap makna/maksud berdasarkan konteks/wacana.
Mebaca sebagai hasil, berupa dicapainya komunikasi pikiran dan
perasaan penulis dengan pembaca. Pembaca yang memiliki pengetahuan
yang lebih luas berpeluang lebih besar untuk dapat mengembangkan
pemahaman kata dan konsep daripada yang lainnya.
Keterampllan Membaca Karya Ilmiah
Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan
fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
John (1960:3) membagi karangan menjadi 2 yaitu: 1. Karangan ilmiah yang
ditujukan kepada masyarakat tertentu (profesional) yang bersifat ilmiah
tinggi (karya ilmiah) dan 2. karangan nonilmiah yang ditujukan kepada
masyarakat umum (karya ilmiah populer). Karya ilmiah: skripsi, tesis,
disertasi, jurnal, buku ilmiah, timbangan buku, abstrak, ringkasan, laporan
ilmiah.
Ciri karya ilmiah:
a.Bahan
: menyajikan fakta yang benar/objektif, dapat dibuktikan.
b. Penyajian
: menggunakan bahasa yang cermat, sistematis

c. Sikap penulis: jujur (tidak melebihkan) dan objektif (tidak mengejar


keuntungan)
d. Penyimpulan: berdasarkan fakta dan tidak emotif
Kerangka karya lmiah yang lengkap adalah sbb.:
a. Pembuka
: Terdiri atas judul, pernyataan khusus, daftar
isi, kata pengantar, dan abstrak.
b. Isi (batang tubuh): pendahuluan, bahan dan metode, data hasil
penelitian, diskusi atau analisis, alat pendukung, dan kesimpulan.
c. Penutup
: daftar pustaka, lampiran,indeks, dan
curiculum vitae.
Batang tubuh (isi) karangan ilmiah harus memenuhi syarat metode
ilmiah. Ada lima langkah pokok proses ilmiah, yakni:
1)Mengenali dan merumuskan masalah
2)Menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis
3)Merumuskan hipotesis (dugaan hasil sementara)
4)Menguji hipotesis
5)Menarik kesimpulan
Dalam menganalisis karya ilmiah ada dua hal yang dapat dijadikan
patokan baik tidaknya sebuah karya ilmiah, yakni fakta dan penalaran.
Fakta yang berterima adalah fakta yang dapat dibuktikan
kebenarannya. Penalaran yang berterima adalah penalaran yang logis.

Keterampilan Membaca Karya Ilmiah Populer


Karya lmiah populer disajikan dengan gaya dan bahasa yang lebih
bebas daripada karya ilmiah. Ciri karya ilmiah populer sbb.:
a. Bahan
:Menyajikan fakta objektif
b. Penyajian
: Menggunakan bahasa yang cermat, tidak selalu
formal tetapi tetap taat azas, disusun secara sistematis, tidak memuat
hipotesis.
c.Sikap
PenulIs: tidak memancing pertanyaan yang meragukan
perasaan pembaca agar seolah mereka mengetahui sendiri.
d.Penyimpulan: Memberikn fakta berbicara sendiri sekalipun didahului
dengan membimbing dan mendorong pembaca untuk berpikir
aplikasinya.
Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi
pembicaraan tentang pengetahuan dengan teknik penyajian yang
sederhana mengenai hal-hal tentang kehidupan sehari-hari.
Kegiatan membaca karya ilmiah populer, dengan:
1. Bacalah nama koran, liriklah tanggal penerbitan.
2. Layangkan mata untuk memandang seluruh permukaan halaman
3. Jatuhkan pandangan pada judul bercetak tebal berhentilah sejenak
4. Gerakkan mata pada judul tebal dengan gerakan berirama seperti
membaca frasa
5. Lanjutkan memandang judul bercetak tipis

6. Berlatihlah sejenak untuk memilih wacana yang akan dibaca


7. Kegiatan membaca baru bisa dimulai.
Ada dua cara membaca yang biasa dilakukan, ialah : skimming dan
scanning. Skimming kegiatan membaca dengan cara melayangkan
pandangan mata ke seluruh halaman bacaan, kemudian menemukan
satu titik penting sebagai hasil membaca itu. Scanning adalah membaca
dengan cara memusatkan mata pada bagian yang diperlukan dari sebuah
bacaan.
Pemahaman Wacana
Pemahaman wacana perlu pemahaman paragraf. Seperi diketahui
paragraf dibedakan menjadi: deduktif, induktif, dan naratif tergantung di
bagian mana kalimat topik itu berada.
Terdapat empat cara untuk menjelaskan kalimat topik paragraf
menurut Ahmad S. Harjasuryana (1995: 55), yaitu:
a. Mengulang pikiran pertama dengan menggunakan kata lain
b. Menunjukkan perbedaan maksud yang dikandung dalam pikiran
utama/tidak
c. Memberikan contoh sehingga menambah kejelsan
d. Memberikan pembenaran dengan alasan untuk mendukung ide pokok.
Albert dalam H. G. Tarigan (1985: 40) menyatakan beberapa cara
untuk pengembangan pikiran pokok paragraf, yaitu:
a. Dengan mengemukakan alasan

b. Mengutarakan perincian
c. Mengetengahkan satu atau lebih contoh, dan
d. Membandingkan dua hal.
Jenis Membaca yang Perlu Dikembangkan
Jenis membaca yang perlu dikembangkan dalam dunia ilmu pengetahuan
dan kesusasteraan a.l.:
1. Membaca Intensif
Membaca jenis ini dianggap sebagai salah satu kunci pemerolehan ilmu
pengeta- huan karena penekanannya adalah soal pemahaman yang
mendalam,pemahaman ide pokok sampai ke ide penjelas, dari hal yang
rinci sampai ke relungnya.
2. Membaca Kritis
Membaca jenis ini lebih tinggi daripada membaca intensif. Ide-ide buku
yang telah dipahami secara baik dan detail, perlu direspon bahkan
dianalisis. Pembaca perlu kritis bersikap cermat, teliti. Korektif, bisa
menemukan kesalahan dan kejanggalan dalam teks baik dari isi maupun
bahasanya.
3. Membaca Cepat
Membaca cepat dilaksanakan secara zigzag atau vertikal, prinsip maju
terus, mementingkan kata-kata kunci dalam memperoleh informasi berita
dan reportase.
4. Membaca Apresiatif dan Estetis

Dua kegiatan membaca ini bersifat khusus karena lebih


berhubungan dengan nilai-nilai afektif dan faktor intuisi. Objek
kajiannya terutama karya sastra dan bacaan lain yang ditulis dengan
bahasa yang indah. Tujuannya adalah pembinaan sikap apresiatif,
suatu penghayatan dan penghargaan terhadap nilai keindahan dan
kejiwaan/spiritual.
5. Membaca Teknik
Membaca jenis ini perlu dilakukan hanya pelafalannya lebih
formal. Ia mementingkan ketepatan pembacaan , intonasi, dan jdea.
Bacaan yang Baik dan Ciri-cirinya
Ciri-ciri bacaan yang baik sangat sulit didapatkan dalam suatu
wacana saja. Ciri tersebut antara lain:
1. Bacaan itu merupakan nilai kehidupan tertentu.
2. Mempunyai sifat edukatif
3. Mempunyai kadar intelektual tertentu dan kontemplatif
4. Bersifat inovatif, baik ide maupun kreativitas
5. Bersifat otentik, orisinal, khas.
6. Disampaikan dengan bahasa yang benar, baik, menarik, segar, dsb.
7. Menyampaikan ide secara runtut, komunikatif, efektif.
8. Cukup etis dan sublim, menjauhi kevulgaran dan fornografi

9. Berwawasan luas membahas suatu persoalan secara intensif dan


mendalam.
10.Mempunyai selera artistik tertentu
11.Bersifat inspiratif, membangkitkan sifat kreativitas pembaca.
Membaca dengan Baik
Membaca dengan baik yaitu:
1. Sikap mental dan nalar yang baik:
a. penuh konsentrasi dan kesungguhan
b. pikiran aktif mencerna
c. perasaan aktif menghyati
d. perasaan hati ceria/senang
e. motivasi yang kuat
f. sabar tidak tergesa
g. membaca secara terpola/teratur
2. Sikap fisik yang baik, jarak mata dengan buku 30 cm dengan sudut3045 earajat
3. Bahan yang baik:
a. menmbah ilmu dan kepandaian
b. menambah pengetahuan dan pengalaman
c. tambah pemahaman terhadap kehidupan dan nilai moral

d. menambah kosa kata dan kedalaman pengalaman estetik


4. Bahan yang banyak dan beraneka ragam
5. Jenis yang sesuai dengan tujuan dan kepentingan pembacaan: membaca
intensif
untuk pendalaman iptek, membaca cepat untuk informasi, membaca kritis
untuk menganalisis persoalan, membaca teknik untuk komunikasi, membaca
estetis apresiatif untuk sastra, dsb.
Ciri Pembaca yang Baik
1. Bersikap selektif
2. Bisa mencerna naskah dengan baik
3. Bersikap kritis dan terbuka, tidak sekedarmengiyakan ide naskah,
wawasan luas
4. Memiliki daya interaktif dan asosiatif, mampu mengabstraksi
5. Mempunyai atensi yang tinggi terhadap dunia keilmuan, kebudayaan,
agama
6. Mempunyai sikap apresiatif dan cinta terhadap nilai kehidupan, religiuas,
ipteks
7. Mempunyai kemampuan merespon dan menganalisis naskah, etis, korektif
8. Peka terhadap nilai moral dan sosial
9. Mempunyai semangat baca yang menggebu dan tidak bosan
10.Mempunyai krativitas dan daya kembang, tidak konsumtif dan
reproduktif.

Kendala Membaca
Membaca merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang berdimensi sosial,
intelektual, dan spiritual yang perlu dikerjakan secara serius dan kontinyu,
selaras dengan pola dsn teknis yang sesuai. Membaca merupakan
kontributor utama dalam pengembangan dan aktualisasi diri. Namun banyak
kendala dalam membaca, a.l.:
1. Orang memandang banyak membaca tidak berbeda dengan sedikit
membaca
2. Banyak membaca dianggap kutu buku, sikap priyayi,kuang punya etos kerja
3. Langka dan mahalnya harga buku, perpustakaan kurang, pelayanan sulit.
4. Rendahnya kompetensi bahasa dan tingkat pemahman membaca.
5. Budaya santai dan sikap menerabas, mau cepat sukses tidak bekerja keras.
Langkah-langkah mengatasi kendala membaca:
1. Sikap mental meningkatkan intelektual, spiritual dengan banya membaca
2. Meningkatkan ekonomiuntuk dapat membeli buku secara bertahap
3. Meningkatkan kompetensi bahasa dengan banyak membaca
4. Meningkatkan minat baca dan melaksanakan perenungan dan
pengembangan
5. Membina etos studi dengan
mengadakan observasi lingkungan, tulismenulis, mengadakan penelitian dan karang-mengarang.

IV. KETERAMPILAN MENULIS


Menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan
perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang
akan ditulis, menentukan cara penulisannya sehingga
pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas
(Mc Crimon , 1976: 2) Menulis bukan hanya berupa
melahirkan pikiran atau prasaan saja, melainkan juga
merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan
pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis.
Menulis bukanlah kegiatan yang sederhana dan tidak
perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai. Menulis
merupakan keterampilan
yang sukar dan komplek
(Heaton, 1983: 146). Pelajaran mengarang/menulis
sebagai salah satu aspek dalam pembelajaran bahasa
Indonesia kurang ditangani secara sungguh-sungguh.

Hakikat Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai alat medianya (Suparno dan M. Yunus,
2003: 3). Dengan demikian dalam komunikasi tulis paling
tidak terdapat empat unsur yang terlibat: penulis, isi
tulisan, saluran/media, dan pembaca. Mary S. Lawrence
(1972;
1)
menyatakan
bahwa
menulis
adalah
mengkomunikasikan apa dan bagaimana pikiran penulis.
Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian
kegiatan yang terjadi dan melibatkan beberapa fase/tahap
yaitu: pramenulis/persiapan, penulisan/pengembangan isi
karangan,
pascapenulsan/telaah
dan
revisi
dan
penyempurnaan tulisan.

Kegiatan menulis sangat terkait dengan penalaran. Penalaran (reasoning)


adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta,
petunjuk/eviden atau sesuatu yang dianggap sebagai bahan bukti, menuju
pada suatu kesimpulan (Moeliono, 1989:124-125)., Penalaran adalah proses
berpikir yang sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan.
Penalaran/pengambilan kesimpulan, secara umum, dapat dilakukan secara
induktif dan deduktif. Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang
bertolak dari hal-hal khusus menuju sesuatu yang umum. Sedangkan
penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu
yang umum pada peristiwa yang khusus untuk mencapai sebuah
kesimpulan.
Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sangat kompleks karena
melibatkan cara berpikir yang teratur dan berbagai persyaratan yang
berkaitan dengan teknik
penulisan, antara lain: 1) adanya kesatuan
gagasan, 2) penggunaan kalimat yang jelas dan efektif, 3) paragraf disusun
dengan baik, 4) penerapan kaidah ejaan yang benar, dan 5) penguasaan
kosa kata yang memadai.
Heaton (1999: 135) menyatakan bahwa kompleksitas menulis/mengarang
meliputi: a) keterampilan gramatika, b) penuangan isi, c) keterampilan
stilistika, d) keterampilan mekanis, dan e) keterampilan memutuskan.
Belajar menulis yang baik memerlukan suatu metode yang baik. Salah
satu metode yang dapat dipakai adalah latihan yang lama dan terusmenerus. Latihan itu efektf jika kita mengacu pada pengetahuan mengenai
teknik dan pinsip penulisan yang bagus (Martin Paterson,2000: 1). Menulis
pada hakikatnya adalah melukiskan lambang-lambang grafis yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang untuk dibaca
orang lain yang dapat memahami bahasa dan lambang-lambang garfis
tersebut ( H. G. Tarigan, 1983: 21).

Keterampilan Menulis
Tulisan/karangan dapat dilihat dari segi bahasa yang digunakan, isi
karangan, dan bentuk/cara penyajiannya. Bahasa yang digunakan dalam
karangan hendaknya mudah dan lancar, paragraf tepat, kalimat efektif,
dan diksi tepat. Dari segi isi karangan berupa fiksi atau nonfiksi, kesesuaian
antara judul dan isi. Dari segi bentuk atau cara penyajian apakah puisi atau
prosa, bila prosa berupa narasi, eksposisi, deskripsi atau argumentasi.
Karangan yang baik selalu tersusun atas tiga unsur/bagian, yaitu
pendahuluan/introduksi, isi tulisan/bodi, dan penutup/konklusi. Pendahuluan
berfungsi untuk menarik minat pembaca dan menjelaskan ide pokok atau
tema karangan. Isi karangan sebagai jembatan antara pendahuluan dan
penutup, sedangkan penutup merupakan kesimpulan.
Judul karangan harus relevan dengan isi karangan. Isi karangan bisa
berupa pengalaman,
lingkungan hidup dan kehidupan,
keagamaan,
pendidikan dll. Judul karangan hendaknya mengandung tiga aspek yaitu:
relevan, propokatif, dan singkat. Fungsi judul adalah sebagai 1) daya
penarik minat, 2) suatu nama yang bersifat promosi, 3) merupakan topik
besar, dan 4) penunjuk nama pengarang.
Isi karangan tersusun dalam paragraf-paragraf. Paragraf tersebut berisi
satu gagasan pokok dan sejumlah gagasan pengembang. Syarat paragraf
yang baik adalah adanya 1) kepaduan (koherensi)
dan kekompakan
(kohesi). Kepaduan berarti keserasian hubungan antargagasan dalam
paragraf yang berarti keserasian antarkalimat dalam paragraf.

Kekompakan mengatur hubungan paragraf. Kekompakan dipilah menjadi dua


kategori yakni kekompakan struktural dan kekompakan leksikal. Kekompakan
struktural ditandai adanya hubungan struktur kalimat yang digunakan.,
sedangkan kekompakan leksikal ditandai oleh kata-kata yang digunakan dalam
paragraf untuk menandai hubungan antarkalimat atau bagian kalimat.
Karangan dapat berujud dalam lima bentuk atau ragam wacana akni:
deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Kenyataan dalam
praktek masing-masing bentuk tersebut tidak dapat berdiri sendiri, misalnya
karangan deskripsi mungkin saja terdapat bentuk narasi atau sebaliknya,
begitu seterusnya. Penamaan ragam suatu karangan lebih didasarkan atas
corak yang paling dominan pada karangan tersebut.
Deskripsi (pemerian) adalah ragam wacana yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu berdasar dari kesan-kesan dari pengamatan,
pengalaman, dan perasaan penulisnya. Tujuannya adalah menciptakan atau
memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga dia
seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami
penulisnya.
Narasi (penceritaan atau pengisahan) adalah ragam wacana
yang
menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Tujuannya adalah memberikan
gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, urutan, atau
rangkaian terjadinya sesuatu hal.

Eksposisi (paparan) adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk


menerangkan, menyampaikam, atau menguraikan suatu hal yang dapat
memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya.
Tujuannya adalah menginformasikan
sesuatu tanpa ada maksud
mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi
yang disampaikan penulis sekedar memperjelas apa yang akan
disampaikannya.
Agumentasi (pembahasan atau pembuktian) adalah ragam wacana yang
dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang
disampaikan penulis. Karena tujuannya untuk meyakinkan pendapat atau
pemikiran pembaca, maka penulis menyajikan secara logis, kritis, dan
sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran
yang disampaikan, sehingga menghapus konflik dan keraguan pembaca
terhadap pendapat penulis. Corak karangan seperti ini adalah hasil penilaian,
pembelaan dan timbangan buku.
Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat pembaca mengenai suatu hal yang disampaikan penulisnya.
Berbeda dengan argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan
diarahkan untuk mencapai kebenaran, sedangkan persuasi lebih
menggunakan pendekatan emosional. Persuasi juga menggunakan fakta,
hanya saja dalam persuasi bukti-bukti itu digunakan seperlunya atau kadangkadang dimanipulasi untuk menimbulkan kepercayaan pada diri pembaca
bahwa apa yang disampaikan penulis itu benar. Contohnya propaganda, iklan,
slebaran, dan kampanye.

Anda mungkin juga menyukai