Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang


Tulang adalah bahan yang hidup dan tumbuh yang mempunyai kerangka protein
dan diperkuat kalsium, di mana lapisan luar tulang mempunyai saraf dan
jaringan pembuluh darah yang kecil. Tulang terdiri atas 3 komponen yaitu
korteks, spongiosa, dan periusteum. Dikenal juga sebagai osseus tissue, yaitu
sejenis endoskeletal keras yang menjadi jaringan penghubung yang ditemukan
pada banyak hewan vertebrata (bertulang belakang). Ada beberapa jenis sel
penyusun tulang yaitu, osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas berfungsi
sebagai sintesis kolagen dan substansi dasar serta mengangkut mineral untuk
kalsifikasi. Osteosit berfungsi membentuk dan meresorbsi tulang. Sedangkan
Osteoklas bersama hormon paratiroid meresorbsi tulang.
Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan dan kemudian berlangsung
terus sampai decade kedua dalam susunan yang teratur. Organ ini merupakan
organ yang mendukung struktur tubuh, melindungi organ-organ internal, serta
memungkinkan pergerakan atau perpindahan. Otot-otot skeletal (kerangka)
melalui tendon (urat daging) menghubungkan tulang-tulang panjang, dan
ligamen (ikatan sendi tulang) menghubungkan tulang dengan tulang sendi. Pada
sumsum tulang merah (pada matriks tulang spongy) diproduksi sel darah merah,
sementara pada diaphysis diproduksi sel darah putih. Secara umum, kerangka
tubuh manusia dewasa terdiri dari 206 tulang
Terdapat dua hormon yang sangat berpengaruh pada proses pembentukan dan
reabsorbsi tulang yaitu hormon paratiroid dan kalsitonin. Hormon paratiroid
berfungsi untuk mengabsorbsi garam kalsium dari tulang dan menyuplainya
dalam darah, sedangkan hormon kalsitonin berlawanan dengan efek paratiroid
yaitu mengambil garam kalsium dari darah dan sistem pencernaan.

2.2 Tumor Tulang


Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel (neoplasma) di dalam
tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau maligna (kanker).
Neoplasma adalah masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat
dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan berlangsung lama serta
berlebihan setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut
(Robin 1999, 261, basic of pathology disease).
Tumor tulang ini dapat di bedakan menjadi dua yaitu:
1.

Tumor tulang primer

a.
Tumor tulang primer merupakan tumor tulang yang berasal dari dalam
tulang itu sendiri (osteogenik).
Jinak : osteoid osteoma
Ganas : oesteosarkoma

b.

Tumor yang membentuk tulang rawan (kondrogenik)

Jinak : Kondroblastoma
Ganas : Kondrosarkoma
c.

Tumor jaringan ikat (fibrogenik)

Jinak : - Non Ossifying Fibroma


Ganas : - Fibrosarkoma
d.

Tumor sumsum tulang (myelogenik)

Ganas : multiple myeloma


2.

Tumor tulang sekunder / metastasik

Tumor tulang sekunder merupakan tumor tulang yang berasal dari metastase
tumor yang berasal dari organ/bagian tubuh yang lain, misalnya pada tumor
tulang yang terjadi dari tumor payudara, prostase, paru-paru. Terutama sekali
tumor yang berada pada akses utama sistem vaskuler.

2.3 Tumor Tulang Benigna dan Maligna


2.3.1 Definisi Tumor Tulang Benigna dan Maligna
Tumor Jinak (Benigna)
Tumor Tulang Jinak (Benigna Bone Tumor) adalah pertumbuhan abnormal pada
sel-sel di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau tumor
jinak (benigna) tidak menyerang dan menghancurkan tissue (sekumpulan sel
terinterkoneksi yang membentuk fungsi serupa dalam suatu organisme) yang
berdekatan, tetapi mampu tumbuh membesar secara lokal. Biasanya setelah
dilakukan operasi pengangkatan (tumor jinak), tumor jenis ini tidak akan muncul
lagi.
Tumor Ganas (Maligna)
Tumor jenis ini lebih dikenal dengan istilah Kanker, yang memiliki potensi untuk
menyerang dan merusak tissue yang berdekatan, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau menyebabkan terjadinya
metastasis (migrasi sel ke tempat yang jauh).

2.3.3 Etiologi Tumor Tulang Benigna dan Maligna


A.

Etiologi Tumor Tulang Benigna

Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang biasanya muncul pada
area yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat. Tetapi pada penelitian
biomolekuler lebih lanjut ditemukan beberapa mekanisme terjadinya neoplasma
tulang, yaitu melalui identifikasi mutasi genetik yang spesifik dan penyimpangan
kromosom pada tumor. Keabnormalan dari gen supresor tumor dan gen pencetus
oncogen. Tumor histogenik memiliki dua level tipe, yaitu:

1. benigna bone tumor;


2. maligna bone tumor.
Menurut penelitian juga disebutkan bahwa terjadinya mutasi cromosom P53 dan
Rb juga dapat menjadi penyebab terjadinya tumor (Robins 1999, 551, Basic of
Pathology Disease). Selain itu penyebabnya bisa karena adanya trauma dan
infeksi yang berulang misalnya Bone infarct, osteomyelitis chronic paget disease.
Faktor lingkungan berupa paparan radiasi dan zat karsinogenik (timbal, karbon
dan bahan metal lain), serta gaya hidup (perokok, alkoholik, dan sering terpapar
stress) juga merupakan factor predisposisi terjadinya tumor tulang ini.

B. Etiologi Tumor Tulang Maligna


Faktor penyebab tumor maligna jaringan lunak yaitu:
1.
Faktor genetik atau keturunan dimana bisa diturunkan dari embrionik
mesoderm.
2.

Virus

Virus dapat dianggap bisa menyatukan diri dalam sel sehingga mengganggu
generasi mendatang dari populasi sel.
3.

Agens fisik

4.
Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur
radiografi berulang atau ketika terapi radiasi digunakan untuk mengobati
penyakit.
5.

Agens hormonal

Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan dalam


keseimbangan hormon baik dalam pembentukan hormon tubuh sendiri
(endogenus) atau pemberian hormon eksogenus.
6.

Kegagalan sistem imun

Kegagalan sisem imun untuk berespon dengan tepat terhadap sel-sel maligna
memungkinkan tumor tumbuh sampai pada ukuran yang terlalu besar untuk
diatasi oleh mekanisme imun normal.
7.

Agens kimia

Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek toksik dengan


menggunakan struktur DNA pada bagian-bagian tubuh (zat warna amino
aromatik, anilin, nikel, seng, polifinil chlorida).
.
2.3.4 Faktor Risiko Tumor Tulang
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya tumor tulang yaitu:
1.
Kecepatan pertumbuhan tulang yang memacu timbulnya tumor tulang
ganas selama masa kanak-kanak terutama daerah metafise tulang panjang.

2.

Paparan radiasi

3.
Beberapa kasus pada tumor tulang ganas disebabkan oleh kelainan DNA
pada tulang faktor genetik contohnya:
a)

Retinoblastoma kelainan pada gen 13q14

b)
Displasi tulang, penyakit paget, fibrous displasia, enchondromatosis,
eksostosis herediter multiple
c)

L1-Fraumenisyndrome (mutasi TP 53)

Rothmund-thomson sindrom yaitu kelainan pada resesif autosomal yang


berkaitan dengan kelainan tulang kongenitaaaal, displasia rambut dan kulit,
hipogonadism, dan katarak
d)
Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan minuman yang
mengandung karbon.

2.3.5 Jenis-jenis Tumor Tulang Benigna dan Maligna


A.

Benigna

Yang merupakan tumor tulang benigna adalah:


1.

Osteokondroma

2.

Kondroma Jinak

3.

Kondroblastoma

4.

Fibroma Kondromiksoid

5.

Osteoid Osteoma

6.

Tumor Sel Raksasa

1.

OSTEOKONDROMA

Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor tulang jinak


yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10-20 tahun. Tumor ini
tumbuh pada permukaan tulang sebagai benjolan yang keras. Penderita dapat
memiliki satu atau beberapa benjolan, 10% dari penderita yang memiliki
beberapa osteokondroma, akan mengalami kelaganasan tulang yang disebut
kondrosarkoma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu osterokondroma,
tidak akan menderita kondrosarkoma.
2.

KONDROMA JINAK

Kondroma Jinak biasanya terjadi pada usia 10-30 tahun, timbul dibagian tengah
tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tidak menimbulkan
nyeri, tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya,
dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontgen
atau jika menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan biopsi untuk menentukan
apakah tumor tersebut bisa berkembang menjadi kanker atau tidak.
3.

KONDROBLASTOMA

Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung
tulang. Biasanya timbul pada usia 10-20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan
nyeri, yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari
pengangkatan melalui pembedahan; kadang setelah dilakukan pembedahan,
tumor bisa tumbuh kembali.
4.

FIBROMA KONDROMIKSOID

Fibroma Kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada
usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor
ini akan memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya
adalah pengangkatan melalui pembedahan
5.

OSTEOID OSTEOMA

Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh
dilengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan
menimbulkan nyeri yang memburuk pada malam hari dan berkurang dengan
pemberian aspirin dosis rendah. Kadang otot di sekitar tumor akan mengecil
(atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor diangkat. Skening tulang
menggunakan pelacak radioaktif bisa membantu menentukan lokasi yang tepat
dari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu
dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan dan foto rontgen dengan
teknik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan
satusatunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita
enggan menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyeri bisa diberikan aspirin.
6.

TUMOR SEL RAKSASA

Tumor Sel Raksasa biasanya terjadi pada usia 20 tahun dan 30 tahun. Tumor ini
umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan di sekitarnya,
biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor
dapat diangkat melalui pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi
dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar struktur tulang tetap
terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan pengangkatan satu
segmen tulang yang terkena. Sekitar 10 % tumor akan muncul kembali setelah
pembedahan, walaupun jarang tumor ini bisa tumbuh menjadi kanker.
B.

Maligna

Yang merupakan tumor tulang maligna yaitu:


1.

Kondrosarkoma

2.

Ewings Sarcoma

3.

Fibrosarkoma & Histiositoma Fibrosa Maligna

4.

Mieloma Multipel

5.

Osteosarkoma

6.

Limfoma Tulang Maligna

1)

KONDROSARKOMA

Chondrosarcoma adalah tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan)
yang ganas, merupakan jenis tumor ganas kedua yang paling banyak didapati
diderita. Kebanyakan Chondrosarcoma tumbuh lambat atau merupakan tumor
derajat rendah yang sering dapat disembuhkan dengan pembedahan. Namun,
ada juga tumor derajat tinggi yang cenderung untuk menyebar. Biasanya untuk
menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi. Tumor jenis ini harus diangkat
seluruhnya melalui pembedahan karena tidak bereaksi terhadap kemoterapi
maupun terapi penyinaran. Amputasi tungkai atau lengan jarang diperlukan. Jika
tumor diangkat seluruhnya, lebih dari 75% penderita bertahan hidup.
2)

EWINGS SARCOMA

Ewings sarcoma ditemukan oleh Dr. James Ewing pada tahun 1921, dan sering
ditemukan muncul pada masa pubertas, dimana tulang tumbuh sangat cepat.
Jenis tumor ini jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 10tahun
dan hamper tidak pernah ditemukan pada anak-anak afro-amerika.Ewings
sarcoma bisa tumbuh di bagian tubuh manapun, namun paling seringditemukan
pada tulang panjang anggota gerak, panggul atau dada, bahkan jugabisa
tumbuh di tulang tengkorak atau tulang pipih lainnya.
3)

FIBROSARKOMA & HISTIOSITOMA FIBROSA MALIGNA

Kanker ini biasanya berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat selaintulang, yaitu
ligamen, tendo, lemak dan otot) dan jarang berawal dari tulang.Kanker ini
biasanya ditemukan pada usia lanjut dan usia pertengahan. Tulang yang paling
sering terkena adalah tulang pada tungkai, lengan dan rahang. Fibrosarkoma dan
histiositoma fibrosa maligna mirip dengan osteosarcoma dalam bentuk, lokasi
dan gejala-gejalanya, pengobatannya juga sama.

4)

MIELOMA MULTIPEL

Mieloma multipel merupakan kanker tulang primer yang paling sering


ditemukan, yang berasal dari sel sumsum tulang yang menghasilkan sel darah,
umumnya terjadi pada orang dewasa. Tumor ini dapat mengenai satu atau lebih
tulang sehingga nyeri dapat muncul pada satu tempat atau lebih.
Pengobatannya rumit, yaitu meliputi kemoterapi, terapi penyinaran dan
pembedahan.
5)

OSTEOSARKOMA

Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya


berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada
anak-anak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka
kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir
masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Penyebab
yang pasti tidak diketahui. bukti-bukti mendukung bahwa osteosarcoma
merupakan penyakit yang diturunkan.
Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan
atas (ujung atas) dan tulang kering (ujung atas). Ujung tulang-tulang tersebut
merupakan daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatan pertumbuhan yang

terbesar. Meskipun demikian, osteosarkoma juga bias tumbuh di tulang lainnya.


Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri. sejalan dengan pertumbuhan
tumor, juga bisa terjadi pembengkakan dan pergerakan yang terbatas. Tumor di
tungkai menyebabkan penderita berjalan timpang, sedangkan tumor di lengan
menimbulkan nyeri ketika lengan dipakai untuk mengangkat sesuatu benda.
Pembengkakan pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah. Tanda
awal dari penyakit ini bisa merupakan patah tulang karena tumor bisa
menyebabkan tulang menjadi lemah. patah tulang di tempat tumbuhnya tumor
disebut fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin.
6)

LIMFOMA TULANG MALIGNA

Limfoma Tulang Maligna (Sarkoma Sel Retikulum) biasanya timbul pada usia 4050 tahun. Bisa berasal dari tulang manapun atau berasal dari tempat lain di
tubuh kemudian menyebar ke tulang. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri dan
pembengkakan, dan tulang yang rusak lebih mudah patah. Pengobatan terdiri
dari kombinasi kemoterapi dan terapi penyinaran, yang sama efektifnya dengan
pengangkatan tumor. Amputasi jarang diperlukan.

2.3.6 Patofisiologi Tumor Tulang Benigna dan Maligna


Tumor ganas merupakan proses yang biasanya makan waktu lama sekali,
bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel
abnormal ini membentuk klon dan mulai berfoliferasi secara abnormal,
mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel
tersebut kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif.
Dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya sel-sel tersebut menginfiltrasi
jaringan sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh
darah, melalui pembuluih darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain
dalam tubuh untuk membentuk metastase. Penyebaran limfogen terjadi karena
sel kanker menyusup ke saluran limfe kemudian ikut aliran limfe menyebar dan
menimbulkan metastasis di kelenjar limfe regional. Pada umumnya kanker mulamula menyebar dengan cara ini baru kemudian menyebar hematogen, pada
permulaan penyebaran hanya terjadi pada satu kelenjar limfe saja tetapi
selanjutnya terjadi pada kelenjar limfe regional lainnya. Setelah menginfiltrasi
kelenjar limfe sel kanker dapat menembus dinding struktur sekitar menimbulkan
perlekatan. Kelenjar limfe satu dengan yang lain sehingga membentuk paket
kelenjar limfe. Penyebaran hematogen terjadi akibat sel kanker menyusup ke
kapiler darah kemudian masuk ke pembuluh darah dan menyebar mengikuti
aliran darah vena sampai organ lain.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel:
osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan
osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas, mensekresikan sejumlah besar
fosfatase alkali, yang memegang peranan dalam mengendapkan kalsium dan
fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfotase alkali akan memasuki
aliran darah, dengan demikian maka keadaan fosfotase alkali di dalam darah
dapat menjadi indikator yang baik tentang pembentukan tulang setelah

mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosit
adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi untuk tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel besar
berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi.
Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas adalah proses pengikisan tulang.
Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon kalsitonin,
hormon paratiroid dan vit D. Suatu peningkatan kadar hormone kalsitonin
mempunyai efek terjadinya peningkatan absorbsi ke dalam tulang sehingga
mengakibatkan terjadinya pengapuran tulang yang menjadikan tulang-tulang
rawan menjadi keras. Jika terjadi peningkatan hormon paratiroid (PTH)
mempunyai efek langsung menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorbsi dan
bergerak memasuki serum. Di samping itu peningkatan kadar PTH secara
perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas,
sehingga terjadi demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada
hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal. Vitamin
D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang seperti yang terlihat pada kadar
PTH yang tinggi.

2.3.7 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis
seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah
dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk
follow-up adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat
pada sarkoma osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis
dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot,
keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia
harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk
identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor., (Rasjad, 2003).

2.3.8 Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna dan Maligna


A.

Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna

Pasien umumnya memiliki riwayat nyeri berulang, memburuk pada malam hari
dan biasanya tidak sanggup beraktivitas. Massa dan pembengkakan mungkin
dapat diketahui dengan palpasi, tetapi gejala pokok (kehilangan berat badan,
demam, berkeringat pada malam hari, lemas) biasanya tidak ditemukan, kecuali
pada kasus tumor metastase.
Lesi yang berdekatan bergabung dan dapat menyebabkan tumor tidak
terkendali, bernodul dan nyeri. Tumor jaringan lunak seringkali dirasakan kurang
nyeri bahkan tidak nyeri. Nyeri ini disebabkan tertekannya saraf-saraf nyeri oleh
massa.
B.
1.

Manifestasi Klinis Tumor Tulang Maligna


Nyeri

Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, sekitar 75% pasien
dengan tumor tulang maligna merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan
tergantung pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya berupa nyeri
yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri
berlangsung lama dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri tidak
menghilang, nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis.
2.

Pembengkakan

Pembengkakan lokal biasa ditemukan.


3.

Massa yang teraba

Teraba massa yang diakibatkan penonjolan tulang.


4.

Frekuensi miksi meningkat

Manifestasi klinis ini ditemukan pada tumor tulang maligna di pelvis, namun
manifestasi klinis ini tidak selalu ada di setiap tumor tulang maligna. Gejala yang
ditimbulkan tergantung dari gradenya. Pada grade tinggi, selain pertumbuhan
tumor cepat juga disertai nyeri yang hebat. Sedangkan pada grade rendah,
pertumbuhan tumor lambat dan biasanya disertai keluhan orang tua seperti
nyeri pinggul dan pembengkakan.

2.3.9 Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Benigna dan Maligna


A.

Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Benigna

Penatalaksanaan tumor tulang benigna biasanya tidak terlalu sulit dibanding


dengan tumor tulang maligna. Pada tumor tulang benigna yang jelas, misalnya
non-ossifying fibrosa, osteokondroma yang kecil biasanya tidak diperlukan
tindakan khusus. Apabila jenis tumor diragukan maka perlu dilakukan
pemeriksaan biopsi. Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material
yang cukup untuk pemeriksaan histologis, untuk membantu menetapkan
diagnosis serta staging tumor. Waktu pelaksanaan biopsi sangat penting sebab
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologis yang dipergunakan pada
staging.

B.

Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Maligna

Penatalaksanaan tumor tulang maligna merupakan bentuk kerja tim antara


dokter dengan profesional kesehatan lainnya. Para radiologist, diperlukan untuk
melihat faktor- faktor untuk evaluasi kecepatan perkembangan tumor, diagnosis
spesifik, dan pembesaran tumor. Perawat dan ahli gizi, terlibat menjelaskan
kepada pasien efek samping dari penanganan tumor tulang maligna dan
memberikan dorongan kesehatan makanan untuk membantu melawan efek
samping tersebut.
Jenis terapi yang diberikan kepada pasien tergantung pada beberapa hal seperti:
1.

Ukuran dan lokasi dari kanker.

2.

Menyebar tidaknya sel kanker tersebut.

3.

Grade dari sel kanker tersebut.

4.

Keadaan kesehatan umum pasien.

Pasien dengan tumor tulang maligna memerlukan terapi kombinasi pembedahan


(surgery), kemoterapi dan radioterapi.
1.

Surgery

Langkah utama penatalaksanaan tumor tulang maligna pembedahan karena


tumor tulang ini kurang berespon terhadap terapi radiasi dan kemoterapi. Variasi
penatalaksanaan bedah dapat dilakukan dengan kuret intralesi untuk lesi grade
rendah, eksisi radikal, bedah beku hingga amputasi radikal untuk lesi agresif
grade tinggi. Lesi besar yang rekuren penatalaksanaan paling tepat adalah
amputasi.
2.

Kemoterapi

Kemoterapi, meskipun bukan yang paling utama, namun ini diperlukan jika
kanker telah menyebar ke area tubuh lainnya. Terapi ini menggunakan obat anti
kanker (cytotoxic) untuk menghancurkan sel-sel kanker. Namun kemoterapi
dapat memberikan efek samping yang tidak menyenangkan bagi tubuh. Efek
samping ini dapat dikontrol dengan pemberian obat.
3.

Radioterapi

Prinsip radioterapi adalah membunuh sel kanker menggunakan sinar berenergi


tinggi. Radioterapi diberikan apabila masih ada residu tumor, baik makro
maupun mikroskopik. Radiasi diberikan dengan dosis per fraksi 2,5 Gy per hari
dan total 50-55 Gy memberikan hasil bebas tumor.

Anda mungkin juga menyukai