diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
dengan dosen pengampu Dr. Didi Teguh Chandra, M. Si.
dan Dr. Parsaoran Siahaan, M. Pd.
Oleh
YUDI ARIF RAHMAN
1507760
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
TEORI TENTANG ALAM SEMESTA
A. Masa Pra-Yunani Kuno
Manusia yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam mencoba
menjawab dengan menggunakan pengamatan dan penggunaaan pengalaman
langsung, tetapi sering upaya itu tidak terjawab secara memuaskan. Pada manusia
kuno, mereka menjawab sendiri pertanyaannya. Misalnya mengapa ada pelangi
mereka membuat jawaban; pelangi adalah selendang bidadari, atau mengapa
gunung meletus; jawabannya karena yang berkuasa marah. Dari peristiwaperistiwa ini munculah pengetahuan tentang bidadari dan sesuatu yang berkuasa.
Pengetahuan baru itu muncul dari kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan
yang disebut mitos. Cerita-cerita mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima
karena keterbatasn penginderaan, penallaran, dan hasrat ingin tahu yang harus
dipenuhi.
Puncak pemikiran mitos adalah zaman Babilonia yang juga merupakan
jejak astronomi tertua ditemukan dalam peradaban bangsa Sumeria dan Babilonia
yang tinggal di Mesopotamia (3500-3000 SM). Bangsa Babilonia berpendapat
bahwa alam semesta sebagai ruangan setengah bola dengan bumi yang datar
sebagai lantainya, langit dan bintang-bintang sebagai atapnya. Namun, pemikiran
yang menakjubkan pada masa itu yaitu mereka telah mengenal bidang ekliptika
sebagai bidang edar matahari dan menerapkan perhitungan satu tahun adalah satu
kali matahari beredar ke tempat semula, yaitu 365, 25 hari. Pengetahuan dan
ajaran bangsa Babilonia setengahnya masih merupakan dugaan, imajinasi,
kepercayaan atau mitos. Pengetahuan semacam ini disebut Psedo Science (sains
palsu).
Bangsa Sumeria tidak hanya menerapkan bentuk-bentuk dasar astronomi,
tetapi telah melakukan embagian waktu lingkaran menjadi 360 derajat,
sudah mengetahui gambaran konstelasi bintang sejak 3500 SM, dan menggambar
pola-pola rasi bintang pada segel, vas, dan papan permainan. Sebagai contoh
nama rasi Aquarius yang kita kenal berasal dari bangsa Sumeria.
1
Astronomi juga sudah dikenal masyarakat India kuno. Sekitar tahun 500
SM, Aryabhata melahirkan sistem matematika yang menempatkan bumi berputar
pada porosnya. Aryabhata membuat perkiraan mengenai lingkaran dan diameter
bumi. Brahmagupta (598-668) juga menulis teks astronomi yang berjudul
Brahmasphutasiddhanta pada 628. Dia astronom yang memecahkan masalahmasalah astronomi.
B. Masa Yunani Kuno
1) Thales (625 SM-545 SM)
Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama
karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa
bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Menurut Thales bahwa
asal mula alam semesta adalah Air, karena air adalah pusat dan sumber dari
segala kehidupan. Segala sesuatu bersumber dari air dan kembali lagi menjadi
air misalnya tumbuh-tumbuhan dan binatang lahir ditempat yang lembab,
bakteri-bakteri hidup dan berkembang ditembat yang lembab, dan bakteri pun
memakan makanan yang lembab dan kelembaban itu bersumber dari air. Dari
air itulah terjadi tumbuh-tumbuhan dan binatang bahlan tanah pun
mengandung air.
Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada
di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada
sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat
mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan
tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup
mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air
untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat,
cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.
Thales (Abbas, hal: 64-65), mengemukakan pandangan bahwa bumi
terapung di atas air dan bahwa matahari keluar dari air dan kembali lagi
kepadaya. Apabila air itu kasar, maka ia menjadi tanah dan apabila menipis
maka ia menjadi asap atau apai atau udara. Selanjutnya, Thales pun
mengungkapkan bahwa alam ini menurut sangkanya penuh dengan dewa2
dewa yaitu yang menggerakan setiap yang bergerak dalam alam ini baik
makhluk hidup maupun benda mati (Al-Akkad dalam Abbas 1981, hal, 65).
Pendapat (teori) yang dikemukakan Thales ini merupakan pendapat
yang bukan hanya rasional tetapi observatif. Meskipun pada zamannya dulu
belum lahir ilmu pengetahuan yang segala sesuatunya itu baru dikatakan
benar jika telah terbukti secara empirik dan observatif. Oleh karena itu thales
berpendapat bahwa asal muasal alam semesta itu air dengan alasan yang kuat,
salahsatunya karena dari pengalamannya sebagai saudagar yang senang
berlayar dari negara yang satu ke negara yang lain, dengan demikian thales
hidup selalu berhubungan dengan air. Berdasarkan pengalamanya tersebut,
Thales dapat menyimpulkan bahwa asal muasal alam semesta adalah air dan
air itu merupakan pangkal, pokok, dasar, segala sesuatunya. Semua barang
terjadi dari air dan kembali pada air pula.
2) Anaximandros (610 SM-547 SM),
Anaximandros adalah seorang filsuf yang merupakan murid dari
Thales. Anaximandros memiliki jasa-jasa di dalam bidang astronomi dan
geografi. Dalam usahanya memberikan jawaban tentang asal usul kejadian
alam, ia tidak memeilih asalh satu anasir yang biasa diamati panca indera, ini
jelas berbeda dari pendapat gurunya (thales) yang menyatakan bahwa airlah
sebagai sumber utama kejadian alam ini
Anaximandros menyatakan segala sesuatu keluar dari benda pertama,
benda pertama itu bukan air, bukan apai, bukan tanah dan bukan pula udara,
sebab kalo salah sartu anasir tersebut misalnya air dikatakn sebagai sumber
kejadian, tentu akan mengalahkan yang lain, demikian selanjutnya (Al-Akkad
dalam Abbas, 1981., hal, 67). Menurut Anximandros segala sesuatu itu
berasal dari aperion yang berarti tak terbatas atau sesuatu yang tak
terhingga (Abbas, 1981, hal. 68).
Beberapa Konsep Aperion menurut Anximandros:
1.
dalam
filsafat
yunani
(Anaximandros,
Anaximenes,
aperion yang
yang asal itu mestilah satu dari yang ada dan yang tampak. Barang yang asal
itu ialah udadak berharga. Udara itulah yang satu dan tidak berharga.
Pandangan Anaximenes didasarkan atas alasan-alasan berikut:
1. Dunia ini diliputi oleh udara, tidak ada satu ruangan pun yang tidak
terdapat udara didalamnya. Oleh karena itu, udara itu tidak ada habishabisnya. Tidak berkesudahan dan tidak berkeputusan.
2. Suatu keistimewaan dari udara ialah ia senantiasa bergerak. Oleh karena
itu udara memegang peranan yang penting dalam berbagai rencana
kejadian dan perubahan dalam alam ini.
3. Udara adalah penyusun kehidupan atau dasar hidup. Tidak ada sesuatupun
yang hidup tanpa udara.
Teorinya tentang alam adalah bahwa sumber dari segala sesuatu
pastilah udara atau uap. Anaximenes tentunya mengenal teorinya Thales
menyangkut air. Akan tetapi dia menyangkal pendapatnya Thales, dari
manakah asalnya air tersebut. Anaximenes beranggapan bahwa air adalah
udara yang dipadatkan . kita mengetahui bahwa ketika hujan turun, air diperas
dari udara. Jika air diperas lebih keras lagi, ia akan menjadi tanah, pikirnya.
Dia mungkin pernah melihat bagaimana tanah dan pasir terperas dari es yang
meleleh. Dia juga beranggapan bahwa api adalah udara yang dijernihkan.
Oleh karenanya air, tanah dan api tercipta dari udara. Pandangan filsafatnya
tentang kejadian alam ini sama dasarnya dengan pandangan gurunya. Ia
mengajarkan bahwa barang yang asal itu satu dan tidak berhingga.
itu.
Bangsa Eropa Barat pada abad itu tengah dilanda tumbuhnya faham atau
isme-isme baru seperti humanisme, rasionalisme, renaisainsme sebagai reaksi
dari filsafat skolastik di masa itu, dimana orang dilarang menggunakan rasio
atau
faham
yang
kontaradiktif
dengan
pemahaman
gereja.
Dia juga seorang pengarag produktif yang telah mengarang lebih Dari 50
buku., disertai dengan uraian-uraian yang sisematis.
2. Claudius Ptolomeus (140 SM): Seorang ahli Geografi dan astrologi.
Pendukung
teori
yang
dikemukakan
oleh
aristoteles,
kemudian
setelahnya.
Karya-karyanya
adalah:
syntasis,
Geografia,
Tetrabiblos.
3. Hipparchus (150 SM): Seorang berkebangsaan Yunani yang juga ahli
dalam bidang asronomi, dia termasuk salah satu pendukung teori
Geosentris. Karya-karya yang ia temukan adalah menyusun gambaran
baku alam semesta dan menyusun katalog bintang-bintang yang ditulis
dalam bukunya yang berjudul introduction to astronomy
4. Abu Jafar Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-875 M)
Ia sangat disegani oleh dunia, karena pengetahuan dan kemahirannya
bukan saja di bidang syariat tapi juga ahli dalam bidang filsafat, logik,
aritmetik, geometri, musik, sastra, sejarah islam dan kimia. Kontribusi
beliau dalam ilmu pengetahuan antara lain: menemukan angka 0 (nol)
dalam sistem perhitungan, menyusun table geometri, menemukan teori
kemiringan ekliptika, merevisi data astronomi dalam kitab sindihid,
menciptakan pemakaian sinus, cosinus, dan tangent dalam penyelidikan
trigonometri dan astronomi dan penyelesaian persamaan, teorema segitiga,
sama sisi juga segitiga sama kaki dan memperkirakan luas segitiga, segi
empat dan bulatan dalam geometria, memperkenalkan aljabar dan hisab.
Karya beliau adalah kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa al-muqabalah.
5. Nasiruddin Muhammad al-Thusi (598-673 H/ 1201-1274 M)
Al-Thusi juga ahli dalam bidang astronomi, teologi, etika, dan filsafat
masih dipelajari hingga kini sbagaimana juga terhadap karya-karya Ibn
Sina,
sehingga
banyak
yang
menjulukinya
Ibn
Sina
kedua.
Namun teori ini tidak mendapat posisi keilmuwan pada zaman itu
yang disebabkan oleh kurangnya pendukung. Zaman astronomi klasik
Yunani ditutup oleh Hipparchus pada abad I SM yang menyatakan bahwa
bumi itu diam. Sedangkan matahari, bulan, serta planet-planet
mengelilingi bumi (geosentris). System geosentris ini disampaikan oleh
plotomeus pada abad II M yang lebih dikenal dengan system ptolomeus.
Dengan berbekal pengalaman dan pengetahuan, dia menyusun buku besar
tentang ilmu bintang-bintang yang berjudul syntatis.
Pandangan ptolomeus (geosentris) berlaku selama lebih dari tiga
belas abad. Di abad yang sama juga muncul tokoh islam yang
menganggap bahwasanya teori geosentris tidak masuk akal. Ia adalah Abu
Raihan Al-Biruni. Ia merupakan orang yang pertama kali menolak teori
ptolomeus. Sekitar abad XIV juga muncul tokoh islam yang merombak
habis teori Geosentris Ptolomeus. Ia adalah Ibnu Shatir dalam bukunya
yang
berjudul
Nihayat
al-Sulfi
Tashih
al-Ushul.
27 1/3 hari
mengumumkan
untuk sekali
pandangan
putaran.
heliosentrisnya,
Sejak
maka
Copernicus
dalam
dunia
astronomi sampai abad 18 M ada dua aliran yaitu aliran Ptolomeus dan
aliran Copernicus.
c. Galileo Galilei (1564-1642): Setelah Galileo membaca karya
Copernicus tentang gerak benda-benda langit, kemudian ia menyusun
teori kinematika tentang benda-benda langit yang sejalan dengan
Copernicus.
Di samping itu ia berhasil membuat teleskop yang dapat dengan mudah
dan jelas melihat relief permukaan bulan, noda-noda matahari, planet
saturnus dengan cincinnya yang indah, planet Yupiter dengan empat
buah satelitnya, dan sebagainya. Karya Galileo tentang peredaran
benda-benda langit seperti itu dinyatakan terlarang untuk dibaca umum,
karena bertentangan dengan pandangan dan kepercayaan kaum gereja.
d. Johannes
Kepler
(1571-1630):
Kepler
adalah
seorang
yang
Isac
Newton
(1643-1722):
Newton
adalah
fisikawan,
matematikawan, ahli astronomi dan juga ahli kimia yang berasal dari
inggris. Ia merupakan pengikut aliran heliosentris dan ilmuwan yang
sangat berpengaruh sepanjang sejarah. Bahkan dikatakan sebagai Bapak
ilmu Fisika Modern. Dengan hasil karya ilmiah yang dicapainya,
Newton berhasil menulis sebuah buku yang berjudul Philosophiae
Naturalis Pricipia Mathematika. Kontribusi terbesarnya bagi astronomi
adalah hukum grvitasi yang membuktikan bahwa gaya antara dua benda
sebanding dengan massa masing-masing objek dan berbanding tebalik
dengan kuadrat jarak antara kedua benda. Hukum gravitasi Newton
memberi penjelasan fisis bagi hukum Kepler yang dikemukakan
sebelumnya
berdasarkan
hasil
pengamatan,
hasil
pekerjaannya
12