PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW untuk disampaikan serta diteruskan kepada seluruh umat manusia yang
mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah
dan muamalah (syariah) yang menentukan proses berpikir, merasa, berbuat, dan proses
terbentuknya hati. Islam dijadikan sebagai penyempurna agama-agama terdahulu
dengan dasar Al Quran dan Al Hadist (Assunah). Negara Indonesia dijajah oleh
Belanda 3,5 abad lamanya, namun penjajahan ini tidak berdampak yang signifikan
dengan masukkan ajaran agama yang dibawa penjajah.
Bila dilihat sejarah masa lalu, Indonesia telah lama memiliki tradisi di mana
negara atau kerajaan-kerajaan menjalin agama dalam kehidupan masyarakat dan
berpolitik (Deliar Noer, 1996 : 4). Islam tiba di Indonesia setelah Indonesia lebih dulu
berkembang menjadi sebuah sistem yang tertentu, yang mengandung pula unsur
kebiasaan-kebiasaan, adat serta kebutuhan berbagai bangsa, seperti bangsa India,
Persia (Deliar Noer, 1996 : 10)
Salah satu Pejuang Nasional yang bergerak dalam gerakan pembaharuan Islam
adalah Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan yang kecilnya bernama Muhammad Darwis
ingin
mengadakan
suatu
pembaharuan
dalam
cara
berpikir
dan
artikel
dan
buku
yang
terkait
dengan
sejarah
berdirinya
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pembaharuan Islam
Bila kita berbicara tentang pembaharuan dalam Islam, atau mungkin lebih tepat
pembaharuan dalam pemahaman Islam, maka kita akan menanyakan, hal-hal apa saja
dalam dunia Islam yang sudah mengalami degradasi sehingga memerlukan
pembaharuan atau penyegaran. Pertanyaan ini muncul dalam pikiran penulis karena
sampai sekarang penulis melihat perselisihan umat Islam dalam mengaplikasikan
ajaran Islam. Perbedaan dalam pemahaman Islam sebenarnya sangat dipengaruhi oleh
kondisi sosial, budaya dan politik, ekonomi daerah setempat.
Sebagai seorang Muslim dan kita tahu bahwa Islam itu sebagai agama rahmatan
lilalamin dan juga bahwa Islam itu merupakan agama yang memberikan
kemaslahatan kepada kebaikan. Saya kira apa yang sedang didiskusikan, baik di
Indonesia maupun di dunia-dunia Islam lainnya mengenai pembaharuan Islam adalah
dalam rangka untuk menunjukan bahwa Islam itu bukan hanya agama yang
kompatibel dengan keadaan sekarang, tapi Islam mampu memberikan ruh,
memberikan spirit kepada satu peradaban sekarang yang sekular. Peradaban sekular itu
merupakan peradaban yang berilmu pengetahuan yang tidak berdasarkan pada
fondasi-fondasi keagamaan seperti kontribusi-kontribusi ketatanegaraan, demokrasi,
hukum semuanya bukan pada satu pemahaman demokrasi keagamaan tetapi sekular.
Fenomena Islam Indonesia tampaknya masih tetap menjadi fokus menarik bagi
para pemerhati, termasuk oleh Giora Eliraz, seorang sarjana lulusan Australian
National University yang sekarang mengajar di The Hebrew University of Jerusalem.
Karya Giora Eliraz yang di review oleh Jajang Jahroni. mengatakan; Eliraz menulis
bahwa wacana Islam di Asia Tenggara masih cenderung diabaikan dibanding,
misalnya, Timur Tengah yang menyita perhatian para sarjana Barat. Padahal Asia
Tenggara adalah kawasan yang dihuni oleh lebih dari dua ratus juta kaum muslim. Dan
yang lebih menarik lagi, dari waktu ke waktu, Islam di Asia Tenggara terutama di
Indonesia menampilkan wajah yang berbeda dengan wajah Islam yang selama ini
dikenal oleh Barat. Islam di Asia Tenggara adalah Islam moderat. Secara sederhana
Islam moderat didefinisikan sebagai Islam yang menjunjung tinggi toleransi dan
pluralisme. Penting dicatat di sini, seperti juga sering ditulis oleh para sarjana, bahwa
Al Quran mengatakan Dialah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dan tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak seorang pun yang setara dengan dia (Q.S.112:1-4)
Al Quran juga menegaskan ke-Esa-an Allah di dalam menciptakan alam,
menentang terhadap setiap perbuatan syirik kepada Allah. Yang kepunyaan-Nya
kerajaan langit dan kerajaan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya) dan Dia telah menciptakan segala sesuatu,
dan Dia telah menciptakan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. Kemudia mereka
mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya(untuk disembah) yang tuhan-tuhan itu
tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk
(menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil sesuatu
kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula)
membangkitkan.(Q.S.25: 2-3) Al Quran telah memberikan
BAB III
POLA PEMIKIRANAN K.H AHMAD DAHLAN
rumah angker dan sebagainya, yang secara terminologi agama tidak dikenal dalam
Islam.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan
umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah
melalui pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap
dunia pendidikan, namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru
disusun pada 1936. Pada mulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan K.H.
Ahmad Dahlan: Dadiji kjai sing kemajorean, adja kesel anggonu njambut gawe
kanggo Muhammadiyah( Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah dalam
bekerja untuk Muhammadiyah).
B. KH Ahmad Dahlan Mengoreksi Arah Kiblat bagi Muslim di Indonesia dari Barat ke
Barat Laut
Pada masanya lumrah masjid dan langgar memiliki kiblat ke arah Barat.
Sebagai seorang alim yang memiliki otoritas di bidang ilmu falak, wajib baginya
menyampaikan kebenaran perkara arah kiblat walaupun tak serta merta diterima
dengan mudah, hal itu dianggap meresahkan warga, langgar warisan ayah KH Ahmad
Dahlan rata dengan tanah karena dibakar warga. Seketika ia mengajak istrinya untuk
hijrah namun sanak saudara tak ridha atas kepergiannya. Ia pun mengurungkan niatnya
untuk pergi dan membangun kembali langgar warisan sang ayah pada tahun 1901
dengan tetap menerapkan arah kiblat sebagaimana yang diyakininya.
Di masa kini kita dapat menjumpai Langgar K.H. Ahmad Dahlan dengan
kondisinya yang baru dipugar. Di pengimaman terdapat sebuah penanda, entah dibuat
oleh Kiai atau setelahnya, yang menunjukkan perhitungan arah kiblat. Kini hampir
setiap hari ruang langgar difungsikan untuk pengajian dan pengajaran setelah beberapa
masa kosong tanpa kegiatan. Ruang bawah langgar pun beralih fungsi menjadi kantor
yayasan dan museum K.H. Ahmad Dahlan. Sebuah upaya untuk mulai
memperkenalkan kembali sosok seorang ulama besar kepada generasi masa kini.
Sejak tahun 1910-an, KH. Ahmad Dahlan juga aktif menyiarkan dan
menyatakan bahwa jilbab adalah kewajiban bagi wanita Muslim. Ia melakukan
dakwah jilbab ini secara bertahap. Awalnya ia meminta untuk memakai kerudung
meskipun rambut terlihat sebagian. Kemudian ia menyarankan mereka untuk
memakai Kudung Sarung dari Bombay.
Pemakaian kudung ini dicemooh oleh sebagian orang. Mereka mencemoohnya
dengan mengatakan,Lunga nang lor plengkung, bisa jadi kaji (pergi ke utara
plengkung, kamu akan jadi haji). Namun KH. Ahmad Dahlan tak bergeming. Ia
berpesan kepada murid-muridnya, Demit ora dulit, setan ora Doyan, sing ora betah
bosok ilate, (Hantu tidak menjilat, setan tidak suka yang tidak tahan busuk lidahnya).
Upaya menggemakan kewajiban jilbab ini terus berjalan. Tak hanya itu, ia
mendorong wanita untuk belajar dan bekerja, semisal menjadi dokter, ia tetap
menekankan wanita untuk menutup aurat dan melakukan pemisahan antara laki-laki
dan perempuan.
pembaharuannya
yang
bisa
menjadi
ujung
tombak
gerakan
yang jarang ditemukan di Negara-negara Islam lain bahkan hingga saat ini. K.H.
Ahmad Dahlan juga membentuk gerakan pramuka Muhammadiyah yang diberi
nama Hizbul Watan.
11
BAB IV
LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH
A. Biografi K.H. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH.
Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh
orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia
termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang
terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana Ainul
Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo,
Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan
Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada
Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada 8
Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan dengan 18 November 1912., ia mendirikan
Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
2. Belajar dari Guru ke Guru
KH Ahmad Dahlan tidak pernah merasa puas hanya dengan belajar dengan
satu guru. Berbagai guru dari beragam disiplin ilmu sudah ia temui. Guru-Guru
KH. Ahmad Dahlan yaitu diantaranya adalah :
a) KH Abu Bakar (ayahnya)
b) KH. Ahmad Sholeh (Kakak Iparnya)
c) Ilmu Fiqih (KH. Muchsin)
d) Ilmu Nahwu (KH. AbdulHamid)
e) Ilmu Falaq (KH. Raden Dahlan dan Syeck Misri Mekkah)
f) Ilmu Fiqih dan Hadis (Kiai Mahfud)
g) Ilmu Hadist (Syeck Khayyat dan Sayyid Babussijjil)
h) Qiroatul Quran (Syeckh Amin dan Sayyid Bakri Syatha, Syekh Asyari
Baceyan)
i) Ilmu Pengobatan dan Racun (Syeck Hasan),
KH Ahmad Dahlan juga bertemu dan berdialog dengan ulama dalam negeri
yang bermukim di Mekkah ketika berhaji, yaitu: Syekh Muhammad Khatib
Minangkabau, Kiai Nawawi Al-Bantatni, Kiai Mas Abdullah Surabaya, Kiai
Faqih (Pondok Mas Kumambang) Gresik, Syekh Jamil Jambek dari
Minangkabau, kiai Najrowi dari Banyumas. Selama di Mekkah itu, seorang
gurunya yang bernama Syekh Bakri Syatha memberikan nama baru kepada
Muhammad Darwis, yaitu Ahmad Dahlan
13
Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H.
Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak.
KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai
Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah
pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.
4. Usaha KH Ahmad Dahlan Pembaharuan Pemikiran Islam
Pembaharuan dalam kehidupan keagamaan bisa berupa pemikiran maupun
gerakan, sebagai reaksi atau tanggapan terhadap keyakinan dan urusan sosial umat
islam. Ada dua kecenderungan pembaharuan, yaitu salafi yang mengutamakan
pemurnian ibadah dan akidah dari bidah, khurahat, tahayul dan syirik, maupun
kecenderungan
kearag
modernism.
Kecenderungan
kedua
adalah
15
Bagi Kyai Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata
modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional.
Beliau mengajarkan kitab suci Al Quran dengan terjemahan dan tafsir agar
masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun melagukan Quran semata,
melainkan dapat memahami makna yang ada di dalamnya. Dengan demikian
diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang diharapkan
Quran itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya
hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami dan memahami isinya.
Sehingga Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati.
Di bidang pendidikan, Kiai Dahlan lantas mereformasi sistem pendidikan
pesantren zaman itu, yang menurutnya tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif
metodenya lantaran mengutamakan menghafal dan tidak merespon ilmu
pengetahuan umum. Maka Kiai Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan
memberikan pelajaran pengetahuan umum serta bahasa Belanda. Bahkan ada juga
Sekolah Muhammadiyah seperti H.I.S. metode Quran. Sebaliknya, beliau pun
memasukkan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum. Kiai Dahlan terus
mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Sehingga semasa hidupnya,
beliau telah banyak mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik,
dan rumah yatim piatu.
Kegiatan dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin meningkatkan
dakwah dengan ajaran pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal,
beliau mengajarkan bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya
dari Nabi Muhammad SAW. Beliau juga mengajarkan larangan ziarah kubur,
penyembahan dan perlakuan yang berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton
seperti keris, kereta kuda, dan tombak. Di samping itu, beliau juga memurnikan
agama Islam dari percampuran ajaran agama Hindu, Budha, animisme, dinamisme,
dan kejawen.
diungkapkan
bahwa
jumlah
lembaga
pendidikan
17
yang
bersifat
internal
dan
ekstenal
yang
mempercepat
berdirinya
Muhammadiyah.
1. Faktor Subyektif
Faktor Subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sbagai faktor utama
dan faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil
pendalaman KH Ahmad. Dahlan terhadap Al Qur'an dalam menelaah, membahas
dan meneliti dan mengkaji kandungan isinya. Sikap KH. Ahmad Dahlan seperti
ini sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah sebagaimana yang
tersimpul dalam dalam surat An-Nisa ayat 82 dan surat Muhammad ayat 24 yaitu
melakukan taddabur atau memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian
terhadap apa yang tersirat dalam ayat.
Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan KH. A. Dahlan ketika menatap
surat Ali Imran ayat 104:
18
"Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung ".
Memahami seruan diatas, KH. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk
membangan sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan
rapi yang tugasnya berkhidmad pada melaksanakan misi dakwah Islam amar
Makruf Nahi Munkar di tengah masyarakat kita.
2. Faktor obyektif yang bersifat internal yang mempercepat berdirinya
Muhammadiyah adalah :
a. Kelemahan dan praktik ajaran Islam, ada dua bentuk :
1) Tradisionalisme
Pemahaman dan praktik Islam tradisonalisme
pengukuhan yang kuat terhadap khasanah intelektual Islam masa lalu dan
menutup kemungkinan untuk melakukan ijtihad dan pembaharuan
pembaharuan dalam bidang agama. Praktik agama semacam ini
mempersulit agenda umat untuk beradaptasi dengan perkembangan baru
yang banyak datang dari luar. Kegagalan ini termanifestasi dengan
penolakan terhadap perubahan dan kemudian dan berapologi terhadap
kebenaran tradisional yang telah menjadi pengalaman hidup selama ini.
2) Sinkritisme, pertemuan agama Islam dengan budaya lokal di samping
telah memperkaya khasanah budaya Islam, pada sisi lain telah
melahirkan format-format sinkretik, percampuradukan budaya yang tidak
dapat
dihindari,
percampuradukan
yang
kadang
menimbulkan
menimbulkan
penyimpangan
persoalan
dan
tidak
ketika
dapat
menjadi
berbagai rupa bidang pengetahuan seperti Hadits dan tafsirnya, Quran serta
tafsirnya, fiqih(Deliar Noer,1996:10). Fiqih dan mistik , dua pengetahuan
yang banyak menguasai bidang pengajaran tradisional/ pondok pesantren.
(Deliar Noer, 1996 : 12).
Pesantren, merupakan lembaga pendidikan tradisonal Islam khas
Indonesia. Ada kelemahan dalam pendidikan di pesantren, salah satu
kelemahannya materi pelajarannya hanya mengajarkan pelajaran agama,
seperti bahasa Arab, Tafsir Hadits, ilmu kalam, Tasawwuf, dan ilmu falak.
Pesantren tidak mengajarkan materi-materi pendidikan umum seperti ilmu
berhitung, biologi, kimia, ekonomi dan sebagainya. Yang justru diperlukan
umat Islam untuk memahami perkembangan zaman dalam rangka
menunaikan tugas sebagai khalifah di muka bumi.
Pengajaran Al Quran terutama untuk membaca atau mengulang-ulang
Al Quran. Tidak dirasakan kepentingan untuk memahami isinya. Pengajaran
dilakukan dengan mengunjungi dari rumah ke rumah, dan lama kelamaan
berkembang menggunakan langgar sebagai tempat belajar/sekolah. Tidak
dirancang adanya kurikulum dalam mengajar, semua murid menerima
pelajaran yang sama, hal ini terjadi juga di pondok pesantren.
Pengikut mistik biasanya membentuk suatu orde yang disebut tarekat.
Ada tiga tarekat yang ada di Indonesia yang masing-masing mempunyai
jaringan sampai ke Timur Tengah. Dalam Tarekat ini kedudukan guru sangat
penting. Kedudukan guru sangat istimewa tergambar dalam ajaran berwirid.
Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam. Kemudaratan lain berupa
keuntungan yang diperoleh kyai dari muridnya. Kyai sering menjual zimat,
sering bertindak sebagai dukun. Hal ini juga terjadi pada guru guru fiqih.
Hal di atas melatarbelakangi KH. A. Dahlan mendirikan
Muhammadiyah yaitu untuk melayani kebutuhan
20
sekolah
banyak
dalam konstitusi
21
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Muhammadiyah lahir dari kondisi masyarakat Islam Indonesia yang tidak
menjalankan agama sesuai dengan Al Quran dan Hadits. Muhammadiyah juga lahir
dari tekanan-tekanan Kolonial terhadap dakwah Islam di Indonesia.
Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi yang digunakan oleh KH Ahmad
Dahlan dalam mengaktualisasikan ajaran agama Islam menjadi rahmatan lil-alamin
dalam kehidupan di muka bumi ini. Muhammadiyah sebagai persyarikatan digunakan
oleh KH Ahmad Dahlan sebagai upaya
22
DAFTAR PUSTAKA
Amir
Pendidikan
dan
Pengajaran
23