Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Umar
Tirtaraharjda & Drs. S. L. La Sulo)
RESUME
BUKU PENGANTAR PENDIDIKAN
(Prof. Dr. Umar Tirtaraharjda & Drs. S. L. La Sulo)
Oleh: Eka Pratiwi (1413034015)
dan
bermasalah.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa
hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual yaitu suatu perbedaan yang dengan
melalui proses rekayasa dapat dibuat sama keadaannya, misalnya air yang karena perubahan
temperature lalu menjadi es. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan, orang
hutan dapat dirubah menjadi manusia.
2. Wujud Sifat Hakikat Manusia
Wujud sifat hakikat manusia yang dikemukakan oleh eksistensialisme, dengan maksud
menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:
b. Kemampuan berinteraksi
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kemampuan untuk menerobos dan mengatasi
batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemempuan menempatkan diri dan menerobos inilah
yang disebut dengan kemempuan bereksistensi. Adanya kemampuan bereksistensi inilah pula
yang membedakan manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku mekhluk infra
human, di mana hewan menjadi onderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi
manajer terhadap lingkungan. Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan.
Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi suatu keadaan
dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan serta mengembangkan daya imajinasi
kreatif sejak dari masa kanak-kanak.
c.
Kata hati
Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang
buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitannya dengan moral, kata hati
merupakan petunjuk bagi moral/ perbuatan. Usaha untuk mengubah kata hati yang tumpul
menjadi kata hati yang tajam adalah pendidikan kata hati ( gewetan forming). Realisasinya
dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang
memiliki keberanian moral yang didasari oleh kata hati yang tajam.
d. Moral
Moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-benar baik bagi manusia
sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi atau luhur. Sebaliknya
perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan realisasi dari
kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk, lazimnya disebut tidak bermoral.
e.
Tanggung jawab
Tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu
perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan
tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, oleh masyarakat,
oleh agama-agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan. Dan uraian ini menjadi
jelas betapa pentingnya pendidikan moral bagi peserta didik baik sebagai pribadi maupun
sebagai anggota masyarakat.
f.
adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan,
semangat, dan daya tahan yang berbeda. Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab
sendiri merupakan cirri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia.
2. Dimensi Kesosialan
Setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya didalamnya terkandung
unsure memberi dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih
jelas pada dorongan untuk bergaul.
3. Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Kesusilaan
diartikan mencangkup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan
nilai-nilai.
4. Dimensi Keberagamaan
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah
sehingga memerlukan tempat bertopang.
C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
1. Pengembangan yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu
kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang
disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. Pengembangan yang utuh
dapat dilihat dari segi wujud dimensi dan arah pengembangannya.
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam
proses pengembangan jika ada unsur yang terabaikan. Pengembangan yang tidak utuh
mengakibatkan terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap.
pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum
dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha
sendiri.
c.
pembangunan
bangsa.
PSH yang hampir tenggelam, yang dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan
kembali oleh comenius 3 abad yang lalu (di abad 16). Selanjutnya PSH didefenisikan sebagai
tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan.
Pengorganisasian dan penstruktursn ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia
yang paling muda sampai paling tua. (Cropley:67)
Berikut ini merupakan alasan-alasan mengapa PSH diperlukan:
Rasional
Alasan keadilan
Alasan ekonomi
Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan
emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek
Alasan perkembangan iptek
Alasan sifat pekerjaan.
4. Kemandirian dalam Belajar
a. Arti dan Prinsip yang Melandasi
Kemandirian belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong
oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dantanggung jawab sendiri dari pembelajar. Bertumpu
pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar,
mulai keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai pada penemuan
diri sendiri, apabila ia mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar.
Peserta didik
Pendidik
Interaksi edukatif
Tujuan pendidikan
Materi pendidikan
Landasan Pendidikan
1.
Landasan Filososfis
Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts)
atau bahan ajar esensial.
2.
Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial)
yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
3.
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan
praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang
pendidikan tradisional.
4.
Rekonstruksionisme
Landasan Sosiolagis
sosiolagis
berkenaan
dengan
perkembangan,
kebutuhan
dan
karakteristik
masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan polapola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:
1.
2.
hubunan kemanusiaan.
3.
4.
Landasan Psikologis
sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan
fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya
pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan
iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan
hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi
masyarakat
B.
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1.
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas
yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo
dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2.
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan
kehidupan peserta didik di masa depan.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3.
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar
itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila
diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama
sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam
melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
BAB IV PERKIRAAN DAN ANTISIPASI
TERHADAP MASYARAKAT MASA DEPAN
Melalui pendidikan setiap masyarakat akan melestarikan nilai-nilai luhur social
kebudayaannya yang telah terukir dengan indahnya dalam sejarah bangsa tersebut. Melalui
pendidikan juga diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan
objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun tuntutan karena pengaruh dari luar
masyarakat yang bersangkutan. Dan melalui pendidikan pula akan ditetapkan langkahlangkah yang dipilih masa kini sebagai upaya mewujudkan aspirasi dan harapan di masa
depan.
Dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional Pasal 1 telah
ditetapkan antara lain bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang. Setelah mempelajari bab ini diharapkan dapat:
1.
Memahami berbagai upaya pendidikan untuk mengantisipasi masa depan, baik yang
A.
dinyatakan bahwa Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang
amat sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa
yang bersangkutan. Demi pemahaman dank arena adanya saling pengaruh antara pendidikan
dan latar sosiokultural, maka perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian kebudayaan.
Kebudayaan itu dapat:
1) Berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
2) Berwujud kelakuan yakni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3) Berwujud fisik yakni benda-benda hasil karya manusia.
Pengertian kebudayaan yang begitu luas tersebut seringkali dipecah lagi dalam unsurunsurnya, dan sering dipandang sebagai unsur-unsur universal dari kebudayaan, yakni:
Sistem religi dan upacara keagamaan
Sistem dan organisasi kemasyarakatan
Sistem pengetahuan
Bahasa
Kesenian
Sistem mata pencarian
Sistem teknologi dan peralatan.
Perubahan yang cepat tersebut mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat
dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan.
1.
Kecenderungan Globalisasi
Istilah globalisasi (asal kata: global yang berarti sevara umumnya, utuhnya,
kebulatannya) bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan-akan tanpa tapal batas
administrasi Negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan antarbangsa
di dunia semakin besar, dengan kata lain menjadikan dunia sebagai satu keutuhan, satu
kesatuan. Empat bidang kekuatan gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol daya
dobraknya, yakni bidang-bidang iptek, ekonomi, lingkungan hidup, dan pendidikan.
Disamping keempat bidang tersebut, kecenderungan globalisasi juga tampak dalam
bidang
politik,
hokum
dan
hak-hak
asasi
manusia,
paham
demokrasi,
dan
2.
ciri utama dari masyarakat masa depan. Percepatan perkembangan iptek tersebut terkait
dengan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Terdapat serangkaian kegiatan
pengembangan dan pemanfaatan iptek, yakni:
Penelitian dasar (basic research)
Penelitian terapan (applied research)
Pengembangan teknologi (technological development)
Penerapan teknologi.
Biasanya langkah-langkah tersebut diikuti oleh langkah evaluasi, apakah hasil iptek tersebut
diterima oleh masyarakat, seumpama dari segi etis, politis, religius, dan sebagainya.
Ada dua pola kebudayaan dalam masyarakat, yakni masyarakat ilmuwan dan
masyarakat terdidik/nonilmuwan (scientific and literary communities), yang akan
menghambat kemajuan baik iptek maupun masyarakat itu sendiri. Untuk mengantisipasi
keadaan tersebut, dalam masyarakat masa depan maka perlu diupayakan agar setiap anggota
masyarakat memiliki wawasan yang tepat serta mengetahui terminologi beserta maksudnya
yang lazim digunakan tanpa harus menjadi pakar iptek tersebut.
3.
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam upaya-upaya untuk merebut
teknologi, seperti:
Pengembangan teknologi satelit yang mutakhir.
Penggunaan teknologi digital yang mampu menyalurkan sinyal beragam menuju bentuk
ISDN (integrated service digital network).
Dibidang media cetak.
Dibidang media elektronik.
4.
layanan profesional dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Profesi adalah suatu
lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu, suatu vokasi khusus yang mempunyai ciriciri: Expertise (keahlian), responbility (tanggung jawab), corporateness (kesejawatan).
Profesionalisasi merupakan proses pemantapan profesi sehingga memperoleh status yang
melembaga sebagai professional. Didalamnya akan terkait dengan permasalahan akreditasi,
sertifikasi, dan izin praktek. Mc Cully (1969, dari T. Raka Joni, 1981: 5-8) mengemukakan
enam tahap dalam proses profesionalisasi yakni:
a) Penetapan dan pemantapan layanan unik yang diberikan oleh suatu profesi sehingga
memperoleh pengakuan masyarakat dan pemerintah.
b) Penyepakatan antara kelompok profesi dan lembaga pendidikan prajabatan tentang standar
kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh setiap calon profesi tersebut.
c) Akreditas
d) Mekanisme sertifikasi dan pemberian izin praktek.
e) Secara perseorangan maupun secara berkelompok, pemangku profesi bertanggung jawab
penuh terhadap segala aspek pelaksanaan tugasnya.
f) Kelompok professional memiliki kode etik, yang berfungsi ganda, yakni:
Perlindungan terhadap masyarakat agar memperoleh layanan yang bermutu.
Perlindungan dan pedoman peningkatan kualitas anggota.
B. Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan
Edgar Faure dalam surat (18 Mei 1972) yang mengantar laporan komisi Internasional
Pengembangan Pendidikan yang diketuainya, yang dikirim kepada Direktur Jendral
UNESCO, mengemukakan bahwa rumusan-rumusan tradisional dan perbaikan-perbaikan
sebagian, tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan yang belum pernah ada, yang
timbul dari tugas dan fungsi baru yang harus dipenuhi. Pengembangan pendidikan dalam
masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara keseluruhan dengan
untuk:
b.)
e.)
lingkungan.
(2) Kreativitas di dalam menemukan alternatif pemecahannya.
(3) Efisiensi dan etos kerja yang tinggi.
Pentingnya mengembangkan empat hal pada peserta didik, yaitu:
(1)
(2)
(3)
(4)
pada:
Aspek yang paling berperan dalam individu untuk memberi arah antisipasi tersebut yakni
nilai dan sikap.
Pengembangan budaya dan sarana kehidupan
Tentang pendidikan itu sendiri, utamanya pengembangan sarana pendidikan. Ketiga hal
tersebut merupakan titik strategi dalam mengantisipasi masa depan.
pendidikan selalu diorientasikan pada penyiapan peserta didik untuk berperan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, pengembangan sarana pendidikan sebagai salah satu prasyarat
utama untuk menjemput masa depan dengan segala kesempatan dan tantangannya.
Peningkatan mutu pendidikan dasar itu yang wajib diikuti oleh semua warga Negara akan
menjadi cikal bakal ke arah:
Khusus untuk menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa
hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S.
Hamijoyo mengemukakan lima strategi dasar dalam era globalisasi tersebut yakni:
1.
2.
3.
kesehatan,
4.
5.
pemecahan masalah secara multidisiplin. Oleh karena itu, diperlukan suatu program
pendidikan yang kuat dalam dasar keahlian yang akan memperluas wawasan keilmuan dan
membuka peluang kerja sama dengan bidang keahlian lainnya.
Tripusat Pendidikan
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan
masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara
lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah an lingkungan
masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.
1.
Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama
dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung
jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang
dengan baik.
Pendidikan keluarga berfungsi:
Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
Menjamin kehidupan emosional anak
Menanamkan dasar pendidikan moral
Memberikan dasar pendidikan sosial.
Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama
dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan
anak ke sekolah.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.
Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya
sebagai berikut;
Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta
menanamkan budi pekerti yang baik.
Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau
tidak dapat diberikan di rumah.
Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis,
berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan
pengetahuan.
Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah,
dan sebagainya.
3.
Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan keluarga dan
sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk
beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan
sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertiapengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
2.
3.