Anda di halaman 1dari 6

A.

Kebutuhan Dasar Selama Persalinan


1. Makanan dan minuman per oral
Beberapa waktu yang lalu pemberian makanan padat pada
pasien yang kemungkinan sewaktu-waktu memerlukan tindakan
anestesi tidak disetujui, karena makanan yang tertinggal di
lambung akan menyebabkan aspira pneumoni (tersedak dan
masuk ke dalam saluran pernapasan). Alasan ini cukup logis
karena pada proses persalinan, motilitas lambung; absorpsi
lambung; dan sekresi asam lambung menurun. Sedangkan cairan
tidak terpengaruhdan akan meninggalkan lambung dengan durasi
waktu yang biasa, oleh karena itu pada pasien sangat dianjurkan
untuk

minum

cairan

yang

manis

dan

berenergi

sehingga

kebutuhan kalorinya tetap akan terpenuhi. (Ari Sulistyawati dkk,


2010)
2. Akses Intravena
Akses intravena adalah tindakan pemasangan infus pada
pasien. Kebijakan ini di ambil dengan pertimbangan sebagai jalur
obat, cairan, atau darah untuk mempertahankan keselamatan jika
sewaktu-waktu

terjadi

keadaan

darurat

dan

untuk

mempertahankan suplai cairan bagi pasien.


Beberapa keadaan berikut ini memerlukan pemasangan
infus sejak awal persalinan, antara lain :
Gravida 5 atau lebih
Distensi uterus ( ketegangan uterus) yang terlalu berlebihan,
misalnya pada kondisi gemeli, polihidramnion, atau pada

bayi besar.
Induksi oksitosin
Riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya
Riwayat atau predisposisi lain yang memungkinkan pasien
untuk mengalami perdarahan segera setelah melahirkan.

Pasien mengalami dehidrasi dan keletihan


Pasien diketahui mengidap penyakit infeksi yang disebabkan
oleh streptococus grup B, sehingga memerlukan terapi

antibiotic secara intra vena


Suhu pasien lebih dari 38 0C pada saat persalinan
Kondisi obstetrik patologis yang mengancam kondisi pasien,
misalnya plasenta previa, abrubsio plasenta, pre-eklampsi

dan eklampsi
Anestesi epidural.

(Ari Sulistyawati dkk, 2010)


3. Posisi dan ambulansi
Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan
bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi
tertentu justru akan membantu proses penurunankepala janin
sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat (selama tidak ada
kontra indikasi dari keadaan pasien). Beberapa posisi yang dapat
di ambil antara lain rekumben lateral (miring), lutut-dada, tanganlutut, duduk, berdiri, berjalan, dan jongkok. (Ari Sulistyawati dkk,
2010)
4. Eliminasi selama persalinan (BAB atau BAK)
Buang air kecil (BAK)
Selama proses persalinan, pasien

akan

mengalami

poliurisehingga penting untuk di fasilitasi agar kebutuhan eliminasi


dapat terpenuhi. Jika pasien masih berada dalam awal kala I,
ambulansi dengan berjalan seperti aktivitas ke toilet akan
membantu penurunan kepala janin. Hal ini merupakan keuntungan
tersendiri untuk kemajuan persalinannya.

Jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk BAK sendiri di


toilet,

maka

tugas

bidan

atau

keluargaterdekat

untuk

menfasilitasinya- misalnya menggunakanpispot di tempat tidur.


Penting untuk menanyakan kepada pasien mengenai siapa yang ia
inginkanuntuk membantunya BAK di atas tempat tidur. Ini sangat
berpengaruh terhadap psikologis pasien, tidak hanya saat ia BAK
namun untuk perkembangan kenyamanan psikologis di tahap
proses persalinan selanjutnya.
Bagi sebagian pasien ada yang merasa sangat malu untuk
mengatakan keinginannya untuk BAK di tempat tidur karena
khawatir akan merepotkan atau membuat rishi orang lain.
Meskipun kepada orang terdekatnya sehingga ia lebih memilih
untuk menahannya. Kondisi ini sedapat mungkin harus dihindari
karena

urine

yang

tertahandi

dalam

kandung

kemih

akan

menghambat penurunan kepala janin, maka bidan harus dapat


meyakinkan bahwa ia siap kapan saja untuk membantu BAK
karena

ini

merupakan

bagian

dari

tugasnya

dalam

ranga

membantu persalinan agar berjalan lancar.


Buang air besar (BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan
dorongan

untuk

BAB.

Namun

rasa

khawatir

kadang

lebih

mendominasi daripada perasaan tidak nyaman, hal ini terjadi


karena pasien tidak tahu mengenai caranya serta khawatir akan
respons orang lain terhadap kebutuhannya ini. Dalam kondisi ini
penting bagi keluarga serta bidan untuk menunjukkan respons

yang positif dalam hal kesiapan untuk memberikan bantuan dan


meyakinkan pasien bahwa ia tidak perlu merasa rishi atau
sungkan untuk melakukannya. Jika upaya ini tidak dilakukan, maka
efek yang dirasakan adalah ia akan merasa rendah diri dan tidak
percaya kepada orang lain serta akan memengaruhi semangatnya
untuk menyelesaikan proses persalinannya.
Jika pasien dapat berjalan sendiri ke toilet, maka cukup bagi
pendamping menemaninya sampai ia selesai. Namun jika kondisi
sudah tidak memungkinkan untuk turun dari tempat tidur, maka
tanyakan terlebih dahulu mengenai posisi apa yang paling nyaman
serta siapa yang akan dimintai bantuan untuk membersihkannya.
Usahakan

semaksimal

mungkinbagi

penolong

untuk

tidak

menunjukkan reaksi negative (misalnya menutup hidung) karena


ini akan sangat menyakitkan bagi pasien yang sedang bersalin.
(Ari Sulistyawati dkk, 2010)
5. Kebersihan tubuh
Sebagian pasien yang akan menjalani proses persalinan
tidak

begitu

menganggap

kebersihan

tubuh

sebagai

suatu

kebutuhan, karena ia lebih terfokus terhadap rasa sakit akibat his


terutama pada primipara. Namun bagi sebagian yang lain akan
merasa tidak nyaman atau rishi ika kondisi tubuhnya kotor dan
bau

akibat

keringat

mempertimbangkan

berlebih

apakah

selama

kebersihan

persalinan.
tubuh

ia

Tanpa
anggap

kebutuhan atau tidak, bidan atau pendamping sebaiknya tetap


memperhatikan kebersihan tubuh pasien. Selain rasa nyaman. Jika

tubuhnya dalam keadaan bersih, perhatian dari para pemberi


pelayanan akan menimbulkan perasaan positif bagi pasien dan
rasa dihargai.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan tubuh pasien antara lain.
1. Saat tidak ada his, bidan atau perawat dapat membantu
menggantikan baju terutama jika sudah basah dengan keringat.
Sarankan pasien untuk menggunakan baju dengan bahan yang
tipis dan menyerap keringat serta berkancing depan
2. Seka keringat yang membasahi dahi dan wajah

pasien

menggunakan handuk kecil


3. Ganti kain pengalas bokong jika sudah basah oleh darah atau
air ketuban.
(Ari Sulistyawati dkk, 2010)
6. Istirahat
Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat
rileks. Di awal persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk
istirahat yang cukup sebagai persiapan untuk menghadapi proses
persalinan yang panjang, terutama pada primipara. Jika pasien
benar-benar tidak dapat tidur terlelap karena sudah mulai
merasakan his, minimal upayakan untuk berbaring di tempat tidur
dalam posisi miring ke kiri untuk beberapa waktu. Posisi ini
dikombinasikan dengan aktivitas dalam ambulansi agar penurunan
kepala janin dapat lebih maksimal. (Ari Sulistyawati dkk, 2010)
7. Kehadiran pendamping
Kehadiran seseorang yang penting dan dapat dipercaya
sangat dibutuhkan oleh pasien yang akan menjalani proses
bersalin. Individu ini tidak selalu suami atau keluarga, jika di awal

pertemuan bidan sudah dapat memikat hati pasien, maka hal ini
merupakan satu hal yang sangat istimewa bagi pasien dan
akhirnya ia akan menjadikan bidan sebagai orang yang paling ia
percaya dalam proses persalinan. (Ari Sulistyawati dkk, 2010)
8. Bebas dari nyeri
Setiap pasien yang bersalin selalu menginginkan terbebas
dari rasa nyeri akibat his, hal yang perlu ditekankan pada pasien
adalah bahwa tanpa adanya rasa nyeri maka persalinan tidak akan
mengalami kemajuan, karena salah satu tanda persalinan adalah
adanya his yang akan menimbulkan rasa sakit. Beberapa upaya
yang dapat ditempuh seperti mandi dengan air hangat, derjalanjalan di dalam kamar, duduk di kursi sambil membaca buku atau
novel kesukaan, posisi lutut-dada di atas tempat tidur, dan
sebagainya. (Ari Sulistyawati dkk, 2010)

Anda mungkin juga menyukai