Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negaranegara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku
yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan
karena mereka tidak produktif (Hawari, 2000).
Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik,
namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan
persoalan yang dihadapi. Kegagalan dalam memberikan koping yang sesuai dengan tekanan
yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam
gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat
ringannya sumber tekanan, perbedaan antara individu, dan latar belakang individu yang
bersangkutan (Siswanto, 2007).
Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam memberikan
asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang dapat membantu proses
penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan
kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat membantu proses penyembuhan dengan
menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha kesehatan dan tindakan keperawatan secara
komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita waham dapat
menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak mendapatkan perawatan secara
intensif.
B.
1.
a.
b.
c.
d.
e.

Tujuan
Tujuan umum
Mengkaji data yang terkait masalah waham
Menetapkan diagnosa keperawatan dengan pasien gangguan waham
Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan gangguan waham
Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan gangguan waham
Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengenal masalah waham

f.
2.
a.
b.

Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan waham


Tujuan khusus
Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Pasien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran

pasien
c. Pasien dapat mengidentifikasi stressor atau pencetus wahamnya
d. Pasien dapat mengidentifikasi wahamnya

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN

Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap obyek dan tidak konsisten dengan
latar belakang intelektual dan budaya (Rawlin, 1993)
Waham adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan
realitas (Haber,1982).
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.
Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan,
kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna
Keliat,1999).
B. PENYEBAB WAHAM
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep
diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan
merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda Dan Gejala :

Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit

(rambut botak karena terapi)


Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakiri kehidupannya.

C. FACTOR PRESIPITASI
1. Social Budaya
Teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan terjadinya respon
neurologis yang maladaptive, misalnya lingkungan yang penuh dengan kritik (rasa
bermusuhan); kehilangan kemandirian dalam kehidupan atau kehilangan harga diri;
kerusakan dalam interpersonal dan gangguan dalam hubungan interpersonal; kesepian;

tekanan dalam pekerjaan dan kemiskinan. Teori ini mengatakan bahwa terjadinya gangguan
psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
2. Prilaku
Pengkajian pada klien dengan respon neurobiologis yang maladaptive perlu
ditekankan pada fungsi kognitif (proses piker), fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik
dan fungsi social.
a. Fungsi kognitif
Pada fungsi kognitif terjadi perubahan pada daya ingat. Klien mengalami kesukaran
untuk menilai dan menggunakan memorinya atau klien mengalami gangguan daya ingat
jangka pendek atau jangka panjang. Klien menjadi pelupa dan tidak berminat.

Cara berfikir magis dan primitive


Klien menganggap bahwa dirinya dapat melakukan sesuatu yang mustahil bagi orang

lain, misalnya dapat berubah menjadi superman. Cara berfikir klien seperti anak pada tingkat
perkembangan anak prasekolah.

Perhatian
Klien gangguan respon neurologis tidak mampu memprtahankan perhatiannya atau

mudah teralihkan serta konsentrasinya buruk. Akibatnya klien mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas dan berkonsentrasi terhadap tugas.

Isi pikir
Klien tidak mampu memproses stimulus internal dan eksternaldengan baik sehingga

terjadi apa yang disebut dengan waham (agama, kebesaran, somatic, curiga, nihilstik, sisip
piker, siar piker).

Bentuk dan pengorganisasian bicara


Klien tidak mampu mengorganisasi pemikiran dan menyusun pembicaraan yang logis

serta koheren. Gejala yang sering ditemukan adalah kehilangan asosiasi, tangensial,
inkoheren atau neologisme, sirkumstansial, tidak masuk akal. Hal ini dapat diidentifikasi dari
pembicaraan klien yang tidak relevan, tidak logis, bizar dan bicara yang berbelit-belit.
b. Fungsi persepsi
Perubahan atau gangguan yang sering ditemukan pada klien adalah :

Depersonalisasi

Klien merasa tubuhnya bukanlah miliknya atau klien merasa dirinya terpisah dengan
jati dirinya sendiri.

Halusinasi
Klien merasakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan lingkungan atau tidak

ada stimulus dari lingkungan. Halusinasi yang sering terjadi adalah halusinasi pendengaran
dan penglihatan.
c. Fungsi emosi
Emosi digambarkan dalam istilah mood dan afek. Mood adalah suasana emosi
sedangkan afek mengaju kepada expresi emosi, yang dapat diamati dari expresi wajah,
gerakan tangan, tubuh dan nada suara ketika individu menceritakan perasaannya.
Pada respons neurobiologis yang maladaptif terjadi gangguan emosi yang dapat dikaji
melalui perubahan afek :

Afek tumpul : kurangnya respon emosional terhadap pikiran, orang lain atau pengalaman.

Klien tampak apatis.


Afek datar : tidak tampak expresi aktif, suara monoton dan wajah datar, tidak ada

d.

keterlibatan perasaan.
Afek tidak sesuai : afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan.
Reaksi berlebihan : reaksi emosi yang berlebihan terhadap suatu kejadian.
Ambivalen : timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada saat yang bersamaan.
Fungsi motorik
Respon neurobiologis maladaptif menimbulkan perilaku yang aneh, membingungkan

dan kadang-kadang tampak tidak kenal dengan orang lain. Perubahan tersebut adalah :

Impulsif : cenderung melakukan gerakan yang tiba-tiba dan spontan.


Manerisme : dikenal melalui gerakan dan ucapan seperti grimasentik.
Stereotipik : gerakan yang diulang-ulang tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh

stimulus yang jelas.


Katatonia
e. Fungsi social
Perilaku yang terkait dengan hubungan sosial sebagai akibat dari respon
neurobiologis yang maladaptive adalah sebagai berikut :

Kesepian
Perasaan terisolasi dan terasing, perasaan kosong dan merasa putus asa sehingga

kllien terpisah dengan orang lain.

Isolasi social
Terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan emosional dari lingkungan. Isolasi

diri klien tergantung pada tingkat kesedihan dan kecemasan yang berkaitan dalam
berhubungan dengan orang lain. Rasa tidak percaya pada orang lain merupakan inti masalah
pada klien. Pengalaman hubungan yang tidak menyenangkan menyebabkan klien
menganggap hubungan saat ini membahayakan. Klien merasa terancam setiap ditemani
orang lain karena ia menganggap oran tersebut akan mengontrolnya , mengancam,
menuntutnya. Oleh karena itu klien memilih tetap mengisolasi diri dari pada pengalaman
yang menyedihkan terulang kembali.
D. AKIBAT DARI WAHAM
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat
melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
Memperlihatkan permusuhan
Mendekati orang lain dengan ancaman
Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
Mempunyai rencana untuk melukai

E. JENIS-JENIS WAHAM
Waham dapat diklasifikasikan menjadi delapan macam :
1. Waham agama :
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan, diungkapakan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
2. Waham kebesaran :
Klien yakin bahwa ia memiliki kebesaran dan kekuasaan khusus, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
3. Waham somatik :
Klien yakin bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.

4. Waham curiga :
Klien yakin bahwa seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
F. Proses terjadinya waham:
1. Perasaan di ancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan
terjadi
2. Mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek dari realitas dengan
menyalahartikan kesan terhadap kejadian
3. Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga
perasaan, pikiran dan keinginan negative/tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal
4. Individu mencoba memberi pembenaran/rasional/alasan interprestasi personal tentang
realita pada diri sendiri atau orang lain.
G. TANDA DAN GEJALA WAHAM
Untuk mendapatkan data waham, Saudara harus melakukan observasi terhadap
perilaku berikut ini :
Tanda Dan Gejala Umum :
1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan,
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
Klien tampak tidak mempunyai orang lain
Curiga
Bermusuhan
Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
Takut, sangat waspada
Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
Ekspresi wajah tegang
Mudah tersinggung

H.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

a.
b.
c.
d.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PERUBAHAN PROSES PIKIR


Bina hubungan yang saling percaya
Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak dipenuhi
Bantu klien berhubungan dengan realita
Libatkan keluarga
Ajar klien memanfaatkan obat dengan benar
Strategi Merawat Pasien Waham
Tempatkan waham dalam kerangka waktu dan identifikasi pemicu
Kaji intensitas, frekuensi, dan lamanya waham
Identifikasi komponen emosional waham
Amati adanya bukti pemikiran konktrit

e. Amati pembicaraan yang menunjukan gejala gangguan pemikiran


f. Amati kemampuan pasien untuk menggunakan pertimbangan sebab akibat secara akurat
g. Bedakan antara gambaran pengalaman dan kenyataan yang terjadi dan arti dari kenyataan
tersebut
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Wawancara
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara pada pasien
dan keluarga, adalah :
a.
b.
c.
d.
e.

Memperlihatkan permusuhan
Mendekati orang lain dengan ancaman
Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
Mempunyai rencana untuk melukai
Observasi
Tanda dan gejala waham yang dapat diobservasi:

a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan,


keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
Klien tampak tidak mempunyai orang lain
Curiga
Bermusuhan
Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
Takut, sangat waspada
Ekspresi wajah tegang
Mudah tersinggung

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2) kerusakan interaksi social, waham.
3. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang umum untuk gangguan neurobiologist
No

Prinsip

Rasional

.
1.

Menciptakan

Lingkungan fisik dan Lingkungan fisik :

lingkungan teurapeutik. psikososial

Tindakan

yang 1)

Tempatkan

klien

teurapeutik
menstimulus
kemampuan
realitas.

akan pada ruangan yang tenang


dan cukup terang (siang
orientasi atau malam).
2)

Cukup

stimulus

untuk waktu (kalender,


jam), tempat (nama-nama
tempat), berita (Koran,
radio,

tv,

majalah),

kegiatan berupa jadwal


harian,

mingguan

atau

bulanan.
Lingkungan psikososial :
1)

Sikap perawat, tim

kesehatan dan keluarga


yang bersahabat, penuh
perhatian,

lembut

dan

sangat.
Bina

hubungan

saling

percaya :
1)

Tunjuk perawat yang

bertanggung jawab pada


klien.
2)

Tingkatkan kontak

klien dengan lingkungan


social secara bertahap.
3)

Beri stimulus untuk

interaksi

dengan

lingkungan.
2.

Memenuhi
biologis.

kebutuhan 1)

Klien

terganggu

yang 1)
orientasi kebutuhan

Perhatikan
fisiologis

realitas dapat cedera dan klien, makan, tidur dan


tidak perduli terhadap kegiatan.
kebutuhan biologis.
2)

Pada

2)

Perhatikan tanda-

awalnya tanda

perawat

yang

harus membahayakan klien dan

memperhatikan
pemenuhan

orang lain dilingkungan.

kebutuhan 3)

secara adekuat.

Latih

klien

melakukan

kegiatan

sehari-hari,

makan,

mandi, dll.
4)

Sertakan keluarga

untuk

pemenuhan

kebutuhan fisiologis dan


3.

pelaksanaan ADL.
perlu 1)
Bantu klien untuk

Mengembangkan

Klien

orientasi realitas klien.

mengembangkan
kemampuan

mengenal persepsinya.
menilai 2)

Beri umpan balik

realitas secara adekuat tentang


agar

klien

beradaptasi
lingkungan.

dapat tanpa

perilaku

klien

menyokong

atau

dengan membantah kondisinya.


3)

Kontak sering dan

singkat oleh perawat dan


tim kesehatan lain.
4)

Beri

kesempatan

klien

untuk

mengungkapkan persepsi
dan daya orientasi.
5)
topik
dengan

Bicarakan
yang

topik-

berkaitan

orientasi

diri

sendiri, orang lain dan

lingkungan.
6)

Bantu

dan

tingkatkan konta social


4.

Meningkatkan
diri klien.

harga 1)

secara bertahap.
Peningkatan harga 1)
Beri kesempatan

diri akan meningkatkan mengungkapkan


percaya diri sehingga perasaan.
kecemasan

klien 2)

Beri respon yang

berkurang. Keadaan ini tidak

menghakimi

dan

akan membantu klien tidak menyalahkan.


berhubungan
lingkngan.
2)
pengulangan
yang positif.

dengan 3)

Hargai

setiap

pendapat klien.
Mendorong 4)

Bantu

perilaku mengidentifikasi

klien
hal-hal

positif pada dirinya.


5)

Berikan

penghargaan

terhadap

aspek

positif

yang

dimiliki klien.
6)

Bimbing klien untuk

melakukan

kegiatan

sesuai

dengan

kemampuan

dan

kesenangannya.
7)

Berikan

setiap

kali

melakukan

pujian
klien

kegiatannya

dengan baik.
8)

Beri

kesempatan

klien untuk sukses dala


kegiatannya.

4. Strategi Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien Waham


SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan
yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi.
SP 2 : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekannya.
(keesokan harinya, sesuai dengan jadwal yang telah disetujui oleh Sara dan kedua
perawat tersebut, mereka melakukan KEGIATAN SP : 2)

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam BAB ini, penulis akan membahas dan membandingkan antara tinjauan teori
dan tinjauan kasus pada Nn.M dengan diagnosa Waham. Fokus pembahasan penulis
berdasarkan pada setiap tahap dalam proses keperawatan yang dimulai dengan tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.
Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan,
kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna
Keliat,1999).
B. SARAN
Dalam kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan saran saran sebagai
berikut :
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan waham, perawat harus
memahami konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan waham sehingga asuhan
keperawatan dapat terlaksana dengan baik
2. Dalam melakukan tindakan keperawatan harus melibatkan pasien dan keluarganya serta
tim kesehatan lainnya. Sehingga data yang diperoleh sesuai dengan tindakan yang
dilakukan.
3. Dalam melakukan tindakan keperawatan disarankan untuk mengevaluasi tindakan
tersebut secara terus menerus

DAFTAR PUSTAKA
1. Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa oleh Tim MPKP RSMM & FIK UI
2. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa I oleh DEPARTEMEN KESEHATAN RI
(2000)
3. Internet situs Google, WAHAM Rona Khatulistiwa

Anda mungkin juga menyukai