Anda di halaman 1dari 8

4th International Conference on Urban Heritage and Sustainable Infrastructure Development (UHSID) 2015

Empowering Partnerships and Understanding Social Impact in Heritage Management


14 November 2015, Soegijapranata Catholic University, Semarang, Central Java, Indonesia

Revitalisasi Kawasan Kali Berok


Drs. Paulus Hariyono, M.T. ; Peter Nobel Bestian Sucipto
Program Studi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik Soegijapranata
phariyono@yahoo.com ; gregorypeterofficial@gmail.com

Abstrak

Kawasan kota lama Semarang merupakan suatu kawasan dengan sejarah panjang bagi kota Semarang.
Sebagian lokasi dalam kawasan ini telah dihidupkan kembali dengan adanya kegiatan aktif masyrakat seperti
sub kawasan pecinan dengan semawis dan sub kawasan gereja blenduk dengan festifal kota lama dan aktivitas
kuliner baik formal maupun informal. Selain daripada hal tersebut sub kawasan kali berok yang masih
tersambung dengan kali semarang. Dalam sub kawasan kali berok sendiri terdapat jembatan berok yang
merupakan obyek vital yang menyambungkan 2 jalan utama menuju semarang yaitu Jalan Mpu.Tantular dan
juga Jalan Pemuda. Selain itu sub kawasan kali berok juga menghubungkan sub kawasan kota lama dengan
Pasar Johar yang merupakan pasar untuk wilayah semarang dan sekitarnya. Kali berok kini merupakan suatu
lokasi yang cukup sibuk dengan adanya beberapa potensi yang dapat dimaksimalkan seperti wisata air dan
potensi sebagai suatu ruang publik baru. Beberapa alasan mengenai hal tersebut adalah: 1) Lebar pada kali
berok cukup untuk dilakukannya kegiatan wisata air; 2) Arus air yang cukup tenang; 3) Sebagian besar
tanggul dalam kondisi baik; 4) Kondisi air yang masih mungkin untuk dijernihkan; 5) Lokasi yang dekat
dengan Pusat kota; 6) Memiliki akses yang menghubungkan Pasar Johar dan sub kawasan Kota Lama; 7)
Lebar tepi sungai yang memungkinkan untuk adanya ruang publik; 8) Kondi sekitar yang memiliki tampak
yang dinilai indah dan memiliki nilai sejarah. Sangat disayangkan bila kawasan yang berpotensial kurang
tertata secara utuh. Mengingat lokasi ini juga sudah dikenal oleh masyarakat luas dan dapat menjadi ikon baru
bagi kota Semarang. Secara konsep kawasan ini dapat diatta ulang sebagai suatu alternatif untuk wisata air
dan wisata darat sebagai ruang terbuka publik hijau guna menghidupkan kembali interaksi sosial dengan
mendesain ulang tatanan taman pada kawasan Jembatan Berok. Dengan adanya peningkatan aktivitas sosial,
diharapkan lokasi tersebut dapat digunakan sebagai lokasi komunal bagi masyrakat. Dan diharapkan juga
dapat dibentuk komunitas masyrakat sekitar berok yang merupakan partner swasta dalam perawatan daripada
hasil revitalisasi kedepannya selain daripada dinas terkait.
Keywords: Berok River Side, Revitalisasi, Wisata Air, Taman Kota, Public Private Parnership.

4th International Conference on Urban Heritage and Sustainable Infrastructure Development (UHSID) 2015
Empowering Partnerships and Understanding Social Impact in Heritage Management
14 November 2015, Soegijapranata Catholic University, Semarang, Central Java, Indonesia

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kawasan kota lama semarang merupakan salah satu kawasan bersejarah bagi
kota semarang. Dengan banyaknya kejadian dan aktivitas yang terjadi pada kawasan
tersebut sejak lama. Kawasan ini sudah menjadi suatu kawasan yang menjadi suatu ikon
dimana jika Kota Lama adalah Semarang seperti halnya Kota Tua Jakarta. Karena hal
tersebut proses penataan ulang dan revitalisasi kawasan harus lebih digencarkan demi
menguatkan ikon kota dan meningkatkan kualitas hidup daripada masyrakat sekitar.
Selain daripada keprihatinan akan Kota Lama itu sendiri, mengenai rasa
memiliki daripada kawasan yang harus dimiliki oleh masyrakat sekitar juga perlu
ditingkatkan. Maka dari itu dalam hal ini khususnya masyrakat wilayah kali berok yang
direvitalisasi perlu ditata sedemikian rupa sehingga rasa memiliki dan kebersamaan
masyrakat dapat ditingkatkan dan mengurangi rasa individual yang berkembang pada
kebanyakan masyrakat modern saat ini.
Keprihatinan akan kurangnya ruang terbuka hijau dan ruang publik kota
Semarang terutama mengingat tingginya jumlah masyarakat menjadikan perlu adanya titik
lain sebagai ruang berkumpul masyrakat. Dengan melihat juga semakin tingginya keinginan
dari masyrakat untuk memiliki suatu ruang terbuka yang nyaman dan dapat berfungsi
secara optimal karena melihat titik yang ada lebih banyak dititik beratkan pada sektor usaha
informal yang menjadikan bberapa titik menjadi kurang nyaman seperti kota lama dan
Simpang lima yang sudah semakin padat dan mengakibatkan kurangnya tingkat
kenyamanan publik dalam beraktifitas.
1.2. Permasalahan
1.2.1. Bagaimana ruang disekitar bantaran kali berok dapat menjadi
ruang publik yang nyaman untuk dilakukannya kegiatan sosial daripada masyrakat.
1.2.2. Bagaimana kawasan kali berok sendiri dapat berpotensi sebagai
lokasi wisata air.
1.2.3. Bagaimana ruang publik yang terbentuk dapat menjadi suatu
penghubung daripada dua ruang besar berupa sub kawasan Gereja Blenduk dan
Pasar Johar.
1.2.4. Apa peran masyrakat dan kontribusi seperti apa yang dapat
diberikan dan didapat oleh masyarakat sekitar dan pihak investor yang menempati
dan atau berinvestasi bagi kawasan sekitar kali berok.
1.2.5. Bagaimana ruang yang terbentuk dapat mempengaruhi perilaku
pengguna agar dapat ikut merawat dan melestarikan.

4th International Conference on Urban Heritage and Sustainable Infrastructure Development (UHSID) 2015
Empowering Partnerships and Understanding Social Impact in Heritage Management
14 November 2015, Soegijapranata Catholic University, Semarang, Central Java, Indonesia

1.3. Kajian Teori


1.3.1. Dalam perkembangan Teori Behavior setting menyebutkan bahwa
manusia berperilaku sesuai dengan tatanan lingkungan. Di tempat yang sama
perilaku dapat berbeda kalau tatanan tempat itu berbeda. Sebagai contoh ruangan
kelas yang tatanannya diubah menjadi ruang pesta akan merangsang timbulnya
perilaku berpesta, bukan perilaku belajar-mengajar. Teori Behavior Setting berkait
dengan berbagai konsep dalam ilmu-ilmu sosial, Lingkungan, dan perilaku 1. Selain
itu juga, manusia dan lingkungan merupakan dua faktor yang terus berinteraksi dan
terus saling mempengaruhi. Lingkungan dapat mengundang dan mendatangkan
perilaku, membentuk diri, dan mempengaruhi citra diri. Adapun faktor dalam
lingkungan yang berpengaruh pada perilaku manusia antara lain : Tempratur, Polusi
Udara, Kebisingan, Kepadatan2.
1.3.2. Ukuran standar manusia menurut arsitek, sebagai penataan ruang
publik lebar lokasi yang ditanam dan lebar lokasi pejalan kaki harus disesuaikan
dengan jumlah manusia yang dibutuhkan. Satuan-satuan tersebut dapat dilihat pada 3
:

Gambar 1.1 Dasar perbandingan ukuran manusia 1. Sumber: Ernst Neufert, Data Arsitek.

1.3.3. Setiap kawasan mambutuhkan tata ruang berdasarkan pengaturan


ruang, artinya, dan maknanya. Suatu kawasan yang tumbuh liar dan tidak teratur
akan kehilangan anggota tubuhnya yang vital seperti jantung, paru-paru, hati, dan
sebagainya. Tanpa paru-paru penghijauan (taman dan hutan kota) maka kota tidak

4th International Conference on Urban Heritage and Sustainable Infrastructure Development (UHSID) 2015
Empowering Partnerships and Understanding Social Impact in Heritage Management
14 November 2015, Soegijapranata Catholic University, Semarang, Central Java, Indonesia

akan bernapas lagi4. Perbaikan Lingkungan pemukiman kota oleh penghijauan kota
guna meningkatkan kualitas ruang hidup manusia secara kuantitatif dengan
perluasan penghijauan kota dan secara kualitatif dapat berupa taman kota yang
beraneka ragam5. Taman kota yang beraneka ragam juga dapat merupakan tamantaman tematik seperti taman film di Bandung, ataupun dapat berupa taman dengan
beberapa tema sesuai fungsinya seperti taman kota dengan fasilitas bermain anak
dan fasilitas club house atau ruang aktifitas yang berada dibawah atap.
1.3.4. Ruang Publik perkotaan, (public urban space) memungkinkan dan
membiarkan masyrakat yang berbeda kelas, etnik, gender, dan usia saling
bercampur baur. Kerangka struktur kota yang menyangga ruang kota seharusnya
bisa dirancang bagaikan crescendo; nada-nada yang digubah bergerak bertahap
menuju suatu klimaks; memiliki wujud dan tematik. Ruang publik kota seharusnya
memiliki posisi sejajar dengan bangunan dan merupakan rancangan dari detail suatu
spasial bersama bangunan lain6.
2. PEMBAHASAN
2.1. Berdasarkan pengertian yang ada maka suatu kawasan public space
perlu mengakomodir hal-hal seperti Besaran ruang untuk pejalan kaki, penghijauan,
dan ruang untuk adanya suatu aktivitas publik seperti duduk dan berkumpul.
Dengan tema-tema dan kebutuhan tertentu dalam ruang publik juga dapat
digolongkan lokasi-lokasi seperti: Tempat bermain anak, Food court atau Pujasera,
Jogging Track, Ruang Parkir, sanitasi, dan Ruang hijau itu sendiri. Adapun ruang
yang terbentuk baiknya dapat mengakomodir kebutuhan untuk disabilitas atau
penyandang cacat, Pejalan Kaki, dan ruang untuk berinteraksi.
Agar suatu ruang publik dapat tetap terawat maka, masyarakat sekitar dapat
diikutsertakan dalam pengawasannya dengan adanya kerjasama dan penyediaan tempat
untuk sektor usaha formal. Mengikuti perkembangan yang ada maka suatu lokasi ruang
terbuka juga baiknya memiliki efek visual untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti
berswafoto atau selfie guna aktualisasi diri dan memenuhi kebutuhan masyarakat terutama
kalangan muda saat ini. Sehingga kawasan yang ada dapat tetap terawat dengan timbulnya
rasa kepemilikan terhadap kawasan oleh pengguna, Masyarakat sekitar, dan Investor atau
sektor Privat.

4th International Conference on Urban Heritage and Sustainable Infrastructure Development (UHSID) 2015
Empowering Partnerships and Understanding Social Impact in Heritage Management
14 November 2015, Soegijapranata Catholic University, Semarang, Central Java, Indonesia

Parkir

Pedestrian

Usaha Formal

Jembatan

Penghijauan

Gambar 2.1 Usulan Penataan


Kawasan
Sumber:
Pribadi.
Arena Bermain
Instalasi
Seni dan keterangan.
Akses
turun

2.2. Berkaitan dengan revitalisasi suatu kawasan tidak terlepas dengan


masyarakat atau pihak swasta sekitar lokasi, dimana perlu adanya kerjasama dalam
hal perawatan sehingga fasilitas yang ada tetap terawat dan terjaga dengan baik.
Terdapat beberapa zona kosong atau ruang kosong dalam usulan revitalisasi ini
karena mengingat perlu adanya kerjasama antar pihak swasta dan pihak lain terkait
dengan kawasan. Selain itu juga partner diluar masyarakat sekitar juga perlu seperti
pihak swasta dimana dalam merevitalisasi kawasan dana yang ada dapat didapat
juga dari pihak swasta dengan kontribusi seperti iklan dan ijin khusus sesuai dengan
kerjasama. Perlunya kerjasama dengan pihak swasta agar adanya suatu simbiosis
mutualisme, dimana pihak pengembang misalnya pemerintah cukup ringan dalam
mengeluarkan biaya dan pihak swasta sponsor dapat mendapatkan konsumen
dengan pemasangan iklan dan dengan ijin serta kerjasama khusus.
2.3. Dalam desain terdapat penambahan space pada bagian kali berok,
mengingat debit air dan aliran yang tenang maka untuk meningkatkan kecepatan air
mengalir sisi pada kali berok dilakukan peninggian, guna meningkatkan kecepatan
aliran dan memberikan space tambahan sehingga diharapkan aliran yang terjadi
tidaklah terlalu tenang. Dan dari space tambahan tersebut dapat difungsikan untuk
berbagai aktifitas seperti bermain, pementasan, dan lokasi-lokasi Instalasi benda
seni atau yang populer disebut sebagai Art Installation. Art Installation yang

4th International Conference on Urban Heritage and Sustainable Infrastructure Development (UHSID) 2015
Empowering Partnerships and Understanding Social Impact in Heritage Management
14 November 2015, Soegijapranata Catholic University, Semarang, Central Java, Indonesia

didesain juga dapat disentuh atau bersifat interaktif, sehingga diharapkan dengan
lokasi yang sepenuhnya dapat terjadi interaksi di dalamnya dapat membentuk rasa
kepemilikan dan masyarakat pengguna dapat ikut merawat kawasan dan fasilitas
yang ada. Karena diharapkan ada keberlanjutan atau sustainability akan lokasi
tersebut kedepannya yang juga tidak hanya dapat diakses oleh masyarakat kota
semarang, juga dapat dinikmati oleh wisatawan mengingat jembatan berok
merupakan titik 0 atau pertemuan Jalan Pemuda dan Jalan Letnan Jendral Suprapto
dan merupakan akses kendaraan roda 4 dari dan menuju stasiun Tawang.
2.4. Mengingat fungsi utama daripada kali berok sendiri sebagai daerah
aliran air maka dalam hal ini penulis juga tidak melupakan sistim yang berkaitan
dengan pengaliran air. dalam merevitalisasi kawasan berok dapat dipilih opsi berupa
combined sewer atau saluran pembuangan kombinasi yang berfungsi mengalihkan
kelebihan debit air pada kali berok dengan tujuan aliran pada permukaan tetap, yang
lebih banyak berubah adalah aliran pada combined sewer. Pemilihan combined
sewer yang berada pada area dalam tanah berok, selain daripada fungsinya
mengalirkan air yang berlebih juga agar tampilan kawasan dan debit air mengalir
pada bagian utama kali berok tetap untuk tujuan ruang publik.

Aliran Air
Combined Sewer
Gambar 2.2 Potongan Penataan Kawasan dan keterangan. Sumber: Pribadi.

3. KESIMPULAN DAN SARAN

4th International Conference on Urban Heritage and Sustainable Infrastructure Development (UHSID) 2015
Empowering Partnerships and Understanding Social Impact in Heritage Management
14 November 2015, Soegijapranata Catholic University, Semarang, Central Java, Indonesia

Kawasan kali berok merupakan kawasan yang memiliki potensi tersendiri


kedepannya. Dan dalam perkembangannya dengan potensi tersebut, maka kawasan ini
diharapkan dapat menjadi suatu icon dan welcoming spot untuk pendatang mengingat
jembatan berok sendiri merupakan jembatan penghubung yang dilalui sebagian besar
kendaraan pribadi dari stasiun Tawang menuju pusat kota Semarang. Dengan revitalisasi
juga diharapkan adanya suatu interaksi sosial baru dalam ruang publik yang telah
direvitalisasi dan hubungan sosial yang baik dapat tercipta dengan revitalisasi kawasan
berbasis Sosiologi dan Arsitektur.
Rasa kepemilikan masyarakat akan fasilitas publik baiknya ditingkatkan dengan
fasilitas publik yang dapat diakses sepenuhnya oleh masyrakat dan terdapat ruang-ruang
yang cukup untuk melakukan kegiatan dalam kelompok. Keikutsertan selain pengguna juga
penting seperti pihak swasta investor. Investor dapat diberikan ruang-ruang khusus untuk
iklan seperti pada dinding dan pada benda-benda yang memiliki fungsi sepenuhnya seperti
kursi dan meja. Untuk membangkitkan rasa kepemilikan daripada masyarakat sekitar dapat
diberikan space untuk mengembangkan sektor usahanya secara formal sehingga diharapkan
tidak ada sektor usaha informal yang berkembang yang bersifat merusak kawasan.
Sehingga dari apa yang dibahas pada paper ini baiknya suatu kawasan dapat
ditata dengan baik dengan memperhatikan hal-hal seperti kebutuhan dasar manusia dan
membentuk suatu suasana ataupun tatanan pengaturan suatu lokasi yang dapat membentuk
suatu habitat atau kebiasaan baru yang lebih baik dengan memberikan kesempatan bagi
para pengguna untuk dapat berinteraksi langsung dengan benda-benda yang berada pada
kawasan ruang terbuka tersebut.
4. Catatan Akhir
1

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial Kelompok dan Terapan, Balai Pustaka, Jakarta, 1999, hlm.....
Fathul Lubabin Nuqul, Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Manusia: Studi Terhadap Perilaku
Penonton Bioskop, 2000, hlm.2.
3
Ernst Neufert, Data Arsitek, Erlangga, Jakarta, 1996, hlm.27.
4
Heinz Frick dan FX. Bambang Suskiyatno, Dasar-dasar arsitektur ekologis, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta, 2007, hlm.126.
5
Heinz Frick dan Tri Hesti Mulyani, Arsitektur ekologis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2006, hlm.114.
6
Drs. Paulus Hariyono, M.T., Sosiologi kota untuk arsitek, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm.133-134.
2

5. DAFTAR PUSTAKA
Frick, Heinz. dan FX. Bambang Suskiyatno. 2007. Dasar-dasar Arsitektur Ekologis.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

4th International Conference on Urban Heritage and Sustainable Infrastructure Development (UHSID) 2015
Empowering Partnerships and Understanding Social Impact in Heritage Management
14 November 2015, Soegijapranata Catholic University, Semarang, Central Java, Indonesia

Frick, Heinz. dan Tri Hesti Mulyani. 2006. Arsitektur Ekologis, Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Hariyono, Drs. Paulus. 2007. Sosiologi Kota untuk Arsitek. Jakarta: Bumi Aksara.
Neufert, Ernst. 1996. Data Arsitek. Jakarta: Erlangga.
Nuqul, Fathul Lubababin. 2000. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Manusia: Studi
Terhadap Perilaku Penonton Bioskop. Universitas Negeri Malang. Available
online
at:
http://UniversitasNegeriMalang.ac.id
/wpcontent/uploads/2014/03/Pengaruh-Lingkungan-Terhadap-PerilakuManusia-Studi-Terhadap-Perilaku-Penonton-Bioskop
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Sosial Kelompok dan Terapan. Jakarta: Balai
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai