Anda di halaman 1dari 8

Hak Kekayaan Intelektual Di Indonesia

Hak Cipta dan Hak Merek


I.

Eksistensi, Sistem dan pengertian


Hak kekayaan intelektual disingkat HAKI. Pada dasarnya Haki
merupakan sumber kekayaan material bagi pemiliknya karena
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan bernilai mahal. Dalam
kegiatan industri dan perdagangan modern, keuntungan ekonomi tidak
hanya dapat dinikmati oleh pemilik hak, tetapi juga oleh pihak lain yaitu
si pemegang hak.
Haki merupakan basis industri modern karena Haki menjadi
dasar pertumbuhan industri modern yang bersumber pada penemuan
baru, tekhnologi canggih, kualitas mutu dan standar mutu.
Dibandingkan dengan industri tradisional yang bersumber pada
penemuan tradisional dengan tekhnologi yang sederhana, industri
modern cepat berkembang, mampu menembus segala jenis pasar,
produk yang dihasilkan bernilai tinggi dan dapat menghasilkan
keuntungan besar. Contohnya adalah keberadaan lisensi paten.
Melalui lisensi paten missal dalam bentuk franchise, industri dapat
berkembang di dalam negeri dan ke berbagai negara di seluruh dunia.
Berdasarkan lisensi paten, Haki menjadi sumber kekayaan material
bagi pemilik dalam bentuk imbalan royalty. Sedangkan bagi pemegang
lisensi paten, Haki merupakan sumber keuntungan ekonomi karena
ikut serta memproduksi dan atau memasarkan produk kepada
konsumen.
Haki juga merupakan basis perdagangan modern yaitu melalui
lisensi merek. Berdasarkan lisensi merek terkenal yang telah memiliki
goodwill, brand image dan kualitas yang tinggi, memudahkan si
pemegang lisensi untuk menembus segala jenis pasar baik di dalam
maupun di luar negeri sehingga dapat mendatangkan keuntungan
besar. Bagi pemilik merek Haki merupakan sumber kekayaan materil,
sedangkan bagi pemegang lisensi merupakan sumber keuntungan
ekonomi karena ikut memasarkan produk merek terkenal kepada
konsumen.
Sistem haki merupakan hak privat (privat right). Disinilah ciri
khas Haki, dimana seorang bebas untuk mengajukan permohonan
atau mendaftarkan karya intelektualnya atau tidak. Hak eksklusif yang
diberikan negara kepada individu pelaku Haki, seperti inventor,
pencipta, pendesain dan sebagainya, tidak lain dimaksudkan sebagai
penghargaan atas hasil karya dan kreativitasnya dan agar orang lain
terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi,
sehingga dengan system tersebut kepentingan masyarakat ditentukan
melalui mekanisme pasar.
Hak kekayaan Intelektual adalah padanan kata dari Intellectual
Properti rights (IPR),pada intinya hak kekayaan Intelektual adalah hak
untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreatifitas
intelektual.

Secara garis besar haki dibagi menjadi:


A. Hak Cipta (Copy Right)
B. Hak kekayaan industri (Industri Property Right)yang mencakup
Paten (Patent)
Desain Industri (Industrial Design)
Merek (Trademark)
penanggulangan praktik persaingan curang (Repression Of
Unfair Competition)
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Layout Design Of
Integrated Circuit)
Rahasia dagang (Trade Secret)

II. Hak Cipta (Copy Right)


A. Sifat dasar dan pengertian hak Cipta
Pada dasarnya hak cipta adalah sejenis kepemilikan pribadi
atas suatu ciptaan yang berupa perwujudan dari suatu ide pencipta di
bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan. Pencipta sebagai pemilik
hak cipta memiliki suatu kekayaan intelektual dalam bentuk tidak
berwujud (intangible), bersifat pribadi dan memberikan kepadanya
sebagai pencipta untuk mengeksploitasi hak-hak ekonomi dari ciptaan
yang tergolong dalam bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan.
Penertian hak cipta, pencipta atau pengarang dan ciptaan
menurut undang-undang No.19 tahun 2002 tentang hak cipta (UUHC
2002) adalah sebagai berikut:
Hak cipta sebagaimana ditentukan dalam pasal 1 UU tersebut di atas,
didefinisikan sebagai hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundang-undangan.
Pasal 1 ayat 2 UUHC mendefinisika pencipta atau pengarang
sebagai seseorang yang memiliki inspirasi dan dengan inspirasi
tersebut menghasilkan karya yang berdasarkan kemampuan
intelektual, imajinasi, keterampilan, keahlian mereka dan diwujudkan
dalam bentuk karya yang memilki sifat dasar pribadi mereka.
Sedangkan menurut pasal 1 ayat 3 UUHC ciptaan merupakan
karya cipta atau pengarang/pencipta dalam segala format materi yang
menunjukan keasliannya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan
sastra.
Dalam memahami siapakah pencipta atau pemegang hak cipta
atas suatu ciptaan, kiranya kita perlu memahami dan mencermati halhal berikut ini:
1. jika suatu ciptaan terdiri dari beberapa bagian tersendiri yang
diciptakan dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta
adalah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian
seluruh ciptaan itu.
2. Jika suatu ciptaan dirancang seseorang diwujudkan dan
dikerjakan oleh orang lain dibawah pimpinan dan pengawasan

orang yang merancang, penciptanya adalah orang yang


merancang ciptaan itu.
3. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak
lain dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak cipta adalah
orang yang untuk dan dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan.
4. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan
pesanan, maka pihak yang membuat karya cipta itu dianggap
sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali diperjanjikan
lain antara kedua belah pihak.
5. Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal
dari padanya dengan tidak menyebut seseorang sebagai
penciptanya, badan hukum tersebut dianggap sebagai
penciptanya, kecuali jika terbukti sebaliknya.

B.

Karya-karya yang dilindungi oleh hak cipta di


Indonesia
Pasal 12 UU hak cipta Indonesia tahun 2002 menetapkan
karya-karya dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang
dilindungi adalah:
1. Buku, program komputer. Pamplet, perwajahan (Layout), karya
tulis yang diterbitkan dan semua karya tulis yang diterbitkan.
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lainnya.
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan
ilmu pengetahuan.
4. Lagu atau musik dengan atau tanpa musik
5. Drama atau drama musical, tari koreodrafi, pewayangan dan
pantomime.
6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni
ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kalase dan seni
terapan.
7. Arsitektur.
8. Peta
9. Seni batik.
10. Fotografi
11. Sinmtografi
12. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan
karya lain dari hasil pengalihwujudan.
Jangka waktu perlindungan hak cipta atas ciptaan bagi
kompuer, sinematografi, fotografi, database berlaku selama 50
tahun sejak pertama kali diumumkan.Hak cipta berupa
perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku 50 tahun sejak
pertama kali diterbitkan.Dan hak cipta yang lainnya berlaku
selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 tahun
setelah pencipta meninggal dunia.
Jangka waktu perlindungan atas hak cipta dimiliki / dipegang
oleh negara berdasarkan pasal 10 ayat 2 UUHC 2002 berlaku
tanpa batas, meliputi:

1. Karya peninggalan prasejarah, sejarah dan benda


budaya lainnya.
2. Faklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik
bersama seperti, cerita, hikayat, dongeng, legenda,
balad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi,
dan karya seni lainnya.

C.

Pendaftaran Hak Cipta


Bagi pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan
ciptaannya,dapat menjadikan surat pendaftaran ciptaannya sebagai
alat bukti awal di pengadilan bila dikemudian hari timbul sengketa
mengenai ciptaannya tersebut.
Suatu pendaftaran ciptaan dinyatakan hapus menurut pasal 44
UUHC 2002 adalah sebagai berikut:
Penghapusan atas permohonan orang atau badan hukum yang
namanya tercatat sebagai pencipta atau pemegang hak cipta
Lampau waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 29, 30, 31,
dengan mengingat pasal 32 UUHC 2002
Dinyatakan batal oleh putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

D.

Pelanggaran Hak Cipta


Pada dasarnya suatu perbuatan dikatakan melanggar hak cipta
adalah, apabila perbuatan tersebut melanggar hak ekslusif dari
pencipta atau pemegang hak cipta.
Selain perbuatan-perbuatan yang dianggap pelanggaran
terhadap hak cipta, berikut ini terdapat perbuatan-perbuatan yang
tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari pencipta, dan tidak bersifat komersial,
misalnya:
o Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan ,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, pembelaan di luar
atau di dalam pengadilan, ceramah, pertunjukan/pementasan
yang tidak dipungut biaya, dengan tidak merugikan orang lain
o Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara
terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa
oleh lembaga ilmu pengetahuan, atau pendidikan, dan pusat
dokumentasi yang bersifat non komersial semata-mata untuk
keperluan aktifitasnya.
o pembuatan salinan cadangan suatu program computer oleh
pemilik program computer yang dilakukan semata-mata untuk
digunakan sendiri.

E.

Ketentuan Pidana hak cipta


Tindak pidana bidang hak cipta dikategorikan sebagai tindak
kejahatan dan ancaman pidananya diatur dalam pasal 72 UUHc

2002. Adapun yang berwenang menyelidikinya adalah pejabat polisi


negara RI juga pejabat pegawai negeri tertentu di lingkungan
departemenyang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya
meliputi pembinaan hak cipta (Departemen Hukum dan Ham) diberi
wewenang khusus sebagai penyidik, sebagaimana dimaksud dalam
UU No.8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

III. Hak Merek


A. Karakteristik dan Pengertian Merek
Merek penting yaitu sebagai tanda pengenal untuk
membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama. Secara yuridis Formal hak
atas merek adalah hak khusus yang diberikan pemerintah kepada
pemilikn merek tersebut atau memberi izin untuk menggunakannya
kepada orang lain (berdasarkan perjanjian lisensi). Menurut pasal 3
Undang-Undang No.15 tahun 2001 tentang merek, suatu merek
harus didaftarkan terlebih dahulu di dalam daftar Umum Merek.
Merek Dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
barang-barang jenis lainna. Merek Jasa adalah merek yang
digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang untuk membedakannya dengan jasa-jasa jenisnya
yang lain. Sedangkan merek Kolektif adalah merek yang digunakan
pada barang dan atau jasa dengan karakteristik yang sama yang
diperdagangkan oleh beberapa atau badan hukum secara
bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan atau jasa
sejenis lainnya.
Berdasarkan pasal 1 ayat (1) UU No.15 tahun 2001 tentang
merek (UUM 2001) yang dimaksud dengan merek adalah : Suatu
tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang dan jasa.

B. Pendaftaran Merek
Pihak-pihak yang dapat mengajukan pendaftaran merek yaitu ;
orang, badan hukum, beberapa orang atau badan hukum
(pemilikan bersama). Tidak semua merek dapat didaftarkan, UU
No.15 tahun 2001 tentang merek secara tegas menyebutkan halhal yang tidak dapat didaftarkan sebagai merek adalah:
1. Merek yang permohonannya diajukan atas dasar itikad tidak
baik
2. Merek bertentangan dengan perundangan yang berlaku,
moralitas keagamaan, kesusialaan atau ketertiban umum (pasal
5 poin a)

3. Merek yang tidak memiliki daya pembeda (pasal 5 poin b)


4. tanda-tanda yang telah menjadi merek umum (pasal 5 poin c)
5. Merek yang semata-mata menyampaikan keterangan yang
berhubungan dengan barang atau jasa (pasal 5 poin d)
Menurut pasal 20 ayat (1) jo pasal 21, 22, 23, UUM 2001
menentukan bahwa pengumuman berlangsung selama tiga bulan.

C. Penghapusan Merek dan Jangka waktu Perlindungan


Pada dasarnya suatu merek terdaftar dapat dihapuskan karena
4 kemungkinan:
1. Atas prakarsa Ditjen haki
2.
Atas permohonan dari pemilik merek yang bersangkutan,
3. Atas putusan pengadilan berdasarkan gugatan penghapusan
dan tidak diperpanjang jangka waktu perpanjangan mereknya.
4. Dalam pasal 61 UUM 2001 menegaskan bahwa direktorat
Jenderal dapat menghapus merek dari daftar umum merek jika:
5. Merek tersebut tidak digunakan dalam perdagangan selama 3
tahun berturut-turut
6. Merek tersebut tidak digunakan untuk barang atau jasa yang
berbeda dari barang atau jasa yang tercantum di dalam
permohonan pendaftaran merek

D. Pengalihan dan Lisensi Merek


Pasal 40 ayat 1 UUM 2001 menyatakan bahwa merek dapat
dialihkan dengan cara-cara sebagai berikut:
1.
Pewarisan
2. Wasiat
3. Hibah
4. Perjanjian, atau
5. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundangundangan.
Cara melisensikan merek lebih lanjut diatur dalam pasal 43 jo
pasal 47 jo pasal 48 UUM 2001 ditentukan bahwa :
1.
pemilik Merek dapat memberikan lisensi kepada orang lain
untuk menggunakan merek tersebut dalam perdagangan barang
dan jasa.
2.
Perjanjian lisensi dapat didaftarkan dan diumumkan dalam
berita Resmi Merek
3.
Sebuah perjanjian lisensi tidak boleh memuat ketentuanketentuan yang merugikan perekonomian Indonesia atau
menghambat perkembangan tekhnologi
4. Direktorat jenderal akan menolak pendaftaran perjanjian yang
mencantumkan hal-halk tersebut
5. Jika pemilik merek asli telah dilisensikan mereknya kepada
orang lain dan kemudian merek tersebut digugat karena mirip
dengan pihak lain, penerima lisensi dari merek tersebut
mempunyai hak untuk menggunakan merek tersebut sampai
berakhirnya masa lisensi

E. Indikasi geografis
Penggunaan nama geografis ini dilakukan untuk menunjukan
asal barang atau jasa mereka tawarkan kepada masyarakat
konsumen seperti: kopi bali, Beras Cianjur, Bika ambon dan
sebagainya.
Secara lebih rinci dapat dikemukakan bahwa yang dapat
mengajukan permohonan pendaftaran Indikasi Geografis adalah;
1. Lembaga yanag mewakili masyarakat di daerah yang
memproduksi barang yang bersangkutan, terdiri atas:
Pihak yang mengusahakan barang yang merupakan hasil
alam atau kekayaan alam
Produsen barang hasil pertanian;

Pembuatan barang-barang kerajinan

Pedagang yang menjual barang tersebut


2.
Lembaga yang diberi kewenangan barang tersebut
3.
Kelompok konsumen barang tersebut

F. Pelanggaran Merek
Pasal 76 ayat 1 jo pasal 77 UUm 2001 menyatakan bahwa seorang
pemilik merek atau penerima lisensi merek dapat menuntut seseorang
yang tanpa izin telah menggunakan merek yang memiliki persamaan
pada pokoknya dengan merek yang lain yang bergerak dalam bidang
perdagangan atau jasa yang sama.
Ada dua macam pemeriksaan kasus pelanggaran. Penggugat
harus membuktikan bahwa merek tergugat :
Memiliki persamaan pada pokoknya terhadap merek yang
dimiliki penggugat, atau
Persamaan yang menyatakan konsumen pada saat membeli
produk atau jasa tergugat
Pelanggaran suatu merek secara yuridis bias dikategorikan sebagai
suatu kasus perdata dan atau kasus pidana. Yang perlu diperhatikan
disini adalah meskipun kasus perdatanya sudah dilakukan (ganti rugi),
negara masih dapat melaksanakan perkara pidana (pasal 83 UUM
2001).Merujuk pasal 90-95 UUM 2001 hukuman atas pelanggaran
merek sangat berat Denda dan hukuman berkisar antara Rp.200 juta1 Milyar, dan 1-5 tahun penjara.

Hak Kekayaan Intelektual Di Indonesia


Hak Cipta dan Hak Merek

Ravi Asyari (C00069002)


Akuntansi 3

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) EKUITAS Bank Jabar


Jalan PHH Mustopa No.31 Bandung

Anda mungkin juga menyukai