PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gerakan Keluarga Berencana yang kita kenal sekarang ini bermula dari
pelaporan beberapa orang tokoh, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada awal abad ke19 di Inggris, upaya Keluarga Berencana mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok
orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes (1880-1950)
menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh dsi Inggris. Di Amerika
Serikat dikenal Margareth Sanger (1883-1966) yang dengan program birth control-nya
merupakan pelopor Keluarga Berencana modern. Pada 1917 didirikan National Birth
Control League dan pada November 1921 diadakan American Nasional Birth Control
Conference yang pertama.
Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang mendirikan Perkumpulan Keluarga Berncana
Indonesia (PKBI). Sebelum PKBI didirikan di Indonesia, sudah banyak dilakukan usahausaha membatasi kelahiran secara individual. Diantara pelopor Keluarga Berencana itu,
Dr. Sulianti Saroso dari Yogyakarta. Pada 1952 Menganjurkan para ibu untuk membatasi
kelahiran, mengingat angka kematian bayi yang cukup tinggi. Banyak tantangan yang
dihadapi oleh Dr. Sulianti Saroso, antara lain dari Gabungan Organisasi Wanita
Yogyakarta, bahkan juga dari pemerintah pada waktu itu.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu
dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi
merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. (Sarwono, Prawirohardjo.
2005. hal : 905)
Kontrasepsi suntikan progestin yang pertama diperkembangkan tahun 1953 oleh
Karl Junkmann. Tahun 1957 Junkmann dan kawan-kawan menemukan NET EN. Pada
saat yang sama, Upjohn Company di Amerika Serikat menemukan DMPA yang berasal
dari hormon alamiah progesterone.
NET EN merupakan suntikan progestin pertama yang dipakai sebagai
kontrasepsi, dan diberi nama dagang Noristerat. Percobaan-percobaan klinik pertama dari
DMPA sebagai metode kontrasepsi dimulai pada tahun 1963, diikuti percobaan-percobaan
di lapangan pada tahun 1965.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah dalam
memberikan asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan pengetahuan dalam
memecahkan masalah.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
a. Mengumpulkan data sampai dengan menganalisa data
b. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah
c. Mengantisipasi masalah potensial
d. Mengidentifikasi kebutuhan segara
e. Merencanakan asuhan kebidanan
f. Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan
g. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup asuhan kebidanan dalam makalah ini hanya pada bayi baru lahir normal.
1.4 Metode Penulisan
1. Studi Kepustakaan
Sebagai pedoman dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mempelajari literaturliteratur yang berhubungan dengan perawatan bayi baru lahir.
2. Praktek Langsung
Suatu tindakan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien untuk
memperoleh data mengenai keluhan serta keadaan klien maka penulis mengadakan
pendekatan pada keluarga, mengobservasi dan melaksanakan asuhan kebidanan,
mengobservasi dan memantau keadaan klien sampai dengan klien pulang atau sampai
dengan masalah berhasil ditangani.
3. Bimbingan dan Konsultasi
Dalam penyusunan makalah ini, penulis juga melakukan konsultasi dengan
pembimbing, baik pembimbing lahan praktek maupun pembimbing pendidikan.
TINJAUAN KASUS
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB II
LANDASAN TEORI
Efektifitas
Depo progestin memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100
perempuan asal penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
2.1.5
Usia produktif
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Perokok
9.
Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah atau
anemia bulan sabit
10.
11.
12.
13.
14.
Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi.
2.1.8
2.1.9
Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin per 100.000 kelahiran)
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
Pada ibu yang tidak haid injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan
saja ibu tersebut tidak hamil selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual
4.
Ibu yang menggunakan suntikan yang lain dan ingin menggantinya dengan
kontrasepsi suntikan yang lain lagi. Kontrasepsi suntikan yang diebrikan dimulai pada
saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
5.
6.
2.
Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai tetapi hal ini bukan masalah
serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat
menerimanya dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat dilaksanakan 2 pilihan
pengobatan yaitu :
a. 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 untuk etinil estradiet) ibu profen
(sampai 800 mg 3x/hari untuk lima hari). Jelaskan bahwa selesai pemberian pil
kontrasepsi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak selama
pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi
7
kombinasi / hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi
hormonal atau diberi 50 mg estrogen aqum konjugasi untuk 4-21 hari.
b. Bila perdarahan atau spotting terus berlanjut setelah tidak haid namun kemudian
terjadi perdarahan maka perlu dicari penyebabnya perdarahan, tanyakan apakah
klien ingin melanjutkan suntikan atau tidak, dan bila tidak suntikan jangan
dilanjutkan lagi dan carilah kontrasepsi lain (genis lain) bila perlu lakukan
pemeriksaan dalam.
3.
Informasi bahwa kenaikan atau penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja
terjadi, perhatikan diet klien bila perubahan berat badan berlebihan, hentikan
suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lainnya.
4.
Sakit kepala
Incidens sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET-EN dan terjadi pada <
1-17% akseptor. Apabila terjadi sering pusing ibu harus beristirahat cukup.
5.
-
6.
-
Efek Metabolik
DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat, tetapi tidak ditemukan
terjadinya diabetes pada akseptor
7.
-
Bila tidak hilang dan masih bertambah anjurkan ganti cara kontrasepsi non
hormonal.
-Kesadaran
-TTV :
-
Nadi
Suhu
Respirasi
: normal 16 24 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Mata
Leher
Mamae
Axilla
Abdomen
Ekstermitas
Atas
Bawah
Leher
Mamae
Axilla
Abdomen
2. Interprestasi Data
Yaitu menentukan diagnosa / masalah yang ditemukan dari hasil pengkajian data dan
kemudian mengidentifikasi kebutuhan pasien.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Langkah ini berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah teridentifikasi yaitu
merupakan kegiatan antisipasi pencegah jika memungkinkan menunggu, waspada dan
persiapan untuk segala sesuatu yang dapat terjadi.
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Langkah ini menggambarkan proses manajemen yang tidak hanya pada pemberian
pelayanan dasar pada kunjungan antenatal secara periodik. Data baru tetap diperoleh dari
evaluasi beberapa data memberi indikasi adanya situasi emergensi, dimana bidan harus
bertindak segera disamping menunggu tindakan dokter.
5. Intervensi
Berisi rencana asuhan yang diberikan kepada pasien sesuai diagnosa/ masalah awal yang
ada sesuai dengan protap yang ada.
6. Implementasi
Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap ketiga dalam proses asuhan kebidanan yang
merupakan perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun dalam tahap
perencanaan, implementasi akan dilaksanakan pada kasus nyata serta sesuai dengan
kondisi klien (Depkes RI, 1995 : 11)
7. Evaluasi
Dilakukan evaluasi kefektifan dari
asuhan
yang
11
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses asuhan kebidanan untuk menilai tentang
kriteria hasil yang dicapai, apakah sesuai dengan rencana atau tidak dalam evaluasi
dilakukan dengan pendekatan SOAP, yang dimaksud SOAP adalah sebagai berikut:
S
: Subyektif
Yang didapatkan dari keluhan klien
O : Obyektif
Yang didapatkan dari hasil pemeriksaan oleh petugas yang terkait.
A : Assesment
Berisi kesimpulan dari data subyektif dan obyektif yang menunjukkan keberhasilan
tindakan yang telah dilakukan ataupun masalah yang baru muncul.
P
: Planning
Merupakan perencanaan lanjut dan tindakan yang sudah dilakukan dengan
berpedoman pada tingkat keberhasilan yang telah dicapai (Depkes RI, 1995 : 11).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. A P10001 USIA 31 TAHUN DENGAN AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK 3 BULAN
DI PUSKESMAS DUPAK SURABAYA
12
I.
Tanggal Pengkajian
: 21 Nopember 2015
Pukul
: 09.00 WIB
No.Register
: 01. 34624
PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata/ Identitas
Nama Ibu
: Ny. A
Umur
: 31 Tahun
Umur
: 35 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: D. Bangunrejo 21
Alamat
: D. Bangunrejo 21
Kunjungan ke
:3
Alasan kunjungan
Keluhan utama
2. Riwayat Perkawinan
Status
: Menikah
Usia menikah
: 23 tahun
Lama
: 15 tahun
3. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
Menarche
: 13 tahun
Siklus
: 28 hari teratur
Jumlah
Warna / bau
: Merah / anyir
Flour Albus
Disminorhea
Persalinan
UK
Jenis Persalinan
Penolong
BB/TB
Spontan
Bidan
3500/50
18bln
J
K
H/M
H
Nifas
Masala
Laktasi
h
6 bulan tdk ada
c. Riwayat KB
Jenis KB
: Suntik 3 bulan
Lama
: 1 tahun
Keluhan
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak mempunyai penyakit menular seperti HIV/AIDS,
penyakit menurun seperti kencing manis, darah tinggi, dsb.
b. Riwayat Kesehatan dahulu
Ibu mengatakan dahulu juga tidak mempunyai penyakit menular seperti
HIV/AIDS, penyakit menurun seperti kencing manis, darah tinggi, dsb.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai penyakit menular seperti
TBC, HIV/AIDS, penyakit menurun seperti kencing manis, darah tinggi, dsb.
5. Pola Aktivitas Sehari-hari
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
: Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam, tidur malam 6-7 jam
Hygiene
Aktivitas
Seksualitas
B. DATA OBYEKTIF
1
Pemeriksaan Umum
KU
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
TTV
: TD
N
: 120/80 mmHg
: 80 x/menit
S
RR
: 36oC
: 22 x/menit
Antropometri : LILA : 27 cm
TB
: 158 cm
BB
: 56,5 Kg
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala
Muka
Mata
Leher
Atas
Bawah
Palpasi
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan tidak ada
pembendungan vena jugularis
Mamae
Abdomen : Ballotement ()
Auskultasi
Bising usus (+)
15
Perkusi
DS
:-
DO
: KU
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
TTV
: TD
N
: 120/80 mmHg
: 80 x/menit
S
RR
: 36oC
: 22 x/menit
Antropometri: LILA : 27 cm
TB : 158 cm
BB : 56,5 Kg
III.
Masalah
: tidak ada
Kebutuhan
: tidak ada
IV.
V.
INTERVENSI/PLANNING
Tanggal
: 21-11-2015
Jam
: 09.00
Dx
Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan diharapkan program KB berhasil dan tidak
terjadi kehamilan
KH
:-
Intervensi
1
KU ibu baik
IMPLEMENTASI
Tanggal
: 21-11-2015
Jam
: 09.00
Jam
09.0
terhadap tenakes.\
2
09.0
5
Tindakan
Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu untuk menumbuhkan rasa percaya ibu
Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya yaitu TD : 120/80 mmHg, S : 36oC, N : 80
x/menit, RR : 22 x/menit.
Memberikan KIE ulang efek samping dan komplikasi KB Suntik 3 Bulan seperti
perubahan pola haid yang tidak teratur, sakit kepala dan penambahan berat badan.
09.1
Memberikan injeksi KB Suntik 3 Bulan pada 1/3 bagian dari spina illiaca anterior
superior secara IM.
6
09.2
0
Menganjurkan ibu untuk datang kembali pada tanggal 13 Februari 2016 atau bila
ada keluhan sewaktu-waktu.
09.3
0
17
VII.
EVALUASI
Tanggal
: 21-11-2015
Jam
: 09.30 WIB
S
: KU
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
TTV
: TD
N
: 110/80 mmHg
: 36oC
: 80 x/menit
RR
: 22 x/menit
Antropometri:
TB : 158 cm
BB : 56,5 kg
A
: Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada jadwal suntik selanjutnya atau jika ada
keluhan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
18
Dalam melakukan pengkajian data diperlukan ketelitian, kepekaan dan peran serta
ibu dalam memberikan tanggapan untuk menunjang menegakkan diagnosa
2.
kebidanan.
Dalam analisa data dan menegakkan diagnosa kebidanan yang mengacu pada
tinjauan pustaka
3. Dari analisa data dapat dilakukan diagnosa masalah potensial
4. Dalam identifikasi kebutuhan segera dapat diambil tindakan segera jika ada masalah
5.
6.
7.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan kebidanan yang mana setelah penulis
mengadakan evaluasi diharapkan klien bersedia kontrol sehingga dapat dideteksi
lebih dini jika terjadi komplikasi.
4.2 Saran
1.
Mahasiswa
Mahasiswa harusnya mempunyai tanggung jawab atas tugas profesinya. Mahasiswa
2.
3.
19