Anda di halaman 1dari 12

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

JURNAL
FEBRUARI 2015

Psychological factors in patients with peptic ulcer


and functional dyspepsia

OLEH :

ANDI ASMITA ABRAR


10542 0195 10

Pembimbing:
dr. Zakaria Mustari ,Sp.PD
(Dibawakan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Dalam)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2015

Latar Belakang

Peran faktor-faktor psikologis pada penyakit ulkus peptikum


(peptic ulcer disease/PUD) dan dispepsia fungsional (functional
dyspepsia/FD) belum diketahui secara jelas. Pada penelitian ini
peran dari cara-cara manajemen konflik, gejala-gejala psikiatrik,
dan alexithymia dinilai pada pasien-pasien dengan PUD dan FD
dan pada individu-individu sehat.
Pendahuluan
Dispepsia mengacu pada rasa nyeri atau ketidaknyamanan
yang terdapat pada perut bagian atas (1). Ini adalah sebuah
gejala

yang

sangat

umum

di

seluruh

dunia

sehingga

penyelidikannya biasanya mengarah pada dua diagnosis yang


berlawanan, penyakit ulkus peptikum (Peptic Ulcer Disease/PUD)
atau dispepsia fungsional (functional dyspepsia/FD). Prevalensi
dari dispepsia telah dilaporkan berkisar 16-29% di negara-negara
Barat sampai 8,5%-30% di Iran (2,3).
Dispepsia merupakan salah satu penyebab umum dalam
pemanfaatan

pelayanan

kesehatan,

yang

mengakibatkan

meningkatnya biaya-biaya medis terhadap individu-individu dan


masyarakat

karena

peningkatan

ketidakhadiran

kerja

dan

penurunan kualitas hidup (4).Secara tradisional, PUD telah


dianggap sebagai sebuah penyakit psikosomatis. Sebuah bukti
baru pada 2013 mendukung bahwa ada sebuah hubungan antara
gangguan mental dan timbulnya ulkus peptikum yang dilaporkan
sendiri

(5).Goodwin

gangguan

pada

tahun

mood/gangguan

2009

ansietas

menemukan

bahwa

berhubungan

dengan

ketergantungan

alkohol

peningkatan angka PUD.


Ketergantungan

nikotin

dan

tampaknya memiliki sebuah peran penting dalam menjelaskan


hubungan terhadap PUD (6) .Sebuah tinjauan sistematis baru-

baru ini telah mengungkapkan bahwa PUD secara signifikan


mengganggu kesejahteraan dan aspek-aspek kualitas hidup yang
terkait dengan kesehatan, dan berhubungan dengan biaya-biaya
tinggi bagi pengusaha dan sistem kesehatan (7).Beberapa faktorfaktor psikologis telah menunjukkan hubungan terhadap pasienpasien PUD yang ditunjukkan dalam literatur sebelumnya, seperti
kepribadian, stres, dan adiksi (8, 9).Namun, sebuah tinjauan
literatur pada subyek menunjukkan bahwa informasi mengenai
faktor-faktor psikologis pada pasien-pasien di Iran dengan PUD
sedikit.
Dispepsia fungsional (FD) dijelaskan sebagai adanya satu
atau lebih gejala-gejala dispepsia (nyeri epigastrium, rasa
kenyang, rasa penuh dan rasa panas pada epigastrium dianggap
berasal dari regio gastroduodenal tanpa adanya suatu penyakit
organik, sistemik, atau metabolik yang dapat menjelaskan
gejala-gejala tersebut (1) Terdapat komorbiditas antara FD dan
gangguan-gangguan mental, terutama gangguan mood dan
gangguan ansietas (10). Alexithymia menggambarkan individuindividu

yang

mengalami

kesulitan

dalam

mengidentifikasi

emosinya. Meskipun beberapa penelitian membandingkan faktorfaktor psikologis PUD terhadap FD (12), tidak ada penelitian yang
membandingkan alexithymia dan cara-cara manajemen konflik
dalam dua penyakit tersebut. Selain itu, sedikit penelitian yang
mengenai faktor-faktor psikologis penyakit-penyakit FD maupun
PUD pada populasi Iran.(13).Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk membandingkan masalah-masalah psikiatrik dari pasienpasien FD terhadap pasien-pasien PUD. Membandingkan pasienpasien FD, pasien-pasien PUD dan individu-individu yang sehat
dalam tiga dimensi, cara-cara manajemen konflik (integrating,
obliging, dominating, avoiding, dan compromising), gejala-gejala

psikiatrik (depresi, ansietas, somatisasi, sensitifitas interpersonal,


gangguan obsesif-kompulsif, pemikirian paranoid , permusuhan,
ansietas fobik, psychoticism), dan alexithymia (kesulitan dalam
mengidentifikasi perasaan, kesulitan dalam menggambarkan
perasaan, berorientasi pada berpikir secara eksternal).
Metode
Pasien-pasien dewasa PUD dan FD direkrut dengan endoskopi
gastrointestinal pada dua Rumah Sakit Pendidikan dari Babol
University of Medical Sciences antara April 2012 hingga Maret
2013. Subyek-subyek tersebut disaring oleh seorang mahasiswa
kedokteran

yang

terlibat

eligibilitas

perekrutan

dalam

studi

mereka.

untuk

menentukan

Pasien-pasien

dengan

pengalaman pertama, gejala-gejala dispepsia dimasukkan ke


dalam

penelitian.

riwayat

diagnosis

Dengan

demikian

sebelumnya

PUD

pasien-pasien
dan

operasi

dengan
lambung

dikeluarkan. Semua subyek berusia 20 sampai 65 tahun dan


telah menjalani lebih dari pendidikan dasar. Pemeriksaanpemeriksaan biokimia, ultrasonografi, dan endoskopi dilakukan
untuk membedakan PUD/FD. Pada awalnya, pasien-pasien dinilai
untuk

kriteria

inklusi

(gejala-gejala

dispepsia,

usia,

dan

pendidikan) dan uji-uji klinis, mereka dirujuk ke gastroenterologis


untuk mengkonfirmasi diagnosis PUD/FD mereka. Para pasien
dengan refluks gastroesoghageal, penyakit saluran empedu,
erosi lambung, dan kanker lambung dieksklusi.
Pada

pasien-pasien

tanpa

penyakit

pencernaan

struktural,

kriteria Roma III diterapkan untuk mengidentifikasi FD (14).


Dengan demikian, 30 pasien(15 perempuan, 15 laki-laki) yang
didiagnosis

sebagai

FD

direkrut.

Endoskopi

gastrointestinal

memungkinkan dokter untuk memvisualisasikan ulkus pada

pasien-pasien yang didiagnosis PUD (15). Tiga puluh pasien(15


perempuan, 15 laki-laki) dengan PUD yang cocok dengan
kelompok FD dalam hal usia, jenis kelamin, pendidikan dan
status perkawinan dimasukkan ke dalam penelitian. Kelompok
kontrol terdiri dari 30 orang (15 perempuan, 15 laki-laki) yang
tidak memiliki riwayat gangguan mental atau gastroenterologis
atau gejala-gejala saat ini, dan cocok dengan kelompok FD/PUD
dalam hal usia, jenis kelamin, pendidikan dan status perkawinan,
dipilih dari pasien-pasien yang masuk untuk klinik-klinik rawat
jalan lainnya selama masa studi. Informed consent tertulis
diperoleh dari semua subyek. Semua 90 subyek diminta untuk
mengisi Rahim Organizational Conflict Inventory-II (ROCI-II),
Symptoms Checklist-Revised (SCL-90-R), dan 20-item Toronto
Alexithymia Scale (TAS-20).Protokol ini disetujui oleh Komite Etika
Kedokteran Babol University of Medical Sciences.

Kuesioner:
SCL-90-R:Gejala-gejala

psikiatri

dinilai

dengan

Symptom

Checklist-Revised (SCL-90-R). Ini adalah inventori dengan cara


memeringkat diri sendiri dengan 9 sub-skala untuk depresi,
ansietas, gangguan obsesif-kompulsif, somatisasi, sensitivitas
interpersonal, permusuhan, ansietas fobik, pemikiran paranoid,
dan psychoticism. Skor total dipertimbangkan untuk mengukur
gejala-gejalapsikiatrik secara keseluruhan. Versi Persia dari SCL-R
digunakan dalam penelitian ini (16).
ROCI-II:Kuesioner ini terdiri dari 28 item, setiap item dinilai pada
skala Likert 5 poin yang ditentukan pada 1=sangat tidak setuju

dan 5=sangat setuju. Semakin tinggi skor, semakin besar


proporsi

penggunaan

integrating
obliging

cara-cara

(pemecahan

(menampung

konflik.Kelima

masalah-masalah
keinginan

yang

cara

dilabel

bersama-sama),

lain),

dominating

(menggunakan pengaruh seseorang untuk membuat ide-ide


seseorang

diterima),

avoiding(berusaha

untuk

memendam

perbedaan pendapat dengan orang lain untuk diri sendiri untuk


menghindari perselisihan), dan compromising (mengusulkan
jalan

tengah

tersebut

untuk

memecah kebuntuan).Subskala-subskala

mendefinisikan

dua

metode

pengelolaan

konflik;

konstruktif (integrating dan obliging) dan tidak konstruktif


(dominating dan avoiding).Indeks konsistensi internal (=0,500,81) dan reliabiilitas test-retest (=0,60-0,83 untuk koefisienkoefisien korelasi intraclass) adalah dapat diterima (17).Sebuah
versi Persia valid dari ROCI-II digunakan dalam penelitian ini (18).
TAS-20: TAS-20 adalah laporan-oleh diri sendiri yang terdiri dari
20 item Toronto Alexithymia Scale (TAS-20), yang secara luas
digunakan dalam penelitian ini. Kuesioner-kuesioner ini berisi 20
item

dan

sub-skala

yang

mencakup

kesulitan

dalam

mengidentifikasi perasaan (difficulty in identifying feelings/DIF, 7


item), kesulitan dalam menggambarkan perasaan (difficulty in
describing feelings/DDF, 5 item), dan berorientasi berpikir secara
eksternal (externally oriented thinking/EOT, 8

item). Skor-skor

subskala bervariasi dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat


setuju).Beberapa item adalah diberi skor terbalik.Versi Persia dari
TAS-20 diterapkan dalam penelitian ini (19).
Tiga kelompok dibandingkan dalam variable umur menggunakan
uji ANOVA dan status pendidikan dengan uji 2.Semua variable
dimasukkan

dalam

multivariate

analysis

variance

(MANOVA).Sebuah level yang signifikan dianggap P <0,05.

model

Hasil
Usia rata-rata pasien-pasien dengan PUD, FD dan kelompok
kontrol adalah 34,210,1, 33,0310 dan 36,88,8, masingmasing (P=03).Mengenai tingkat pendidikan, 18 (60%), 16
(53,3%) dan 14 (46,7%) adalah belum lulus pada kelompok PUD,
FD dan kelompok kontrol, masing-masing (0,6).
Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata dari tiga subkelompok
pada ROCI-II, SCL-90, dan TAS-20.Hasil analisis multivariat
varians ditunjukkan pada tabel 2.

MANOVA pada subskala SCL-90 mengungkapkan efek yang


signifikan bagi kelompok-kelompok dalam hal semua gejalagejala psikologis (p<0,001). Untuk membandingkan dengan
kontrol, baik pasien-pasien PUD maupun FD memiliki rata-rata

secara signifikan lebih tinggi dalam hal depresi, somatisasi,


gangguan obsesif-kompulsif, permusuhan, paranoid, dan skor
total SCL-90. Selain itu, pasien-pasien FD memiliki rata-rata
secara signifikan lebih tinggi pada semua sub-skala dari SCL-90
lebih tinggi dari kelompok kontrol. Secara signifikan, skor yang
lebih

tinggi

ditemukan

pada

pasien-pasien

dengan

FD

dibandingkan dengan PUD untuk sebagian besar gejala-gejala


psikiatrik

(depresi,

somatisasi,

ansietas,

gangguan

obsesif-

kompulsif, sensitivitas interpersonal, psychoticism, fobia, dan


skor total gejala-gejala psikiatrik.
Rentang skor: depresi, 0-52; ansietas, 0-40; Somatisasi, 0-48;
obsesif-kompulsif,

0-40;

sensitivitas

interpersonal,

0-36;

psychoticism, 0-40; pemikiran paranoid, 0-24; permusuhan, 0-24;


ansietas fobik, 0-28; skor total SCL-90; 0-360. Integrating, 1-35
obliging, 1-30; dominating, 1-25; avoiding, 1-30; compromising 120.kesulitan untuk mengidentifikasi perasaan, 1-35; kesulitan
menggambarkan perasaan, 1-25; berorientasi berpikir secara
eksternal, 1-40; skor total TAS-20, 1-100; MANOVA pada subskala ROC-II mengungkapkan sebuah efek yang signifikan untuk
kedua

kelompok

dalam

semua

cara

manajemen

konflik.

Perbandingan-perbandingan berpasangan dengan uji Bonferroini


menunjukkan bahwa pasien-pasien PUD memiliki rata-rata lebih
rendah dari skor obliging dan compromising daripada kelompok
kontrol.Pasien-pasien FD memiliki rata-rata yang lebih tinggi dari
skor dominating dan avoiding lebih dari kelompok kontrol.Selain
itu, pasien-pasien FD memiliki rata-rata lebih rendah dari skor
integrating, obliging, dan compromising daripada kelompok
kontrol.Skor lebih rendah ditemukan pada pasien-pasien dengan
PUD dibandingkan dengan FD untuk skor dominating, avoiding,
dan compromising.Selain itu, pasien-pasien FD memiliki rata-rata

lebih rendah dalam hal skor integrating daripada kelompok PUD.


MANOVA pada subskala TAS-20 mengungkapkan sebuah efek
yang signifikan bagi kelompok-kelompok dalam semua sub-skala
dan skor-skor total. Perbandingan-perbandingan berpasangan
mengungkapkan skor total alexithymia dan DIF yang lebih tinggi
pada pasien-pasien PUD daripada orang yang sehat. Tidak ada
perbedaan diantara PUD dan kelompok yang sehat dalam hal
DDF dan EOT.Skor yang lebih tinggi ditemukan pada pasienpasien dengan FD dibandingkan dengan kelompok sehat untuk
DIF, DDF, dan skor total alexithymia.Tidak ada perbedaan antara
FD dan kelompok sehat dalam hal EOT.Secara signifikan, skorskor yang lebih rendah ditemukan pada pasien-pasien dengan
PUD dibandingkan dengan FD untuk DIF, DDF, dan skor total
alexithymia (p<0,05).

Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun gejala-gejala


psikiatrik

(depresi,

ansietas,

gangguan

obsesif-kompulsif,

sensitivitas interpersonal, psychoticism, dan permusuhan) lebih


tinggi baik pada PUD maupun FD daripada kontrol, rata-rata dari
banyak gejala-gejala psikiatrik lebih tinggi pada FD daripada
PUD.

Tidak

ada

penelitian

yang

dipublikasikan

untuk

membandingkan PUD dan FD dalam hal gejala-gejala psikiatrik


dengan

SCL-90.Beberapa

studi

melaporkan

gejala-gejala

psikiatrik pada pasien-pasien FD. Faramarzi et al. pada tahun


2012 melaporkan bahwa skor signifikan lebih tinggi ditemukan
pada

pasien-pasien

dengan

dispepsia

fungsional

jika

dibandingkan dengan kontrol untuk sebagian besar gejala-gejala


psikiatrik;

depresi,

ansietas,

gangguan

obsesif-kompulsif,

sensitivitas interpersonal, psychoticism, permusuhan, dan skor


total gejala-gejalapsikiatrik (20). Sebuah studi melaporkan skor
yang signifikan lebih tinggi pada pasien-pasien FD dibandingkan
dengan kontrol untuk semua gejala-gejala sikiatrik, kecuali
psychoticism (21).Nakao et al. 2007 melaporkan bahwa skor
ansietas state-trait secara signifikan lebih tinggi pada kelompok
FD dibandingkan kelompok ulkus peptikum (16).
Menurut hasil kami, skor total alexithymia dari PUD lebih
tinggi dari kontrol, dan sama dengan FD. Juga, skor alexithymia
pasien-pasien FD lebih tinggi dari PUD. Meskipun tidak ada
penelitian yang diterbitkan yang membandingkan alexithymia
pada pasien-pasien PUD dan FD, beberapa hal diketahui tentang
alexithymia

pada

pasien-pasien

PUD

maupun

FD.Sebuah

penelitian melaporkan bahwa gejala-gejala alexithymia (DIF dan


DDF) lebih tinggi pada pasien-pasien FD daripada subyek-subyek
yang sehat (25). Dalam penelitian ini, skor berorientasi berpikir
secara eksternal dari pasien-pasien FD atau pasien-pasien PUD

dan kontrol yang sehat adalah sama. Berbeda dengan hasil kami,
sebuah studi melaporkan bahwa berorientasi berpikir secara
eksternal

pada

pasien-pasien

FD

adalah

lebih

tinggi

dibandingkan dengan kontrol (14).Kisaran yang tinggi dari gejalagejala alexithymia pada pasien-pasienPUD dan FD menunjukkan
bahwa

alexithymia

mungkin

memainkan

peran

dalam

pembentukan atau agregasi dari mengalami FD atau PUD.


Data kami mendukung kesimpulan bahwa meskipun baik
pasien-pasien PUD maupun pasien-pasien FD menggunakan
cara-cara manajemen konflik yang kurang konstruktif daripada
orang yang sehat, pasien-pasien FD menggunakan cara-cara
manajemen konflik yang lebih tidak konstruktif dari PUD. Tidak
ada studi sebelumnya yang telah dipublikasikan untuk menilai
atau membandingkan cara-cara manajemen konflik pada pasienpasien

FD

psikoterapi

dan

PUD.Sebuah

memperbaiki

penelitian

gejala-gejala

melaporkan

bahwa

gastrointestinal

dan

strategi-strategi manajemen konflik pada pasien-pasien dengan


dispepsia fungsional (25).
Karena beberapa keterbatasan, generalisasi dari hasil harus
dibuat

dengan

hati-hati.Penelitian

ini

adalah

studi

cross-

sectional, sehingga hubungan kausal tidak bisa ditentukan. Juga,


beberapa data yang dikumpulkan terkait dengan pasien-pasien
dengan diagnosis PUD sebelumnya.Sebuah studi prospektif
diusulkan untuk mengkonfirmasi hasil kami. Kelemahan lain
dalam penelitian kami adalah terkait dengan pengambilan
sampel. Kami merekrut pasien-pasien dari bangsal endoskopi
dari dua rumah sakit pendidikan. Mungkin, pasien-pasien dengan
PUD sedang sampai berat dimasukkan ke dalam penelitian.Oleh
karena itu, hasilnya tidak digeneralisasikan untuk semua pasienpasien FD/PUD, terutama dengan penyakit ringan. Penelitian

lebih lanjut disarankan dengan ukuran sampel multicenter dan


lebih besar. Sebagai kesimpulan, penelitian ini menunjukkan
bahwa cara-cara manajemen yang tidak konstruktif, gejala-gejala
psikiatrik, dan alexithymia adalah menonjol dan harus ditangani
pada pasien-pasien dengan PUD dan FD.

Anda mungkin juga menyukai