Anda di halaman 1dari 20

Sep

14

ABORTUS IMMINENS
A.

Abortus

2.

Pengertian

a. Abortus adalah penghentian atau berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin


berusia 20 minggu (Helen Farrer, 1999).

Add caption
b. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu hidup di luar kandungan (Saifuddin, 2002).
c. Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup (Cunningham, 2005).
d. Abortus adalah kegagalan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat
janin kurang dan 1000 gram (Manuaba, 2008).
3.

Macam-macam abortus

Abortus dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:


a.

Berdasarkan kejadiannya

1)

Abortus spontan

Adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk
mengakhiri kehamilan tersebut (Saifuddin, 2002). Abortus spontan dibagi atas:
a)

Abortus imminens

Adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari


atau dapat berulang (Kusmiyati, 2009).
b)

Abortus insipiens

Adalah terjadinya perdarahan ringan atau sedang pada kehamilan muda dimana
hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri (Saifuddin, 2002).
c)

Abortus inkomplit

Adalah abortus yang terjadi sebelum usiagestasi 10 minggu, janin dan plasenta
biasanya keluar, tetapi dalam waktu yang terpisah (Cunningham, 2005).
d)

Abortus komplit

Adalah terjadinya perdarahan sampai semua produk pembuahan atau janin,


selaput ketuban dan plasenta sudah keluar (Helen Farrer, 1999).
e)

Abortus habitualis

Adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih
(Kusmiyati, 2009).
f)

Abortus infeksiosa

Adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi.Adanya penyebaran kuman atau


toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septikemia,
sepsis atau peritonitis (Saifuddin, 2002).
g)

Abortus septik

Adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum (Saifuddin, 2002).
h)

Missed abortion

Missed abortion terjadi jika sesudah mengalami abortus imminens, perdarahan


pervaginam berhenti namun produk pembuahan meninggal dan tetap berada
dalam rahim (Helen Farrer, 1999).
2)

Abortus buatan

Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan (Kusmiyati, 2009). b.
b.
1)

Berdasarkan pelaksanaannya
Abortus medisinalis (abortus therapeutik)

Abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital ibu hamil, jika diteruskan
kehamilannya , akan lebih membahayakan jiwa ibu sehingga terpaksa dilakukan
abortus spontan (Manuaba, 2007).
2)

Abortus kriminalis

Abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan, diantaranya


akibat perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Sebagian besar dilakukan oleh
tenaga yang tidak terlatih sehingga dapat menimbulkan komplikasi (Manuaba,
2007).

B.

Abortus Imminens

1.

Pengertian

a. Abortus imminens adalah perdarahan vagina atau bercak sebelum umur


kehamilan 20 minggu (Masjoer, 2001).
b. Abortus imminens adalah terjadinya bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan suatu kehamilan (Saifuddin, 2002).
c. Abortus imminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa
berlanjut beberapa hari atau dapat berulang (Kusmiyati, 2009).
2.

Etiologi

Menurut Cunningham (2005) hal-hal yang dapat menyebabkan abortus,


dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu :
a.

Faktor fetal

Temuan morfologis yang paling sering terjadi dalam abortus dini spontan adalah
kelainan perkembangan zigot, embrio fase awal janin, atau kadang-kadang
plasenta.Perkembangan janin yang abnormal, khususnya dalam trimester
pertama kehamilan, dapat diklasifikasikan menjadi perkembangan janin dengan
kromosom yang jumlahnya abnormal (aneuploidi) atau perkembangan janin
dengan komponen kromosom yang normal (euploidi).
Laporan menyatakan bahwa abortus aneuploidi terjadi pada atau sebelum
kehamilan 8 minggu, sedangkan abortus euploidi mencapai puncaknya sekitar
13 minggu. Insiden abortus euploidi akan meningkat secara dramatis setelah
usia maternal 35 tahun. Namun sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut belum
diketahui secara pasti. Penyebab abortus euploidi umumnya tidak
diketahui,tetapi mungkin bisa disebabkan oleh; kelainan genetik, berbagai faktor
ibu, mungkin beberapa faktor ayah.

b.
1)

Faktor Maternal
Infeksi

Beberapa infeksi kronis pernah terlibat atau sangat dicurigai sebagai penyebab
abortus, diantaranya Listeria monocytogenes dan Toxoplasma.
2)

Penyakit kronik

Pada awal kehamilan, penyakit kronik yang menyebabkan penyusutan tubuh,


misalnya tuberculosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus.
Hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 20 minggu, tetapi dapat
menyebabkan kematian janin dan kelahiran preterm.
3)

Kelainan endokrin

Autoantibodi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insiden abortus


walaupun tidak terjadi hipertiroidisme yang nyata. Abortus spontan dan
malformasi kongenital mayor meningkat pada wanita dengan diabetes mellitus.
Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.
Defisiensi progesteron, karena kurangnya sekresi hormon progesteron tersebut
dari korpus luteum atau placenta, mempunyai kaitan dengan insiden
abortus.Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi
hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi
dan berperan dalam peristiwa kematian janin.
4)

Nutrisi

Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa defisiensi salah satu zat gizi merupakan
penyebab abortus.Mual dan muntah yang timbul agak sering pada awal
kehamilan, dan semua penyakit yang dipicunya, jarang diikuti oleh abortus
spontan.
5)

Pemakaian obat dan faktor lingkungan

Berbagai zat dilaporkan berperan, tetapi belum dapat dipastikan sebagai


penyebab meningkatnya insidensi abortus seperti : tembakau, alkohol, kafein,
sinar radiasi, dll.
6)

Faktor imunologis

Ada dua mekanisme utama pada abnormalitas imunologis yang berhubungan


dengan abortus, yaitu :mekanisme autoimun (imunitas terhadap tubuh sendiri)
dan mekanisme aloimun (imunitas terhadap orang lain).
7)

Gamet yang menua

Baik umur sperma atau ovum dapat mempengaruhi angka insiden abortus
spontan.Garnet yang bertambah tua dalam traktus genitalis wanita sebelum
fertilisasi, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus.

8)

Trauma fisik

Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering dilupakan.Yang di


ingat hanya kejadian tertentu yang tampaknya mengakibatkan abortus.
c.

Faktor Paternal

Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam proses
timbulnya abortus spontan. Translokasi kromosom dalam sperma dapat
menimbulkan zigot yang mendapat bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu
banyak, sehingga terjadi abortus.
3.

Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis diikuti nekrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, viii korialis belum menembus desidua
secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan
8 sampai 14 minggu, penembusan sudah Iebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil
konsepsi keluar dalam berbagai bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin
masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus (Masjoer, 2001).
4.

Tanda dan Gejala

a. Perdarahan vagina: merah terang (segar), atau coklat gelap dan dapat
terjadi terus menerus untuk beberapa hari sampai 2 minggu (Varney, 2002).
b. Nyeri kram ringan yang mirip dengan menstruasi atau nyeri pinggang bawah
(Kusmiyati, 2009).
c. Pemeriksaan ultrasuara yang menunjukkan cincin gestasi terbentuk baik
dengan gema dari embrio yang menunjukkan bahwa kehamilan paling mungkin
dianggap sehat (Cunningham, 2005).
d. Pemeriksaan tes kehamilan positif (Saifuddin, 2002).
e. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum lemah, wajah pucat,
berkeringat banyak, tekanan darah menurun (Saifuddin, 2002).
f. Pada Pemeriksaan dalam ditemukan flukus ada (sedikit), ostium uteri
tertutup (Kusmiyati, 2009).
5.

Diagnosa

Menurut Kusmiyati (2009), diagnosa abortus imminens dapat ditegakkan


berdasarkan:

a.

Anamnesis

1)

Kram perut bawah

2)

Perdarahan sedikit dari jalan lahir

b.

Pemeriksaan

1)

Flukus ada (sedikit)

2)

Ostium uteri tertutup

3)

Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan

4)

Uterus lunak

c.

Pemeriksaan penunjang

1)

Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin

2)

Meragukan

3)

Buah kehamilan tidak baik, janin mati

6.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan abortus imminens menurut Varney (2001) adalah sebagai


berikut:
a.

Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram:

1)
Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi
rangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai perdarahan
benar-benar berhenti.
2)
Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi
atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina).
3)

Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme.

4)

Segera beritahu bidan bila terdapat:

a)

Perdarahan meningkat

b)

Kram dan nyeri pinggang meningkat

c)

Semburan cairan dari vagina

d)

Demam atau gejala mirip flu

b.

Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit

1)

Evaluasi tanda-tanda vital

2)
Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum: merupakan skrining vaginitis
dan servisitis; observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan
darah atau bagian-bagian janin.
3)
Pemeriksaan bimanual: ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement,
serta kondisi ketuban.
c.
Jika pemeriksaan negatif, dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
untuk menentukan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika
mungkin untuk menenangkan wanita.
d.
Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang
gejala bahaya dan pertahankan nilai normal.
e.
Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat,
atau hasil pemeriksaan fisik dan ultrasonografi menunjukkan hasil abnormal.
Terapi yang di berikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti
Phenobarbital 3x30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi hormonal
yaitu progesteron, misalnya Premaston hingga perdarahan berhenti.
7.

Komplikasi

Menurut Cunningham (2005), komplikasi abortus imminens adalah sebagai


berikut :
a.

Perdarahan (hemorrhage)

b.
Perforasi: sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun
c.

Infeksi dan tetanus

d.
Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh: perdarahan yang banyak dan
infeksi atau sepsis.

ASKEB ABORTUS IMMINENS


A. PENGERTIAN
- ABORTUS IMMINENS adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin dapat mencapai 500

gr atau kurang dari 20 minggu yang ditandai dengan:


Terdapat keterlambatan datang bulan.
Terdapat perdarahan, disertai perut sakit (mules).
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot rahim.
Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan kanalis servikalis, kanalis servikalis masih
tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim.
Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif. (Manuaba, 1998:218-219)
B. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor
sebagai berikut :
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan
yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan dapat terjadi karena:
a. Kelainan kromosom
Kelainan yang sering terjadi pada abortus spontan ialah: trisomi poliploidi dan kemungkinan
pula kelainan kromosom seks. (Sarwono, 1991:303)
b. Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna, sehingga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. (Sarwono, 1991:303)
2. Kelainan pada placenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi placenta terganggu,
sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
(Sarwono, 1991:303)
Gangguan pembuluh darah placenta, di antaranya pada DM. (Manuaba, 1998:215)
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain
dapat menyebabkan abortus toxin, virus dan plasmodium dapat melalui placenta masuk ke
janin, sehingga menyebabkan kematian janin kemudian terjadilah abortus.
Anemia berat, keracunan, laparatomi, peritonis umum dan penyakit menahun seperti
brusellosis, mononukleosis, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih
jarang. (Sarwono, 1991:303)
4. Kelainan tractus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaab uterus dapat menyebabkan abortus.
Tetapi harus diingat bahwa retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang
memegang peranan penting.
Sebab lain abortus dalam trimester II ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh
kelemahan bawaan pada servik, dilatasi berlebihan, amputasi atau robekan servik luas yang
tidak dijahit. (Sarwono, 1991:303)
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan
placenta menyebabkan perdarahan, sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.
Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan
dengan kontraksi.

Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya sebagian masih tertinggal, yang
menyebabkan berbagai penyulit.
Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut, karena kontraksi rahim,
terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi di antaranya :
1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.
2. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan.
3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat menimbulkan syok, nadi
meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah akral dingin.
Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi :
1. Umur hamil di bawah 14 minggu, di mana placenta belum terbentuk sempurna,
dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
2. Di atas 10 minggu, dengan pembentukan placenta sempurna dapat didahului dengan
ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi dan dilanjutkan dengan pengeluaran
placenta, berdasarkan proses persalinannya dahulu disebut persalinan imaturus.
3. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari minggu sehingga terjadi ancaman baru dalam
bentuk gangguan pembekuan darah.
Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi
1. Mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan mirip daging.
2. Mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara amnion dan
korion.
3. Fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan kalsium dan tertekan
sampai gepeng.
4. Fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan laksana kertas.
5. Blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin, hanya benda
kecil yang tidak berbentuk.
6. Missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu. Bila
keguguran pada umur lebih tua dan tidak segera dikeluarkan dapat terjadi maserasi dengan
ciri kulit mengelupas, tulang belakang kepala berimpitan dan perut membesar karena
asites/pembentukan gas. (Manuaba, 1998:216-217)
D. KOMPLIKASI
Keguguran mempunyai penyulit sebagai berikut :
1. Perdarahan
Dapat terjadi sedikit dalam waktu panjang.
Dapat terjadi mendadak banyak, sehingga menimbulkan syok.
2. Infeksi
3. Degenerasi ganas
Keguguran dapat menjadi korio karsinoma sekitar 15%-20%.
Gejala korio karsinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung lama, terjadi
pembesaran/perlunakan rahim, terdapat metastase ke vagina atau lainnya.
4. Penyulit saat melakukan kuretage
Dapat terjadi perforasi dengan gejala
Kiret terasa tembus.
Penderita kesakitan, syok.
Dapat terjadi perdarahan dalam perut dan infeksi dalam abdomen. (Manuaba, 1998:219-220
E. PENANGANAN
1. Penanganan awal
Untuk penanganan awal yang memadai segera lakukan penilaian dari:
Keadaan umum pasien.

Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 900 mmHg >
112/menit).
Bila syok disertai masa lunak di adneksa, nyeri perut bawah adanya cairan bebas dalam
cavum pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan ectopik yang terganggu.
Tanda-tanda infeksi/sepsis (demam tinggi, secret berbau pervaginam, nyeri perut tegang,
nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan).
Tentukan evaluasi medis apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas kesehatan
setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi).
2. Penanganan spesifik
ABORTUS IMMINENS
Tidak diperlukan pengobatan medis yang khusus atau tirah baring secara total.
Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual.
Bila perdarahan :
Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan
lagi.
Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG), lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik/mola).
Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui
gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik. (Acuan Nasional, 2000:140-151)
I. PENGKAJIAN DATA
A. Data subyektif
1. Biodata
Umur:
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk hamil dan persalinan
adalah 20-30 tahun. (Hanifa, 1994:23)
Frekuensi abortus yang dikenal secara klinis bertambah dari 12% pada wanita yang berusia
kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada wanita berumur di atas 40 tahun. (Williams,
1995:1573)
Paritas:
Resiko abortus spontan kelihatannya semakin meningkat dengan bertambahnya paritas, di
samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah (Warburton dan Fraser, 1964, Wilsod
dkk, 1986). (Williams, 1995:1573)
Pekerjaan:
Sering dijumpai pada wanita yang bekerja berat karena ovum terlepas sebagian menimbulkan
kontraksi yang berakibat perdarahan. (Unpad, 1997:8-9)
2. Keluhan utama
a. Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid, sering terdapat pula rasa mules,
kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda. (Hanifa, 1999:304)
b. Dengan keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut: sakit perut, dapat diikuti
oleh pengeluaran hasil konsepsi, pemeriksaan hasil tes hamil masih positif atau sudah negatif.
(Manuaba, 1998:217)
c. Abortus imminens
Terdapat keterlambatan datang bulan.
Terdapat perdarahan, disertai perut sakit (mules). (Manuaba, 1998:218-219)
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, DM dan defisiensi progesterone.
(Williams, 1995:576)
Kelainan hormonal, gangguan nutrisi menyebabkan keguguran kehamilan. (Hanifa,

2000:248)
Anomali congenital (hipoplasi uterus, uterus bikornis dll), kelainan letak dari uterus seperti
retroflexi uterus fixota, dapat menyebabkan abortus. (Rustam Mochtar, 1998:210)
4. Riwayat kesehatan sekarang
Jika herpes genitalis terjadi dalam kehamilan 20 minggu maka angka abortus akan
meningkat. (Williams, 1995:576)
Penyakit ibu yang mendadak seperti pneumone, tifus abdominalis, pielonepritis, malaria dll
dapat menyebabkan abortus,
toxin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui placenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin, kemudian terjadilah abortus.
Anemia berat, keracunan, laparatomi, peritonitis umum dan penyakit menahun seperti
brusellosis, monomikleosis, toxoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih
jarang. (Hanifa, 1999:303)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Peranan faktor paternal dalam proses timbulnya abortus spontan yang pasti translokasi
kromosom dalam sperma dapat menimbulkan zigot yang mendapat bahan kromosom terlalu
sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus. (Williams, 1995:560)
Penyakit bapak: umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemia, decompensasi cordis,
malnutrisi, nefititis, keracunan (alcohol, nikotin, Pb dll), sinar rontgen, avitaminosis dapat
menyebabkan abortus. (Rustam Mochtar, 1990:233)
6. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
Abortus terjadi pada usia kehamilan < 22 minggu.
Terjadi perdarahan bercak hingga derajat sedang pada kehamilan muda.
Perdarahan masif/hebat pada kehamilan muda. (Saifudin, 2001:146)
b. Riwayat KB
Kontrasepsi pada waktu lampau pernah berkaitan dengan peningkatan insiden abortus, namun
kaitan tersebut sekarang sudah tidak ditemukan lagi. Hal tersebut benar untuk kontrasepsi
oral dan obat spermissid yang digunakan dalam krem dan jeli kontrasepsi.
Kendai demikian alkon dalam rahim (IUD) berkaitan dengan kenaikan insiden septic setelah
kegagalan kontrasepsi.
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bila seseorang pernah mengalami abortus maka cenderung mengalami abortus lagi pada
kehamilan selanjutnya. (Rustam Mochtar, 1994:236)
d. Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan hamil <5 bulan, mengalami mual, muntah.
Pagi hari terutama trimester I, tetapi menghilang setelah trimester II, sudah dapat TT 2,
tablet Fe maksimal 2 bungkus, kapsul yodium 1. (Manuaba, 1998:217)
7. Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Pada saat ini hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar kemungkinannya
menjadi predisposisi meningkatkan kemungkinan abortus. (Williams, 1995:576)
Malnutrisi, avitaminosis A, C, E, gangguan metabolisme (DM) cenderung menimbulkan
abortus incomplete. (Rustam Mochtar, 1994:233)
b. Aktifitas
Trauma, misalnya: kecelakaan dapat menimbulkan abortus. (Unpad, 1981:9)
Sering dijumpai pada wanita yang bekerja berat karena ovum terlepas sebagian sehingga
menimbulkan kontraksi yang berakibat perdarahan. (Unpad, 1981:8-9)
c. Riwayat ketergantungan
Tembakau diidentifikasikan sebagai zat yang berkaitan dengan peningkatan insiden abortus,

alcohol pernah terlibat dalam peningkatan insiden abortus. (Williams, 1995:576)


d. Psikososial dan spiritual
Perangsangan pada ibu sehingga menyebabkan uterus berkontraksi umpamanya terkejut
sangat ketakutan. (Rustam Mochtar, 1990:233)
Dalam suatu tinjauan mengenai faktor kepribadian yang berkaitan dengan dengan abortus
tuppes dan weil (1962) menemukan adanya 2 tipe wanita yang pada dasarnya belum matang
dan wanita bebas yang frustasi. (Williams, 1995:576)
8. Hubungan seksual
Coitus sebaiknya dihentikan pada mereka yang sering mengalami keguguran. (Manuaba,
1998:139)
B. Data obyektif
Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : baik sampai syok (Hanifa, 2002:M9)
2. Tanda vital
Tensi : Tidak boleh lebih dari 140/90 mmHg.
Sistolik bisa mengalami penurunan kurang dari 90 mmHg.
Nadi : Normal 60-100/menit
Bisa mengalami peningkatan lebih dari 112/menit. (Hanifa, 2002:M9)
Pernafasan : normal 20-24/menit
Suhu : Normal 36-37C
Bila suhu lebih dari normal mungkin adanya infeksi. (Depkes RI, 1993:35)
Pemeriksaan umum
1. Kepala
Muka : Normal, tidak sembab, ada cloasma gravidarum. (Depkes RI, 1998:110)
Tidak pucat sampai pucat.
Mata : Konjungtiva palpebra normal berwarna merah muda, bila pucat mungkin anemia.
2. Thorax/buah dada
Mama dan papilla membesar tampak tegak dan tampak lebih hitam karena agak
hiperpigmentasi. (Hanifa, 1999:95)
Pada missed abortion mama agak membesar. (Hanifa, 1999:308)
3. Abdomen
Membesar sesuai umur kehamilan/lebih kecil dari usia gestasi.
Nyeri perut bawah/sedikit/tanpa nyeri.
4. Genetalia
Pengeluaran perdarahan pervaginam
Perdarahan bercak sampai sedang
Perdarahan sedang sampai masif
Perdarahan lanjut
Secret vagina
Pemeriksaan khusus
1. Palpasi
TFU sesuai dengan usia gestasi
TFU lebih kecil dari usia gestasi/tidak teraba
Uterus teraba lemas (Hanifa, 1999:308)
2. VT
Servik uteri masih tertutup
Servik uteri terbuka dan dapat teraba ketuban. Dan hasil konsepsi dalam cavum uteri atau
pada kanalis servikalis
Besarnya rahim telah mengecil
Konsistensinya lunak

(Manuaba, 1998:217)
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan air kencing terhadap tes kehamilan masih positif atau sudah negatif.
(Manuaba, 1998:217)
2. Darah
Kadar Hb bervariasi tergantung dari jumlah perdarahan.
Hb 11 gr% tidak anemi
Hb 9-10 gr% anemi ringan
Hb 7-8 gr% anemi sedang
Hb < 7 gr% anemi berat
II. DIAGNOSA MASALAH KEBIDANAN
GIP00000 umur kehamilan 8 minggu dengan abortus imminens dengan masalah:
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri perut) sehubungan dengan adanya kontraksi.
2. Cemas sehubungan dengan adanya perdarahan pada kehamilan muda. (Marlyn E.D,
2001:410)
Prognosa : baik bila tidak terjadi komplikasi.
Diagnosa 1
GIP00000 umur kehamilan 8 minggu dengan abortus imminens.
Tujuan : Perdarahan tidak terjadi
Kriteria hasil : Perdarahan berhenti
Keadaan umum pasien baik
Tanda vital dalam batas normal
T : 110/80 - 140/90 mmHg R : 20-24/menit
N : 60-100/menit S : 36-37C
Intervensi :
1. Berikan pengertian pada ibu tentang perdarahan yang dialami.
R/ Ibu tahu tentang kondisinya saat ini dan lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan
dilakukan.
2. Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual.
R/ Dengan istirahat kontraksi uterus akan berkurang dan prostaglandin yang ada dalam
sperma akan merangsang kontraksi uterus.
3. Tidak diperlukan pengobatan medis yang khusus atau tirah baring secara total.
R/ Prognosis baik bila perdarahan berhenti dan kontraksi hilang.
4. Bila perdarahan
Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan
lagi.
Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG, lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik/mola).
Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui
R/ Untuk melakukan deteksi dini dan apabila ada kelainan akan dapat segera ditangani.
5. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.
R/ Untuk mengetahui keadaan pasien.
6. Observasi kontraksi uterus dan perdarahan.
R/ Untuk mengetahui keadaan kehamilan.
7. Anjurkan pada ibu untuk makan/minum dengan gizi seimbang.
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi.

8. Berikan therapy pada ibu.


R/ Untuk memperbaiki kondisi ibu hamil.
9. Lakukan tes urine.
R/ Untuk mengetahui kondisi kehamilan ibu.
Diagnosa 2
Gangguan rasa nyaman (nyeri perut) sehubungan dengan adanya kontraksi uterus.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil : Pasien tidak mengeluh nyeri
Pasien dapat melakukan teknik distraksi
Keadaan umum baik
Intervensi :
1. Perhatikan keluhan yang dialami oleh klien.
R/ Klien akan merasa lebih diperhatikan sehingga rasa sakit berkurang.
2. Ajak keluarga untuk menemani klien.
R/ Klien akan merasa lebih tenang sehingga dapat menambah kenyamanan bagi klien.
3. Berikan posisi yang nyaman.
R/ Klien lebih nyaman dan rileks.
4. Ajarkan teknik distraksi.
R/ Dengan teknik distraksi dapat mengalihkan perhatian klien sehingga rasa nyeri dapat
berkurang.
Diagnosa 3
Cemas sehubungan dengan adanya perdarahan pada kehamilan muda
Tujuan : Cemas berkurang sampai hilang
Kriteria hasil : Pasien tenang
Ekspresi wajah tidak cemas
Pasien mengerti penjelasan petugas
Intervensi :
1. Temani dan perhatikan keluhan pasien.
R/ Klien lebih tenang sehingga cemas berkurang.
2. Jelaskan proses terjadinya perdarahan.
R/ Menambah pengetahuan klien sehingga lebih mengerti dan kooperatif.
3. Beri pengertian pada ibu bahwa semua ini kehendak Tuhan.
R/ Klien akan tabah menerima kenyataan yang terjadi.
4. Anjurkan pada ibu untuk selalu berdoa.
R/ Ibu lebih tenang menghadapi kondisi saat ini.
1. Data subyektif
a. Biodata Klien Suami
Nama : Ny. A Tn. T
Umur : 22 tahun 25 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD SMP
Pekerjaan : IRT Tani
Penghasilan : - Rp 750.000,- / bulan
Status marital : Kawin/1/1tahun Kawin/1/1tahun
Alamat : Teguhan - Paron Teguhan - Paron
b. Keluhan utama

Ibu mengatakan ini hamil yang pertama 2 bulan mengeluarkan darah sedikit-sedikit sejak
tanggal 4-1-2010 jam 21.00 WIB disertai perut terasa nyeri dan ibu mengatakan merasa takut
kehamilan tidak bisa dipertahankan.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak pernah menderita suatu penyakit seperti batuk lama, jantung berdebar-debar,
sesak nafas, kencing manis, dan tidak mengalami kelainan alat kandungan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada tgl 4-1-2010 jam 21.00 WIB ibu mengatakan perdarahan sedikit-sedikit disertai nyeri
perut. Tanggal 5-1-2010 jam 09.00 WIB ibu datang ke puskesmas untuk periksa.
Pada saat ini ibu tidak menderita penyakit yang dapat menyebabkan abortus seperti herpes
genetalis, pnemoni, tifus abdominalis, pielonefritis dan tidak memelihara binatang piarang
(penyebab toxoplasmosis).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami sesak nafas, kencing manis, penyakit
jantung, penyakit menular seperti typhus, batuk lama yang tidak sembuh-sembuh maupun
penyakit jantung.
d. Riwayat kebidanan
1) Haid
Menarche umur 15 tahun, haid teratur, siklus 28 hari, lama 5-7 hari, jumlah sedang, ganti
pembalut 2-3/hari, tidak ada gumpalan pada saat haid kadang disertai nyeri perut bagian
bawah tapi tidak mengganggu, keputihan sebelum haid, warna jernih, tidak gatal dan tidak
berbau.
2) Riwayat KB
Klien mengatakan selama ini belum pernah menggunakan KB apapun, karena keinginan ibu
setelah menikah ingin punya anak.
3) Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan hamil yang pertama, terlambat haid 2 bulan, tes kehamilan positif pada
tanggal 15-12-2010 kemudian pada tanggal 4-1-2011 mengalami perdarahan, jumlah sedikit
disertai nyeri perut. Kemudian tanggal 5-1-2011 ibu periksa ke puskesmas .
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Makan 3/hari, porsi 1 piring habis dengan komposisi nasi, sayur, lauk pauk (tempe, tahu,
telur, ikan, daging), buah (pisang, pepaya), minum air putih 6-7 gelas/hari.
2) Aktifitas
Klien tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga bekerja di rumah seperti menyapu,
mengepel, mencuci dan memasak.
3) Istirahat
Tidur malam 6-7 jam/hari, mulai jam 21.00-04.30 WIB, tidur siang kadang - 1jam/hari.
Tidak mengalami gangguan dalam pola tidur siang maupun tidur malam.
4) Eliminasi
BAB 1/hari, konsistensi lembek, warna kuning tengguli, BAK 3-4/hari, warna kuning
jernih, tidak mengalami gangguan/keluhan dalam BAB/BAK baik rasa panas ataupun nyeri
saat BAK.
5) Personal hygiene
Klien mandi 2/hari, termasuk gosok gigi, ganti celana dalam, keramas 2/minggu, cebok
dengan air dan sabun tiap kali selesai BAB.
6) Riwayat ketergantungan
Ibu mengatakan tidak pernah minum jamu dan ramuan-ramuan tradisional, tidak pernah
merokok dan minum alkohol.

7) Keadaan psikososial dan spiritual


Klien mengatakan takut kalau kehamilannya tidak dapat dipertahankan sebab klien sangat
mengharapkan kehamilannya.
8) Hubungan seksual
Selama hamil ini ibu biasa melakukan hubungan seksual 1 minggu sekali.
2. Data obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : baik
2) Tanda-tanda vital : T : 120/80 mmHg S : 36C
N : 88/menit R : 20/menit
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, penyebaran merata tidak
mudah dicabut.
2) Mata : Konjungtiva palpebra merah muda, sclera tidak icterus.
3) Muka : Tidak sembab, tidak terdapat chloasma gravidarum, ekspresi wajah tegang dan
tampak takut, menyeringai menahan sakit.
4) Gigi dan mulut: Bersih, tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab, gigi
tidak ada karies.
5) Telinga : Simetris, bersih, fungsi pendengaran normal.
6) Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip.
7) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan tidak ada pembendungan
vena jugularis.
8) Dada : Bentuk simetris, bersih, kedua payudara, tegang puting susu menonjol, kolostrum
sudah keluar sedikit, warna kekuningan, papila membesar tampak lebih hitam agak
hiperpigmentasi.
9) Abdomen : TFU belum merata, striae albicans dan lividae tidak ada, nyeri pada perut
bagian bawah, tidak terdapat bekas luka operasi.
10) Genetalia : Terdapat perdarahan bercak pervaginam, jumlah sedikit, vulva/vagina tidak
ada kelainan tidak ada kondiloma talata/akuminata
.
11) Ekstremitas : Kedua tangan tidak ada oedema pada jari dan tangan, kedua lengan normal,
pada kaki tidak ada varises, oedema, reflek ./patella
12) Anus : Tidak ada hemoroid.
c. Pemeriksaan penunjang
PP tes :
Hb : 11,5 gr%
d. Pemeriksaan khusus
- Palpasi : - TFU belum teraba
- Nyeri perut bagian bawah
VT : - Terdapat perdarahan kanalis servikalis, kanalis servikalis masih tertutup, dapat
dirasakan kontraksi uterus, tidak ada.
B. ANALISA DATA
No Diagnosa masalah Data dasar
1. GIP00000, umur kehamilan 8 minggu, mengalami perdarahan, K/U baik, abortus iminens.
DS : Ibu mengatakan ini hamil yang pertama, umur kehamilan 2 bulan, mengeluarkan darah
sedikit-sedikit sejak tgl 4-1-2011

HPHT: 4-11-2010
DO: K/U baik
- T : 120/80 mmHg S : 36C
N : 88/menit R : 20/menit
VT : V/V taa, tidak terdapat kondiloma talata/akuminata, terdapat perdarahan , kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim, tidak ada.
- TFU belum teraba
- HPL : 11-8-2011
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri perut) sehubungan dengan adanya kontraksi DS : Ibu
mengatakan nyeri perut bagian bawah.
DO: - T : 120/80 mmHg S : 36C
N : 88/menit R : 20/menit
- Ekspresi wajah tegang dan menyeringai menahan sakit.
3. cen Cemas sehubungan dengan adanya perdarahan pada kehamilan muda DS : Ibu
mengatakan takut kalau kehamilannya tidak dapat dipertahankan.
DO: K/U baik
- T : 120/80 mmHg S : 36C
N : 88/menit R : 20/menit
- Ekspresi wajah tegang dan tampak takut
- Ekspresi wajah tegang dan menyeringai menahan sakit
DIAGNOSA MASALAH KEBIDANAN
GIP00000, umur kehamilan 8 minggu, mengalami perdarahan, K/U baik, abortus iminens,
dengan masalah :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri perut) sehubungan dengan adanya kontraksi.
2. Cemas sehubungan dengan adanya perdarahan pada kehamilan muda.
Prognosa baik dan kehamilan dapat dipertahankan jika perdarahan berhenti dan nyeri perut
hilang.
C. PERENCANAAN tgl 5-1-2011 jam 10.00 WIB
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kebidanan diharapkan kondisi ibu baik dan kehamilan
dapat dipertahankan.
Kriteria hasil : Tanda vital dalam batas normal
T : 110/80 - 140/90 mmHg R : 20-24/menit
N : 60-100/menit S : 36-37C
Perdarahan berhenti
Kontraksi hilang
Hasil tes urine positip
Nyeri perut hilang
Ekspresi wajah rileks dan tidak kesakitan
Ibu mengerti tentang kondisinya dan ibu lebih tenang
Ekspresi wajah tenang dan tidak gelisah
Intervensi :
Tanggal 5-1-2011 jam 10.00 WIB
1. Berikan pengertian pada ibu tentang perdarahan yang dialami.
R/ Ibu tahu tentang kondisinya saat ini dan lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan
dilakukan.
2. Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual.
R/ Dengan istirahat kontraksi uterus akan berkurang dan prostaglandin yang ada dalam

sperma akan merangsang kontraksi uterus.


3. Jelaskan pada ibu apabila perdarahan berlanjut segera menghubungi tenaga kesehatan dan
apabila perdarahan berhenti anjurkan untuk periksa hamil secara rutin 1 bulan sekali.
R/ Untuk melakukan deteksi dini dan apabila ada kelainan akan dapat segera ditangani.
4. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.
R/ Untuk mengetahui keadaan pasien.
5. Observasi kontraksi uterus dan perdarahan.
R/ Untuk mengetahui keadaan kehamilan.
6. Anjurkan pada ibu untuk makan/minum dengan gizi seimbang.
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi.
7. Berikan therapy pada ibu.
R/ Untuk memperbaiki kondisi ibu hamil.
8. Lakukan tes urine.
R/ Untuk mengetahui kondisi kehamilan ibu.
9. Perhatikan keluhan yang dialami oleh klien.
R/ Klien akan merasa lebih tenang sehingga dapat menambah kenyamanan bagi klien.
10. Ajak keluarga untuk menemani klien.
R/ Klien akan merasa lebih tenang sehingga dapat menambah kenyamanan bagi klien.
11. Ajarkan teknik distraksi.
R/ Dengan teknik distraksi dapat mengalihkan perhatian klien sehingga rasa nyeri dapat
berkurang.
12. Jelaskan proses terjadinya perdarahan.
R/ Menambah pengetahuan klien sehingga lebih mengerti dan kooperatif.
13. Beri penjelasan pada ibu bahwa semua ini kehendak Tuhan.
R/ Klien akan tabah menerima kenyataan yang terjadi.
14. Anjurkan pada ibu untuk selalu berdoa.
R/ Ibu lebih tenang menghadapi kondisinya saat ini.
D. IMPLEMENTASI
Tanggal 5-1-2011 jam 10.00 WIB
1. Memberikan pengertian pada ibu tentang perdarahan yang dialami. Perdarahan yang
dialami ibu dapat menyebabkan keguguran ini mungkin dikarenakan aktifitas ibu yang
berlebihan selama hamil, penyebab lain dari keguguran adalah adanya kelainan dari janin,
kelainan kandungan penyakit ibu dan pengaruh lingkungan yang mengganggu kehamilan.
2. Menganjurkan untuk tidak melakukan pekerjaan berat seperti mencuci, memasak dan lainlain dan tidak melakukan hubungan seksual selama perdarahan belum berhenti.
3. Menjelaskan pada ibu apabila perdarahan berlanjut segera menghubungi tenaga kesehatan
dan apabila perdarahan berhenti anjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin 1
bulan sekali pada usia kehamilan 1-3 bulan, 2 minggu sekali pada usia kehamilan 4-6 bulan
dan 1 minggu sekali pada usia kehamilan 7-9 bulan.
4. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pada waktu pasien periksa ke
puskesmas.
5. Mengobservasi kontraksi uterus dan perdarahan pada waktu pasien periksa ke puskesmas.
6. Menganjurkan pada ibu untuk makan dan minum dengan gizi seimbang sesuai dengan
kebutuhan ibu hamil trimester I: nasi, lauk, sayur, buah 3 sehari, susu 1 pada pagi hari,
ditambah selingan 2 di antara jam makan berupa kue, minum air putih 8 gelas sehari.
7. Memberikan therapy pada ibu dengan pemberian :
Vit K injeksi 1 amp
Vit K tablet 2x1 tablet
Fe 11

Vit C 11 tablet
Amoxilin 31 tablet
Asam Mefenamat 3x1 tablet
8. Melakukan tes urine hasil positif.
9. Mengajak keluarga untuk menemani klien.
10. Memperhatikan keluhan yang dialami klien, berusaha menjadi pendengar yang baik dan
berusaha memberi tanggapan terhadap keluhan klien.
11. Mengajarkan teknik distraksi dengan mengalihkan perhatian dan nafas panjang pada saat
nyeri.
12. Menjelaskan pada ibu bahwa kehamilannya mungkin bisa dipertahankan apabila
perdarahan berhenti dan nyeri perut hilang sehingga ibu harus mengikuti anjuran dari petugas
seperti yang dijelaskan tadi.
13. Memberikan pengertian pada ibu bahwa semua ini kehendak Tuhan dan menganjurkan
pada ibu agar tetap tabah.
14. Menganjurkan pada ibu untuk selalu berdoa agar kehamilannya dapat dipertahankan dan
kondisi janinnya baik.
E. EVALUASI
Tanggal 5-1-2011 jam 11.00 WIB
S : - Ibu mengatakan mengerti penjelasan dari petugas dan tahu kondisinya saat ini.
- Ibu mengatakan mau melakukan anjuran dari petugas seperti :
Istirahat, tidak melakukan aktifitas berlebihan, hubungan sex.
Makan minum dengan gizi seimbang.
Segera datang ke petugas apabila perdarahan berlanjut.
- Ibu mengatakan nyeri sedikit berkurang.
- Ibu mengatakan akan tabah menghadapi kondisinya dan menyerahkan semuanya kepada
Tuhan.
- Ibu mengatakan lebih tenang setelah mendapatkan penjelasan dari petugas mungkin
kehamilannya dapat dipertahankan.
O : - K/U ibu baik.
T : 120/80 mmHg R : 20/menit
N : 80/menit S : 36C
- Ekspresi wajah tidak menyeringai menahan sakit.
- Klien tampak lebih tenang, muka tidak tegang.
A : GIP00000, umur kehamilan 8 minggu mengalami perdarahan, abortus imminens dengan
gangguan rasa nyaman nyeri dan cemas.
P : - Anjurkan pada ibu untuk kontrol apabila perdarahan berlanjut atau sewaktu-waktu ada
keluhan.
- Anjurkan minum obat sesuai dosis.
- Beri motivasi pada ibu untuk mematuhi anjuran petugas seperti :
Istirahat, tidak melakukan aktifitas berlebihan, hubungan sex.
Makan minum dengan gizi seimbang.
Segera datang ke petugas apabila perdarahan berlanjut.
DAFTAR PUSAKA
Hamilto Persis Mary, Dasar-Dasar Keprawatan Maternitas, Edisi 6, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta 1995.
Ida Bagus Gde Manuaba, Ilmu Kebidabnan Kandungan dan Keluarga
Berencana, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998.

Lynda Jual Capertino, Diagnosa Keperawatn, Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta, 1998.
Mochtar Rustam Prof, Dr, MPIL, Sinopsis Obstetri Jilid 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta,
Prawirohardjo Sarwono, Prof, Dr, DSOG, Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, .
Sulaiman S, Ostetri Patologi, UNPAD Bandung.

http://bidanbermutu.blogspot.com/2012/04/askeb-abortus-imminens.htmlke

Anda mungkin juga menyukai