Anda di halaman 1dari 2

Kwi Hong tewas dalam keadaan saling membenci!"Keng In....!

" Dia mengeluh, lari menghampiri, berlutut di


dekat mayatputeranya dan menangis."Enci Kwi Hong.... !" Milana juga berlutut dekat mayat Kwi Hong,
menangisterisak-isak dengan hati penuh rasa iba. Suma Han, Nirahai, Sai-cu Lo-mo, danGak Bun Beng yang
sudah kembali ke tempat itu hanya memandang dengan hatiterharu.Bun Beng berdiri seperti arca. Perasaannya
menjadi tidak karuan,pikirannya melayang-layang. Beginikah akibat cinta? Wan Keng In dan Kwi Hongtewas
gara-gara cinta? Ataukah nafsu belaka? Dan bagaimana dengan perasaan yang tadinya dia anggap cinta antara dia dan Milana? Apakah
cinta antaramereka itu pun kelak hanya akan mendatangkan derita dan duka?"Suma-locianpwe, harap sudi menerima kembali
Hok-mo-kiam," katanya sambilberlutut di depan Suma Han, menyerahkan pedang Hok-mo-kiam dengan
sarungnya."Teecu bersumpah tidak akan menggunakan pedang atau senjata apa pun jugalagi. Senjata merupakan
benda yang jahat, hanya menimbulkan banjir darah dankematian, permusuhan dan kebencian."Suma Han
menerima senjata itu, kemudian dengan tangan kirinya diamenyentuh rambut kepala Bun Beng, katanya
perlahan dan halus, "Gak Bun Beng,ayah bundamu boleh merasa bangga dan tenang di alam baka kalau
dapatmenyaksikan sepak terjangmu. Tidak benarlah kata orang bahwa anak akanmewarisi watak orang tuanya, terbukti pada
dirimu dan pada Wan Keng In." Diamenarik napas panjang. "Siapa mengira.... Wan Keng In.... ibunya
demikian jujur.... ayahnya demikian gagah.... dan engkau....""Saya hanya seorang anak haram, Ayah saya seorang datuk
kaum sesat,Locianpwe. Saya mohon diri, Suma-locianpwe dan maafkan semua kesalahansaya.""Bun Beng, engkau
hendak ke mana?" Nirahai menegur, "Engkau masih adaurusan dengan kami.... maksudku, dengan
Milana...."Bun Beng cepat memberi hormat sambil berlutut. "Harap Ji-wi Locianpwesudi memberi ampun
kepada saya. Setelah mengalami semua itu, saya berpendapatbahwa saya tidaklah patut menjadi calon jodoh
adik Milana! Kalau dilanjutkan,kelak hanya akan menjadi tekanan batin bagi adik Milana. Tidak, JiwiLocianpwe, bukan sekali-kali saya menolak, melainkan saya telah kehilangangairah berjodoh setelah melihat
semua peristiwa yang menimpa kita semua. Saya
kira Ji-wi Locianpwe akan mengerti dan sudi mengampunkan saya."Ada dua titik air mata membasahi mata
Pendekar Super Sakti. Dia mengerti.Dia tahu betapa pemuda ini sebetulnya mencinta Milana, akan tetapi
melihatsemua akibat yang amat pahit dari apa yang disebut cinta, pemuda ini merasakasihan dan khawatir kalau kelak
ikatan jodoh itu hanya akan menyengsarakanpenghidupan Milana! Karenanya, sebelum terlanjur, pemuda ini merasa
lebihbaik mengundurkan diri!Dia hanya mengangguk dan matanya membasah ketika dia memandang bayanganpemuda itu
yang berjalan perlahan menuju ke pantai.Suma Han mengalihkan perhatiannya kepada Lulu yang masih
menangis. Diamelangkah maju, menyentuh pundak isterinya itu dan menarik berdiri.Dirangkulnya Lulu dan dia
berkata, "Lulu, cobalah renungkan secara mendalam.Bukankah peristiwa ini menjadi jalan keluar yang terbaik bagi
puteramu,bagimu, dan bagi kita semua? Bayangkan apa akan jadinya dengan kita danputeramu kalau dia tidak tewas, kalau dia
masih melanjutkan cara hidupnyaseperti yang lalu. Bayangkan betapa kita akan merasa cemas dan
prihatin,engkau akan selalu berduka, apalagi melihat Kwi Hong selalu akan memusuhinya.Sekali ini, Sepasang
Pedang Iblis bekerja cepat, sudah saling menyudahiriwayat permusuhan mereka sebelum berlarut-larut."Lulu
menggigit bibirnya, menelan semua kata-kata yang tak terucapkan,lalu ia hanya menangis dan menyembunyikan
mukanya di dada suaminya. Diamaklum bahwa puteranya telah menyeleweng daripada jalan benar, dan
dialah yang bersalah, dia yang terlalu memanjakannya dan puteranya menjadi rusakkarena berada di Pulau
Neraka!"Milana, bangkitlah!" Suma Han berkata kepada puterinya.Milana bangun dan menghapus air matanya.
"Milana, engkau tentu telahmerasa akan kesalahanmu. Akan tetapi kesalahanmu itu bukan kau sengaja, makatidak perlu lagi
disesalkan. Engkau harus kembali ke kota raja, engkau harusbelajar menjadi seorang keturunan bangsawan yang
baik, tinggal di istanaKaisar seperti yang lalu.""Tapi, Ayah....""Diam, dan jangan membantah!" Suma Han
membentak, "Kehidupan sebagai seorangperawan kang-ouw sudah banyak menyeretmu ke dalam kekacauan
dan kesengsaraan.Aku akan mencoba mengobati Sai-cu Lo-mo, kemudian setelah dia sembuh, engkaubersama
dia harus meninggalkan Pulau Es, dan kau hidup sebagai seorang puteri cucu
Kaisar di kota raja. Tentang perjodohanmu, biar kuserahkan kepada kebijaksanaanKaisar.""Ayah....!
Ibu....!"Dengan mengeraskan hatinya Nirahai berkata, "Ayahmu benar, Milana. Lihat ibumu.Betapa banyak
penderitaan yang telah kualami setelah aku meninggalkan istanakakekmu Kaisar. Baru sekarang ibumu
mendapatkan kebahagiaan bersama ayahmu danbibimu. Engkau harus menjadi penggantiku, membantu
kakekmu dan berjasa baginegara dan kerajaan. Tentu saja sewaktu-waktu engkau boleh datang menjenguk
orangtuamu di Pulau Es."Tanpa bertanya, Milana maklum bahwa ikatan jodoh antara dia dan Bun Beng
telahdibatalkan. Hal ini agak melegakan hatinya. Dia memang mencinta Bun Beng, akantetapi setelah terjadi
semua itu, bagaimana mungkin dia akan dapat memandang mukaBun Beng lagi? Apa lagi sebagai suaminya?
Maka dia hanya dapat menangis danmengangguk-angguk.Setelah jenazah Kwi Hong dan Keng In dimakamkan di
Pulau Es, Suma Han dan keduaorang isterinya berusaha mengobati kelumpuhan kedua kaki Sai-cu Lo-mo. Akan
tetapiternyata tidak berhasil karena kakek itu sudah tua, sukar sekali menyambung tulang-tulangnya dan
membetulkan urat-uratnya. Terpaksa Suma Han menghentikan usahanyamengobati dan sebagai gantinya dia
menurunkan ilmu-ilmu tinggi yang sesuai untukdikuasai seorang yang lumpuh kedua kakinya seperti Sai-cu Lo-

mo! Sampai hampirenam bulan kakek itu berlatih dengan tekun dan akhirnya dia meninggalkan Pulau
Esbersama Milana yang menangis tersedu-sedu. Pedang Hok-mo-kiam diberikan kepadaMilana oleh Pendekar
Super Sakti, sedangkan Sepasang Pedang Iblis tetap berada diPulau Es karena pendekar itu khawatir kalau-kalau sepasang
pedang itu akan terjatuhke tangan orang lain dan menimbulkan peristiwa-peristiwa hebat lagi.Sampai di sini
selesailah sudah cerita "Sepasang Pedang Iblis" ini, dan apa bila tiadaaral melintang, para penggemar akan dapat
berjumpa pula dengan pengarang dalamkarangan mendatang. Mudah-mudahan saja ada bagian-bagian tertentu
dalam karanganSepasang Pedang Iblis ini yang bermanfaat bagi para penggemar di samping tugasnyasebagai
bacaan menghibur yang sederhana.TAMAT

Anda mungkin juga menyukai