Anda di halaman 1dari 9

MENGUPAYAKAN

PERDAMAIAN DAN
PERSATUAN BANGSA

Kata Pengantar
Saudara-saudari yang terkasih, perdamaian dan persatuan bangsa adalah
hal yang sangat diinginkan semua orang. Namun, sifat-sifat ego manusia
seringkali membutakan hati nurani kita sehingga melupakan arti pentingnya
perdamaian dan persatuan. Dengan dunia yang damai dan bersatu, kita dapat
mengembangkan diri kita masing-masing menjadi pribadi yang lebih baik dan
lebih bermanfaat bagi sesama manusia. Tidak ada kebencian, tidak ada
penindasan, tidak ada diskriminasi itulah cita-cita setiap bangsa.
Pada makalah yang kami buat ini, kami ingin menyajikan dokumendokumen Gereja tentang perdamaian dan persatuan, dan juga contoh-contoh
masalah maupun kasus yang menimpa tanah air tercinta kita ini. Dengan
pembahasan masalah-masalah maupun pertanyaan-pertanyaan yang ada, kami
harap pembaca dapat dengan mudah mengambil informasi. Semoga makalah yang
kami buat dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya untuk bangsa kita tercinta
ini, bangsa Indonesia.

1.
1.1

Keprihatinan Hidup Berbangsa dan Bernegara


Dokumen Gereja tentang komitmen dalam persekutuan

Tertulis dalam Konstitusi Pastoral tentang Gereja di dunia dewasa ini (Gaudium
Et Spes) pada bagian Pendahuluan menyebutkan :
Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang jaman
sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, meruapakan
kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid Kristus juga. Tiada
sesuatu pun yang sungguh manusiawi , yang tak bergema di hati mereka .
Sebab persekutuan mereka terdiri dari orang-orang yang dipersatukan dalam
Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan mereka menuju
Kerajaan Bapa dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan
kepada semua orang, maka persekutuan mereka itu mengalami dirinya
sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya (GS artikel
1) .
Rumusan ini adalah pernyataan resmi gereja yang disampaikan oleh para Bapa
konsili, sekaligus merupakan komitmen umat katolik termasuk masyarakat dan
dunia. Gereja menyadari dirinya sebagai bagian integral dari masyarakat dan
dunia sehingga umat katolik tidak mungkin menutup diri dan tidak peduli
terhadap apa yang terjadi di luar gereja . Kesadaran akan pentingnya terlibat
terhadap masalah-masalah masyarakat dan dunia inilah yang memungkinkan umat
katolik termotivasi untuk memberikan solusinya terhadap keprihatinan
masyarakat dan dunia sesuai dengan peran dan talenta masing-masing.
1.2. Masalah-masalah yang menjadi perhatian di Indonesia
Dalam konteks Indonesia, Gereja (umat katolik) juga tidak tinggal diam sekedar
menjadi saksi masalah-masalah yang tengah melanda Bangsa .Beberapa masalah
yang menjadi perhatian, sebagai berikut :
a.
Mahasiswa UGM sampaikan Orasi Keprihatinan Bangsa dalam 33 Bahasa
Daerah.
Isi dari Orasi : 1) Bangsa ini merintih , mengaduh atas segala macam belenggu
yang menjeratnya. Saatnya bagi kita untuk sedikit demi sedikit menenangkan
Ibunda Pertiwi dengan berbuat sebaik-baiknya untuk bangsa. Mari peduli dengan
rakyat dengan penyakit bangsa , belajar dan memperbaiki tatanan sekitar kita . 2)
Sejarah Indonesia adalah sejarah kaum muda, jikalau Arif rahman hakim
mengorbankan dirinya, apakah yang hendak kau korbankan untuk bangsamu ?
Orasi disampaikan Mahasiswa dalam 33 bahasa daerah yang mencerminkan 33
Propensi yang ada di negara kita.

b.

Gereja Katolik mengadakan SAGKI (Sidang Agung Gereja Katolik


Indonesia) di Caringin Bogor, 16-20 Nopember 2005.
Isi dari SAGKI sebagai berikut :
Tema dari SAGKI adalah Bangkit dan Bergeraklah, tema itu bertujuan
meningkatkan kemampuan umat katolik Indonesia untuk terlibat dan melibatkan
diri dalam mengatasi keprihatinan bangsa. Keprihatinan yang ada seperti : 1)
Kekejaman yang terjadi di Poso yang tak kunjung usai, 2) Kecelakaan yang
terjadi baik di darat, laut dan udara, 3) terjadinya praktik alih fungsi hutan yang
mengakibatkan banjir bandang yang membawa banyak kurban baik nyawa
maupun harta, contoh banjir pada tahun 2006 di kecamatan panti Jember,
Semburan lumpur LAPINDO di Sidoarjo yang sampai saat ini belum selesai,
banjir juga melanda di JABODETABEK pada tahun 2007.

Keprihatinan Gereja terhadap masalah-masalah bangsa dianalisis oleh gereja agar


Gereja dapat mewujudkan panggilanNya. Adapun masalah yang muncul sebagai
bentuk ketidakadaban publik di negara kita disimpulkan menjadi 17 pokok
masalah :
1.
Keretakan hidup berbangsa dan Formalisme agama
2.
Otonomi daerah dan masyarakat adat
3.
Korupsi (masalah budaya)
4.
Korupsi (masalah lemahnya mekanisme kontrol)
5.
Kemiskinan
6.
Pengangguran
7.
Kriminalitas /Premanisme
8.
Perburuhan
9.
Pertanian
10. Lingkungan Hidup (berkaitan dengan hutan)
11. Lingkungan hidup (berkaitan dengan non hutan)
12. Pendidikan formal : Dasar Menengah
13. Pendidikan Formal : Pendidikan Tinggi
14. Pendidikan Non Formal : Pendidikan dalam keluarga
15. Pendidikan Non Formal : Kaum muda (termasuk masalah Narkoba)
16. Kesehatan
17. Kekerasan dalam rumah tangga dan ketidaksetaraan Gender

1.3.

Dampak
dengan Natal

solidaritas

Allah

bagi

manusia

dikaitkan

Natal adalah peristiwa Allah yang menjelma menjadi manusia atau Firman
Allah telah menjadi daging (In-Carne) , dan diam diantara kita . (Yohanes 1 :
14......), dengan mengalami nasib sebagai manusia, Allah menyatakan
solidaritasNya kepada manusia yang miskin tak bermilik, sakit kusta, lumpuh,
buta, dianggap sampah oleh masyarakat dlsbgnya.
Solidaritas yang ditunjukan oleh Yesus Kristus pada manusia membesarkan
hatinya, mereka yang miskin, kaum kecil, lemah dan tertindas / tersingkir. Yesus
mewartakan kepada mereka bahwa Tahun rahmat Tuhan telah datang (bdk, Lukas
4: 18-19................). Yesus yang kaya rela menjadi miskin, rela mengosongkan
diriNya dan mengambil rupa seorang hamba dan Yesus pun rela mati di
salib demi menebus dosa manusia.
Gereja (umat Allah) dipanggil untuk mengikuti gerak inkarnatoris Allah yang
menjadi nyata dalam Yesus Kristus. Gereja diajak untuk menghadapi dunia yang
tidak beradab dan mewujudkan keadaban publik (Jawa : ngeli nanging ora
keli). Dalam nota Pastoral 2004 jati diri Gereja hendaknya diwujudkan dalam
Habitus baru . yaitu solider dengan korban. Maka dibutuhkan spiritualitas
kesaksian (martyria) yang terwujud dalam kesedian untuk berkorban, melayani
tanpa pamrih, dan mewartakan kabar sukacita dengan perbuatan nyata.
1.4.

Perlukah Gereja bertobat dalam upayanya mewartakan


Kerajaan Allah di dunia

Ya, Gereja masih memerlukan pertobatan agar karyanya menjadi suci dan
dikuduskan oleh Allah. Berikut ini alasan yang menjadi dasar Gereja masih perlu
bertobat :
1) Gereja sadar atau tidak sadar tidak luput dari dosa , ketidakadaban dan juga
terlibat baik secara langsung atau tidak langsung dalam terciptanya ketidakadaban
publik.
2) Gereja belum atau tidak menunjukkan komitmennya yang jelas untuk
mengembangkan kehidupan yang lebih baik sebagaimana yang diteladankan
Yesus.
3) Gereja masih hidup menurut Habitus lama yang tidak sesuai yang diamanatkan
Yesus sebagaimana menjadi nyata dalam peristiwa INKARNASI
Maka upaya gereja untuk mengikuti gerak inkornatoris (Penjelmaan) Allah
pertama-tama harus dimaknai sebagai gerak pertobatan. Oleh karena itu SAGKI
2005 diawali dengan pengakuan akan keterlibatan Gereja dalam menciptakan atau
membiarkan terjadinya ketidakadaban publik di ketiga poros :
1) Badan publik,
2) Pasar dan
3) Masyarakat warga

1.5.

Pengertian Habitus Lama

Keadaan dimana tidak membiasakan diri untuk membaca realitas sosial


secara kritis, memecahkan persoalan secara serampangan karena cari aman,
bermental instan, cari enak dan selamat, merasa tidak berdaya karena merasa
minoritas, terjebak pada pemisahan antara sakral profan, sekuler rohani, lebih
banyak mengkritik dari pada berbuat, sombong, lebih banyak memperjuangkan
kelompok (suku, agama, ras) dan lebih banyak omong daripada hidup beriman.
1.6.

Pengertian Habitus Baru

Suatu keadaan yang manusianya melibatkan diri dalam kegiatan


positif masyarakat, setia dalam proses atau tidak menggunakan jalan pintas, tekun
, militan, selalu membuka diri terhadap semua kelompok yang berkehendak baik,
memberi keteladanan , mewartakan nilai kerajaan Allah, memperjuangkan
kesalehan sosial, bukan kesalehan pribadi saja.

2.

PERJUANGAN GEREJA MENGUPAYAKAN


PERDAMAIAN DAN PERSATUAN BANGSA
2.1. Arti pertobatan bagi Gereja (Umat Allah)

Pertobatan bukan sekedar perubahan hidup dari buruk/bersekutu dengan dosa


berubah menjadi baik, tetapi harus dimengerti secara radikal (Latin: Radix: akar,
mendalam) yaitu perubahan dari baik menjadi lebih baik, dan dari lebih baik
menjadi sempurna. Kesempurnaan ini juga dikehendaki Yesus kepada muridmuridNya.
Dalam Kotbah di bukit (Matius 5: 1-48, Yesus menegaskan bagaimana para
muridNya harus hidup dan berjuang menuju kesempurnaan hidup . Kotbah di
bukit di tutup dengan satu pesan singkat, tetapi mendalam, yaitu : Karena itu
haruslah kamu sempurna , sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.(
Matius 5: 48).
2.2. Umat Katolik harus mempunyai semangat magis dalam
mengupayakan perdamaian dan persatuan bangsa, jelaskan apa yang
dimaksud dengan semangat Magis !
Semangat Magis (latin : magis : Lebih) adalah semangat dalam diri orang yang
menandakan bahwa orang itu sendiri menginginkan yang terbaik dalam segala hal.
Oleh karena itu , orang itu tidak membandingkan dengan dirinya dengan orang
lain, juga tidak memamerkan keunggulan pada orang lain dan tidak meremehkan

orang lain. Namun justru kesungguhan seseorang dalam mengerjakan sesuatu :


100% (total) terlibat dan mengusahakan yang terbaik.
Semangat magis juga berarti semangat yang menggerakkan orang dari dalam
hatinya
2.3.

Kendala Gereja belum menunjukkan komitmen yang jelas


untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik sebagaimana
diteladankan oleh Yesus Kristus

Karena kehidupan Gereja masih dikuasai oleh habistus lama yang tidak sesuai
dengan apa yang diamanatkan oleh Tuhan Yesus sendiri seperti ketika dalam
peristiwa inkarnasi.
2.4.

Alasan dikembangkannya hubungan Gereja dengan agamaagama bukan kristiani (Nostra Aetate art.5)

Agar kita sebagai anggota gereja turut dalam membangun persaudaraan dan
perdamaian terutama dengan memelihara cara hidup yang baik di tengah-tengah
masyarakat dan hidup dalam damai dengan semua orang.
2.5.

Apa yang dimaksud dengan Membongkar sikap eksklusif


dalam membangun kehidupan bersama ?

Upaya yang konkrit untuk membangun kehidupan bersama harus dikembangkan


dengan menghapus semangat primordial dan semangat sectarian.

3.

Umat Katolik Mewujudkan


Persatuan Bangsa

3.1.

Apakah itu kerajaan Allah

Perdamaian

dan

Sesuatu yang merealisasikan diri secara dinamis, baik secara perorangan


maupun social , bila manusia membiarkan Allah menjadi segala-galanya.
3.2.

Empat Aspek Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus

a. Eskatologis

: Kerajaan Allah adalah pemenuhan secara definitive harapan


Israel . Kerajaan Allah harus bertumbuh dalam suasana
permusuhan (Mat 13:24-30).
b. Revelatoris: Kerajaan Allah mengungkapkan ttg siapa Allah itu
c. Seteriologis : Kerajaan Allah itu keselamatan Universal dan akan terlaksana
bilamana manusia menjalin relasi pribadi dengan Allah.
d. Kristologis: Kerajaan Allah tampak secara defenitif dalam sabda dan tindakan
yesus dan dalam relasi denganNya.

3.3.
. Tujuan Kerajaan Allah diwartakan di dunia
Perkembangan dan pembebasan seluruh umat manusia.
3.4.

Empat Fungsi Gereja sebagai Upaya upaya memperjuangkan nilainilai Kerajaan Allah dalam rangka mewujudkan perdamaian dan
persatuan

a. Diakonia : Merupakan jawaban terhadap kebutuhan manusia yang menemukan


dirinya dalam situasi yang tertindas dan egois. Kegiatan diakonia dapat meliputi:
1.
Memberi pelayanan kesehatan yang terbuka melalui RS Katholik
2.
Memberi pelayanan pendidikan
3.
Memberi pelayanan pemberdayaan ekonomi
4.
Memberi pelayanan kasih kepada anak-anak kurang beruntung
b. Koinonia : Merupakan jawaban kerinduan manusia akan persaudaraan,
perdamaian, Persatuan dan komunikasi diantara manusia di sembarang tempat dan
waktu.
c. Liturgia: adalah tindakan tindakan ritual dan saat-saat selebrasi jemaat , yang
merupakan pengungkapan pengalaman pembebasan dan keselamatan.
d. Kerygma : Menyampaikan warta pembebasan dan berperan sebagai kunci
penafsiran kehidupan dan sejarah manusia

PENUTUP
Jadi, persatuan dan perdamaian bangsa merupakan hal yang fundamental
bagi setiap bangsa untuk berkembang. Gereja telah menyerukan ini dalam salah
satu dokumen Gereja yaitu Gaudium et Spes. Gereja berkomitmen untuk
mewujudkan perdamaian dan persatuan melalui karya karya-Nya dalam dunia.
Dengan empat fungsi Gereja yaitu diakonia, koinonia, liturgia, dan kerygma,
Gereja berupaya mewujudkan perdamaian dan persatuan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai