Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Metil Ester
Metil ester merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses

esterifikasi dari asam lemak dengan methanol. Pembuatan metal ester ada empat
macam cara, yaitu pencampuran dan penggunaan langsung, mikroemulsi, pirolisis
(thermal cracking), dan transesterifikasi. Namun, yang sering digunakan untuk
pembuatan metal ester adalah transesterifikasi yang merupakan reaksi antara
trigliserida (lemak atau minyak) dengan methanol untuk menghasilkan metil ester
dan gliserol.
Metil ester dapat diperoleh dari hasil pengolahan bermacam-macam
minyak nabati, misalnya di jerman diperoleh dari minyak rapessed, di Eropa
diperoleh dari minyak biji bunga matahari dan minyak rapessed, di Prancis dari
Itali diperoleh dari minyak biji bunga matahari, di Amerika Serikat dan Brazil
diperoleh dari minyak kedelai, di Malaysia diperoleh dari minyak kelapa sawit,
dan di Indonesia diperoleh dari minyak kelapa sawit, minyak jarak pagar, minyak
kelapa, dan minyak kedelai (2, 3, 4). Selain minyak-minyak tersebut, minyak
safflower, minyak linsedd, dan minyak zaitun juga dapat digunakan dalam
pembuatan senyawa metil ester (4, 5). Pada pengolahan minyak nabati di atas juga
dihasilkan gliserol sebagai hasil sampingnya.
Metil ester merupakan bahan baku dalam pembuatan biodiesel atau
emollen dalam produk kosmetika, sedangkan gliserol dapat digunakan sebagai
bahan baku dalam berbagai aplikasi industri seperti kosmetika, sabun, dan
farmasi. Gliserol yang diperoleh sebagai hasil samping pengolahan minyak nabati
ini bukanlah gliserol murni, melainkan gliserol mentah (crude glycerol), biasanya
memiliki kemurnian kira-kira 95%.
Minyak jelantah merupakan minyak nabati yang telah mengalami
degradasi kimia dan mengandung akumulasi kontaminankontaminan di
dalamnya. Minyak ini dapat didaur ulang menjadi metil ester dengan reaksi
transesterifikasi, sehingga minyak jelantah yang sebelumnya merupakan limbah
4

yang berbahaya jika langsung dibuang ke lingkungan dapat menjadi suatu produk
yang mempunyai nilai ekonomis dan juga dapat mengurangi jumlah limbah
minyak jelantah yang ada. Keuntungan penggunaan minyak jelantah dalam
pembuatan metil ester adalah dapat direduksinya biaya operasional, karena harga
minyak jelantah pasti lebih murah daripada minyak bersih atau minyak baru.
Kekurangannya adalah komposisi asam lemak yang terkandung di dalam minyak
dapat berubah akibat pemanasan dan terikat dengan bahan makanan yang
digunakan pada proses penggorengan.
Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu
formulasi kosmetika, salah satu contohnya yaitu caprylic atau caprylic
triglyceride yang telah digunakan dalam formulasi kosmetika sebagai emolien.
Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa senyawa metil ester lainnya
juga dapat digunakan sebagai zat tambahan, baik sebagai emolien maupun fungsi
lainnya. Metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi dapat dimurnikan
dan ditetapkan kadarnya. Ada tiga metode analisis untuk menetapkan kadar metil
ester yaitu kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi
lapis tipis.
Biodiesel adalah senyawa mono alkil ester yang diproduksi melalui reaksi
tranesterifikasi antara trigliserida (minyak nabati, seperti minyak sawit, minyak
jarak dan lain-lain) dengan metanol menjadi metil ester dan gliserol dengan
bantuan katalis basa. Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20
serta mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya
dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari
hidrokarbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda.
Biodiesel secara nyata dapat mengurangi pencemaran (ramah lingkuangan),
mengurangi hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon monoksida, sulfat,
polisiklikaromatik hidrokarbon, dan tidak menyebabkan hujam asam. Sifat-sifat
yang terdapat di biodiesel yaitu:
1) Dapat diperbarui (Renewable)
2) Mudah terurai oleh bakteri (Biodegradable)

3) Ramah lingkungan
4) Menurunkan emisi (CO, CO2, SO2)
5) Menghilangkan asap hitam
6) Sifat pelumasan lebih bagus
7) Digunakan oleh mesin diesel.
Bahan baku yang biasanya digunakan untuk pengolahan biodiesel, antara
lain:
1)

Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RPO) Merupakan minyak hasil


kelapa sawit yang telah mengalami proses pemurnian di Revinery.

2)

Metanol (CH3OH) merupakan senyawa alkohol yang digunakan sebagai


pereaksi yang akan memberikan gugus alkil kepada rantai trigliserida dalam
reaksi biodiesel.

3)

Sodium Methylate (NaOCH3) digunakan sebagai katalis (zat yang


digunakan untuk mempercepat reaksi), merupakan katalis basa karena
mengandung alkalinity 30%.

4)

Phosporic Acid (H3PO4) digunakan sebagai zat yang akan mengurangi


kadar sabun dalam biodiesel, mengikat getah-getah (gum) dalam biodiesel,
bersifat asam dengan kadar (>85%).

5)

Hydrocloric Acid (HCl) digunakan dalam proses Reacrification I,


berfungsi untuk memisahkan Fatty matter di dalam Heavy Phase (Glycerinewater- methanol) dengan kadar (>30%).

6)

Caustic soda (NaOH) ini digunakan sebagai katalis dalam pembuatan


biodiesel dan untuk penetral pembentukan glyserin.

2.2.

Macam-macam proses pembuatan Metil Ester


Proses pembuatanan biodiesel dapat dilakukan dengan dua macam proses,

yaitu esterifikasi dan transesterifikasi.


2.2.1. Esterifikasi
Esterifikasi adalah proses yang mereaksikan asam lemak bebas (FFA atau
Fat Fatty Acid) dengan alkohol rantai pendek (metanol atau etanol) menghasilkan
metil ester asam lemak (FAME) dan air. Katalis yang digunakan untuk reaksi
esterifikasi adalah asam, biasanya asam sulfat (H2SO4) atau asam fosfat (H2PO4).

Berdasarkan kandungan FFA dalam minyak nabati maka proses pembuatan


biodiesel secara komersial dibedakan menjadi dua:
1) Transesterifikasi dengan katalis basa (sebagian besar menggunakan kalium
hidroksida) untuk bahan baku refined oil atau minyak nabati dengan
kandungan FFA rendah.
2) Esterifikasi dengan katalis asam (umumnya menggunakan asam sulfat)
untuk minyak nabati dengan kandungan FFA tinggi dilanjutkan dengan
transesterifikasi dengan katalis basa.
Esterifikasi merupakan tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi
ester. Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang
cocok adalah zat berkarakter asam kuat, dan karena ini, asam sulfat, asam sulfonat
organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa
terpilih dalam praktek industrial. Untuk mendorong agar reaksi bisa berlangsung
ke konversi yang sempurna pada temperatur rendah (misalnya paling tinggi 120
C), reaktan metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat berlebih dan air
produk ikutan reaksi harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak.
Melalui kombinasi-kombinasi yang tepat dari kondisi-kondisi reaksi dan metode
penyingkiran air, konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat
dituntaskan dalam waktu satu sampai beberapa jam. Reaksi esterifikasi dari asam
lemak menjadi metil ester adalah:
RCOOH
Asam Lemak

CH3OH
Metanol

RCOOH3
Metil Ester

+ H2O
Air

Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak


berkadar asam lemak bebas tinggi (berangka-asam P lima mg-KOH/g). Pada tahap
ini, asam lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi
biasa diikuti dengan tahap transesterfikasi. Namun sebelum produk esterifikasi
diumpankan ke tahap transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang
dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu. Faktor-faktor yang berpengaruh
pada reaksi esterifikasi antara lain: waktu reaksi, pengadukan, katalisator dan suhu
reaksi.

Proses esterifikasi dengan katalis asam diperlukan apabila jika digunakan


minyak nabati mengandung FFA di atas 5%. Jika minyak berkadar FFA yang
tinggi (>5%) langsung ditransesterifikasi dengan katalis basa maka FFA akan
bereaksi dengan katalis membentuk sabun. Terbentuknya sabun dalam jumlah
yang cukup besar dapat menghambat pemisahan gliserol dari metil ester dan
berakibat terbentuknya emulsi selama proses pencucian. Jadi esterifikasi
digunakan sebagai proses pendahuluan untuk mengkonversikan FFA menjadi
metil ester sehingga mengurangi kadar FFA dalam minyak nabati dan selanjutnya
ditransesterifikasi dengan katalis basa untuk mengkonversikan trigliserida
menjadi metil ester.
2.2.2. Transesterifikasi
Transesterifikasi adalah proses yang mereaksikan trigliserida dalam
minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek seperti methanol
atau etanol menghasilkan metal ester asam lemak atau biodiesel dan gliserol
(gliserin) sebagai produk samping. Katalis yang digunakan pada proses
transeterifikasi adalah basa/alkali, biasanya digunakan natrium hidroksida
(NaOH) atau kalium hidroksida (KOH). Transesterifikasi adalah tahap konversi
dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan
alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol.
Diantara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi sumber atau pemasok
gugus alkil, metanol adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah
dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi ini disebut metanolisis). Jadi,
disebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik dengan asam lemak metil
ester (Fatty Acid Metil Ester) reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil
ester adalah:
CH2COOR1

CH2OH
NaOH

CHCOOR2

+ 3 CH3OH

3 RCOOCH3

CH2COOR3
TrygliserideMethanolMethyl Ester

CHOH

CH2OH
Glycerol

Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa


adanya katalis, konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan
dengan lambat. Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah
katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi. Sifat metil ester
(biodiesel) ini sangat mendekati minyak diesel dan tidak menimbulkan dampak
yang buruk pada pemakaian jangka panjang sehingga sangat menjanjikan
untuk digunakan sebagai pengganti atau pencampur minyak diesel. Produk yang
diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah asam lemak metil ester. Terdapat
beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu:
1) Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi.
2) Memisahkan gliserol.
3) Menurunkan temperatur reaksi
Tahapan

reaksi

transesterifikasi

pembuatan

metil

ester

selalu

menginginkan agar didapatkan produk metil ester dengan jumla yang maksimum.
Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel
melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh air dan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditranseterifikasi harus memiliki angka asam
yang lebih kecil dari satu. Banyak peneliti yang menyarankan agar
kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0,5%. Selain itu, semua
bahan yang akan digunakan harus bebas dari air. Hal ini dikarenakan air
akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang.
Katalis harus terhindar dari kontak langsung dengan udara agar tidak
mengalami reaksi dengan uap air dan karbondioksida.
2) Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi
adalah tiga mol untuk setiap satu mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol
alkil ester dan satu mol gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak
nabati 4,8:1 akan dapat menghasilkan konversi 98%. Secara umum
ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka

10

konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar
6:1 setelah satu jam konversi yang dihasilkan 98-99%, sedangkan pada 3:1
adalah 74-89%. Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6 : 1 karena dapat
memberikan konversi yang maksimum.
3) Pengaruh jenis alkohol
Pada rasio 6:1, metanol akan memberikan perolehan ester yang
tertinggi daripada dengan menggunaan etanol atau butanol.
4) Kemurnian reaktan
Pada kondisi reaktan yang sama, konversi untuk reaksi dengan bahan
baku minyak nabati mentah berkisar antara 67-84%. Hal ini disebabkan
oleh tingginya kandungan asam lemak bebas di dalam minyak nabati
mentah, namun masalah ini dapat diselesaikan dengan menggunakan
temperatur dan tekanan yang tinggi.
5) Kecepatan pengadukan
Setiap reaksi dipengaruhi oleh tumbukan antar molekul yang larut
dalam reaksi dengan memperbesar kecepatan pengadukan maka jumlah
tumbukan antar molekul zat pereaksi akan semakin besar, sehingga
kecepatan reaksi akan bertambah besar. Pada proses transesterifikasi,
selain menghasilkan metil ester atau biodiesel, hasil sampingnya adalah
gliserin (gliserol). Gliserin dapat dimanfaatkan dalam pembuatan sabun.
6) Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi
bila dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer
untuk proses transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH) kalium
hidroksida (KOH), natrium metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida
(KOCH3). Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat
(metoksida) reaksi transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang
maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5% minyak nabati. Jumlah katalis
yang efektif untuk reaksi 0,5%. Penggunaan katalisator berguna untuk
menurunkan tenaga aktifasi sehingga reaksi berjalan dengan mudah bila

11

tenaga aktifasi kecil maka harga konstanta kecepatan reaksi bertambah


besar. Ada tiga golongan katalis yang dapat digunakan, yaitu asam, basa,
dan enzim. Sebagian besar proses transesterifikasi komersial dijalankan
dengan katalis basa, karena reaksinya berlangsung sangat cepat yaitu
empat ribu kali lebih cepat dibanding dengan katalis asam.
7) Pengaruh temperatur
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30-65 oC
(titik didih metanol sekitar 63-65oC) yang dimana semakin tinggi
temperatur, konversi yang akan diproleh semakin tinggi untuk waktu yang
lebuh singkat.
2.3.

Karakteristik Bahan Bakar Minyak


Karakteristik bahan bakar minyak yang akan dipakai pada suatu

penggunaan tertentu untuk mesin atau peralatan lainnya perlu diketahui terlebih
dahulu, agar hasil pembakaran dapat tercapai secara optimal dengan .Secara
umum, karakteristik bahan bakar minyak khususnya minyak solar yang perlu
diketahui adalah sebagai berikut :
1) Berat Jenis (Specific Gravity)
Berat jenis adalah suatu angka yang menyatakan perbandingan berat bahan
bakar minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan
temperatur yang sama. Bahan bakar minyak umumnya mempunyai specific
gravity antara 0,74 0,96 dengan mempunyai specific gravity antara 0,74
0,96 bahan bakar minyak lebih ringan dari pada air.
2) Viskositas
Viskositas adalah suatu angka yang menyatakan besarnya hambatan dari
suatu bahan cair untuk mengalir, atau ukuran besarnya tahanan geser dari
bahan cair. Makin tinggi viskositas minyak, akan makin kental dan makin sulit
mengalir, dan sebaliknya. Viskositas minyak sangat bekaitan dengan supply
konsumsi bahan bakar kedalam ruang bakar dan berpengaruh terhadap
kesempurnaan proses pengkabutan bahan bakar malalui injector.
3) Titik Tuang

12

Titik tuang adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan
bakar minyak sehingga minyak tersebut masih dapat mengalir karena gaya
gravitasi. Titik tuang ini diperlukan sehubungan dengan adanya persyaratan
praktis dari prosedur penimbunan dan pemakaian dari bahan bakar minyak.
Hal ini dikarenakan bahan baker minyak seringkali sulit untuk dipompa
apabila suhunya telah dibawah titik tuangnya.
4) Titik nyala
Titik nyala adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan
bakar minyak dimana akan timbul penyalaan api sesaat, apabila pada
permukaan minyak tersebut didekatkan pada nyala api. Titik nyala diperlukan
sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan mengenai keamanan dari
penimbunan minyak dan pengangkutan bahan bakar minyak terhadap bahaya
kebakaran.
2.4.

Manfaat Metil Ester


Metil ester atau biodiesel dapat berfungsi sebagai bahan bakar alternatif

pengganti minyak bumi khusus untuk mesin diesel otomotif dan industri. Selain
metil ester atau biodiesel, gliserol juga memiliki beberapa manfaat dalam berbagai
bidang diantaranya :
1) Untuk obat
2) Digunakan di dalam medis dan persiapan farmasi, misalnya sebagai pelumas
peralatan kedokteran
3) Dapat digunakan sebagai obat pencuci mulut
4) Sebagai sirup obat batuk.
5) Untuk perawatan pribadi
6) Pasta gigi
7) Obat kumur
8) Cream cukur rambut
9) Makanan dan minuman
10) Sabun
11) Sebagai bahan pelarut dan bahan pemanis
12) Pengawet makanan

13

13) Pewarna makanan


14) Dipakai untuk membuat poligliserol ester
15) Dalam industri margarin

Anda mungkin juga menyukai