Anda di halaman 1dari 33

Sistem Pemerintahan

Indonesia

Created by:
Filly Noviana
(12312241003)
Vini Rahayu
(12312241012)
Fauzia Budi Mariska
(12312241038)
Rizki Siti Noviani
(12312241043)
Fithria Utami
(11315244019)

A. Sistem Pemerintahan

1. Pengertian Sistem
Pemerintahan

a.

Tiga pengertian sistem pemerintahan

1)

Sistem pemerintahan dalam arti sempit, yakni sebuah kajian yang


melihat hubungan antara legislative dan eksekutif dalam sebuah
negara.

2)

Sistem pemerintahan dalam arti luas, yakni suatu kajian pemerintahan


negara yang bertolak dari hubungan antara semua organ negara,
termasuk hubungan antara pemerintah pusat dengan bagian-bagian
yang ada di dalam negara.

3)

System pemerintahan dalam arti sangat luas, yakni kajian yang


menitik beratkan hubungan antara negara dan rakyat

b. Sistem pemerintahan menurut


para ahli
1.

2.

3.

4.

5.

Aristoteles membagi bentuk pemerintahan menurut jumlah orang yang


memerintah dan sifat pemerintahannya menjadi enam, yakni monarki,
tirani, aristokrasi, oligarki, republic (politea), dan demokrasi.
Polybus membagi bentuk pemerintahan menurut jumlah orang yang
memerintah serta sifat pemerintahannya. Berdasarkan sudut pandang
ini dapat dibedakan enam jenis pemerintahan, yakni monarki, tirani,
oligarki, demokrasi, dan anarki (oklorasi).
Kranenburg menyatakan adanya ketidakpastian penggunaan istilah
monarki dan republic untuk menyebut bentuk negara atau bentuk
pemerintahan.
Leon Duigit membagi bentuk pemerintahan berdasarakan cara
menunjukkan kepala negaranya, yakni system republic yang kepala
negaranya diangkat lewat pemilihan dan system monarki yang kepala
negaranya diangkat secara turun menurun.
Jellinec membagi bentuk pemerintahan menjadi dua, yakni republic
dan monarki. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Leon Duguit.

2. Perbedaan Parlementer dan


Presidensial
Parlementer
Presidensial
Kedudukan kepala negara tidak dapat di ganggu
gugat.

Kekuasaan pemerintahan terpusat pada satu


orang, yaitu presiden, sehingga presiden
berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan.

Kabinet yang dipimpin oleh perdana mentri


bertanggung jawab kepada parlemen.

Presiden di bantu oleh menteri-menteri yang


diangkat dan bertanggung jawab kepadanya.

Susunan anggota dan program cabinet di


dasarka atas suatu terbanyak dalam parlemen.

Masa jabatan presiden ditetapkan dalam jangka


waktu tertentu

Kabinet dapat di jatuhkan atau di bubarkan setiap


waktu oleh parlemen

Presiden dan para menteri tidak bertanggung


jawab kepada parlemen atau DPR

Kedudukan kepala negara dan kepala


pemerintahan tidak terletak dalam satu tangan
atau satu orang.

Sistem pemerintahan ini diterapkan di Amerika


Serikat, Filiphina, dan Indonesia saat ini.

System pemerintahan ini diterapkan di Inggris,


Eropa Barat, dan Indonesia ketika berlaku UUD
RIS dan UUDS 1950.

3. Sistem PressidensialMenurut UUD


1945
Fungsi presiden menurut UUD 1945 meliputi :
a. Sebagai kepala negara, presiden melakukan fungsi simbolis dan
ceremonial mewakili bangsa dan negara.
b. Sebagai kepala eksekutif, memimnpin cabinet dan birokrasi,
dalam melaksanakan kebijakan umum.
c. Sebagai kepala eksekutif, mengajukan rancangan UU kepada
legislative.
d. Sebagai panglima tertinggi angkatan darat, angkatan laut dan
angkatan udara.
e. Sebagai pemimpin dalam perumusan kebijakan luar negri.

Menurut Maurice Duverger, dalam taktik pemerintahan dapat


terjadi dua kemungkinan, yaitu presiden kuat atau sebaliknya lemah.
Sebagai contoh, presiden Austria, Islandia dan Irlandia itu lemah
meskipun mereka di pilih oleh rakyat, karena denagn prakteknya,
pemerintahan-pemerintahan demokrasi ini bersifat parlementer.
Prancis dengan kedudukan presidennya yang kuat memiliki kekuatan
presidensial (sebelum tahun 1980). Kemudian Prancis memasuki
periode pemerintahan gabungan (1986-1988) ketika presiden Francois
Mitteraind kehilangan suara mayoritasnya di Majelis Nasional dan
terpaksa mengangkat lawann politiknya yang utama, Jacques Chirac
untuk jabatan perdana mentri. Chirac menjadi kepala pemerintahan
sehingga kekuasaan Mitteraind berkurang dan hanya memegang
peranan khusus dala politik luar negri. Dengan demikian, demokrasi
Perancis telah bergeser ke pola parlementer; setidaknya untuk
sementara waktu. Dari kasus ini kemudian melahirkan sistem
pemerintahan semi presidensial.

4. Perbedaan Pemerintahan Monarki


dan Republik
No

Kerajaan

Republik

Dipimpin oleh raja

Dipimpin oleh presiden

Punya kekuasaan dan pendukung setia dapat menjadi raja dan


membuat kerajaan baru

Presiden hanya pilihan rakyat, siapa


pun tidak bisa mengangkat dirinya
sendiri menjadi presiden

Masa jabatan sesuai raja

Masa jabatan presiden dibatasi

Pemilihan raja baru ditentukan dan diangkat oleh raja


sebelumnya, sebagai penggantinya

Pemilihan presiden baru, tidak


ditentukan oleh presiden lama, tapi
dipilih, ditentukan, dan diangkat oleh
rakyat

Raja bersifat turun-temurun

Siapa pun yang memenuhi


persyaratan dan disenangi rakyat
banyak bisa dipilih jadi presiden
baru.

Semua pejabat dan aparatur negara dipilih, diangkat, dan


diberhentikan oleh raja dan menurut kehendak raja

Semua pejabat dan aparatur negara


dipilih, diangkat, dan diberhentikan
sesuai ketentuan yang berlaku

Pendelegasian tugas dan wewenang kenegaraan


diatur langsung oleh raja sendiri termasuk
perubahannya semua diatur oleh raja sendiri

Raja bebas mengubah-ubah hukum yang dibuatnya Presiden mengesahkan dan menghormati hukum
sendiri
yang berlaku.

Jika melanggar hukum, raja dapat membebaskan diri


Presiden tetap kena sanksi hukum jika melanggar
dari hukum

Setiap kerajaan umumnya saling berebut kekuasaan,


berusaha untuk saling menjatuhkan dan saling
10
mencaplok yang lain. Terutama sekali bila rajanya
sangat ambisius dengan kekuasaan

Pendelegasian tugas dan wewenang kenegaraan


diatur ketentuan yang berlaku

Setiap negara republik umumnya menghargai hidup


dan berkembangnya negara lain, bahkan ada yang
mengakui secara resmi kerajaan yang ada dan
berkembang di wilayahnya

B. Sistem Pemerintahan
Indonesia

1. Garis besar amandemen undangundang dasar 1945

Kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan melalui UUD (Pasal 1)


MPR merupakan lembaga bikameral yang terdiri dari DPR dan
DPD (Pasal 2)
Presiden dan wakil presiden dipilh langsung oleh rakyat (Pasal
6A)
Presiden memegang jabatan selama masa 5 tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa
jabatan (Pasal 7)
Pencatuman hak asasi manusia (Pasal 28A-28C)
Penghapusan DPA sebagai lembaga tinggi negara, presiden
dapat membentuk suatu dewan petimbangan (Pasal 16)
Presiden bukan mandataris MPR, dengan demikian tidak lagi
menyusun GBHN.
Pembentukan Mahkamah konstitusi dan komisi yudisial
tercantum dalam pasal 24B dan 24C

Anggaran penddikan mnimal 20% (pasal 31)


Negara kesatuan tidak boleh diubah (pasal 37)
Penjelasan UUD 1945 dihapus
Penegasan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi, keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan,
kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional (pasal 33).
United Nations Development Program mengemukakan bahwa
karakteristik atau prinsip yang harus adianut dan
dikembangkan dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan
yang baik, adalah sebagai berikut.
Partisipasi
Penegakan hukum

Transparansi
Bersikap Melayani
Setiap instansi harus berusaha sebagai pelayan publik yang
baik.
Konsensus

Berkeadilan
Efektif dan Efisien

Akuntabel

Memilki Visi Strategis


Bersifat Sistematik

1. Sistem pemerintahan Indonesia


Periode Agustus 945 sampai dengan 27
Desember 1949

Dasar hukum sistem pemerintahan pada periode itu adalah UUD


1945, tetapi belum dapat dijalankan secara murni dan
konsekuen kareba bangsa Indonesia baru saja
memproklamasikan kemerdekaannya. Walaupun UUD 1945
telah diberlakukan, yang baru dibentuk baru presiden, wakil
presiden, serta menteri, dan para gubernur sebagai
perpanjangan tangan pemerintahan pusat.

Dalam Kongres Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP, 16


Oktober 1945 di malang, wakil presiden Moh. Hatta
mengeluarkan apa yang disebut Maklumat X.
Selanjutnya dikeluarkan lagi maklumat pemerintah tanggal 14
November 1945, yakni dilaksanakan sistem pemerintahan
parlementer dan dibentuk kabinet parlementer. Pertama dibawah
pimpinan Sutan Syahrir sebagai perdana memnteri. Kabinet
bertanggungjawab pada KNIP sebagai pengganti MPR atau
DPR.Sejak saat itulah, sistem presidensial beralih menjadi sitem
parlementer walaupun tidak dikenal dalam UUD 1945.
Pada tanggal 3 November 1945, dikeluarkan maklumat
pemerintah tentang keinginan untuk membentuk partai-partai
politik, sehingga berlakulah sistem multi partai.

2. Sistem Pemerintahan
Indonesia pada Saat
Konstitusi
Konstitusi RIS RIS
berlaku mulai tanggal 27 Desember
1949 sampai 17 Agustus 1950. Pada periode ini
Indonesia menjadi Negara Serikat. Pembentukan Negara
Serikat ini bukan kehendak rakyat Indonesia tetapi
karena keadaan yang memaksa demikian. Sistem yang
dianut masa ini adalah Sistem Parlementer. Bentuk
pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu
negara yang didalamnya terdiri dari negara-negara
bagian yang masing masing negara bagian memiliki
kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam
negerinya. Dalam setiap bagian negara di wakili oleh 2
orang senat.

Sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem


kabinet parlementer semu dengan ciri-ciri :
1.Perdana mentri diangkat presiden, bukan oleh
parlemen sebagai mana lazimya.
2.Kekuasaan perdana menteri terbatas, karena
dikendalikan oleh presiden.
3.Kabinet dibentuk oleh presiden bukan oleh
parlemen.
4.Pertanggung jawaban kabinet pada parlemen.
5.Parlemen tidak dapat menggunakan mosi tidak
percaya kepada kabinet
6.Presiden
RIS menduduki kedudukan rangkap
sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.

3. Sistem Pemerintahan Indonesia


Saat Demokrasi Parlementer
(UUDS
1950)
Sistem demokrasi parlementer atau demokrasi liberal pada
masa ini digunakan secara penuh, yaitu dengan diberi landasan
konstitusionalnya yaitu Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia, atau dikenal dengan UUDS 1950. Sejak 17 Agustus 1950
hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik
Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sosial Republik
Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS
tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta. Konstitusi ini dinamakan
"sosial", karena hanya bersifat sementara, menunggu terpilihnya
Konstituante hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi
baru. Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara
demokratis, namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru
hingga berlarut-larut.

BEBERAPA KABINET YANG MENDUDUKI


MASA INI ANTARA LAIN :
1.Kabinet Natsir (6 september 1950-21
maret 1951)
2.Kabinet Sukiman (27 April 1951 3
April 1952)
3.Kabinet Wilopo (3 April 1952 3 Juni
1953)
4.Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli
1953 12 Agustus 1955)
5.Kabinet Burhanuddin Harahap (12
Agustus 1955 3 Maret 1956)
6.Kabinet Ali Sastroamijoyo Ii (20 Maret
1956 4 Maret 1957)
7. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957- 5 Juli

Meskipun pemerintahan ini diyatakan gagal, namun


demokrasi di Indonesia pada massa ini mengalami
kejayaan. Unsur demokrasi yang terwujud pada masa ini :
1. Parlemen memainkan peran sangat tinggi dalam proses
politik.
2. Pertanggungjawaban politisi dan pemegang jabatan
sangat tinggi.
3. Pemilu 1955 dilaksanakan sangat demokrasi.
Beberapa faktor yang menyebabkan demokrasi
parlementer tidak dapat di pertahankan antara lain:
1. Faktor dominannya politik aliran, yaitu politik yang
berdasarkan pemilahan sosial yang bersumber dari
agama, etnisitas, dan kedaerahan.
2. Faktor basis sosial-ekonomi yang sangat lemah.
3. Faktor struktur sosial yang masih sangat hierarkhis,
yang bersumber pada nilai-nilai feodal.
sistem pemerintahan parlementer diakhiri dengan
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, oleh Soekarno
yang antara lain berisi kembali berlakunya UUD 1945.

4. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan


dalam Demokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin tampak merupakan alat untuk
mengatasi pertentangan parlementer diantara partai-partai politik
ketika berlaku demokrasi liberal. Cara yang dilakukan dengan
memberlakukan kembali UUD 1945 yang cenderung menganut
sistem campuran atau sering disebut quasi presidentil.
Bagi Soekarno, demokrasi parlementer dinilai tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat
gotong royong dan kekeluargaan. Kemudian Soekarno juga
membentuk DPR-GR (Dewan Perwakilan Rakyat-Gotong Royong)
sebagai lembaga perwakilan rakyat yang menggantikan Dewan
Konstituante.

Meskipun DPR-GR periode demokrasi terpimpin sudah


berhasil menghasilkan 124 produk undang-undang dan pernyataan
pendapat, namun kedudukannya tetap lemah. Alasannya:
1.Anggota DPR-GR dipilih dan ditunjuk Soekarno dari mereka yang
dipercaya dan loyal kepadanya.
2.Presiden Soekarno masih suka membuat Penpres, suatu produk
peraturan yang sederajat dengan undang-undang.
Pada masa pemerintahan Soekarno ini dikenal dengan
demokrasi Terpimpin. Soekarno mengemukakan demokrasi
terpimpin sebagai demokrasi kekeluargaan yang tanpa anarki
liberalisme dan tanpa otokrasi diktator.

Demokrasi kekeluargaan yang dimaksud oleh Soekarno


adalah demokrasi yang mendasarkan sistem pemerintahan kepada
musyawarah dan mufakat dengan pimpinan serta kekuasaan
sentral di tangan seorang sesepuh, seorang tetua yang tidak
mendiktatori, tetapi memimpin dan mengayomi.
Seperti telah disinggung di atas, di bawah demokrasi
terpimpin yang kekuasaannya terhimpun pada Soekarno, ada dua
kekuatan lain, yaitu Angkatan Darat dan PKI (Partai Komunis
Indonesia). Soekarno dibtuhkan oleh PKI untuk menjadi pelindung
melawan
Angkatan
Darat,
sedangkan
Angkatan
Darat
membutuhkan Soekarno untuk memberikan legitimasi bagi
keterlibatannya di dalam politik. Angkatan Darat dibutuhkan oleh
Soekarno untuk dihadapkan dengan PKI untuk menghambat agar
PKI tidak menjadi terlalu kuat. Sedangkan PKI dibutuhkan untuk
menggerakkan dukungan rakyat dan mendapatkan masa yang
besar untuk mendengarkan pidato Soekarno.

Perbedaan yang sangat mencolok antara Angkatan Darat


dan Presiden Soekarno adalah menyangkut hubungan dengan PKI,
dan hal itu sesungguhnya bersifat ideologis. Angkatan Darat yang
sangat banyak diengaruhi oleh Hatta dan sejumlah partai Masyumi
memiliki posisi antikomunis yang sangat kental, sementara Soekrno
dapat menerima komunis karena ia menganggapnya bukan sebagai
ancaman. Soekarno sangat membutuhkan kaum komunis agar
agenda politiknya dapat diwujudkan. Sementara itu, Soekarno tidak
memiliki pengaruh kuat di lingkungan Angkatan Darat dibandingkan
dengan Angkatan Udara. Sehingga, Soekarno tidak pernah merasa
aman terhadap Angkatan Darat.

5. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan


dalam Pemerintahan Orde Baru
Peristiwa G-30 S/PKI tahun 1965 mengubah perjalanan
politik bangsa Indonesia dan menyingkirkan Soekarno dari puncak
kekuasaan, kemudian mengantar Suharto menjadi seorang yang
berkuasa dengan memanfaatkan secara maksimal UUD 1945 untuk
kepentingan politiknya selama 32 tahun.

Birokrasi pemerintahan orde baru mempunyai karakteristik


umum, yakni ketatnya hierarkhi dan legalistik. Menurut William
Liddle (ahli politik tentang Indonesia dari Amerika Serikat),
karakteristik birokrasi Indonesia memiliki citra diri yang baik
(benevolance). Dalam citra ini, birokrasi di Indonesia mempunyai
persepsi diri sebagai pelindung atau pengayom, pemurah, dan baik
hati terhadap rakyatnya. Sementara itu, birokrai juga mempunyai
persepsi bahwa rakyat tidak tahu apa-apa alias bodoh dan oleh
karena itu rakyat masih patuh, taat, dan setia (obidience) kepada
pemerintahnya. Pola hubungan yang bersfat benevolenceobidience inilah yang mewarnai secara dominan interaksi antar
pemerintah dan masyarakat Indonesia.

Untuk memperkuat pola hubungan interaksi pemerintah dan


rakyat diterapkan kebijakan depolitisasi (rakyat dijauhkan dari
pemahaman yang kritis dan dibatasi dalam partisipasi politik).
Kebijakan ini dilakukan dengan cara menerapkan konsep masa
mengambang (floating mass), yang memudahkan kontrol
pemerintah terhadap partai politik nonpemerintah dan memudahkan
pemerintah mewujudkan prinsip monoloyalitas
bagi semua
pegawai negeri. Begitu pula memudahkan upaya pengebirian
(emaskulasi) bagi partai politik, yang dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1.Melakukan penyederhanaan sistem kepartaian (regrouping) dari
10 partai politik dikelompokkan menjadi 3 partai politik (Golkar, PPP,
dan PDI)
2.Melakukan kontrol terhadap rekruitmen pimpinan utama partai
politik, sehingga dihasilkan pimpinan partai politik yang akomodatif
terhadap pemerintah.

Angkatan bersenjata dalam kehidupan politik orde baru,


terutama Angkatan Darat sebagai alat negara yang seharusnya
memfokuskan diri pada fungsi pertahanan justru memiliki peran
politik sangat penting, yaitu sebagai stabilisator dan dinamisator.
Peranan tersebut tampak melalui keterlibatannya di MPR, DPR,
jabatan menteri, gubernur, dan bupati serta keterlibatannya dalam
organisasi sosial dan politik, terutama di Golkar (Golongan Karya).
Bahkan dari peranan politik kemudian merambah ke bidang
ekonomi, olahraga, kesenian, dan bidang sosial kemasyarakatan
yang lain. Peran dalam berbagai bidang terebut dikenal sebagai
Dwi Fungsi ABRI.

Dengan peran sebagai stabilisator dan dinamisator, militer


tampak sebagai pembentuk suasana agar semua kebijkan
pemerintahan Orde Baru dapat diimplementasikan dengan baik.
Kemudian yang dirasakan dalam pemrintahan Orde Baru lebih
mengedepankan pendekatan
keamanan (security approach)
daripada pendekatan kesejahteraan (prosperity approach).
Sehingga pemerintahan Orde
Baru dikenal mengembangkan
sistem politik otoriter, bukan sistem politik demokrasi. Meskipun
pemerintahan Orde Baru ketika itu menyebut dirinya
mengembangkan demokrasi Pancasila.

b. Pelaksanaan sistem Pemerintahan pada Era


Reformasi
Pelaksanaan sistem pemerintahan dan politik pada era reformasi merupakan
transisi dari sistem politik otoriter ke demokrasi. Samuel Hantington
mengajukan empat model transisi atau perubahan politik.
1) Model transformasi

Terjadi ketika negara kuat dan masyarakat sipil (civil society) lemah,
contohnya Taiwan.
2) Model Penggantian (transplacement)
Transisi model ini terjadi ketika negara lemah dan masyarakat sipil kuat,
contohnya negara Filipina.
3) Model Campuran antara transformasi dan penggantian (transplasi)
Transisi ini terjadi karena kekuasaan negara masih kuat dan kekuatankekuatan oposisi tidak cukup kuat untuk menggulingkan penguasa yang
ada. Contohnya negara Polandia. Elit pemerintah dan elit masyarakat
bernegosiasi untuk melakukan perubahan politik yang demokratis.
4) Model intervensi
Terjadi karena dipaksakan oleh kekuatan luar. Contohnya negara
Panama.

Presiden Soeharto lengser pada tanggal 21 Mei 1998 dan


digantikan oleh BJ. Habibie yang menjabat wakil presiden. Hal ini
mengundang pro dan kontra mengenai sah atau tidaknya suksesi
tersebut secara konstitusional. Ketetapan MPR No. 3 tahun 1999
memperjelas bahwa BJ. Habibie dinyatakan telah menjabat Presiden
sejak mengucapkan sumpah pada 21 Mei 1998. Dengan ketetpan
tersebut pula pertanggungjawaban BJ. Habibie tidak diterima yang
mengakhiri masa jabatannya selam kurun waktu 17 tahun.
Pada 20 Oktober 1999 BJ. Habibie digantikan oleh KH.
Abdurrahman Wahid, sebagai presiden yang dipilih melalui Sidang
Umum MPR hasil pemilu 1999. Terpilihnya Abdurrahman Wahid ini
menunjukkan bahwa partai politik yang memperoleh suara terbanyak
dalam pemilu tidak serta merta menduduki kursi presiden, karena
wewenang untuk memilih presiden berada di tangan MPR menurut
UUD 1945 sebelum amandemen. Setelah amandemen, pemilihan
presiden menjadi satu paket dalam pemilihan langsung oleh rakyat.

Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid terjadi


konflikyang tajam antara DPR, MPR, dan Kepala Polri. Konflik inilah
yang menyebabkan diberhentikannya Abdurrahman Wahid dari
jabatannya pada 21 Juli 2001 (menjabat 20 bulan). Kemudian tanpa
melalui pemungutan suara, Megawati Soekarno Putri diangkat
menjadi presiden ke tiga sejak masa transisi. Pengangkatan ini
disahkan dengan Ketetapan MPR No. II/MPR/2001 tanggal 23 Juli
2001.
Keesokan harinya Hamzah Haz terpilih menjadi wakil
presiden melalui pemungutan suara. Pemilu 2004 pemilihan paket
presiden dan wakilnya dipilih langsung oleh rakyat. Kewenangan
membuat undang-undang ada pada DPR. Hal ini menjadikan
menguatnya posisi DPR, sedangkan pihak pemerintah (ekskekutif
hanya berhak mengajukan Rancangan Undang Undang (RUU), dan
anggota DPD tampak hanya sebagai pelengkap saja karena hak
DPD hanya menhgajukan RUU yang berkaitan dengan otonomi
daerah. Oleh karena itu, pemerintahan di era reformasi ini tampak
tidak menganut sistem satu atau dua kamar, namun tiga kamar.

Pelaksanaan sistem pemerintahan presidensil di Amerika


Serikat dan sistem pemerintahan parlementer di Inggris telah
menghasilkan pemerintahan yang demokratis dan stabil. Di negara
kita pernah menerapkan sistem pemerintahan perlementer (19501959) yang menghasilkan pemerintahan yang tidak stabil. Begitu
pula ketika kembali ke UUD 1945 yang menganut sistem
pemerintahan presidensial ketika penerapannya pada era Soekarno
dan era Soeharto menghasilkan pemerintahan yang otoriter. Ketiga
era tersebut memperlihatkan setiap terjadi kekuasaan berjalan tidak
normal.

Anda mungkin juga menyukai