Anda di halaman 1dari 14

Pengaruh Signage Terhadap Pengguna Jalur Gertak di Kelurahan Bansir Laut

Tabroni1; Emilya Kalsum2


1

Mahasiswa, Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura, Indonesia
2
Dosen Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura, Indonesia
Tabroni0@gmail.com

ABSTRAK
Signage berfungsi sebagai alat untuk membantu manusia dengan cara mengarahkan, mengidentifikasi ruang
atau struktur dan memberi informasi manusia dalam melakukan kegiatan dalam suatu ruang. Pada Kelurahan
Bansir Laut ditemukan banyak signage yang tersebar di sepanjang permukiman tepian sungai. Signage tersebut
berfungsi untuk mengatur para pengguna jalur gertak yang melintas. Namun apakan keberadaan signage
tersebut cukup efektif dalam mengatur pengguna jalur gertak yang melintas. Tulisan ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besarkah pengaruh signage yang terdapat di Kelurahan Bansir Laut terhadap pengguna
jalur gertak yang melintas. Varibel dari penelitian ini terdiri dari signage, jalur gertak, dan para pengguna jalur
gertak. Jenis signage yang diamati adalah rambu perintah dan rambu larangan. Jenis signage tersebut dipilih
karena lebih mudah atau cukup efektif untuk mengukur tingkat kepatuhan pengguna jalur gertak terhadap
peraturan yang tertera pada signage. Adapun signage yang pada Kelurahan Bansir Laut lebih banyak mengatur
para pengendara sepeda motor pada jalur gertak. oleh karena itu pengguna jalur gertak yang diamati adalah
para pengendara sepeda motor yang akan melintas. Untuk mengetahui pengaruh signage terhadap pengguna
jalur gertak, maka dilakukan observasi terhadap perilaku pengguna jalur gertak yang melintas pada kawasan
yang terdapat signage.
Kata kunci: signage, gertak, pengguna

ABSTRACT
Signage serves as a tool to help people by directing, identifying space or structure and inform human
activities in space. At Bansir Laut village found a lot of signage scattered settlements along the river banks.
Signage function is to regulate the users of gertak passing lane. But whether the existence of such signage is
quite effective in regulating the passing lane user of gertak. This paper aims to determine how much influence
the signage located in the Village of Sea Bansir to users of gertak passing lane. Variable of this study consisted
of signage, lines snapping and snapping the users path. Signage types observed were signs command and
prohibition signs. The type of signage been easier or effective enough to measure the level of compliance with
the regulations of snapping lines indicated on signage. The signage at Bansir Laut Village more set of bikers on
line snapping. therefore the lines are snapping observed bikers will pass. To determine the effect of signage to
track users snarled, then made observations to track user behavior across the region snapping contained
signage
Keywords: signage, gertak, users

1. Pendahuluan
Pengertian dasar permukiman dalam Undang-Undang No.1 tahun 2011 adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu-satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan.
Permukiman pada kawasan perkotaan berbeda dengan permukiman pada kawasan
pedesaan. Pemukiman perkotaan selalu mengalami perkembangan. Hal tersebut dikarenakan kota
merupakan sentra dari kegiatan ekonomi sehingga menjadi magnet bagi masayarakat dari luar kota
untuk bekerja di dalam kota. Keadaan tersebut mengundang arus urbanisasi yang tinggi dan
menyebabkan populasi penduduk di kota akan semakin bertambah akibat pengaruh urbanisasi
tersebut dan akan menimbulkan berbagai permasalahan baru.
Dari penjelasan di atas, permasalahan yang sering terjadi pada kawasan perkotaan adalah
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Permasalahan tersebut juga terjadi pada Kelurahan Bansir
Laut. Dimana kondisi permukiman penduduk yang saling berdempetan satu sama lain serta pola
persebaran permukiman penduduknya yang tidak tertata dengan baik. Kondisi permukiman yang
kurang tertata tersebut secara tidak langsung telah mempengaruhi sistem sirkulasi pada kawasan
permukiman di Kelurahan Bansir Laut.
Sirkulasi merupakan ruang-ruang yang terbentuk dengan fungsi menghubungkan antara satu
fungsi dengan fungsi yang lainnya. Pada jalur sirkulasi inilah dapat dikenali hirarkinya, baik
sebagai sirkulasi utama, maupun sirkulasi sekunder. Sirkulasi utama atau sekunder biasanya dapat
dikenali dengan, banyaknya orang yang melalui sirkulasi tersebut, hubungan akses yang diciptakan
Hal 1

dari sirkulasi tersebut, besaran sirkulasinya, material yang digunakan, hingga elemen pembentuk
ruang sirkulasinya (Yonanes; dkk, 2013).
Secara geografis, Kelurahan Bansir Laut merupakan kawasan yang dilalui oleh aliran sungai
Kapuas. Keberadaan sungai Kapuas tersebut mengakibatkan Kelurahan Bansir Laut terbagi menjadi
dua wilayah, yaitu wilayah daratan dan wilayah tepian sungai. Kondisi geografis tersebut
mempengaruhi pola permukiman di Kelurahan Bansir Laut. Dimana permukiman Kelurahan Bansir
Laut terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kawasan permukiman di darat dan bagian kawasan
permukiman di tepian sungai. Kondisi geografis tersebut juga telah mempengaruhi sistem sirkulasi
kawasan di Kelurahan Bansir Laut.
Sistem sirkulasi pada kawasan darat menghubungkan tiap kawasan permukiman Kelurahan
Bansir Laut yang berada di darat. Sedangkan sistem sirkulasi pada kawasan tepian sungai berfungsi
untuk menghubungkan tiap kawasan permukiman Kelurahan Bansir Laut yang berada di atas sungai.
Pada umumnya sistem sirkulasi pada kawasan darat berupa jalur sirkulasi kecil atau gang yang saling
terhubung satu sama lain. Adapun material yang digunakan adalah beton yang langsung dicor di atas
permukaan tanah. Sementara itu, sistem sirkulasi pada kawasan tepian sungai berupa jalur jalan yang
berada di atas sungai dengan ditopang oleh tiang-tiang kayu pada bagian bawahnya. Sistem jalur
jalan tersebut biasanya disebut juga sebagai jalur gertak. Adapun material jalur gertak tersebut dapat
berupa papan ataupun cor beton.
Jalur gertak pada Kelurahan Bansir Laut tidak hanya berada di kawasan tepian sungai, namun
juga terdapat pada kawasan darat. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
faktor menghindari dampak banjir yang berkaitan dengan ketinggian tanah terhadap permukaan
sungai dan faktor menyesuaikan dengan struktur rumah warga yang masih banyak menggunakan
sistem struktur rumah panggung.
Jalur gertak ibarat urat nadi bagi masyarakat Kelurahan Bansir Laut, khususnya pada
permukiman di tepian sungai. Dimana jalur gertak digunakan sebagai jalur sirkulasi utama yang
menghubungkan tiap permukiman di tepian sungai ataupun dengan permukiman yang ada di
kawasan darat. Vitalnya peranan jalur gertak tersebut, mengakibatkan terjadinya berbagai aktivitas
pada jalur gertak itu sendiri. Adapun aktivitas yang terjadi meliputi aktivitas berjalan para pejalan
kaki, aktivitas bermain anak-anak, aktivitas berkumpul masyarakat, bahkan hingga aktivitas jual beli.
Banyaknya aktivitas tersebut kemudian melatar belakangi munculnya plang-plang atau signage di
sepanjang jalur gertak. Plang-plang yang terdapat pada jalur gertak tersebut berupa plang informasi,
plang penunjuk kawasan, plang himbauan, dan plang pemberi peringatan.
Keberadaan plang-plang atau signage tersebut secara tidak langsung telah membentuk identitas
baru pada jalur sirkulasi di Kelurahan Bansir Laut. Selain itu, keberadaan plang-plang atau signage
tersebut telah mengubah wajah kawasan Kelurahan Bansir Laut, khususnya pada jalur gertak menjadi
kawasan yang informatif. Namun apakah keberadaan plang-plang atau signage tersebut sudah cukup
informatif atau mudah dimengerti bagi masyarakat Kelurahan Bansir Laut itu sendiri. Lalu seberapa
besarkah pengaruh keberadaan plang-plang atau signage tersebut terhadapa para pengguna jalur
gertak di Kelurahan Bansir Laut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian apakah keberadaan plangplang atau signage mempengaruhi aktivitas yang terjadi pada jalur gertak di Kelurahan Bansir Laut
khususnya bagi pengguna jalur gertak itu sendiri.
2. Kajian Literatur
Jalur gertak jika dilihat dari bentuk dan ukurannya, maka dapat digolongkan sebagai jalur
pedestrian atau jalur bagi pejalan kaki. Menurut Carr (1992) dalam Mirsa (2012), menyebutkan
bahwa jalur pedestrian adalah bagian dari kota dimana orang bergerak dengan menggunakan kaki,
jalur pedestrian biasanya berada di sepanjang sisi jalan baik yang direncanakan ataupun terbentuk
dengan sendirinya dan menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya. Sedangkan menurut
Shirvani (1985), jalur pedestrian sebagai elemen dari komponen sistem linkage adalah elemen
penting dalam urban design, karena berperan sebagai sistem kenyamanan dan sistem pendukung
vitalitas ruang-ruang kota.
Jenis Ruang Pejalan Kaki
Dalam buku Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di
Perkotaan (2014), ruang pejalan kaki dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:
a. Ruang pejalan kaki di sisi jalan (sidewalk) merupakan bagian dari sistem jalur pejalan kaki dari
tepi jalan raya hingga tepi terluar lahan milik bangunan.
b. Ruang pejalan kaki yang pada salah satu sisinya berbatasan langsung dengan badan air
(promenade).
c. Ruang pejalan kaki yang berdampingan dengan bangunan pada salah satu atau kedua
sisinya (acade).
d. Ruang pejalan kaki di RTH (Green Pathway) merupakan ruang pejalan kaki yang terletak di
antara ruang terbuka hijau. Ruang ini merupakan pembatas di antara ruang hijau dan
ruang sirkulasi pejalan kaki. Area ini menyediakan satu penyangga dari sirkulasi kendaraan
di jalan dan memungkinkan untuk dilengkapi dengan berbagai elemen ruang seperti
hidran air, kios, telepon umum, dan sebagainya.
e. Ruang pejalan kaki di bawah tanah (underground) merupakan bagian dari bangunan di atasnya
maupun jalur khusus pejalan kaki yang berada di bawah permukaan tanah.
f. Ruang pejalan kaki di atas tanah (elevated) merupakan jalur pejalan kaki yang dibuat di atas
tanah yang biasanya berupa jembatan penghubung.
Hal 2

Sign atau signage menurut Oxford Advance Learner Dictionary of Current Engllish adalah sebuah
kata atau kata-kata, desain dan lain pada sebuah papan atau lempengan untuk memberikan
peringatan atau untuk mengarahkan seseorang menuju sesuatu. Menurut Lawrence K.Frank dalam
Adityan (2008), arti sign adalah pesan atau informasi yang muncul secara berturut-turut atau teratur
dalam hubungannya dengan tanda yang penting dan menimbulkan respon pada manusia. Menurut
pengertian-pengertian di atas, sebuah sign selalu berkaitan dengan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan ke orang lain, dan menimbulkan respon pada manusia. media untuk penyampaian pesan
tersebut sangat bervariasi.
Fungsi Signage
Berdasarkan jenis isi atau informasi yang disampaikan, signage secara umum dapat dikategorikan
menjadi :
a. Pemberi orientasi (orientational sign), sign jenis ini berfungsi untuk memberi tahu kedudukan
atau posisi tepat seseorang dalam satu kawasan. Contoh adalah peta you are here.
b. Pemberi informasi (informational sign), sign yang berisi informasi mengenai segala sesuatu di
lingkungan tempat sign itu berada, seperti keterangan rute bus, jam buka suatu tempat, jadwal
film, dan sebagainya.
c. Pemberi identitas (identificational sign), sign ini berfungsi untuk mengenalkan identitas suatu
tempat atau ruang di suatu kawasan, identificational sign yang dibuat menyatu dengan
bangunan disebut juga architectural signage.
d. Penunjuk arah (directional sign), alat untuk memberi arah atau navigasi kepada pengguna secara
eksplisit, untuk pengguna jalan ataupun kendaraan. Biasa dikenal dengan Traffic control sign.
Contoh rambu lalu-lintas.
e. Pemberi peringatan (statutory regulatory sign), sign ini merupakan alat untuk memberitahukan
peraturan-peraturan mengenai kegiatan yang boleh atau tidak boleh dilakukan di daerah
tersebut, biasa diberikan oleh pihak yang berwenang di kawasan tersebut. Contoh tanda dilarang
masuk dan dilarang merokok.
f. Pemberi dekorasi, berfungsi untuk memperindah atau meningkatkan penampilan suatu
bangunan baik secara umum atau khusus. Contoh bendera, spanduk, plakat, dan sebagainya.
Syarat Signage
Penggunaan signage sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada orang lain harus
mempertimbangkan beberapa aspek yang membuat keberadaannya disadari dan dapat berfungsi
dengan baik. Oleh karena itu, aspek-aspek yang sudah seharusnya menjadi syarat sign yang baik
adalah sebagai berikut:
a. Visibilitas, yaitu tingkat kemudahan bagaimana sign tersebut dapat dilihat oleh manusia. Hal-hal
yang mendukung hak tersebut antara lain penempatan, penggunaan warna dan material, bentuk,
pemasangan, perletakan kumpulan sign yang teratur dan sebagainya yang berkaitan dengan sign
tersebut secara keseluruhan.
b. Readibilitas, yaitu bagaimana informasi yang ingin ditunjukkan oleh sign tersebut agar dapat
dimengerti oleh orang lain dengan mudah ketika disajikan dalam bentuk kata atau kalimat sign
dapat dimengerti atau tidak, dan isi kalimat tersebut.
c. Legabilitas, yaitu begaimana informasi paling penting dalam sebuah signage dapat dibaca dengan
jelas, seperti kemampuan sebuah kata utama muncul dan mencolok atau menarik perhatian
dibandingkan backgroundnya. Hal ini tergantung pada format penyampaian informasinya, seperti
typeface (karakter huruf) atau jenis font yang berbeda-beda dalam penulisannya, spasi penulisan,
kekontrasan kalimat atau kata-kata terhadap background sign, dan lain-lain.
Elemen Signage
Signage sebagai elemen yang memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi antar manusia
dalam suatu bangunan atau lingkungan mengandung beberapa elemen penting. Elemen-elemen ini
akan membentuk image atau fisik keseluruhan dari sign yang juga berperan dalam keberhasilan
penyampaian informasi yang ingin ditunjukkan oleh sign tersebut. Elemen-elemen tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Teks, Setiap teks memiliki style yang berbeda-beda, yang lebih kita kenal dalam dunia pengetikan
dengan nama front style seperti Times New Roman, Garamound, dan sebagainya. Times Roman
adalah sebuah typeface family, sedangkan Typeface sendiri adalah anggota single dari suatu
family, seperti Times Roman Bold Italic. Sebuah font adalah satu ukuran dari typeface tertentu,
seperti 18-point Times Roman Bold Italic dan 10 point times Roman Bold yang merupakan dua
font yang berbeda. Penggunaan jenis typeface yang dipilih menimbulkan nilai estetika dan
atmosfir yang berbeda-beda sebagai efek dari bentuk huruf yang bervariasi dan unik.
b. Warna, Elemen warna sangat berperan penting terhadap keberhasilan dan kemudahan sebuah
sign dapat disadari keberadaannya atau tidak. Warna dapat diterapkan pada setiap elemen sign
yang lain, seperti ada teks, simbol, dan background dari sign tersebut. Penggunaan warna dalam
suatu sign juga harus dipertimbangkan keefektifitasannya dalam hal pemilihan jenis warna.Salah
satu aspek yang harus diperhatikan dalam penggunaan warna untuk teks, simbol, dan
background, dari suatu sign adalah kadar kekontrasan yang cukup dari tiap-tiap elemennya.
Penggunaan warna cukup kontras adalah cara yang paling sederhana dan efektif yang dapat
Hal 3

dilakukan untuk meningkatkan Legabilitas Sign. Penggunaan kontras dalam menentukan


pemilihan warna juga berkaitan dengan cacat visual yang diderita orang-orang tertentu. Ini
dilakukan agar bagian-bagian paling penting dalam sign tersebut tetap dapat terlihat dengan
mudah dan menarik perhatian, sehingga berpengaruh juga ke legabilitas sign.
c. Panah (Arrow) sebagai elemen sign juga memegang peranan penting dalam keberhasilan
penyampaian pesan dari sebuah sign. Panah berfungsi untuk menunjukkan arah/orientasi, yang
biasa disertai teks untuk memperjelas maksud dari tanda, seperti tempat apa yang sering
diarahkan oleh gambar panah tersebut. Panah sebagai salah satu simbol yang bersifat universal
karena digunakan di seluruh dunia, cara penggunaannya juga harus dipertimbangkan dalam sign
agar sign tersebut dapat berkomunikasi secara efektif. Suatu studi pernah menunjukkan bahwa
pandangan manusia cenderung mengikuti arah kepala panah.Selain itu, konsistensi ritme dari
panah-panah yang ada dalam sebuah sign sama pentingnya dengan penempatan tanda panah
pada sign. Adanya hirarki yang berarturan dari susunan tanda panah pada signage yang ada di
sebuah lingkungan membuat para pengunjung lebih terbiasa melihat dan mengenal susunan
tanda panah tersebut sehingga mempengaruhi legabilitas dari sign tersebut. Kebanyakan
desainer menggunakan sistem yang disarankan John Folls dalam Architectural Signing and
Graphic yaitu arah yang menunjukkan lurus ke depan ditempatkan paling atas dalam sebuah
sign, diikuti oleh arah ke kiri lalu ke arah kanan.
Kategori Signage
Signage dapat dinikmati atau dibuat dalam bentuk dua dimensi ataupun tiga dimensi. Menurut
sifat pemasangannya, signage dapat dipasang di suatu tempat secara permanen atau temporer.
Sedangkan menurut cara pemasangannya signage dibedakan menjadi free-standing dan yang
menempel pada bagian dari bangunan. Sign yang dipasang dengan cara free-standing biasa disangga
oleh tiang-tiang atau kaki yang membuat sign tersebut dapat berdiri dengan baik.
Beberapa contoh cara pemasangan signage yang menempel pada bagian bangunan menurut
daviscalifornia.com yaiitu :
Wall sign, yaitu sign yang menempel pada dinding bangunan dengan ketinggian tertentu
Awning and canopy signs adalah sign yang ditulis atau dilukis di kanopi bangunan. Sign seperti ini
biasanya bertujuan untuk memberikan warna pada lingkungan komersial selain sebagai identitas
dari suatu tempat.
Projecting signs merupakan sign yang dipasang pada bangunan secara bergantung pada tiang
penyangga horizontal yang menempel pada bagian bangunan (dinding, kolom, dan lain-lain), dan
bagian depan dari sign tersebut terproyeksi secara tegak lurus dengan dinding dari bangunan.
Hanging signs, sign yang dipasang hampir sama dengan projecting signs, tetapi digantung tidak
pada tiang horizontal yang menempel pada dinding melainkan pada kanopi atau langit-langit
bangunan.
Window signs, sign yang ditulis, ditempel atau dilukis pada bagian interior bangunan yang
trasnparan, seperti pada jendela atau pintu kaca. Cara pemasangan seperti ini mengakibatkan
sign tersebut dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi depan dan belakang dari kaca.
Jenis-Jenis Signage
Adapun signage yang sering ditemukan pada jalur sirkulasi jalan termasuk juga jalur pejalan kaki
adalah rambu lalu lintas dan papan reklame.
Rambu peringatan dibuat dengan tujuan untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya di
jalan atau tempat berbahaya pada jalan dan mengkonfirmasikan tentang sifat bahaya.
Rambu larangan berfungsi untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pengguna
jalan.
Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pengguna jalan.
Rambu petunjuk digunakan untuk memandu pengguna jalan saat melakukan perjalanan atau
untuk memberikan informasi lain kepada pengguna jalan.
Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut corak ragamnya untuk tujuan
komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang,
jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang
yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh
umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.
3. Hasil dan Pembahasan
Dalam pembahasan penelitian ini diambil enam titik atau kawasan sebagai sampel. Sampel yang
dipilih merupakan kawasan yang terdapat signage. Adapun signage yang dipilih adalah jenis signage
rambu perintah dan rambu larangan. Signage tersebut dipilih karena lebih mudah atau cukup efektif
untuk mengukur tingkat kepatuhan pengguna jalur gertak terhadap peraturan yang tertera pada
signage. Hasil dari pengamatan dalam penelitian ini akan memberikan jawaban mengenai
berpengaruh atau tidaknya signage terhadap pengguna jalur gertak.

Hal 4

sumber: (analisis penulis, 2016)

Gambar 1: Lokasi tiap zona pada peta

Zona 1
Jenis sirkulasi pada zona ini berupa jalur gertak. Adapun jalur gertak pada zona ini terdiri dari
dua (2) macam, yaitu geretak dengan material kayu dan geretak dengan material beton. Lebar gertak
sebesar 1,5 m dan panjangnya sejauh 100 m.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pengguna jalur gertak pada zona 1 ini adalah para
pejalan kaki dan pengendara motor. Jalur gertak pada zona ini tidak ramai dilalui oleh pejalan kaki
maupun pengendara sepeda motor. Penggunanya lebih banyak didominasi oleh masyarakat yang
berdomisili di zona ini.
Jenis signage pada jalur geretak ini adalah rambu perintah yang berbentuk sebuah kalimat.
Adapun isi dari kalimat dari signage ini adalalah Motor Dorong Hanya Untuk Pejalan Kaki. Maksud
dari signage tersebut adalah para pengendara motor yang ingin melewati jalur gertak ini tidak
diperkenankan untuk menaiki kendaraan bermotornya, tetapi diperintahkan untuk mendorongnya.
Hal tersebut dikarenakan jalur getak ini dikhususkan bagi para pejalan kaki. Perletakan signage pada
zona ini langsung ditempatkan di atas jalur gertak yang menggunakan material beton.

sumber: (analisis penulis, 2016)

Gambar 2: Peta lokasi zona 1

Hal 5

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada zona ini. Sebanyak 5 (lima) pengendara
sepeda motor yang melintas di atas gertak memilih untuk mendorong kendaraannya dari pada
menaikinya. Namun di sisi lain ditemukan sebuah fenomena lain yang terdapat pada zona ini.
Sebanyak 5 (lima) orang pengendara sepeda motor memilih untuk menyimpan atau memarkirkan
kendaraannya di area lain dari pada menaiki atau mendorong kendaraannya untuk melintas di atas
jalur gertak pada zona ini.
Tabel 1: Kriteria gertak dan signage pada zona 1
Panjang
100 m

Jalur Gertak
Lebar
Material
1,5 m
Kayu dan
beton

Jenis
Rambu
peringatan

Signage
Kategori
Di atas permukaan
gertak

Isi
Motor dorong hanya
untuk pejalan kaki

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Hasil dari pengamatan tersebut disajikan ke dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel di bawah ini
menyajikan mengenai kriteria gertak dan signage serta sampel yang dijadikan sebagai bahan
pengamatan.
Tabel 2: Pengguna jalur gertak yang melintas pada zona 1

Sampel ke S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
Jumlah

Menaiki
Kendaraan

Aktivitas
Mendorong
Kendaraan

Parkir Kendaraan

Tidak ada

5 orang

5 orang

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa efektifitas keberadaan signage pada zona ini
sebesar 100%. Hal tersebut dapat dilihat dari semua pengendara sepeda motor yang melintasi jalur
gertak pada zona ini memilih untuk mendorong kendaraannya dari pada menaikinya. Dari data
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa signage pada zona ini efektif atau berpengaruh terhadap
para pengguna jalur gertak. Namun keberadaan signage pada zona ini juga dapat mempengaruhi
para pengendara sepeda motor yang akan melintas. Sebesar 50% pengendara sepeda motor yang
akan melintas lebih memilih memarkirkan kendaraannya pada area lain dari pada menaiki atau
mendorongnya.
Zona 2
Jenis sirkulasi pada zona ini berupa jalur gertak. Adapun jalur gertak pada zona ini menggunakan
material beton pada permukaannya. Lebar dari gertak sebesar 1,5 m dan panjangnya jalur gertak
sejauh 100 m.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pengguna jalur gertak pada zona 2 ini didominasi
oleh para pejalan kaki dan pengendara motor. Jalur gertak pada zona ini cukup ramai atau sering
dilalui oleh pejalan kaki maupun pengendara sepeda motor.
Jenis signage pada zona ini berupa rambu larangan. Adapun rambu larangan tersebut dibuat
dalam bentuk sebuah kalimat. Isi dari kalimat tersebut adalah Jangan Ngebut. Maksud dari kalimat
tersebut adalah para pengguna jalur geretak khususnya para pengendara sepeda motor yang akan
melintas dilarang untuk mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Signage pada zona ini
ditempatkan langsung di atas permukaan gertak.

Hal 6

sumber: (analisis penulis, 2016)

Gambar 3: Peta lokasi zona 2

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada zona 2 ini didapat hasil bahwa sebanyak 6
pengendara sepeda motor menaiki kendaraannya dengan kecepatan 20 km/jam. Sebanyak 2
pengendara sepada motor lainnya menaiki kendaraannya dengan kecepatan 10 km/jam. Sebanyak 2
pengendara sepeda motor masing-masing menaiki kendaraannya dengan kecepatan 15 km/jam dan
30 km/jam.
Tabel 3: Kriteria gertak dan signage pada zona 2

Jalur Gertak
Panjang
Lebar
Material
100 m
1,5 m
Beton

Jenis
Rambu
larangan

Signage
Kategori
Di atas permukaan
gertak

Isi
Jangan
ngebut

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Hasil dari pengamatan tersebut disajikan ke dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel di bawah ini
menyajikan mengenai kriteria gertak dan signage serta sampel yang dijadikan sebagai bahan
pengamatan.
Tabel 4: Pengguna jalur gertak yang melintas pada zona 2

Sampel ke -

Kecepatan Rata-Rata Saat


Berkendara

Keterangan

S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10

20 km/jam
20 km/jam
15 km/jam
10 km/jam
10 km/jam
20 km/jam
20 km/jam
20 km/jam
30 km/jam
20 km/jam

Tidak ada keramaian


Tidak ada keramaian
Ada keramaian
Ada keramaian
Tidak ada keramaian
Tidak ada keramaian
Tidak ada keramaian
Tidak ada keramaian
Tidak ada keramaian
Tidak ada keramaian

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Hal 7

Dari data di atas didapatkan hasil bahwa para pengendara sepeda motor yang melintas pada
zona ini menaiki kendaraannya dengan kecepatan yang bervariasi. Sebesar 60% pengendara sepeda
motor menaiki kendaraannya dengan kecepatan 20 km/jam. Sebesar 20% menaiki kendaraannya
dengan kecepatan 15 km/jam. Sisanya menaiki kendaraan dengan kecepatan yang bervariasi. Tidak
adanya keterangan mengenai standar tingkat kecepatan yang harus digunakan oleh pengguna jalur
gertak saat melintaas mengakibatkan pengaruh atau efektifitas signage pada zona ini tidak dapat
diukur atau diketahui.
Zona 3
Pada zona ini jenis jalur sirkulasinya adalah jalur geretak dengan material beton pada
permukaannya. Sedangkan struktur bagian bawah menggunakan material kayu. Dimana struktur kayu
tersebut menjadi penopang bagi permukaan geretak yang menggunakan konstruksi beton. Dimensi
gertak memiliki lebar sebesar 1,5 m dan memiliki panjang sejauh 120 m.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pengguna jalur gertak pada zona 3 ini adalah para
pejalan kaki dan pengendara motor. Jalur gertak pada zona ini cukup ramai dilalui oleh para pejalan
kaki maupun pengendara sepeda motor. Pengguna jalur gertak ini tidak hanya digunakan oleh warga
yang berdomisili di zona ini, tetapi juga digunakan oleh warga di luar dari zona ini.
Jenis signage yang terdapat pada zona ini berupa rambu perintah. Adapun rambu perintah
tersebut dibuat dalam bentuk sebuah kalimat. Isi dari kalimat tersebut adalah Motor Turun, maksud
dari kalimat tersebut adalah para pengguna jalur geretak khususnya para pengendara sepeda motor
diperintahkan untuk tidak menaiki motornya saat melintasi jalur geretak pada zona ini. Signage pada
zona ini ditempatkan pada persimpangan jalur geretak sedangkan perletakkan signage tersebut
diletakkan dengan secara free standing.

sumber: (analisis penulis, 2016)

Gambar 4: Peta lokasi zona 3

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada zona 3 ini, sebanyak 10 orang/pengendara
sepeda motor yang melintas tetap menaiki kendaraannya. Tidak ada satupun pengendara sepeda
motor yang mendorong kendaraannya saat sedang melintas di atas jalur gertak pada zona ini.
Sebanyak 9 pengendara yang melintas bukan merupakan warga yang tinggal atau berdomisili di zona
ini. Sedangkan 1 orang/pengendara lainnya merupakan warga yang berdomisili di zona ini.
Tabel 5: Kriteria gertak dan signage pada zona 3

Panjang
120 m

Jalur Gertak
Lebar
Material
1,5 m
Beton

Jenis
Rambu
perinah

Signage
Kategori
Free
standing

Isi
Motor turun

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Hasil dari pengamatan tersebut disajikan ke dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel di bawah ini
menyajikan mengenai kriteria gertak dan signage serta sampel yang dijadikan sebagai bahan
pengamatan.
Hal 8

Tabel 6: Pengguna jalur gertak yang melintas pada zona 3

Sampel ke S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
Jumlah

Aktivitas
Menaiki
Mendorong
Kendaraan
Kendaraan

10 orang
Tidak ada

Keterangan

Warga yang berdomisili pada zona 3

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa persentase pengendara sepeda motor yang melintas
pada zona ini mencapai 100%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa signage pada
zona ini sangat tidak efektif dalam mengatur para pengguna jalur gertak yang akan melintas. Dengan
kata lain signage pada zona ini dianggap tidak berpengaruh terhadap para pengguna jalur gertak.
Zona 4
Jenis sirkulasi pada zona ini berupa jalur geretak. Adapun jalur geretak pada zona ini terdiri dari
jalur geretak dengan menggunakan material beton pada permukaannya. Namun tetap menggunakan
kayu sebagai struktur bagian bawahnya. Dimensi gertak pada zona ini memiliki lebar sepanjang 1,5
m dan panjang sejauh 100 m.Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pengguna jalur geretak
pada zona 3 ini adalah para pejalan kaki dan pengendara sepeda motor.
Jenis signage pada zona ini merupakan rambu perintah. Signage tersebut berupa sebuah kalimat
yang berbunyi Mohon Gunakan Kesadaran, Pakai Jalan Masing-Masing. Maksud dari kalimat
tersebut adalah jalur geretak pada zona ini hanya diperuntukkan bagi warga tertentu, dalam hal ini
adalah warga yang berdomisili dalam satu (1) RT terkait. Jadi warga di luar RT ini tidak diperkenankan
untuk melewati jalur geretak pada zona 4 ini. Hal tersebut muncul akibat perilaku warga luar RT
terkait yang sering ugal-ugalan saat melintas pada jalur geretak di zona 4 ini. Adapun signage pada
zona 4 ini ditempatkan secara wall sign atau menempel langsung pada dinding bangunan.

sumber: (analisis penulis, 2016)

Gambar 5: Peta lokasi zona 4

Hal 9

Metode yang digunakan dalam mengetahui pengaruh signage pada zona 4 ini agak berbeda
dengan zona lainnya. Pada zona ini digunakan dua metode yaitu metode wawancara dan observasi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, jalur geretak pada zona ini sering dilalui oleh para
pengendara sepeda motor dari luar RT ini. Hal tersebut dikarenakan kondisi jalur geretak yang terlihat
cukup kokoh sehingga memberikan rasa aman bagi para penggunanya. Selain itu, aksesibilitas
kawasan ini dalam menghubungkan kawasan permukiman tepian sungai dengan kawasan
permukiman darat lebih cepat dibandingkan dengan jalur gertak pada kawasan lainnya.Dari hasil
wawancara tersebut dapat diketahui bahwa signage pada zona ini kurang efektif dalam mengatur
pengguna jalur gertak yang melintas.
Adapun hasil dari pengamatan yang dilakukan didapat hasil bahwa 3 pengendara sepeda motor
yang melintas merupakan warga yang berdomisili di RT ini. Adapun 1 orang pengendara lainnya
merupakan warga yang berasal dari luar RT ini. Sebanyak 1 orang lagi merupakan penjaja makanan
yang melintas.
Hasil dari pengamatan tersebut disajikan ke dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel di bawah ini
menyajikan mengenai kriteria gertak dan signage serta sampel yang dijadikan sebagai bahan
pengamatan.
Tabel 7: Kriteria gertak dan signage pada zona 4

Panjang
100 m

Jalur Gertak
Lebar
Material
1,5 m
Beton

Jenis
Rambu
perinah

Signage
Kategori
Isi
Wall sign
Mohon Gunakan
Kesadaran, Pakai Jalan
Masing-Masing

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Hasil dari pengamatan tersebut disajikan ke dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel di bawah ini
menyajikan mengenai kriteria gertak dan signage serta sampel yang dijadikan sebagai bahan
pengamatan.
Tabel 8: Pengguna jalur gertak yang melintas pada zona 3

Sampel ke S1
S2
S3
S4
S5
Total

Warga
Dalam RT

2 orang

Luar RT

3 orang

Keterangan

Pedagang

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa persentase pengendara dari luar RT yang melintas
sebesar 60%. Sedangkan persentase pengendara dari dalam RT yang melintas mencapai 40%. Data
tersebut membuktikan bahwa signage pada zona ini kurang efektif dalam mengatur pengguna jalur
gertak yang melintas. Dengan kata lain signage pada zona kurang berpengaruh terhadap pengguna
jalur gertak yang melintas.
Zona 5
Jenis sirkulasi pada zona ini berupa jalur geretak. Adapun jalur gertak pada zona ini terdiri dari
jalur geretak dengan menggunakan material beton pada permukaannya. Namun tetap menggunakan
kayu sebagai struktur bagian bawahnya. Dimensi gertak pada zona ini memiliki lebar sepanjang 1,5
m dan panjang sejauh 50 m.
Jalur gertak pada zona ini dilintasi oleh para pejalan kaki dan pengendara sepeda motor.
Intensitas pengguna jalur gertak yang melintas pada zona ini tidak terlalu ramai. Para pengendara
yang akan melintas didominasi oleh warga yang berdomisili pada zona ini.
Jenis signage yang terdapat pada zona ini berupa rambu perintah. Jumlah signage pada zona ini
terdapat sebanyak 2 buah yang terletak pada dua titik yang berbeda. Adapun rambu perintah
tersebut dibuat dalam bentuk sebuah kalimat. Isi dari kalimat tersebut adalah Maaf Sepeda/Motor
Harap Turun, maksud dari kalimat tersebut adalah para pengguna jalur geretak khususnya para
pengendara sepeda motor diperintahkan untuk tidak menaiki motornya saat melintasi jalur geretak
pada zona ini. Signage pada zona ini ditempatkan pada persimpangan jalur geretak sedangkan
perletakkan signage tersebut diletakkan secara free standing.
Hal 10

sumber: (analisis penulis, 2016)

Gambar 6: Peta lokasi zona 5

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ditemukan sebanyak 2 orang/pengendara sepeda


motor yang melintas tetap menaiki kendaraannya. Sebanyak 1 orang/pengendara sepeda motor
lainnya mendorong kendaraannya. Pengendara yang mendorong kendaraannya tersebut merupakan
warga yang berdomisili pada zona ini. Selain itu, terdapat sebuah temuan baru dimana sebanyak 2
orang/pengendara yang akan melintas lebih memilih untuk melewati jalur lain dari pada jalur pada
zona ini.
Tabel 9: Kriteria gertak dan signage pada zona 5

Jalur Gertak
Panjang
Lebar
Material
50 m
1,5 m
Beton

Jenis
Rambu
perinah

Signage
Kategori
Isi
Free
Maaf Sepeda/Motor
standing
Harap Turun

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Hasil dari pengamatan tersebut disajikan ke dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel di bawah ini
menyajikan mengenai kriteria gertak dan signage serta sampel yang dijadikan sebagai bahan
pengamatan.
Tabel 10: Pengguna jalur gertak yang melintas pada zona 5

Sampel ke
S1
S2
S3
S4
S5
Jumlah

Menaiki
Kendaraan

Aktivitas
Mendorong
Kendaraan

Memilih
Jalur Lain

2 orang

1 orang

2 orang

Keterangan
Warga luar
Warga luar
Beromisili pada zona 5
Warga luar
Warga luar

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Dari data di atas dapat dikethui bahwa persentase pengguna jalur gertak yang melintas dengan
menaiki kendaraannya mencapai 67%. Sedangkan pengguna jalur gertak yang mendorong
kendaraannya mencapai 33%. Data tersebut membuktikan bahwa signage pada zona ini kurang
Hal 11

efektif dalam mengatur pengguna jalur gertak yang akan melintas. Dengan kata lain, signage pada
zona ini kurang berpengaruh terhadap pengguna jalur gertak.
Di sisi lain persentase pengguna jalur gertak dari warga luar yang memilih melintasi jalur pada
zona ini mencapai 50%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa signage pada zona ini juga
mempengaruhi keinginan para pengguna jalur gertak dalam memilih jalur yang akan dilalui.
Zona 6
Jenis sirkulasi pada zona ini berupa jalur gertak. Adapun jalur geretak pada zona ini terdiri dari
jalur gertak dengan menggunakan material beton pada permukaannya. Namun tetap menggunakan
kayu sebagai struktur bagian bawahnya. Dimensi gertak pada zona ini memiliki lebar sepanjang 1,5
m dan panjang sejauh 150 m.
Pengguna jalur sirkulasi pada zona ini bersifat heterogen. Penggunanya terdiri dari para pejalan
kaki, pengendara sepeda motor, pengguna sepeda, penjaja makanan, dan lain sebagainya. Hal
tersebut mengakibatkan jalur gertak pada zona ini ramai dilintasi oleh warga.
Jenis signage pada jalur geretak ini adalah rambu perintah yang berbentuk sebuah kalimat.
Adapun isi dari kalimat dari signage ini adalalah Motor Harap Didorong. Maksud dari signage
tersebut adalah para pengendara motor yang ingin melewati jalur geretak ini tidak diperkenankan
untuk menaiki kendaraan bermotornya, tetapi diperintahkan untuk mendorongnya.

sumber: (analisis penulis, 2016)

Gambar 7: Peta lokasi zona 6

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan sebanyak 10 orang/pengendara sepeda


motor yang melintas pada jalur gertak di zona ini. Semua pengendara tersebut tetap menaiki
kendaraannya saat melintas. Tidak ada satupun diantara mereka yang mendorong kendaraan sepeda
motornya saat melintas.
Tabel 11: Kriteria gertak dan signage pada zona 5

Jalur Gertak
Panjang
Lebar
Material
150 m
1,5 m
Beton

Jenis
Rambu
perinah

Signage
Kategori
Di atas permukaan
gertak

Isi
Motor Harap
Dorong

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Hasil dari pengamatan tersebut disajikan ke dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel di bawah ini
menyajikan mengenai kriteria gertak dan signage serta sampel yang dijadikan sebagai bahan
pengamatan.

Hal 12

Tabel 12: Pengguna jalur gertak yang melintas pada zona 5

Aktivitas
Sampel ke S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
Jumlah

Menaiki
Kendaraan

10 orang

Keterangan

Mendorong
Kendaraan

Tidak ada

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Dari data di atas dapat dikethui bahwa persentase pengendara sepeda motor yang tetap
manaiki kendaraannya saat melintas mencapai 100%. Hal tersebut menjelaskan bahwa pada zona ini
tetap terjadi pelanggaran meskipun telah ada signage perintah. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa signage pada zona ini tidak berpengaruh terhadap pengguna jalur gertak.
4. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa signage pada
tiap zona memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Keberadaan signage pada zona 1 sangat efektif atau
berpengaruh terhadap pengguna jalur gertak. Pada zona 4 dan 5 efektifitas signage kurang
berpengaruh terhadap penggunanya. Namun pada zona 3 dan 6 keberadaan signage sangat tidak
berpengaruh terhadap penggunanya.
Tabel 13: Efektifitas signage pada tiap zona

Zona
Jenis
Rambu
Efektifitas
Signage

1
Rambu
Perintah

2
Rambu
Larangan

3
Rambu
Perintah

4
Rambu
Perintah

5
Rambu
Perintah

6
Rambu
Perintah

100%

0%

40%

33%

0%

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Pada zona 2 efektifitas signage tidak dapat diukur dikarenakan ketidakjelasan maksud dari
signage pada zona tersebut. Kondisi tersebut mengakibatkan munc ulnya kebingungan bagi para
pengguna jalur gertak. Hal tersebut menjadi penyebab penggunaan signage pada zona 2 menjadi
tidak efektif.
Efektifitas signage pada Kelurahan Bansir Laut dapat dipengaruhi oleh elemen pada jalur gertak
maupun elemen pada signage itu sendiri. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan ternyata elemen
material pada jalur gertak dapat mempengaruhi efektifitas signage. Sedangkan pada signage, kriteria
elemen signage ternyata dapat mempengaruhi efektifitas penggunaan signage.
Tabel 14: Faktor yang mempengaruhi efektifitas signage

Panjang
Tidak berpengaruh

Jalur gertak
Lebar
Tidak berpengaruh

Material
Berpengaruh

Kategori
Tidak berpengaruh

Signage
Standar
Tidak berpengaruh

Elemen
Berpengaruh

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penggunaan material serta kondisi pada elemen
signage berpengaruh terhadap efektifitas signage. Keberadaan signage pada jalur gertak yang
menggunakan material kayu lebih efektif dibanding dengan penggunaan material beton. Kondisi
Hal 13

elemen signage yang baik juga lebih efektif dibangdingkan dengan kondisi elemen yang buruk.
Tabel 15: Efektifitas penggunaan elemen pada gertak dan signage

Material Gertak
Kayu
Beton
Efektif
Tidak efektif

Elemen Signage
Baik
Efektif

Buruk
Tidak efektif

Sumber: (Analisis penulis, 2016)

Berikut ini adalah rangkuman dari penjelasan-penjelasan di atas.


Pengaruh signage pada tiap zona amatan berbeda-beda.
Kejelasan maksud dari signage dapat mempengaruhi efektifitas signage.
Efektifitas signage dipengaruhi oleh elemen jalur gertak maupun signage itu sendiri.
Penggunaan material gertak dan kondisi elemen signage dapat menjadi faktor yang mampu
mempengaruhi efektifitas signage.
Berdasarkan penjelasan yang telah dilakukan secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan
bahwa tingkat efektifitas atau pengaruh signage pada jalur gertak di Kelurahan Bansir Laut terhadap
pengguna jalur gertak berbeda-beda. Efektifitas tersebut tergantung dari karekteristik pada jalur
gertak dan signage itu sendiri.

5. Saran
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa efektifitas penggunaan signage
pada beberapa zona amatan masih belum maksimal. Dengan kata lain, masih banyak kekurangan
pada beberapa signage di zona amatan. Adapun kekurangan tersebut meliputi perletakan/kategori
signage, standar signage, dan elemen signage.
Berikut ini adalah saran atau rekomendasi dari penulis mengenai kriteria signage yang baik.
Jumlah signage tiap zona harus lebih dari 1 buah
Standar dan elemen pada signage harus dipenuhi
Isi atau kontain pada signage dapat berupa gambar-gambar yang menarik
Signage harus diganti tiap beberapa periode agar tidak menimbulkan kesan bosan.
Ucapan Terima kasih
Terima kasih kepada Bapak Affrilyno, S.T.,M.Sc. selaku ketua koordinator mata kuliah Penelitian
Arsitektur. Ucapan terimakasih terhadap Bapak m. Nurhamsyah, S.T, M.Sc, selaku Ketua ProgramStudi
Arsitektur. Ucapan trima kasih kepada Ibu Indah Emilya Kalsum S.T, M.T. selaku pembimbing kelompok
kajian Perilaku Lingkungan. Dan ucapan terima kasih kepada seluruh Civitas Akademika Fakultas
Teknik Universitas Tanjungpura yang telah membantu dalam penulisan penelitian ini.
Referensi
Adityan, Novry. 2008. Skripsi Penerapan Signage di dalam Mall. Depok: Universitas Indonesia
Dwisusanto , Yohanes Basuki; dkk. 2013. Tatanan Permukiman Sepanjang Sungai sebagai Perwujudan Ekologi Masyarakat.
Prahyangan: Universitas Katholik Prahyangan
Francis, Mark. 1987. The Making of Democratic Streets. New York: Van Nostrand Reinhold Company
Kementrian Dalam Negeri. 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman. Jakarta: Sekretariat Negara
Kementrian Pekerjaan Umum. 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan
Prasarana Dan Sarana Ruang Pejalan Kaki Di Perkotaa Tahun 2014 .Jakarta: Sekretariat Negara
Kementrian Perhubungan. 2014. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Tentang Rambu Lalu Lintas Tahun
2014. Jakarta: Sekretariat Negara
Mirsa, Rinaldi. 2012. Elemen Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sekretaris Daerah Kota Medan. 2014. Peraturan Walikota Medan Tentang Penataan Reklame Tahun 2014. Medan:
Sekretariat Daerah Kota Medan
Shirvani, Hamid. 1985. Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold

Hal 14

Anda mungkin juga menyukai