PENDAHULUAN
SKENARIO III
PANAS
Kasus 1 :
Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke IGD dikarenakan
demam tinggi.Saat ini anak tidak mau makan dan minum.Demam didapatkan sejak
dua hari yang lalu.Selain itu ditemukan mata sedikit kemerahan, pilek tanpa disertai
batuk dan diare. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan nadi 110x/menit,
pernapasan 30x/menit, temperature: 400C. Ditemukan rash.
Kasus 2 :
Sudah sejak 3 hari Agus berusia 6 tahun mengalami demam tinggi terus menerus
sepanjang hari.Sudah diberi obat penurun panas oleh ibunya tetapi panas hanya turun
sebentar dan kemudian naik lagi.Ibu Agus cemas karena anak tetangganya dirawat di
rumah sakit dengan gejala mirip.Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dokter meminta
untuk dilakukan pemeriksaan penunjang dan sambil memberikan penatalaksanaan
dokter juga memberi penjelasan pada ibu mengenai tanda-tanda perdarahan atau
syok.Bila terdapat tanda-tanda tersebut supaya ibu segera membawa Agus ke rumah
sakit untuk mendapatkan penatalaksanaan kegawatdaruratan yang dialaminya.
Selanjutnya dokter akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat untuk
memutus rantai penularan.
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Langkah I : Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam
skenario
Dalam skenario III ini kami mengklarifikasi beberapa istilah sebagai berikut :
1. Rash :
Ruam; inflamasi; perubahan warna kulit yang dapat disebabkan karena luka
gores, obat-obatan, kosmetik, atau penyakit seperti ruam popok, dermatitius,
infeksi jamur,dll.
2. Syok :
Adanya ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan konsumsi oksigen
dalam tubuh sehingga perfusi organ menjadi tidak adekuat.
3. Tanda pendarahan :
Syok hipovolemik; ketidaknormalan dari system peredaran darah yang
mengakibatkan perfusi organ dan oksigenisasi ke jaringan tidak adekuat
karena kehilangan akut volume peredaran darah yang salah satunya ditandai
dengan timbulnya petechie, purpura, dan ekimosis .
4. IGD :
Instalasi Gawat Darurat yang buka 24 jam, merupakan salah satu unit
terdepan dari bagian pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan pada
pasien gawat darurat/emergency dan false emergency bekerja sama dengan
unit terkait lainnya.
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
demam tinggi?
Bagaimana patofisiologi syok dan klasifikasinya?
Bagaimana sistem termoregulasi pada anak?
Bagaimana patofisiologi demam dan apa saja jenisnya?
Mengapa pada pasien I tidak mau makan dan minum?
Apa saja diagnosis banding dan diagnosis kerja dari kasus I dan II?
Apa edukasi yang diberikan untuk memutus rantai penularan penyakit?
Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus I dan II?
Bagaimana penatalaksanaan awal dan setelah terjadi syok?
Bagaimana penatalaksanaan pada kasus I?
Apa kaitan penyakit yang dialami pada kasus II dengan sakit tetangganya?
Apa pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus II?
Dimana kerja obat antipiretik menekan? Pada situasi apa obat tersebut dipilih?
Adapun kriteria normal frekuensi pernapasan pada neonatus dan anak menurut
usia sebagai berikut (WHO, 2009):
< 1 tahun : 30 40 kali/menit
2 5 tahun : 20 30 kali/menit
5 12 tahun : 15 - 20 kali/menit
> 12 tahun : 12 16 kali/menit
Suhu Tubuh
Menurut Buku Panduan Manajemen Balita Sakit Terpadu (2008), anak
dikatakan demam jika suhu tubuhnya 37,5oC
ke
seluruh
tubuh
sehingga
perfusi
jaringan
tubuh
menjadi
berfungsi
dan
lebih
parah
lagi,
dapat
menimbulkan
kematian
muntah)
Stage 2
Stage
3 Stage 4
(Classic sign)
%
<15%
volume 15%
Kehilangan
volume darah
30% 30%
volume
total volume
total total
(>2000
Cardiac
Normal
Tidak
Output
terkompensasi
dikompensasi
mampu Tidak
darah
Normal
dikompensasi
pembuluh darah
dikompensasi
pembuluh
pembuluh
darah
darah
TD
sistolik TD
normal
diastolic
mmHg
meningkat
sehingga
antara
dan
mampu
darah
Tekanan
mampu Tidak
gap
sistolik
diastolic
(pulse pressure)
menurun.
sistolik Menurun
mmHg
<
70
Laju nafas
Normal
Meningkat
namun
<
30 (>30 x /menit)
(>30 x /menit)
x/menit
Nadi
Normal
Takikardi
Takikardia
Takikardia
(>100x/menit)
dengan pulsasi
yang lemah
Kulit
Kulit
mulai Pucat,
pucat
karena
dingin Berkeringat,
alian dingin
Berkeringat,
dan dingin,
dan
sangat pucat
organ vital
Status Mental Normal hingga Gelisah
ringan Bingung,
cemas, agitasi
cemas/ gelisah
Pengisian
normal
Kapiler
Penurunan
kesadaran,
lethargy, coma
Delayed (Waktu
Delayed
absent
pengisian
kapiler
memanjang)
Urine Output
normal
Sangat
ml / jam)
menurun
hingga absentTidak berarti
anak selalu berusaha mengatur suhu tubuhnya.Suhu tubuh diatur oleh suatu
mekanisme yang menyangkut susunan saraf, biokimia, dan hormonal.
Hipotalamus menerima informasi suhu tubuh bagian dalam dari suhu darah
yang masuk ke otak dan informasi suhu luar tubuh dari reseptor panas di
kulit.Termostat dalam hipotalamus diatur pada set-point sekitar suhu 370C dengan
rentang sekitar 10C, dan suhu dipertahankan dengan menjaga keseimbangan
pembentukan atau pelepasan panas.Saraf eferen dari hipotalamus terdiri dari saraf
somatik dan saraf autonom, sehingga hipotalamus dapat mengatur aktifitas otot,
kelenjar keringat, peredaran darah, dan ventilasi paru.
Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur yang bertugas meningkatkan
produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas. Bila suhu luar lebih rendah,
pembentukan panas akan dilakukan dengan meningkatkan metabolisme, dengan
mekanisme kontraksi otot / menggigil, pengeluaran panas akan dikurangi dengan
vasokonstriksi
pembuluh darah
kulit
dan pengurangan
produksi keringat.
Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur pengeluaran panas. Bila suhu di luar
tubuh lebih tinggi maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan cara vasodilatasi,
evaporasi (berkeringat), radiasi (dipancarkan), kontak (bersinggungan/ kompres),
aliran (dari daerah panas ke dingin), dan konveksi. Permukaan tubuh anak relatif
lebih luas dibandingkan dewasa, sehingga proses penguapan dan radiasi sangat
penting, terutama untuk daerah tropis.
Pada termoregulasi, suhu tubuh dan suhu luar diatur oleh hipatalamus. Apabila
terjadi ketidakseimbangan antara termoregulasi, suhu tubuh dan suhu luar maka akan
terjadi kondisi patologik atau demam. Secara faal, hal ini terjadi dikarenakan
pelepasan zat pirogen endogen selanjutnya sitokin IL-1 memacu pelepasan
prostaglandin yang berlebih di daerah pre optik hipotalamus.Obat seperti aspirin
menekan zat pirogen endogen yang mensintesis prostaglandin.
5. Demam pada anak
Suhu tubuh normal bervariasi sesuai irama suhu circardian (variasi diurnal).
Suhu terendah dicapai pada pagi hari pukul 04.00 06.00 dan tertinggi pada
11
awal malam hari pukul 16.00 18.00. Kurva demam biasanya juga mengikuti
pola diurnal ini.1,2 Suhu tubuh juga dipengaruhi oleh faktor individu dan
lingkungan, meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan suhu udara ambien.
Oleh karena itu jelas bahwa tidak ada nilai tunggal untuk suhu tubuh normal.
Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi tergantung pada tempat pengukuran
Pola demam
Pola demam
Penyakit
Kontinyu
Remitten
Intermiten
Quotidian
Double quotidian
Relapsing
azar, arthritis
gonococcal, juvenile
periodic
Demam rekuren
rheumathoid
Kelompok
Penyakit
Infeksi
nafas atas
saluran
herpetika
12
Pulmonal
Bronkiolitis, pneumonia
Gastrointestinal
Meningitis, encephalitis
Eksantem
Kolagen
Neoplasma
Leukemia, lymphoma
Tropis
Penyakit demam yang paling sering ditemukan pada praktek pediatrik berada
pada kategori ini.Demam biasanya berlangsung singkat, baik karena mereda
secara spontan atau karena pengobatan spesifik seperti pemberian antibiotik.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
Sekitar
dari
keseluruhan
episode
demam
menunjukkan
tidak
tanpa localizing
signs umumnya
memiliki
awitan
akut,
berlangsung kurang dari 1 minggu, dan merupakan sebuah dilema diagnostik yang
sering dihadapi oleh dokter anak dalam merawat anak berusia kurang dari 36 bulan.
Istilah ini biasanya digunakan bila demam tanpa localizing signs bertahan selama 1
minggu dimana dalam kurun waktu tersebut evaluasi di rumah sakit gagal mendeteksi
penyebabnya. Persistent pyrexia of unknown origin, atau lebih dikenal sebagai fever
of unknown origin (FUO) didefinisikan sebagai demam yang berlangsung selama
minimal 3 minggu dan tidak ada kepastian diagnosis setelah investigasi 1 minggu di
rumah sakit.
13
14
Patogenesis
Tanpa syok
Penyakit exantema
anak
Pato
Kasus 2
Kasus 1
Dengan Syok
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Kasus 1
- Campak
- Rubella
- Roseola
Diagnosis Banding
Terapi
- Anti piretik pada anak
- Terapi lain
Prognosis, komplikasi
15
Kasus 2
- Demam Berdarah Dengue
- Malaria
- Demam typoid
- Dengue fever
-Leukimia
2.
Koordinasi dengan Dinas Kesehatan pada skenario kasus 2.
Mengetahui pemeriksaan fisik pada kasus 2
Mengetahui tata laksana penanggulangan kasus 2 dengan dan tanpa syok.
Mengetahui manfaat pentingnya mengetahui kaitan sakit yang dialami
tetangga
8. pemeriksaan penunjang pada skenario kedua kasus.
9. Mengetahui tatalaksana (terapi) dari skenario kedua kasus.
10. Mengetahui fungsi, indikasi, kontraindikasi, dan cara pemakaian obat
antipiretik pada anak.
11. Patogenesis Syok mengenai sistem RAA
F. Langkah VI : Mengumpulkan informasi baru
Masing-masing anggota kelompok kami telah mencari sumber sumber
ilmiah dari beberapa buku referensi maupun akses internet yang sesuai dengan topik
diskusi tutorial ini secara mandiri untuk disampaikan dalam pertemuan berikutnya.
16
G. Langkah VII : Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang
diperoleh
1. PATOGENESIS PILEK TANPA DISRTAI DEMAM DAN DIARE PADA
BALITA KASUS PERTAMA.
Pilek pada pasien menandakan bahwa kemungkinan agen penyebab penyakit
didapat dari saluran pernapasan. Tidak ada diare menandakan kemungkinan
agen penyebab tidak didapat dari makanan atau jalur gastrointestinal seperti
pada penyakit demam tifoid.
Sel endothelial pada pembuluh darah kecil di seluruh badan memperlihatkan
bukti adanya infeksi virus campak secara jelas (misalnya, ditemukan badan
inklusi antigen virus campak, atau RNA) pada saat gejala prodromal dan
munculnya ruam pada kulit. Hal ini disertai dengan pelebaran pembuluh
darah, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, inflitrasi sel mononuclear,
dan terjadinya infeksi di sekitar jaringan. Sel endotel yang diinfeksi
tampaknya memegang peranan utama dalam pathogenesis, sehingga terjadi
perubahan pada kulit, konjungtiva, dan membrane mukosa.
Penyakit campak ditransmisikan melalui droplet respirasi. Virus dari droplet
dapat aktif dan menular hingga 2 jam baik di udara bebas maupun di suatu
permukaan. Lokasi infeksi awal biasanya terjadi di epitel trachea dan bronkus.
Lokasi infeksi ini yang menimbulkan munculnya gejala prodormal seperti
demam, konjungtivitis, batuk, dan koriza.
Dari hasil pemeriksaan histopatologi ruam yang disebabkan oleh virus
campak memberikan kesan bahwa, kejadian pertama adalah infeksi sel
endothelial kulit, selanjutnya diikuti dengan penyebaran infeksi ke dalam
epidermis yang tumpang-tindih dengan sel epithelial pada stratum
granulosum, sehingga terbentuk keratosis fokal dan edema, dan terjadi
akumulasi bentuk sel epithelial raksasa dan infiltrat perivaskuler.
2. PENYEBAB TIDAK MAU MAKAN DAN MINUM PADA SKENARIO
KASUS PERTAMA.
17
Manifestasi klinis:
Masa prodromal antara 2-4 hari ditandai dengan demam 38,4 40,6C,
koriza, batuk, konjungtivitis, bercak Koplik.
Bercak Koplik timbul 2 hari sebelum dan sesudah erupsi kulit, terletak pada
mukosa bukal posterior berhadapan dengan geraham bawah, berupa papul
18
Demam sangat tinggi di saat ruam merata dan menurun dengan cepat setelah
2-3 hari timbulnya eksantema.
Eksantema timbul pada hari ke 3-4 masa prodromal, memudar setelah 3 hari
dan meng-hilang setelah 6-7 hari.
Black measles merupakan keadaan yang berat dari campak, terdapat demam
dan delirium diikuti penekanan fungsi pernafasan dan erupsi hemo-ragik
yang luas.
Diagnosis:
Komplikasi:
Otitis
media,
mastoiditis,
pneumonia,
ensefalomielitis,
subacute
sclerosing
panenchephalitis (SSPE).
Terapi:
Suportif, Karena penyebab Campak adalah virus, maka disebut self-limiting
disease (dapat sembuh sendiri) karena itu kesembuhan sangat tergantung pada daya
tahan tubuh penderitanya. Pengobatan hanya bersifat suportif berupa :
19
Istirahat, sebaiknya pasien ditempatkan pada ruangan hangat dan lembab serta hindari
paparan sinar yang kuat. Biasanya anak anda akan dirawat dalam ruang isolasi untuk
mencegah penyebaran penyakit hingga empat hari setelah bercak muncul, setelah itu
anak dapat beraktivitas biasa
Obat penurun panas
Asupan cairan yang cukup.
Vitamin A (100.000IU untuk usia 6 bulan- 1 tahun, dan 200.000IU untuk usia > 1
tahun).
Vitamin A diberikan bila usia anak 6 bulan sampai 2 tahun saat terkena campak, atau
anak
dengan daya tahan tubuh rendah atau memiliki penyakit yang menghalangi
penyerapan vitamin A.
Campak umum sebelum tahun 1966, maka kebanyakan orang yang lahir sebelum itu
mempunyai kekebalan. Orang yang menghadapi risiko campak termasuk:
-
Orang yang lahir pada atau sejak tahun 1966 yang belum pernah menderita
campak dan belum pernah menerima dua dosis vaksin CampakGondong-
negeri.
Vaksin adalah cara untuk mencegah Campak. Bahkan di Indonesia, setiap
anak wajib untuk imunisasi campak saat anak berusia 9 bulan. Vaksin yang
diberikan dapat hanya campak saja yaitu saat usia 9 bulan (cukup sekali saja),
atau gabungan campak, gondongan dan campak jerman (MMR) saat usia 1215 bulan. Untuk vaksin MMR, akan diberikan dosis kedua saat anak berusia
4-6 tahun. Orang dewasa dapat mengulang imunisasi Campak saat masuk
kuliah atau saat mau bekerja.
20
Virus Morbilli pada ibu hamil muda (1-2 bulan pertama) kemungkinan besar
mengalami abortus (keguguran), bila terinfeksi pada kehamilan selanjutnya,
maka bayi yang dilahirkan kemungkinan mengalami kelainan kongenital,
berat badan lahir rendah atau lahir mati. Karenanya pada wanita yang
merencanakan kehamilan dan belum pernah divaksin Campak, dianjurkan
untuk divaksin Campak terlebih dulu, atau diberikan vaksin gabungan yang
ada komponen campaknya seperti MMR (measles, mumps,rubella).
Campak adalah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Hampir 95%
anak yang mendapat vaksin tidak akan terkena campak, jadi kecil
kemungkinan terkena lagi. Tetapi kadar kekebalan tubuh terhadap virus
campak semakin menurun seiring bertambahnya usia, karena itu vaksin
diulang lagi saat dewasa. Bila tidak diulang maka kemungkinan terkena lagi
akan ada.
Komplikasi timbul pada 5-15% dari keseluruhan kasus campak. Komplikasi
yang dapat muncul adalah otitis media (radang telinga), pneumonia (radang
paru), laryngitis, dan eksaserbasi (munculnya infeksi dari kuman yang
dorman) Tuberkulosis. Tapi yang paling ditakutkan adalah komplikasi pada
system saraf anak, komplikasi tersebut berupa ensefalitis/radang otak (paling
sering), sindroma Guillain-Barr,kelumpuhan, neuritis retrobulbar/radang
saraf mata (jarang terjadi). Biasanya kematian timbul akibat komplikasi yang
timbul.
Komplikasi ini akan lebih mudah terjadi pada anak yang memang sebelum
sakit sudah mempunyai daya tahan tubuh yang lemah seperti pada anak
dengan gizi buruk, tbc, penyakit keganasan (mis. leukemia) dll.
Jaga tubuh anak agar tetap bersih sehingga dia tetap merasa nyaman. Boleh
saja anak dimandikan atau dilap seluruh tubuhnya. Pendapat yang mengatakan
kalau anak campak tidak boleh dimandikan adalah keliru karena bila tubuhnya
kotor dan berkeringat akan menimbulkan rasa lengket dan gatal luar biasa.
Dorongan menggaruk kulit yang gatal bisa menimbulkan infeksi berupa bisulbisul kecil bernanah. Gunakan sabun bayi yang tak terlalu merangsang kulit
21
dan gosoklah kulitnya perlahan. Sehabis mandi, keringkan dan taburi dengan
bedak salycyl talc.
Campak Atipik
Etiologi : Imnunisasi oleh vaksin virus campak yang telah dimatikan
Patogenesis : Delayed hypersensitivity terhadap antigen virus
Manifestasi klinis:
Demam tinggi, nyeri kepala, nyeri otot dan nyeri perut yang disertai pneu monitis.
Erupsi kulit tidak seperti campak yaitu berupa urtikaria, maku-lopapular, ptekie,
purpurik dan kadang vesikular dengan predileksi pada ekstremitas. Dapat terjadi
edema pada lengan dan kaki serta hiperestesi pada kulit. Bentuk dan distribusi dari
eksantema menyerupai rocky mountain spotted fever.
Terapi: Simtomatik.
Pencegahan: Imunisasi oleh vaksin virus campak hidup yang dilemahkan.
Masa Inkubasi
: 14-21 hari
Masa penularan
22
Manifestasi klinis :
Masa prodromal 1-5 hari ditandai dengan demam subfebris, malaise, anoreksia,
konjungtivitis ringan, koriza, nyeri tenggorokan, batuk dan limf deno-pati. Gejala
cepat menurun setelah hari pertama timbulnya ruam.
Enantema
pada
rubela
(Forschheimer
spots)
ditemukan
pada
periode
prodrodromal sampai satu hari setelah timbulnya ruam, berupa bercak pinpoint
atau lebih besar, warna merah muda, tampak pada palatum mole sampai uvula.
Bercak Forsch heimer bukan tanda patognomonik.
Diagnosis:
Prodromal ringan, ruam menghilang dalam 3 hari, limfadenopati retroaurikular dan
suboksipital. Isolasi virus, virus ditemukan pada faring 7 hari sebelum dan 14 hari
sesudah timbulnya ruam. Serologis dapat dideteksi mulai hari ke tiga timbulnya ruam.
Komplikasi: Jarang pada anak. Komplikasi dapat berupa artritis, purpura
danensefalitis.
Pencegahan: vaksinasi MMR
23
etiologi : HHV 6
Inkubasi: sulit diketahui
Manifestasi klinis:
Perjalanan penyakit dimulai dengan demam tinggi mendadak mencapai 4040,60C, anak tampak iritabel, anoreksia, biasanya terdapat koriza, konjungtivitis
dan batuk. Demam menetap 3-5 hari dan menurun secara mendadak ke suhu
normal disertai timbulnya ruam.
Ruam tampak pertama kali di punggung dan menyebar ke leher, ekstremitas atas
muka, dan ektremitas bawah.
Lamanya timbul erupsi 1-2 hari, kadang dapat hilang dalam beberapa jam. Ruam
hilang tidak meninggalkan bekas berupa pigmentasi atau deskuamasi.
24
kali dapat member gejala sebagi DD. Apabila orang tersebut mendapat infeksi
berulang oleh tipe virus dengue.
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama
mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat berbeda akan
tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe virus dengue
yang berlainan. Hipotesis infeksi sekunder (the secamdary heterologous infection/
the sequential infection hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah dengue
dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapat
infeksi berulang dengue lainnya. Re infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi
amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan
proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan titik tinggi antibodi Ig
G antidengue. Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit
yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal
ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen antibody (virus
antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem
komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan
peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan merembesnya plasing dari
ruang intravascular ke ruang ekstravascular.
25
Penatalaksana
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi
suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan
hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan
tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan
pasien harus tetap dijaga terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak
mampu
dipertahankan,
maka
dibutuhkan
suplemen
melalui
untuk
caiaran
intravena
mencegah
dehidrasi
dan
hemokonsentraasi
secara bermakna.
Penatalaksanaan
DD atau DBD tanpa
penyulit
bias
memiliki
26
o
o
o
o
Dalam hal ditemukan tanda-tanda dini tersebut, infus harus disiapkan dan
terpasang pada pasien. Obervasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan
umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan, serta Hb dan Ht setiap 4 6 jam
pada hari pertama pengamatan, selanjutnya tiap 24 jam.
Terapi untuk SSD bertujuan utama untuk mengembalikan volume cairan
intravaskular ke tingkat yang normal, dan hal ini dapat tercapai dengan pemberian
segera cairan intravena. Jenis cairan dapat berupa NaCl faali, laktat Ringer atau
bila terdapat renjatan yang berat dapat dpaki plasma atay ekspander plasma.
Jumlah cairan dan kecepatan pemberian cairan disesuaikan dengan perkembangan
klinis.
Kecepatan permulaan tetesan ialah 20 ml / kg berat badan, dan bila renjatan telah
dilatasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml / kg berat badan / jam. 5Pada
kasus dengan renjatan berat, cairan diberikan dengan diguyur, dan bila tak tampak
perbaikan, diusahakan pemerian plasma atau ekspander plasma atau dekstran atau
preparat hemasel dengan jumlah 15 29 ml / kg berat badan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keadaan asidosis yang harus dikireksi dengan Nabikarbonas. Pada
umumnya untuk menjaga keseimbangan volume intravaskular, pemberian cairan
intravena baik dalam bentuk elektrolit maupun plasma dipertahankan 12 48 jam
setelah renjatan teratasi. Tranfusi darah dilakukan pada:
-
melena)
Pasien SSD pada pemeriksan berkala, menunjukan penurunan kadah Hb
dan Ht.
DIG diperkirakan merupakan penyebab utama perdarahan. Bila dengan
pemeriksaan hemostasis terbukti adanya DIG, heparin perlu diberikan.
Derajat Penyakit
27
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah
ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi)
Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah
uji bendung.
Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi
Derajat III menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit
dingin dan lembap dan anak tampak gelisah.
Derajat IV
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.
28
Prognosis
Kematian karena demam dengue hamper tidak ada. Pada DBD/ DSS mortalitasnya
cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta
menunjukan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan
daripada anak-anak.
2. Malaria
Pada anamnesis ditanyakan gejala penyakit dan riwayat bepergian ke daerah endemic
malaria. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan seperti demam, splenomegali,
anemia, dan ikterus. Demam khas pada malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil
(15 menit- 1 jam), puncak demam (2-6 jam), dan berkeringat (2-4 jam). Demam akan
mereda secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh
dan ada respons imun. Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa
mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit
parasit dan jaringan ikat yang bertambah. Derajat anemia tergantung pada spesies
penyebab, yang paling berat adalah anemia karena P.falciparum. anemia disebabkan
oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan, eritrosit normal tidak dapat hidup lama,
gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.
Patogenesis
Patogenesis malaria ada dua cara yaitu alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh
manusia. Atau dengan induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam
darah manusia melalui transfusi, suntukan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta
ibu yang terinfeksi (Kongenital).
Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang termasuk dalam genus plasmodium
dari family plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel
darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit.
Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina. Secara
29
keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi binatang (82 pada jenis
burung dan reptile dan 22 pada binatang primata).
Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari empat spesies, yaitu Plasmodium
vivak, P.falcifarum, P. malariae, dan P. ovale. Malaria juga melibatkan hospes
perantara, yaitu manusia maupun vetebrata lainya, dan hospes defenitif, yaitu nyamuk
anopheles.
Working Diagnosis (WD/)
Diagnosa malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal
penderita apakah dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian kedaerah malaria,
riwayat pengobatan kuratip maupun preventip. Pemeriksaan tes darah tepi
menemukan adanya parasit malaria untuk menegakkan diagnose. Pemeriksaan darah
dilakukan minimal 3 kali.
Penatalaksanaan
Terapi spesifik untuk malaria bergantung pada spesies yang didapat, cara perolehan,
dan tempat perolehan. Klorokuin merupakan terapi malaria yang didapat di temapt
yang tidak mempunyai malaria resisten-klorokuin. Pada daerah dengan P. falciparum
yang diketahui resisten-klorokuin, terapi terdiri dari kina ditambah pirimetamin /
sulfadoksi atau kina ditambah doksisiklin, tetrasiklin, atau meflokuin. Penyakit berat
mungkin memerlukan penggunaan kina atau quinidin intravena. Untuk mencegah
kekambuhan infeksi P. ovale dan P. vivax yang ditularkan nyamuk, primakuin
digunakan untuk melenyapkan fase hepatic siklus parasit. Karena fase hepatic tidak
terjadi pada infeksi P. malariae atau P. falciparum congenital atau yang didapat
dengan transfuse, perimakuin tidak diindikasikan pada situasi ini. Primaquin
merangsang terjadinya hemolisis pada pasien dengan defisiensi G6PD. Pada penyakit
berat, dukungan multisystem, transfuse, dan kemungkinan transfuse tukar diperlukan.
3. Leukimia
Leukimia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah
putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sum tulang atau bone
marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel
30
darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah
(berfungsi membawa oxygen ke dalam tubuh) dan platelet (bagian kecilsel darah
yang membantu proses pembekuan
Leukimia umunya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya. Sumsum tulang
tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang
berkembang tidak normal abnormal. Normalnya, sel darah putih mereproduksi ulang
bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah sendiri. Tubuh manusia
akan memberikan tanda/signal secara teratur kapan sel darah diharapkan diproduksi
kembali.
Tanda dan Gejala
-
Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat
(sel darah merah di bawah normal menyebabkan oksigen dalam tubuh kurang,
sebagaimana mestinya.
Nyeri Tulang dan persendian
Nyei perut
Pembengkakan kelenjar limpa
Kesulitan bernapas
Diagnosa
Penyakit leukemia biasanya dimulai dari gejala yang muncul, seperti anemia,
perdarahan dan darah (complete blood count (CBC)), CT atau CAT scan, MRI, Xray, Ultrasound, Spinal/lumbar puncture.
Penanganan
-
31
PASIEN 2
bertelur. Selain
itu,
ditambahkan
kegiatan
pencegahan
meliputi
32
33
Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ketiga dapat ditemui
limfosit relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma
biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat.
Golongan darah dan cross match : bila diberikan transfuse darah atau
komponen darah.
34
sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kananan (pasien tidur pada sisi badan
sebelah kanan). Asites dengan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG.
Malaria
Pada pemeriksaan laboratorium malaria, dapat ditemukan :
Hematokrit
Bila dicurigai malaria serebral (misalnya pada anak yang mengalami koma
tanpa sebab yang jelas) dan bila tidak ada kontra-indikasi, lakukan pungsi
lumbal untuk menyingkirkan meningitis bakteri.Jika hasil temuan klinis
mencurigai malaria berat dan hasil asupan darah negatif, ulangi apusan darah.
35
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena
biasanya hanya memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh
kapiler spontan setelah pemberian cairan.
36
Tatalaksana malaria
Obati anak secara rawat jalan dengan obat anti malaria lini pertama, seperti yang
direkomendasikan pada panduan nasional.Terapi yang direkomendasikan WHO
saat ini adalah kombinasi artemisinin sebagai obat lini pertama (lihat rejimen yang
dapat digunakan di halaman berikut).Klorokuin dan Sulfadoksin-pirimetamin tidak
lagi menjadi obat anti malaria lini pertama maupun kedua karena tingginya angka
resistensi terhadap obat ini di banyak negara untuk Malaria falsiparum. Berikan
pengobatan selama 3 hari dengan memberikan rejimen yang dapat dipilih di bawah
ini :
Lumefantrin : 20 mg/kgBB
Tablet kombinasi ini dibagi dalam dua dosis dan diberikan selama 3 hari.
Amodiakuin ditambah SP. Tablet terpisah 153 mg amodiakuin basa dan 500
mg sulfadoksin/25 mg pirimetamin
37
First Aid
Ketika terdapat pasien yang menunjukkan tanda dan gejala syok hipovolemia,
tindakan pertama adalah sesegera mungkin mencari bantuan medis.
Sementara menunggu bantuan medis datang, lakukan hal hal berikut :
1
38
Field Care
Pada perawatan di lapangan atau saat transportasi menuju ke rumah sakit,
Hospital Care
Saturasi Oksigen
Prognosis
Syok hipovolemik merupakan kondisi gawat darurat. Prognosis nya bergantung dari :
39
Komplikasi
Kerusakan Ginjal
Kerusakan Otak
Serangan Jantung
40
Dalam hal ditemukan tanda-tanda dini tersebut, infus harus disiapkan dan terpasang
pada pasien. Obervasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan umum, nadi,
tekanan darah, suhu dan pernafasan, serta Hb dan Ht setiap 4 6 jam pada hari
pertama pengamatan, selanjutnya tiap 24 jam.
Terapi untuk SSD bertujuan utama untuk mengembalikan volume cairan
intravaskular ke tingkat yang normal, dan hal ini dapat tercapai dengan pemberian
segera cairan intravena.Jenis cairan dapat berupa NaCl faali, laktat Ringer atau bila
terdapat renjatan yang berat dapat dpaki plasma atay ekspander plasma.Jumlah cairan
dan kecepatan pemberian cairan disesuaikan dengan perkembangan klinis.
Kecepatan permulaan tetesan ialah 20 ml / kg berat badan, dan bila renjatan
telah dilatasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml / kg berat badan / jam. 5Pada
kasus dengan renjatan berat, cairan diberikan dengan diguyur, dan bila tak tampak
perbaikan, diusahakan pemerian plasma atau ekspander plasma atau dekstran atau
preparat hemasel dengan jumlah 15 29 ml / kg berat badan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keadaan asidosis yang harus dikireksi dengan Nabikarbonas.Pada
umumnya untuk menjaga keseimbangan volume intravaskular, pemberian cairan
intravena baik dalam bentuk elektrolit maupun plasma dipertahankan 12 48 jam
setelah renjatan teratasi. Tranfusi darah dilakukan pada:
-Pasien dengan perdarahan yang membahayakan (hematemesis dan melena)
- Pasien SSD pada pemeriksan berkala, menunjukan penurunan kadah Hb dan Ht.
DIG diperkirakan merupakan penyebab utama perdarahan. Bila dengan pemeriksaan
hemostasis terbukti adanya DIG, heparin perlu diberikan.
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal.
41
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan
terjadinya
perdarahan
tersembunyi;
berikan
transfusi
darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit
42
Jika anak tidak sadar, pasang pipa nasogastrik dan isap isi lambung secara
teratur untuk mencegah risiko pneumonia aspirasi
Mulai pengobatan dengan obat anti malaria yang efektif (lihat bawah).
Pengobatan Antimalaria
Jika konfirmasi apusan darah untuk malaria membutuhkan waktu lebih dari satu jam,
mulai berikan pengobatan antimalaria sebelum diagnosis dapat dipastikan atau
sementara gunakan RDT.
43
berikan 10 mg/kgBB dalam cairan IV selama 2 jam dan ulangi tiap 8 jam sampai
anak bisa minum obat. Kemudian, berikan dosis oral untuk menyelesaikan 7 hari
pengobatan atau berikan satu dosis SP bila tidak ada resistensi terhadap SP
tersebut.Jika
ada
resistensi
SP,
berikan
dosis
penuh
terapi
kombinasi
artemisinin.Dosis awal kina diberikan hanya bila ada pengawasan ketat dari
perawat terhadap pemberian infus dan pengaturan tetesan infus. Jika ini tidak
memungkinkan, lebih aman untuk memberi obat kina intramuskular.
Kina intramuskular. Jika obat kina melalui infus tidak dapat diberikan,
quinine dihydrochloride dapat diberikan dalam dosis yang sama melalui suntikan
intramuskular. Berikan garam kina 10 mg/kgBB IM dan ulangi setiap 8 jam. Larutan
parenteral harus diencerkan sebelum digunakan, karena akan lebih mudah untuk
diserap dan tidak begitu nyeri
Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila tidak, beri
koloid dan segera rujuk.
Penanganan kelebihan cairan
Kelebihan cairan merupakan komplikasi penting dalam penanganan syok. Hal ini
dapat terjadi karena:
napas cepat
tarikan dinding dada ke dalam
efusi pleura yang luas
44
asites
edema peri-orbital atau jaringan lunak.
Tanda-tanda lanjut kelebihan cairan yang beratedema paru
sianosis
syok ireversibel.
Tatalaksana penanganan kelebihan cairan berbeda tergantung pada keadaan apakah
klinis masih menunjukkan syok atau tidak:
anak yang masih syok dan menunjukkan tanda kelebihan cairan yang berat sangat sulit
untuk ditangani dan berada pada risiko kematian yang tinggi. Rujuk segera.
Jika syok sudah pulih namun anak masih sukar bernapas atau bernapas cepat dan
mengalami efusi luas, berikan obat minum atau furosemid intravena 1 mg/kgBB/dosis
sekali atau dua kali sehari selama 24 jam dan terapi oksigen
Jika syok sudah pulih dan anak stabil, hentikan pemberian cairan intravena dan jaga
anak agar tetap istirahat di tempat tidur selama 2448 jam. Kelebihan cairan akan
diserap kembali dan hilang melalui diuresis..
Pemantauan
Untuk anak dengan syok:Petugas medik memeriksa tanda vital anak setiap jam
(terutama tekanan nadi) hingga pasien stabil, dan periksa nilai hematokrit setiap 6
jam. Dokter harus mengkaji ulang pasien sedikitnya 6 jam.
Untuk anak tanpa syok:Petugas medis memeriksa tanda vital anak (suhu badan,
denyut nadi dan tekanan darah) minimal empat kali sehari dan nilai hematokrit
minimal sekali sehari.
Catat dengan lengkap cairan masuk dan cairan keluar. Jika terdapat tanda berikut:
syok berulang, syok berkepanjangan, ensefalopati, perdarahan hebat, gagal hati akut,
gagal ginjal akut, edem paru dan gagal napas, segera rujuk.
5
Tatalaksana tifoid
45
Obati dengan kloramfenikol (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per oral atau
intravena) selama 10-14 hari, namun lihat halaman 78 untuk pengobatan bagi bayi
muda.
Bila klinis tidak ada perbaikan digunakan generasi ketiga sefalosporin seperti
seftriakson (80 mg/kg IM atau IV, sekali sehari, selama 5-7 hari) atau sefiksim oral
(20 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari).
Perawatan penunjang
Jika anak demam ( 39 C) berikan parasetamol.
Pemantauan :Awasi tanda komplikasi.
Komplikasi:Komplikasi demam tifoid termasuk kejang, ensefalopati, perdarahan dan
perforasi usus, peritonitis, koma, diare, dehidrasi, syok septik, miokarditis, pneumonia,
osteomielitis dan anemia. Pada bayi muda, dapat pula terjadi syok dan hipotermia
7. KAITAN TETANGGA DENGAN PASIEN KASUS 2
Kemungkinan tetangga pasien 2 terinfeksi dengue virus yang dibawa nyamuk
aides aigepty kemudian ditularkan pada pasien 2 melalui gigitan. Nyamuk Aedes
aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk
lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam dengan bintik- bintik putih pada bagian
badan, kaki, dan sayapnya.Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan
tumbuhan atan sari bunga untuk keperluan hidupnya.Sedangkan yang betina
mengisap darah.Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada
binatang.Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari.Aktivitas
menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-10.00) sampai petang hari (16.0017.00.Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali untuk
memenuhi lambungnya dengan darah.
8. PEMERIKSAAN FISIK PADA SKENARIO KASUS 2.
46
Pemeriksaan fisik
Bagi pasien demam dengue saja tidak ditemukan kelainan. Bagi
pasien Demam Berdarah Dengue (DBD), nadi pasien mula-mula cepat dan
kemudian menjadi normal dan melambat pada hari ke 4 dan 5. Brakinardi
dapat menetap selama beberapa hari selama masa penyembuhan. Dapat juga
ditemukan lidah kotor dan mengalam kesulitan dalam buang air besar. Pada
mata terdapat pembengkakan, injeksi, konjungtiva, lakrimasi dan fototobia.
Eksantem dapat muncul di awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada,
berlangsung beberapa jam lalu akan muncul kembali pada hari ke 3 hingga 6
dan berupa bercak di lengan dan kaki lalu di seluruh tubuh.
Pada DBD, dapat terjadi gejala pendarahan pada hari ke 3 hingga 5 berupa
ptekiae, purpura, ekimosis, hemotemesis, melena dan epistaksis. Hati
umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang tak sesuai dengan beratnya
penyakit. Pada Sindrom Syok Dengue (SSD), gejala renjatan ditandai dengan
kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak
pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki, serta penurunan tekanan darah.
Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat sengan turun antara
hari ke-3 dan hari ke 7 penyakit.
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup,
susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
47
Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
48
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan
terjadinya
perdarahan
tersembunyi;
berikan
transfusi
darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit
Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila tidak, beri
koloid dan segera rujuk.
49
Tanda awal:
napas cepat
asites
edema paru
sianosis
syok ireversibel.
anak yang masih syok dan menunjukkan tanda kelebihan cairan yang berat
sangat sulit untuk ditangani dan berada pada risiko kematian yang tinggi.
Rujuk segera.
Jika syok sudah pulih namun anak masih sukar bernapas atau bernapas cepat
dan mengalami efusi luas, berikan obat minum atau furosemid intravena 1
mg/kgBB/dosis sekali atau dua kali sehari selama 24 jam dan terapi oksigen
(lihat halaman 302).
Jika syok sudah pulih dan anak stabil, hentikan pemberian cairan intravena
dan jaga anak agar tetap istirahat di tempat tidur selama 2448 jam. Kelebihan
cairan akan diserap kembali dan hilang melalui diuresis.
Pemantauan
Untuk anak dengan syok: Petugas medik memeriksa tanda vital anak setiap
jam (terutama tekanan nadi) hingga pasien stabil, dan periksa nilai hematokrit
setiap 6 jam. Dokter harus mengkaji ulang pasien sedikitnya 6 jam.
50
Untuk anak tanpa syok: Petugas medis memeriksa tanda vital anak (suhu
badan, denyut nadi dan tekanan darah) minimal empat kali sehari dan nilai
hematokrit minimal sekali sehari.
Catat dengan lengkap cairan masuk dan cairan keluar. Jika terdapat tanda berikut:
syok berulang, syok berkepanjangan, ensefalopati, perdarahan hebat, gagal hati akut,
gagal ginjal akut, edem paru dan gagal napas, segera rujuk.
10. MENGETAHUI FUNGSI, INDIKASI, KONTRAINDIKASI, DAN CARA
PEMAKAIAN OBAT ANTIPIRETIK PADA ANAK.
Penggunaan
antipiretik
parasetamol
(acetaminophen)
atau
ibuprofen
51
Dalam mekanisme ini ada beberapa hormon yang mempunyai peran penting,
diantaranya adalah :
Renin : suatu enzim protein yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri turun
menurunkan eksresi garam dan air sehingga meningkatkan volume ekstra sel
yang menyebabkan peningkatan tekanan arteri juga.
52
Sistem ini juga dapat diaktifkan oleh mekanisme lain yaitu melalui enzim natriuretic
peptides (BNP dan ANP) yang dihasilkan oleh jantung. Untuk penjelasan mengenai
hal ini dan juga hubungannya RAAS dengan penyakit hipertensi akan dijelaskan
dikemudian waktu.
53
BAB III
SIMPULAN
Pada kasus 1, ditemukan pasien mengalami demam tinggi, mata kemerahan,
pilek, tanpa batuk dan diare.Tanda vital pasien normal.Ditemukan UKK berupa
rash.Berdasarkan UKK tersebut, kemerahan/exanthema pada anak dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu makulopapuler dan vesikulopapuler.Ditemukannya rash,
menunjukkan jenis exanthema makulopapuler.Diagnosis banding dari exanthema
makulopapuler adalah campak/morbili, roseola.Dalam kasus, adanya demam sejak
dua hari yang lalu dan tidak disertai batuk serta UKK, lebih mengarah pada diagnosis
kerja campak.
Pada kasus 2, ditemukan pasien demam tinggi yang hanya turun sebentar
setelah diberi obat turun panas.Berdasarkan penemuan ini, demam tersebut dapat
digolongkan
dalam
demam
bifasik
yang
khas
pada
demam
berdarah
54
BAB IV
SARAN
Secara umum diskusi tutorial skenario 3 Blok Pediatri berjalan dengan baik
dan lancar. Semua anggota sudah berpartisipasi aktif dengan mengungkapkan
pendapat masing-masing mengenai skenario yang dibahas. Namun masih ada
beberapa hal yang perlu diperbaiki supaya dalam
selanjutnya kami dapat melaksanakan diskusi tutorial yang ideal. Berdasarkan diskusi
kelompok kami pada skenario ini, kami kurang aktif dalam mengkritisi setiap
pendapat yang dikemukakan, sehingga diskusi kurang tajam.
Saran untuk tutorial berikutnya agar kami dapat menggunakan waktu secara
efisien supaya waktu yang dialokasikan untuk diskusi dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.Memahami materi diskusi dengan baik, supaya diskusi berjalan lancar
dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Adanya tutor yang memahami skenario dengan baik, kami syukuri karena
tutor dapat mengarahkan dengan baik jalannya tutorial sehingga dapat menemukan
serta memahami tujuan pembelajaran pada diskusi kali ini.
55
DAFTAR PUSTAKA
.http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pdf
L.
(2008).
Human
physiology
From
cells
to
systems.7th
56