Anda di halaman 1dari 6

AKIDAH IMAM SYAFII rohimahulloh :

:
.
.
Dari Ar-Robi bin Sulaiman: Imam Syafii mengatakan: Barangsiapa bersumpah
dengan nama Alloh, atau dengan nama-namaNya yang lain, lalu ia melanggarnya,
maka ia wajib membayar kaffarot (tebusan). (Manaqib Syafii 1/405). Yang demikian
itu: Karena nama-nama Alloh itu bukanlah makhluk, maka barangsiapa bersumpah
dengan nama Alloh, lalu melanggarnya, maka wajib atasnya membayar kaffarot.
(Adab syafii libni Abi Hatim, Al-Hilyah li Abi Nuaim 9/112, Sunan Kubro lil
baihaqi 1/28, Al-Asma was shifat lil baihaqi 255-256, Syarhus sunnah lil baghowi
1/188, Al-Uluw lidz Dzahabi 121, Mukhtashorul Uluw lil albani 77)
:
:


.
Imam Syafii mengatakan: Perkataan dalam sunnah yang aku berjalan di atasnya, dan
aku lihat para sahabat kami juga berjalan di atasnya, -yakni para ahlul hadits yang ku
temui dan ku ambil ilmu dari mereka, seperti Sufyan Ats-Tsauri, Malik, yang lainnya-,
adalah: Berikrar dengan persaksian bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah
selain Alloh, sesungguhnya Muhammad itu Rosululloh, sesungguhnya Alloh itu diatas
arsy-Nya, di atas langit-Nya, Dia mendekat kepada makhluknya bagaiamanapun Dia
kehendaki, dan Alloh juga turun ke langit dunia sesuai kehendaknya. (Ijtimaul
juyusyil islamiyah libnil qoyyim, hal: 165. Itsbatu Shifatil Uluw, hal:124. Majmuul
Fatawa 4/181-183. Al-Uluw lidz Dzahabi, hal: 120. Mukhtashorul Uluw lil Albani,
hal: 176)
:

:
: . : :

: :
: : : :
: :



:









{ : .



: [ }




! ] 164-163
.
Al-Muzani mengatakan: Aku berkata dalam hati, andai saja ada seseorang yang bisa
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan tauhid yang ada dalam hatiku,

maka tidak lain orangnya adalah imam syafii. Lalu aku pergi menemui beliau, saat
sedang di masjid negeri Mesir.
Ketika aku duduk di depan beliau, ku katakan: Terbetik dalam hatiku masalah tauhid,
dan aku yakin tidak ada seorangpun yang memiliki ilmu seperti engkau, apakah
engkau memiliki jawabannya? seketika itu beliau marah, lalu mengatakan: Tahukah,
dimana kau sekarang? Ya jawabku.
Beliau mengatakan: ini adalah tempat Alloh menenggelamkan Firaun! Apakah telah
sampai padamu kabar bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wasallam menyuruh
untuk menanyakan hal itu? tidak jawabku.
Beliau mengatakan: Sudahkah para sahabat membahasnya? tidak jawabku.
Beliau mengatakan: Tahukah kamu berapa jumlah bintang di langit? tidak
jawabku.
Beliau mengatakan: Tahukah kau Salah satu jenis planetnya, kapan munculnya,
kapan tenggelamnya, dan dari apa ia diciptakan? Tidak jawabku.
Beliau mengatakan: Makhluk yang bisa kau lihat dengan matamu saja kamu tidak
tahu, bagaimana kau berbicara tentang penciptanya?!
Kemudian beliau menanyakan padaku tentang masalah wudhu, dan aku aku salah
menjawabnya. Lalu beliau memecahnya menjadi empat masalah, dan tidak satupun
aku jawab dengan benar, maka beliau mengatakan: Sesuatu yang kau butuhkan sehari
lima kali saja kau tidak tahu, bagaimana kau hendak bersusah payah memecahkan
masalah tentang Penciptamu yang terbetik dalam hatimu itu?!, kembalilah kepada
firman Alloh (yang artinya):
Sesembahan kalian adalah sesembahan yang maha esa, tiada sesembahan yang
berhak disembah melainkan Dia, yang maha pengasih, lagi maha penyayang.
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang-orang yang menggunakan akalnya (Albaqoroh 163-164).
Lihatlah bagaimana Alloh menggunakan makhluk sebagai dalil yang menunjukkan
Kholiqnya, dan janganlah kau bersusah payah dalam masalah yang tidak dijangkau
oleh nalarmu!, lalu al-Muzani mengatakan: Akupun bertobat setelah itu. (siyaru
alamin nubala 2/31-33)
: :

.
Dari Yunus bin Abdul Ala: Aku pernah mendengan Imam Syafii mengatakan: Jika
kau mendengar seseorang mengatakan bahwa nama itu tidak sama dengan yang
memiliki nama atau sesuatu itu bukanlah hakekat sesuatu maka persaksikanlah
bahwa dia itu zindiq (munafik). (Al-Intiqo:79) (Majmu Fatawa 6/187)
:
.
Imam Syafii mengatakan: Segala puji bagi Alloh yang Dia itu sebagaimana
disifati sendiri oleh-Nya, dan lebih agung dari sifat yang diberikan oleh para
makhluknya. (Ar-Risalah, hal:7-8)
:



{ :
11 : } [
]

Imam Syafii mengatakan: Kami menetapkan sifat-sifat yang disebutkan dalam


Alquran dan Sunnah ini, tapi kami menafikan tasybih dari-Nya, sebagaimana Dia
sendiri menafikan hal itu dari-Nya, Dia berfirman: Tidak ada sesuatu pun yang serupa
dengan-Nya (Surat Asy-Syuro:11) (Lihat Kitab Assiyar lidz Dzahabi 20/341)
:
:
{
] 15 : } [








.
Dari Robi bin Sulaiman: Aku pernah mendengar Imam Syafii mengatakan tentang
firman Alloh azza wajall: Sekali-kali tidak, sungguh mereka pada hari itu benar-benar
terhalang dari melihat Tuhannya. (Al-Muthoffifin: 15). Dengan ini Alloh
memberitahu bahwa di sana ada kelompok yang tidak terhalang, mereka melihat
kepada Tuhannya, dan tidak ada yang samar dalam penglihatan mereka. (Al-Intiqo,
hal:79)
:
{ : :






:] 15 : } [



: .

: .

Robi bin Sulaiman mengatakan: aku pernah mendatangi Muhammad bin Idris AsySyafii, ketika sampai padanya kertas yang bertuliskan: Apa pendapatmu tentang
firman Alloh taala: Sekali-kali tidak, sungguh mereka pada hari itu benar-benar
terhalang dari melihat Tuhannya. (Al-Muthoffifin: 15). Imam Syafii mengatakan:
Ketika mereka terhalangi (dari melihat-Nya) di saat (Alloh) marah, itu berarti dalil
bahwa sesungguhnya mereka akan melihatnya di saat (Alloh) ridho.
Ar-Robi bertanya: Apa dengan itu engkau berpendapat?. Ya, itulah agama yang
akan kupertanggung-jawabkan di hadapan Alloh kelak. (Syarah Ushul Itiqodi
Ahlissunnah wal Jamaah lillalakai 2/506)
:
:
.
:

.

10 Al-jarudi mengatakan: Nama Ibrohim bin Ismail bin Ulayyah[1] pernah disebut di
depan Imam Syafii, maka beliau mengatakan: Saya menyelisihinya dalam segala
sesuatu. Dan dalam perkataannya laa ilaaha illalloh, aku tidak mengatakan seperti
yang ia katakan, aku mengatakan: tiada sesembahan yang berhak disembah selain
Alloh, yang benar-benar telah mengajak bicara Musa dari balik tabir, sedang ia
mengatakan: Tiada Ilah selain Alloh, yang telah menciptakan perkataan yang
diperdengarkan kepada Musa dari balik tabir. (Al-Intiqo, hal:79. Kisah ini juga
disebutkan oleh Al-Hafidz dari Manaqib Syafii lil baihaqi, lihat Al-Lisan 1/35)
: .
Dari Ar-Robi bin Sulaiman, dari Asy-Syafii: Barangsiapa mengatakan Alquran itu
makhluk, maka dia kafir. (Syarah Ushul Itiqodi Ahlissunnah wal Jamaah lillalakaI
1/252)
:
: . : : :

: :
. : :



{ : :





]6 : } [















:] 164 : } [


{


:
: : .
.
:
:

.
Dari Abu Muhammad Az-Zubairi: Ada seorang lelaki mengatakan kepada Asy-Syafii:
Katakan padaku tentang Alquran, kholiq-kah dia? Tidak Jawab Imam Syafii.
Orang itu: Makhluk-kah dia? Tidak Jawab Imam Syafii.
Orang itu: Berarti Alquran itu bukan makhluk? Tentu saja ya jawab Imam Syafii.
Orang itu: Apa dalilnya kalau Alquran itu bukan makhluk?
Lalu Imam Syafii mengangkat kepala, seraya mengatakan: Apa kamu berikrar bahwa
Alquran itu kalamulloh (firman Alloh)? Ya, jawab orang itu.
Imam syafii: Telah ada yang mendahuluimu dalam jawabanmu itu, Alloh taala
berfirman: Jika diantara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadamu,
maka lindungilah agar dia dapat mendengar kalamulloh (At-Taubah:6) Dan Alloh
benar-benar mengajak Musa bicara langsung dengan-Nya (An-Nisa:164).
Imam syafii mengatakan: Apa kamu berikrar bahwa Alloh itu dulunya ada, begitu
pula firman-Nya?!, ataukah Alloh itu dulunya ada, sebelum ada firman-Nya?! Orang
itu menjawab: Tentunya Alloh itu dulunya ada, begitu pula firman-Nya.
Mendengar jawaban itu, Imam Syafii tersenyum, dan mengatakan: Wahai orangorang Kufah, sungguh kalian telah datang dengan suatu perkataan yang agung, jika
kalian berikrar bahwa Alloh itu ada sejak dahulu kala, begitu pula firman-Nya! lalu
dari mana perkataan kalian sesungguhnya firman-Nya itu sama dengan Alloh, atau
selain Alloh, atau bukan Alloh, atau di bawah Alloh?! mendengar itu, orang itu pun
diam dan pergi. (Manaqib Syafii 1/407-408)


:
:




.



.

{:


:

]64 : } [


]67 : } [







{ :

{ : ]88 : } [







27 : } [




]





:
.

.
:


:



{ :

] 11 : } [


.
Dalam Kitab Juzul Itiqod, yang disandarkan kepada Imam Syafii, dari riwayatnya
Abu Tholib al-Usyari, dikatakan: Beliau pernah ditanya tentang sifat-sifat Alloh azza
wajall dan apa yang seyogyanya diimani?. Maka beliau menjawab: Allohtabaroka
wataala memiliki banyak nama dan sifat, yang datang dalam kitab-Nya dan
dikabarkan Nabi-Nya -shollallohu alaihi wasallam- kepada umatnya.
Tidak boleh seorang pun -dari makhluk Alloh azza wajall yang telah tegak baginya
hujjah dari Alquran yang turun kepadanya, dan sabda Nabi shollallohu alaihi
wasallam yang diriwayatkan oleh perowi yang adil- menyelisihinya. Apabila ia
menyelisihinya setelah tegaknya hujjah atasnya, maka ia termasuk orang yang kafir
kepada Alloh azza wajall. Adapun apabila ia menyelisihinya sebelum tegaknya hujjah
atasnya dari sisi nash, maka ia diberikan udzur karena kebodohannya, karena
pengetahuan tentang itu tidak mungkin dinalar dengan akal, tidak mungkin pula
diperoleh dengan mempelajari dan merenunginya.
Diantara contoh hal tersebut adalah:
o
Kabar dari Alloh bahwa Dia maha mendengar.
o
Bahwa dia memiliki dua tangan, sebagaimana firman-Nya: Akan tetapi
kedua tangan Alloh itu terbuka (Al-Maidah:64).
o
Bahwa Dia memiliki tangan kanan, sebagaimana firman-Nya: Dan
langit-langit itu digulung dengan tangan kanan-Nya (Az-Zumar:67).
o
Bahwa Dia memiliki wajah, sebagaimana firman-Nya: Segala sesuatu
pasti binasa kecuali wajah-Nya (Al-Qoshosh:88) dan juga firman-Nya: Tetapi
wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal (ArRohman:27).
o
Bahwa Dia memiliki kaki, sebagaimana sabda Nabi -shollallohu alaihi
wasallam-: Sehingga Tuhan azza wajall meletakkan kaki-Nya di dalam Jahannam.
o
Bahwa Dia tertawa, sebagaimana sabdanya tentang orang yang gugur di
jalan Alloh bahwa ia akan menemui Alloh azza wajall, dalam keadaan Dia tertawa
padanya.
o
Bahwa Dia turun ke langit dunia setiap malam, dengan dasar kabar dari
Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-.

o
o

Bahwa Dia tidak buta sebelah, sebagaimana sabda Nabi -shollallohu


alaihi wasallam- ketika menyebut Dajjal: Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah,
sedang Tuhanku tidaklah buta sebelah.
Bahwa sesungguhnya kaum mukminin akan melihat Tuhannya pada hari
kiamat dengan mata mereka, sebagaimana mereka melihat bulan purnama.
Bahwa Dia memiliki jari, sebagaimana sabdanya: Tiada hati, melainkan
ia berada diantara dua jari dari jari-jarinya Yang maha pengasih.
Sungguh makna dari sifat-sifat yang diberikan Alloh sendiri pada diri-Nya, dan juga
diterangkan oleh Rosul-Nya -shollallohu alaihi wasallam- tidak akan diketahui
hakekatnya dengan merenungi dan mempelajarinya, dan seseorang tidak dikafirkan
karena tidak mengetahuinya kecuali setelah datang kepadanya nash tentang itu.
Apabila kabar yang menerangkan hal itu dari sisi pemahaman bisa mewakili
persaksian dalam pendengaran, maka hal itu wajib dipersaksikan dan diamalkan secara
hakiki sebagai agama oleh orang yang mendengarnya, seakan ia menyaksikan dan
mendengarnya langsung dari Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-.
Tapi ketika kita menetapkan sifat-sifat ini, kita juga menafikan tasybih (penyerupaan
Alloh dengan makhluk-Nya), sebagaimana Alloh nafikan hal itu dari diri-Nya dalam
firman-Nya: Tidak ada sesuatu pun yang sama dengan-Nya, dan Dia maha
mendengar lagi maha melihat (Asy-Syuro:11) (lihat kitab Dzammut Tawil libni
Qudamah, hal:124. At-Thobaqot libni Abi Yala 1/283. Ijtimaul Juyusy Islamiyah
libnil Qoyyim, hal:165. As-Siyar lidz Dzahabi 10/79).
[1] Imam Adz-Dahabi mengatakan, bahwa ia itu orang jahmiyah yang ekstrim,
ia sering berdebat dan mengatakan bahwa Alquran itu makhluk. (lihat mizanul
itidal 1/20, dan Lisanul Mizan 1/34-35)

Anda mungkin juga menyukai