daerah aliran di bawahnya. Saat ini dalam penanganan Teluk Kendari ini masih
belum terpadu. Belum adanya role-sharing atau pembagian tugas yang jelas,
siapa mengerjakan apa. Masing-masing instansi yang terkait baik level
pusat, provinsi, kota maupun kabupaten masih sendiri-sendiri bahkan dapat
dikatakan saling menunggu. Kegiatan yang terkait dengan dengan penanganan
teluk ini bersifat sektoral dan berdasarkan batas wilayah administratif.
Keberadaan Teluk Kendari sesungguhnya memberikan manfaat ekonomi
bagi pemerintah daerah, tercatat pada tahun 2010, nilai ekonomi teluk
mencapai Rp. 6,4 Milyar yang bersumber dari pengelolaan pelabuhan,
transportasi lokal (perahu penyebrangan), perikanan tankap, wisata pantai,
restoran terapung/ warung tenda, olahraga dayung, kegiatan riset, dan habitat
mangrove. Sementara isu strategis lingkungan kawasan teluk ini meliputi
degradasi lingkungan akibat sampah, kegiatan konstruksi dan hilangnya biota
laut, ekosistem mangrove berubah, pencemaran, erosi/sedimentasi, tinggi muka
air teluk, gelombang pasang surut, dan drainase pengembangan teluk.
2. Reklamasi Teluk Kendari
Reklamasi menurut Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (2013:5) adalah kegiatan yang dilakukan setiap
orang dalam rangka meningkatkan sumberdaya lahan ditinjau dari sudut
lingkungan, dan sosial ekonomi dengan cara pengurungan, pengeringan lahan,
atau drainase.
Reklamasi adalah suatu proses membuat daratan baru pada suatu daerah
perairan/ pesisir pantai atau daerah rawa. Hal ini umumnya dilatarbelakangi
oleh semakin tingginya tingkat populasi manusia khususnya di wilayah pesisir,
yang menyebabkan lahan untuk pembangunan semakin sempit. Pertumbuhan
penduduk dengan segala aktivitasnya tidak bisa dilepaskan dengan masalah
kebutuhan lahan. Pembangunan yang ditujukan untuk menyejahterahkan rakyat
yang lapar lahan telah mengantar pada perluasan wilayah yang tak
terbantahkan (Hamisi, 2010).
Menurut pengertian-pengertian diatas, reklamasi wilayah pesisir dapat
diartikan sebagai pengoptimalan daerah pesisir yang ditujuankan untuk taraf
hidup masyarakat sekitarnya, akses wisata, tujuan komersil, dan lain-lain.
Oleh karena itu, kebijakan pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya yang
harus diterapkan adalah (Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah, 1998),
yaitu :
a. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir dan
memastikan bahwa mereka mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari
kegiatan pembangunan dan pengolahan sumberdaya pesisir dan lautan.
b. Meningkatkan peran serta masyarakat pesisir dalam pembangunan dan
pengolahan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan.
c. Memasyarakatkan pembangunan masyarakat pesisir yang berwawasan
lingkungan yang diikuti oleh peningkatan pendapatan
penimbunan tanah dan batu dipinggir teluk yang terjadi hampir disegala sisi.
Pada sisi selatan, jalan menuju pelabuhan Samudera, terlihat aktivitas
reklamasi teluk dengan penimbunan serta membuat petak-petak kaplingan laut
yang terus mendesak badan Teluk Kendari. Disisi barat teluk, penimbunan
membuat jalan menjulur kearah teluk juga dilakukan melalui proyek
pemerintah. Demikian pula penimbunan besar-besaran yang juga diproyekkan
oleh pemerintah di sisi Utara. Jadi sesungguhnya pemerintahlah yang saat ini
mempunyai andil besar untuk memperkecil luasan teluk. Aktivitas
penimbunan ini adalah upaya reklamasi dari pemerintah untuk meningkatkan
peran kawasan Teluk Kendari.
Jauh sebelumnya, sumbangan sedimentasi juga datang dari aktivitas
pedagang (rutin dan musiman) disepanjang daerah Kendari Beach, seperti kulit
durian, rambutan, dan lainnya yang ikut terbuang dalam teluk serta sampahsampah botol bekas minuman, bungkus rokok, dan lain sebagainya.
Keberadaan pelabuhan juga menjadi penyumbang sedimentasi bagi Teluk
Kendari, sebab lalu lintas pelayaran menjadi ramai, sehingga tumpahan
minyak, cat, karatan, dinding kapal menjadi zat-zat pencemar perairan. Kondisi
tersebut menggerakkan pemerintah untuk memperbaiki keadaan yang jika
dibiarkan dapat memperburuk keadaan. Revitalisasi dalam bentuk reklamasi
sepertinya menjadi satu-satunya cara bagi pemerintah. Entah itu murni
didasarkan oleh kesadaran ekologi, atau justru profit oriented.
Berdasarkan naskah presentase pemerintah mengenai pengerukan dan
reklamasi Teluk Kendari, upaya reklamasi dijadikan upaya antisipatif untuk
menyelamatkan Teluk Kendari dari sedimentasi dan pemcemaran, sekaligus
meningkatkan manfaat ekonomi, lingkungan dan estetika. Salah satu
langkahnya adalah menetapkan kawasan Teluk Kendari sebagai kawasan
strategis ekonomi dalam dokumen RTRW provinsi dan kota Kendari. Rencana
revitalisasi teluk akan diarahkan pada pembangunan Gedung Olahraga (GOR),
Water Sport Centre, Masjid Al-Alam, Jembatan Bahteramas, perdagangan, jasa,
resort, perumahan elit, taman kota, dan sarana pool multifungsi dengan waktu
yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan tersebut antara 7-8 tahun.
Faktanya beberapa rencana tersebut memang sedang dijalankan. Tidak ada
masalah dengan rencana-rencana tersebut, karena memang untuk kepentingan
publik yang nantinya akan semakin mengembangkan kota Kendari khususnya
dan Provinsi Sulawesi Tenggara pada umumnya. Pembangunan masjid AlAlam yang dibangun untuk tujuan mulia sejatinya tidaklah menuai penolakan
dari berbagai elemen masyarakat jika sekiranya dibangun atas asas ramah
lingkungan. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika rencana pengembangan
kawasan Teluk Kendari justru akan semakin memperparah kondisi perairan
yang semula diniatka untuk revitalisasi.
Upaya reklamasi semakin nyata, menurut informasi dari para pekerja
setempat, lokasi tersebut akan dibangun pelabuhan kapal nelayan. Ini bukan
daratan satu-satunya, tetapi masih ada beberapa daratan lain yang entah untuk
6
4. Solusi Penyelesain
a. Pengerukan lumpur, cukup baik untuk mengatasi sedimentasi yang telah
terlanjur masuk ke teluk. Namun, upaya tersebut harus dibarengi dengan
penanganan di hulu dan sepanjang aliran sungai. Dengan membangun
cekdam-cekdam atau kantong-kantong air disepanjang aliran sungai untuk
menampung sedimen yang mengalir terbawa air saat hujan.
7