16508252
16508252
Oleh:
ALIFIANDRA AZHAR PUTRI
H 0403026
Pembimbing :
1. Ir.Marcelinus Molo, MS, PhD
2. Emi Widiyanti, SP, MSi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
HALAMAN PENGESAHAN
EFEKTIVITAS KOMPENSASI KENAIKAN HARGA BAHAN
BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP KESEJAHTERAAN
RUMAH TANGGA BURUH TANI DI KECAMATAN
MANTINGAN KABUPATEN NGAWI
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
ALIFIANDRA AZHAR PUTRI
H 0403026
telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal : 2 September 2008
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Susunan Tim Penguji
Ketua
Anggota I
Surakarta,
September 2008
ii
Anggota II
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, karena atas limpahan
nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skipsi Efektivitas
Kompensasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap
Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Tani di Kecamatan Mantingan
Kabupaten Ngawi
Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H.Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian.
3. Bapak Ir. Marcelinus Molo MS, PhD selaku Pembimbing Utama atas
bimbingan, arahan, kritik dan masukan yang diberikan kepada penulis.
4. Ibu Emi Widiyanti, SP, MSi selaku Pembimbing Akademik dan Dosen
Pembimbing Pendamping atas bimbingan, arahan, dan masukan yang
diberikan kepada penulis.
5. Ibu Dra. Suminah, MSi selaku Dosen Penguji Tamu atas masukan dan
kesediannya menjadi penguji.
6. Keluarga buruh tani responden yang bersedia membantu dalam penelitian ini.
7. Orang-orang terdekat yang selalu mendukung penulis disetiap saat.
8. Teman-teman PKP 2003.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, maka dari itu
setiap kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis harapkan demi
pengembangan penulisan yang lebih baik.
Surakarta,
September 2008
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
...........................................................................................iv
............................................................................................x
SUMMARY
...........................................................................................xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................
D. Kegunaan Penelitian............................................................................
........................................................................................ 19
........................................................................... 22
iv
DAFTAR TABEL
1. Perubahan Harga BBM Tahun 2006, 2007, dan 2008
..........................................
14
23
24
25
29
30
33
34
36
39
43
44
46
47
49
vi
51
51
53
55
58
vii
61
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir Efektivitas Kompensasi Kenaikan
Harga BBM terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga
Buruh Tani..............................................................
19
122
122
122
123
123
123
124
124
125
125
125
126
126
126
127
127
127
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No
Judul
Halaman
1.
Identitas Responden.
70
2.
75
3.
Variabel Pendapatan
79
4.
83
5.
Variabel Y
87
6.
Sasaran
91
Program
Kompensasi
Kenaikan
Harga
BBM.......................................................
7.
92
8.
Aksesbilitas
93
Program
Kompensasi
Kenaikan
Harga
BBM..............................
9.
Perbedaan
Jumlah
Anggota
Rumah
Tangga
yang
94
Bekerja...................................................
10. Hasil Analisis Case Summaries.........................
96
99
100
102
110
122
128
129
130
131
133
ix
RINGKASAN
Alifiandra Azhar Putri. H0403026. EFEKTIVITAS KOMPENSASI
KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP
KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA BURUH TANI DI KECAMATAN
MANTINGAN KABUPATEN NGAWI. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret. Di bawah bimbingan Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD dan Emi Widiyanti,
SP, MSi.
Kompensasi kenaikan harga BBM yang didistribusikan kepada Rumah
Tangga Buruh tani antaralain Bantuan Langsung Tunai, Beras Miskin, Program
Kartu Sehat, dan Kegiatan Padat karya. Sejauhmana kompensasi tersebut dapat
mencapai target yang diinginkan dapat dilihat dari efektivitasnya. Kegiatan
berburuh tani merupakan pekerjaan sehari-hari yang dilakukan buruh tani sebagai
sumber pendapatan utama. Karakteristik rumah tangga, dalam hal ini adalah
jumlah anggota keluarga pencari nafkah juga turut menentukan tingkat
kesejahteraan rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesejahteraan rumah tangga
buruh tani setelah mendapatkan kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) di Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi, mengkaji kondisi
kesejahteraan rumah tangga buruh tani yang memiliki pencari nafkah lebih
banyak, mengkaji efektivitas Kompensasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Tani di Kecamatan
Mantingan Kabupaten Ngawi.
Metode dasar penelitian menggunakan metode deskriptif analitis dengan
teknik survei. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja di Kecamatan
Mantingan. Populasi penelitian adalah semua rumah tangga miskin penerima
kompensasi di Kecamatan Mantingan. Penentuan sampel dengan Purposive
sampling sebanyak 150 rumah tangga responden. Untuk mengetahui rata-rata
kompensasi yang diterima responden dengan analisis Case Summaries. Untuk
mengetahui derajat hubungan setiap variabel dengan uji korelasi Rank Spearman,
melalui Program SPSS 12.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas kompensasi kenaikan
harga BBM adalah sedang dimana mampu mencapai sasaran dan tujuan program
sebesar 58 persen Jumlah anggota rumah tangga yang bekerja rata-rata untuk
setiap rumah tangga 2-3 jiwa dan telah mampu meningkatkan kondisi
kesejahteraan. Aksesbilitas dari mayoritas program kompensasi tergolong mudah.
Variabel yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan adalah program
kartu sehat, kegiatan berburuh tani dan jumlah anggota rumah tangga. Untuk
Bantuan Langsung Tunai dan Beras miskin tidak berhubungan dengan
peningkatan Kesejahteraan
SUMMARY
Alifiandra Azhar Putri. H0403026. THE COMPENSATION
EFFECTIVENESS OF RISE IN PRICES OF FUEL OIL CONCERNING
FARMHAND HOUSEHOLD PROSPERITY IN MANTINGAN SUBDISTRICT,
NGAWI REGENCY. Agriculture Faculty of Sebelas Maret university. Under
guidance Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD and Emi Widiyanti, SP,MSi.
The compensation rise in prices of fuel oil that distributed to farmhand
household among others : Cash Assistance, Poor Rice, Health Card Programme,
and work compact activity. In how far these mentioned get reach the target who
wanted could see from effectiveness. Farmhand activity constitute daily work do
it as prominent source of income. Household characteristic, in that case is sum of
family member breadwinner too have a share in deciding household prosperity
level.
The research as a purpose to inspect household prosperity farmhand after
obtain compensation effectiveness of rice in prices of fuel oil in Mantingan
Subdistrict, Ngawi Regency. Inspect household prosperity farmhand condition
who had more breadwinner, inspect the compensation effectiveness of rice in
prices of fuel oil concerning farmhand household prosperity in Mantingan
Subdistrict, Ngawi Regency.
The basis method of research using descriptive analytic, methode with
survey technique. Research location determined in manner expressly in
Mantingan Subdistrict. Research population is all poor household resigned
compensation in Mantingan Subdistrict. Sample act of determining with
Purposive sampling as many as 150 respondence household. To know
compensation average who received respondence with case summaries analysis.
To test level significance by test correlation rank spearman, pass through SPSS
12.0 for windows programme.
The result of research indicate that effectiveness compensation of rice in
prices of fuel oil is middle to reach target of programme 58 percent. Sum of
household member who work each it average 2-3 inhabitant and already able
increasing prosperity condition. Accesbilities majority compensation programme
belong to easy. variable related prosperity upgrading is health card programme,
farmhand activity and sum of household member. for cash assistance and poor
rice not related prosperity upgrading
xi
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor utama yang diusahakan di
Indonesia, Besarnya kontribusi sektor pertanian mestinya menjadi momentum
bagi bangsa Indonesia untuk membangkitkan sektor pertanian. Komitmen
Kabinet Indonesia Bersatu yang telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian
dan Perdesaan dalam prioritas pembangunan ekonomi nasional 2005-2009
sebagai kebijakan nasional untuk meletakkan kembali sektor pertanian sebagai
sektor andalan perlu terus ditumbuhkembangkan (Bahri, 2007). Dalam
pertanian tidak semua petani memiliki lahan pertanian, mereka adalah buruh
tani. Buruh tani adalah petani yang mengerjakan lahan pertanian yang bukan
miliknya sendiri, baik dengan cara menyewa, bagi hasil ataupun melakukan
pekerjaan-pekerjaan pada tiap tahapan budidaya pertanian. Para petani pemilik
tanah sudah jarang yang bersedia untuk menggarap lahannya sendiri, sehingga
para buruh tanilah yang berperan penting dalam sektor pertanian.
Menurut Soejanto (dalam Mardikanto dan Sutarni, 1982), buruh tani
adalah golongan petani yang paling miskin, karena tidak memiliki lahan
pertanian sendiri, serta sangat tergantung pada petani pemilik lahan. Terutama
di daerah pedesaan yang mana buruh tani adalah pekerja musiman yang
pendapatannya tergantung pada ketersediaan pekerjaan di sektor pertanian.
Dalam hal ini golongan buruh tani merupakan jumlah tenaga kerja terbesar
yang ada di sektor pertanian. Apriantono (2007) tujuh puluh persen dari
masyarakat miskin Indonesia adalah petani, terutama buruh tani yang
jumlahnya sangat besar dan memang rawan terhadap kemiskinan Peningkatan
kesejahteraan buruh tani adalah bagian dari tujuan pembangunan pertanian.
Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan menaikkan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dimulai pada awal bulan April tahun 2001
dan kenaikan bertahap pada tahun-tahun berikutnya, berdampak pada sektor
pertanian baik langsung maupun tak langsung. Dampak langsung terjadi pada
harga sarana produksi pertanian seperti solar yang digunakan sebagai bahan
1
xii
bakar mesin sedot air. Dampak tak langsung terjadi pada biaya pengangkutan
saprodi serta hasil pertanian, dimana alat pengangkutan menggunakan BBM
yang
harganya
mengalami
kenaikan.
Kenaikan
harga
BBM
akan
xiii
xiv
yang kurang layak huni menyebabkan keluarga mudah sakit serta pola makan
yang tidak teratur semakin mempersulit kehidupan.
Kecamatan Mantingan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Ngawi yang mendapatkan program-program kompensasi khusus dari
Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
mengenai Efektivitas Kompensasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Tani di Kecamatan
Mantingan Kabupaten Ngawi.
B. Perumusan Masalah
Programprogram kompensasi kenaikan harga BBM diharapkan oleh
pemerintah dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada terkait
dengan kesejahteraan masyarakat miskin di pedesaan. Sebagian besar
penduduk pedesaan bekerja di sektor pertanian, dimana golongan petani
miskin adalah buruh tani yang kesejahteraannya semakin menurun karena
kenaikan harga BBM.
Selama ini, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) biasanya
diikuti oleh kenaikan harga-harga produk di sektor lain. Program kompensasi
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan buruh tani pasca
kenaikan harga BBM. Namun banyaknya penyimpangan dan penyelewengan
dalam penyaluran kompensasi tersebut berdampak terhadap efektivitas
kompensasi. Baik itu ketepatan sasaran, jumlah maupun kualitas bantuan.
Tingkat kesejahteraan petani setelah menerima kompensasi kenaikan harga
BBM dapat diketahui dengan melakukan suatu penelitian. Oleh karena itu
dilakukan penelitian mengenai Efektivitas Kompensasi Kenaikan Harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh
Tani di Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi.
Adapun permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Program Kompensasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) efektif terhadap kesejahteraan rumah tangga buruh tani ?
xv
C. Tujuan Penelitian
1. Mengkaji kesejahteraan rumah tangga buruh tani setelah mendapatkan
kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kecamatan
Mantingan Kabupaten Ngawi.
2. Mengkaji kondisi kesejahteraan rumah tangga buruh tani yang memiliki
pencari nafkah lebih banyak.
3. Mengkaji efektivitas Kompensasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Tani di Kecamatan
Mantingan Kabupaten Ngawi.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti dapat mengetahui lebih dalam mengenai efektivitas
Kompensasi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap
Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Tani di Kecamatan Mantingan
Kabupaten Ngawi.
2. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam bidang
penelitian sejenis.
3. Bagi penentu kebijakan dan instansi terkait, dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan programprogram yang
sejenis.
4. Bagi responden, melalui penelitian ini diharapkan kesejahteraannya akan
lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah.
xvi
II.
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Efektivitas Kompensasi
Peter F. Drucker (dalam Soewartoyo dan Lumbantoruan, 1992),
mendefinisikan efektif sebagai menjalankan pekerjaan dengan benar (to
do right things), sedangkan efisien diartikan sebagai menjalankan
pekerjaan dengan baik (to do the things right). Efektivitas menunjukkan
keberhasilan dari segi tercapai atau tidaknya target yang telah ditetapkan.
Jika hasil kegiatan makin mendekati target berarti makin tinggi
efektivitasnya. Sedangkan efisiensi menunjukkan keberhasilan dari segi
sumber yang digunakan atau biaya yang dikeluarkan untuk mencapai
target kegiatan yang diinginkan.
Informasi tentang efektifitas program kompensasi yang selama
ini dijalankan pemerintah perlu diketahui dengan utuh dan baik.
Pemahaman yang utuh tentang efektifitas program kompensasi akan
membantu pemerintah dalam merumuskan dan memperbaiki program
kompensasi, dan memperkirakan secara lebih baik dampak yang
ditimbulkan dari kebijakan ini. Setelah kenaikan harga BBM yang
terpenting adalah bagaimana melindungi keluarga miskin dari beban hidup
yang lebih berat. Pengurangan beban hidup akan sangat tergantung pada
efektivitas penyaluran kompensasi. Semakin efektif program kompensasi,
semakin banyak orang miskin yang tercukupi kebutuhannya. Untuk itu
harus diketahui penyebab mengapa skema kompensasi tidak efektif.
Setelah itu perbaikan dalam mekanisme penyaluran dapat dilakukan
sehingga lebih tepat sasaran, tepat waktu dan tepat jumlah. Perbaikan
skema kompensasi terhadap masyarakat miskin menjadi sangat krusial dan
harus menjadi prioritas pemerintah. Apabila perbaikan skema tidak
dilakukan, keluarga miskin akan semakin menderita dan menjadi
bertambah banyak (Hasan.et al, 2005).
6
xvii
adalah
penyelesaian
atau
hasil
kerja
yang
menurut
Menteri
Koordinator
Perekonomian
xviii
menyerahkannya
pada
mekanisme
pasar
tetapi
pada
ke-
2008
(Rp/lt)
6.000
5.500
2.500
xix
xx
solusi
untuk
mengatasi
kegagalan
sistem
pasar
dalam
xxi
menggunakan
kerangka
indikator
yang
umum
untuk
xxii
kepentingan pribadi. Tipikal sistem pasar yang tidak bekerja dengan baik
adalah diliputi oleh para penunggang bebas (free-riders) dan perilaku
oportunis. Apalagi, karakter perekonomian di Indonesia masih banyak
aktivitas ekonomi yang bersifat tidak formal (underground economy).
Pemerintah sering terlalu bersemangat dalam mensosialisasikan
program bantuan untuk orang miskin. Sebagai contoh, dalam program
beras miskin masyarakat seharusnya dapat membeli 20 kg beras dengan
harga Rp1.000/kg. Kenyataannya, masyarakat miskin hanya mampu
membeli 5-10 kg beras setiap bulan, sehingga banyak penyimpangan. Hal
ini sangat mengecewakan karena jumlah beras yang disediakan Perum
Bulog tidak sebanding dengan jumlah orang miskin yang seharusnya
dicakup dalam program ini. Seperti yang telah menjadi budaya masyarakat
Indonesia, jika ada program bantuan pemerintah, masyarakat berbondongbondong menyatakan diri sebagai orang miskin (Khomsan, 2003).
Menurut Lestari (2004), program beras miskin di tahun 2003
dianggarkan sebesar Rp. 500 milyar yang diperuntukkan bagi 0,95 juta
rumah tangga miskin dengan mengalokasikan beras miskin murah sebesar
20kg/bulan dengan harga Rp 1000/kg. Program kompensasi kenaikan
harga BBM di bidang kesehatan terbagi atas berbagai bentuk dari
pemberian pelayanan rujukan di rumah sakit, penyediaan vaksin hingga
pemberian obat generik yang mencapai total dana sebesar Rp. 590 milyar.
Guna mewujudkan perbaikan kesejahteraan, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono berupaya mengarahkan haluan untuk menjinakkan
kemiskinan. Sejak awal pemerintahannya, upaya menjinakkan kemiskinan
sudah didengungkan, terlihat dari kebijakan penganggaran melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tahun 2004, alokasi
APBN untuk program pengentasan kemiskinan Rp 18 triliun. Tahun 2005
meningkat menjadi Rp 23 triliun. Tahun 2006 melonjak lagi menjadi Rp
42 triliun. Pada tahun 2007, anggaran meningkat menjadi 51 triliun. Untuk
segi anggaran per jiwa rakyat miskin meningkat dari Rp 499.000 pada
xxiii
xxiv
Nilai Tukar Petani di atas 100 berarti indeks yang diterima petani
lebih tinggi dari yang dibayar petani, sehingga dapat dikatakan petani lebih
sejahtera dibandingkan jika NTP di bawah 100. Berdasarkan NTP tahun
2003 untuk propinsi-propinsi di Pulau Jawa pada umumnya memiliki nilai
NTP yang lebih tinggi dari 100, sedangkan di Pulau Sumatera pada
umumnya memiliki NTP di bawah 100 kecuali Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Propinsi Bali memiliki NTP lebih dari 100, Propinsi Nusa
Tenggara Barat memiliki NTP di bawah 100, Propinsi Kalimantan Selatan
NTP di atas 100, Propinsi Sulawesi Utara NTP di bawah 100 dan dan
Sulawesi Selatan NTP di atas 100. Berdasarkan nilai NTP menunjukkan
adanya keragaman tingkat kesejahteraan petani ( Anonim, 2004).
Nilai tukar pendapatan petani dihitung dengan menggunakan
konsep nilai tukar subsisten (NTS). NTS menggambarkan daya tukar dari
pendapatan total usahatani terhadap pengeluaran total petani untuk
kebutuhan hidupnya. NTS di Sulawesi Selatan dan Jawa Timur kurang
dari satu, yang menunjukkan bahwa pendapatan dari usaha pertanian tidak
dapat menutupi total pengeluaran rumah tangga, sementara di Jawa
Tengah nilai NTS lebih besar dari satu. Rendahnya NTS di Jawa Timur
disebabkan karena rendahnya pendapatan usaha pertanian, dan tingginya
tingkat konsumsi baik pangan maupun non-pangan.
Apabila NTS dibedakan menurut luas garapan, terlihat bahwa
tingkat kesejahteraan buruh tani jauh lebih rendah dibandingkan kelas
lainnya, sementara NTS rumah tangga dengan luas garapan rendah, sedang
xxv
dan tinggi hampir sama, yaitu berkisar antara 1,5-1,61. Rendahnya tingkat
kesejahteraan buruh tani disebabkan karena rendahnya pendapatan usaha
pertanian dan tingginya pengeluaran untuk konsumsi. NTS rumah tangga
dengan lahan garapan luas hampir sama dengan luas garapan sempit,
disebabkan karena tingginya biaya produksi. Hal ini mengindikasikan
bahwa untuk memperoleh pendapatan usaha pertanian yang tinggi
diperlukan biaya produksi yang tinggi pula. Di Jawa Timur, terlihat
adanya kesenjangan tingkat kesejahteraan rumah tangga menurut luas
garapan. NTS rumah tangga tidak berlahan dan luas garapan sempit
kurang dari satu, pada luas garapan sedang sebesar 1,18 dan 2,04 untuk
rumah tangga yang memiliki lahan garapan luas. Disamping dipengaruhi
besarnya penerimaan, NTS dipengaruhi oleh tingkat pengeluaran untuk
pangan yang relatif tinggi, khusus pada lahan garapan luas, biaya produksi
berperanan besar dalam pembentukan NTS (Supriyati, 2001).
5.
xxvi
untuk
barang-barang
bukan
makanan,
pendapatan,
xxvii
B. Kerangka Berpikir
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan oleh
pemerintah membawa dampak yang negatif pada kesejahteraan buruh tani.
xxviii
Nurmanaf
(2005),
kompensasi-kompensasi
tersebut
xxix
Kompensasi kenaikan
harga BBM :
1. Bantuan Langsung
Tunai (BLT)
2. Beras
Miskin
(Raskin)
3. Kartu Sehat
4. Program
Padat
karya
1. Kegiatan
berburuh tani
2. Karakteristik
rumah tangga
kesejahteraan
Meningkat
Tetap
Menurun
C. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diduga terjadi perubahan kesejahteraan rumah tangga buruh tani di
Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi setelah menerima kompensasi
kenaikan harga BBM.
2. Diduga kondisi kesejahteraan lebih baik pada rumah tangga buruh tani
yang memiliki pencari nafkah lebih banyak.
xxx
dilakukan
setiap
tiga
bulan
sekali
sebesar
Rp. 300.000,00.
b. Beras Miskin atau Raskin merupakan salah satu bentuk kompensasi
kenaikan harga BBM, sebagai wujud nyata komitmen pemerintah
dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Bantuan ini berupa makanan
pokok yaitu beras, dimana penyaluran beras dibagikan sebesar 10
kilogram per bulan per keluarga miskin.
c. Kartu Sehat adalah salah satu bentuk pemberian kompensasi di bidang
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk melindungi keluarga
prasejahtera dari resiko pengeluaran kesehatan yang terlalu besar.
d. Program Padat Karya merupakan Kegiatan pembangunan dan atau
peningkatan prasarana di Desa / Kelurahan yang dapat dikerjakan oleh
kelompok keluarga miskin (Pokgakin) dengan teknologi sederhana
sesuai kebutuhan masyarakat dan memiliki manfaat ekonomi tinggi
bagi kepentingan masyarakat desa dan sekitarnya. Keluarga miskin
yang bekerja dalam kegiatan padat karya ini akan diberi upah berupa
uang yang nominalnya sudah disepakati sebelumnya.
e. Kegiatan berburuh tani adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh
buruh tani yang berkaitan dengan tahapan budidaya pertanian dengan
upah rata-rata Rp 15.000,-/ hari
f. Kebutuhan pangan rumah tangga buruh tani adalah kecukupan anggota
rumah tangga buruh tani dalam hal makanan dan minuman dalam
kehidupan sehari-hari
g. Kesejahteraan rumah tangga buruh tani adalah tingkatan hidup rumah
tangga buruh tani yang mencapai kemampuan untuk dapat mencukupi
kebutuhan pokok.
xxxi
xxxii
III.
METODE PENELITIAN
xxxiii
xxxiv
nk
xn
N
Keterangan :
ni
xxxv
pertanyaan
sebagai
alatnya.
Dalam
penelitian
ini
dalam
Indikator efektivitas
kompensasi
1. Kebutuhan pangan rumah
tangga buruh tani
2. Kesempatan kerja rumah
xxxvi
X
X
X
X
Sifat data
S
Kn
X
X
X
X
Sumber Data
Kl
X
X
X
X
X
X
X
X
Statistik desa
dan
Kecamatan
Rumah tangga
buruh tani
Monografi,
statistik
Kecamatan
3. Kondisi Umum Daerah
X
X
X
dan
Profil
Desa
Keterangan : P : Primer, S : Sekunder, Kn : Kuantitatif, Kl : Kualitatif
xxxvii
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
kamera digital, berupa foto-foto responden bersama seluruh anggota
keluarganya. Selain itu terdapat juga foto penyaluran raskin kepada
responden, foto hasil kegiatan padat karya berupa jalan desa, dan foto
tempat pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan dokumen sebagai sumber informasi. Informasi yang
diperoleh dari responden, informan, maupun dari hasil survey daerah
didokumentasikan
dalam
bentuk
catatan
atau
gambar
rs = 1- 6
di 2
i =1
N3
Siegel (1994).
Karena jumlah sampel besar (
n 2
2
1 rs
xxxviii
table
xxxix
Jawa Timur.
Batasbatas
administratif wilayah
Kecamatan
Kecamatan Widodaren
Sebelah Selatan
Kecamatan Sine
Sebelah Utara
Kecamatan Karanganyar
Jarak Kecamatan Mantingan dengan pusat pemerintahan Kabupaten
adalah 36 km dengan waktu tempuh 60 menit, sedangkan jarak Kecamatan
Mantingan dengan Ibukota Propinsi adalah 222 km atau 5 jam perjalanan.
Adapun jarak desa terjauh dengan pusat pemerintahan Kecamatan Mantingan
adalah 7 km dengan waktu tempuh 30 menit.
Pusat pemerintahan wilayah Kecamatan Mantingan terletak pada
ketinggian 85 m dari permukaan laut, sehingga wilayah Kecamatan Mantingan
memiliki suhu maximum 310C dan suhu minimun 200C. Untuk curah hujan di
wilayah Kecamatan Mantingan adalah 3360 mm/th atau jumlah hari dengan
curah hujan terbanyak yaitu 21 hari. Bentuk wilayah Kecamatan Mantingan
sebagian besar berupa dataran dan berombak dibeberapa bagian. Kondisi
xl
Keterangan
1.
Desa Pakah
2.
Desa
Tambakboyo
Batas
sebelah
barat
Desa
Gondang
Kab.
Sragen
Desa
Gondang
Kab.
Sragen
Batas sebelah
timur
Batas sebelah
utara
Batas sebelah
selatan
Desa
Desa
Mantingan dan Kedung harjo
Kec.Widodaren
Desa
Tambakboyo
Desa
(hutan)
Desa
Ketanggung;
Kec. Sine
xli
I.
II.
III.
IV.
V.
Jenis Penggunaan
tanah
Tanah Sawah
a. Irigasi Teknis
b. Irigasi Setengah
Teknis
c. Irigasi Sederhana
Tanah kering
a. Pekarangan
b. Tegal/Kebun
Tanah Hutan
Tanah Perkebunan
Tanah Keperluan
Fasilitas Umum
Jumlah
Desa Pakah
Desa Tambakboyo
Kecamatan
Mantingan
Luas
(Ha)
Luas
(Ha)
Luas
(Ha)
356,27
0.00
28,70
0.00
150,28
273,21
14,99
27,27
1.718
544
27,25
8,32
0.00
0.00
0.00
0.00
489
7,48
10
0.00
838,10
35.00
1,80
0,81
0.00
67,52
2,80
0,15
12,35
0.00
562,90
0.00
3,35
1,24
0.00
56,17
0.00
0,33
431
476
2.509
344
28
6,59
7,28
38,38
5,26
0,42
1241,17
100.00
1002,09
100.00
6536
100.00
xlii
xliii
xliv
C. Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Ketersediaan tenaga kerja yang mampu bekerja mempengaruhi
kondisi kesejahteraan masyarakat. Seperti di sektor pertanian yang
membutuhkan tenaga kerja baik itu laki-laki maupun perempuan untuk
mengerjakan pekerjaan sesuai kemampuannya. Pengolahan tanah yang
biasa dilakukan oleh laki-laki, sedangkan penanaman biasa dilakukan oleh
kaum perempuan. Selain itu tenaga kerja laki-laki juga dibutuhkan untuk
mengerjakan pekerjaan berat seperti pembangunan sarana prasarana desa
ataupun pekerjaan-pekerjaan padat karya lainnya.
Distribusi penduduk menurut jenis kelamin juga dapat digunakan
untuk mengetahui komposisi antara penduduk laki-laki dan perempuan
menurut rumus sex ratio sebagai berikut :
Sex ratio = O Penduduk laki-laki x 100
O Penduduk Perempuan
Distribusi penduduk menurut jenis kelamin dan hasil sex ratio
dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kecamatan
Mantingan Tahun 2006.
N
o
Penduduk
1
2
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sex Ratio
Desa Pakah
Jumlah
2.798
2.989
5.962
%
49,86
50,14
100.00
99
Desa
Tambakboyo
Jumlah
%
3.798
48,79
3.985
51,21
7.783
100.00
Kecamatan
Mantingan
Jumlah
%
23.169 50,56
22.657 49,44
45.826 100.00
95
102
Sumber : Profil Desa Tahun 2006 dan Monografi Kecamatan Mantingan Tahun
2006.
xlv
xlvi
Mata Pencaharian
Petani
a. Petani Pemilik
Tanah
b. Petani
Penggarap
c. Buruh Tani
Pengusaha
sedang/besar
Pengrajin/ Industri
kecil
Buruh Industri
Buruh bangunan
Pedagang
Pengangkutan/Jasa
Pegawai
Negeri
Sipil
ABRI
Pensiunan
Peternak
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Jumlah
Desa Pakah
Jumlah
%
Desa Tambakboyo
Jumlah
%
Kec. Mantingan
Jumlah
%
943
49,04
2.114
46,58
5.130
37,97
0.00
163
3,59
906
6,71
732
0
38,06
0.00
176
0
38,84
0.00
4.224
2
31,26
0,01
0.00
0,19
74
0,54
41
0
70
18
100
2,14
0.00
3,64
0,93
5,20
125
0
67
35
240
2,75
0.00
1,48
0,77
5,28
83
53
76
78
573
0,60
0,39
1,30
1,32
4,28
0
19
0
0.00
0,99
0.00
20
30
0
0,45
0,07
0.00
124
243
1745
0,91
1,80
12,91
1.923
100.00
4.538
100.00
13.511
100.00
Sumber : Profil Desa Tahun 2006 dan Monografi Kecamatan Mantingan Tahun 2006.
xlvii
penelitian, jumlah buruh tani menunjukkan angka yang cukup besar sama
dengan di seluruh wilayah Kecamatan Mantingan.
Jumlah buruh tani yang cukup besar ini menunjukkan bahwa masih
banyak petani di Kecamatan Mantingan yang belum mempunyai lahan
sendiri, dan bergantung hidup dari adanya pekerjaan di sawah. Pendapatan
mereka tergantung dari setiap musim panen dan tahapan budidaya
pertanian yang diikutinya. Pendapatan yang tidak pasti dan relatif rendah
tersebut sangat mempengaruhi kesejahteraan buruh tani.
Untuk jenis mata pencaharian yang terdapat di Kecamatan
Mantingan selain sektor pertanian antaralain pengusaha, pengrajin, buruh
industri, buruh bangunan, pedagang, PNS, ABRI, peternakan. Setelah
sektor pertanian, penduduk di Kecamatan Mantingan memilih bekerja
sebagai Pegawai Negeri Sipil untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal
ini juga terjadi di kedua desa penelitian, dimana mata pencaharian sebagai
Pegawai Negeri Sipil menduduki posisi kedua setelah sektor pertanian.
3. Keadaan Penduduk menurut Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan
taraf atau tingkat kehidupan seseorang. Pendidikan yang tinggi
menciptakan sumberdaya manusia yang tinggi pula, sehingga berupaya
untuk selalu memenuhi kebutuhan hidupnya demi mencapai kesejahteraan.
Perinciaan mengenai keadaan penduduk menurut pendidikan dapat dilihat
pada tabel 12.
Tabel 12 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatana
Mantingan Tahun 2006.
No
.
Tingkat
pendidikan
1.
2.
Belum sekolah
Tidak
tamat
sekolah
Tamat
SD/sederajat
Tamat
SLTP/sederajat
Desa Pakah
Jumlah
3.
4.
Desa
Tambakboyo
Jumlah
Kec.Mantingan
Jumlah
0
1.438
0.00
25,62
0
1.286
0.00
26,66
1.375
2.212
5,56
8,95
2.514
44,78
1.315
27,27
5.794
23,46
623
11,10
1.465
30,38
7.540
30,51
xlviii
5.
6.
7.
8.
Tamat
SLTA/sederajat
Tamat
akademi/sederaja
Tamat perguruan
tinggi/sederajat
Buta huruf
Jumlah
363
6,47
545
11,30
5.962
24,13
39
0,69
97
2,01
396
1,16
26
0,46
115
2,38
784
3,18
611
10,88
0.00
643
2,60
5.614
100.00
4.823
100.00
24.706
100.00
Sumber : Profil Desa Tahun 2006 dan Monografi Kecamatan Mantingan Tahun 2006.
Kecamatan
Mantingan
jumlah
penduduk
yang
tamat
xlix
D. Keadaan Pertanian
Kondisi iklim di Kecamatan Mantingan dan sekitarnya sangat
mendukung dalam pengembangan sektor pertanian. Budidaya pertanian yang
banyak dikembangkan di wilayah Kecamatan Mantingan adalah tanaman
pangan berupa padi sawah yang diusahakan dalam lahan sawah irigasi. Selain
itu, pemanfaatan lahan kering untuk tegal/ kebun juga menghasilkan
komoditas berupa kacang tanah, kedelai, ketela pohon, dan jagung. Secara
rinci keadaan pertanian di Kecamatan Mantingan, Desa Pakah dan Desa
Tambakboyo dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel.13 Jumlah Luas Tanaman dan Produksi Pertanian di Kecamatan
Mantingan Tahun 2006.
No.
Jenis Tanaman
Desa Pakah
Luas
tanaman
(Ha)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Padi
Jagung
Ketela pohon
Ketela rambat
Kacang tanah
Kedelai
Desa Tambakboyo
Produksi
(Ton/Ha)
352
4
20
0
560
0
10
8
6
0
3
0
Luas
tanaman
(Ha)
457
0
0
0
115
0
Produksi
(Ton/Ha)
6
0
0
0
24
0
Kecamatan
Mantingan
Luas
tanaman
(Ha)
Produksi
(Ton/Ha)
7.055
440
40
25
245
678
Sumber : Profil Desa Tahun 2006 dan Monografi Kecamatan Mantingan Tahun 2006.
5,7
8,5
0,9
2,0
1,2
1,5
E. Sarana Perekonomian
Sarana perekonomian merupakan penunjang sekaligus membantu
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sarana perekonomian yang terdapat
di wilayah penelitian antara lain koperasi, pasar dan toko/warung, dan Bank.
Secara rinci mengenai sarana perekonomian di wilayah Kecamatan Mantingan
dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel.14 Sarana Perekonomian di Kecamatan Mantingan Tahun 2006.
No.
1.
2.
3.
4.
Sarana
Perekonomian
Desa Pakah
Koperasi
a. BKD
b. KPN
Pasar umum
Toko/kios/warung
Bank
0
0
0
26
0
Jumlah
Desa
Tambakboyo
1
0
0
22
0
Kecamatan
Mantingan
4
1
3
65
3
li
lii
tangga yang ikut bekerja dapat menambah pendapatan rumah tangga buruh
tani.
Kehidupan rumah tangga buruh tani sangat tergantung pada ada
tidaknya pekerjaan di sawah. Pada tahap awal budidaya, pengolahan tanah
merupakan pekerjaan yang tersedia bagi buruh tani. Pengolahan tanah
berikutnya akan tiba 4 bulan lagi, sehingga dalam memanfaatkan
pendapatannya, buruh tani harus dapat memperhitungkan waktu yang akan
datang. Untuk pengolahan lahan ini, biasa dilakukan oleh buruh tani laki-laki
dengan upah rata-rata perhari Rp. 25.000, dimana dalam satu musim tanam
biasanya seorang buruh tani dapat menyelesaikan pekerjaan selama 7 hari.
Standar upah pengolahan lahan adalah yang paling tinggi karena pekerjaannya
yang paling berat.
Kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman biasanya dilakukan
baik oleh laki-laki maupun perempuan, tetapi dengan upah yang berbeda.
Rata-rata upah untuk buruh tani perempuan Rp.12.500, sedangkan buruh tani
laki-laki Rp 15.000 perhari. Dengan pendapatan tersebut, buruh tani harus
mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya, berupa makan, perumahan,
sandang, kesehatan serta pendidikan anak. Tentunya semua itu tidak dapat
tercukupi dengan baik sehingga tingkat kesejahteraan buruh tani tersebut
masih rendah. Beberapa rumah tangga buruh tani di daerah penelitian
mencoba menambah pendapatan dengan cara bekerja di luar sektor pertanian,
misalnya berdagang.
liii
1.
2.
tetapi
jumlahnya
semakin
berkurang.
Pada
awal
bergulirnya program bantuan raskin ini, setiap rumah tangga buruh tani
mendapat jatah beras 20 kg perbulan. Saat ini bantuan beras tersebut
hanya 10 kg bahkan ada rumah tangga yang hanya menerima 5 kg beras
perbulan dengan harga yang lebih tinggi. Harga beras yang telah
ditetapkan pemerintah adalah Rp 1.000/kg, namun dari hasil penelitian
biaya transportasi dan lain-lain ternyata dibebankan kepada penerima di
sebagian wilayah penelitian. Dalam 3 bulan terakhir ini harga beras
miskin dari pemerintah mengalami kenaikan menjadi Rp. 1.600/kg.
3.
Kartu Sehat
Jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin termasuk buruh tani
diwujudkan dalam bentuk kartu sehat, yang dapat digunakan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas terdekat. Bantuan ini
sampai sekarang juga masih dilaksanakan, namun dengan peraturan yang
lebih ketat lagi. Seperti misalnya pembatasan rujukan pasien dari luar
daerah dan pendataan rumah tangga miskin yang lebih terperinci lagi.
Pada tahun-tahun awal program kartu sehat ini banyak sekali rumah
tangga miskin yang tidak memiliki kartu sehat ataupun memiliki kartu
sehat yang sudah kadaluarsa. Sekarang sudah mulai disiplinkan kembali
masalah pemilikan kartu sehat ini, sehingga hanya pasien yang terdaftar
dan memiliki kartu sehatlah yang bisa mendapatkan bantuan kesehatan.
Dalam pelayanan kesehatan, yang berhak diterima pasien pengguna
liv
kartu sehat berupa periksa gratis, obat gratis, serta rawat inap sesuai
peraturan yang berlaku. Dari hasil penelitian, rumah tangga buruh tani
sebagian besar telah mempunyai kartu sehat ini.
4.
Padat Karya
Kegiatan padat karya yang dilaksanakan di daerah penelitian, untuk
masing-masing desa sebanyak 2 periode. Keduanya diwujudkan dalam
pembangunan jalan desa. Kegiatan padat karya berakhir pada
pertengahan tahun 2007. Kegiatan padat karya sampai sekarang hasilnya
masih dapat dirasakan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu
berupa jalan desa dengan kondisi yang cukup baik sehingga
memudahkan
mobilitas
penduduk
dan
akses
ke
pusat-pusat
pertumbuhan.
Program-program bantuan tersebut bertujuan memperbaiki kondisi
kesejahteraan rumah tangga buruh tani. Melalui program-program tersebut
diharapkan kebutuhan pangan buruh tani tercukupi sehingga kondisi kesehatan
baik dan terus mampu bekerja. Pendidikan anak-anak buruh tani juga terjamin
sehingga dapat memperbaiki taraf kehidupan keluarga nantinya.
lv
Jumlah
144
6
150
%
96
4
100
lvi
Jumlah
No.
4
146
150
%
2,70
97,30
100,00
lvii
seperti
inilah
yang
biasanya
lviii
Jumlah Raskin
(Kg)
1.
30
2.
60
3.
120
Jumlah
Kategori
Skor
Jumlah
Rendah
Sedang
Tinggi
1
2
3
1
146
3
150
0,70
97,30
2,00
100,00
lix
Kategori
Skor
Jumlah
Rendah
Sedang
Tinggi
1
2
3
23
86
41
150
%
15,30
57,30
27,30
100,00
harga
Bahan
Bakar
Minyak
tentu
saja,
lx
harus dikeluarkan buruh tani untuk berobat juga lebih banyak. Apabila
anggota rumah tangga buruh tani mau menggunakan kartu sehat, tentunya
uang tersebut bisa dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan lainnya.
Sebagaimana tujuan dari program ini yaitu meningkatkan pelayanan
kepada buruh tani dan meningkatkan kesejahteraannya.
Hasil di atas menunjukkan bahwa program kartu sehat belum
sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh rumah tangga buruh tani, karena
terlalu komplek dan sulit. Sedangkan urusan kesehatan bersifat mendadak
dan memerlukan penanganan yang cepat.
4. Program Padat karya
Salah satu program kompensasi kenaikan harga BBM yang
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
penciptaan kesempatan kerja adalah program padat karya. Program ini
sangat membantu rumah tangga miskin. Melalui upah kerja sebagai
peserta program, sekaligus membangun infrastruktur desa yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri. Pembangunan infrastruktur desa,
dalam hal ini jalan desa dapat membantu mobilitas responden baik untuk
bekerja di sawah atau ke pusat-pusat pertumbuhan.
Peserta program ini adalah setiap rumah tangga miskin, dimana
dalam penelitian ini adalah rumah tangga buruh tani yang diwakili satu
orang anggota rumah tangga. Di Desa Pakah dan Desa Tambakboyo,
program padat karya yang ditujukan untuk rumah tangga miskin telah
dilaksanakan sebanyak dua periode.
Semua responden (150 rumah tangga) mengikuti program padat
karya. Setiap rumah tangga yang telah terdaftar sebagai peserta kegiatan
padat karya berhak untuk mengikuti kegiatan ini yaitu dengan menjadi
buruh dalam pembangunan jalan desanya. Untuk satu hari bekerja
responden diberi upah sebanyak Rp 15.000/ 3-4 jam. Pada periode pertama
kegiatan padat karya dijadwalkan berlangsung selama 3 hari dan pada
periode kedua selama 2 hari, sehingga total bekerja selama lima hari.
lxi
lxii
Skor
1
2
3
Jumlah
44
55
51
150
%
29,3
36,7
34,0
100,0
lxiii
Pendapatan
Pendapatan Sektor pertanian
2.
Jumlah
(Rupiah)
463.507
%
73,82
164.400
26,18
627.906
100.00
lxiv
Kategori
Skor
Rendah
Sedang
Tinggi
1
2
3
Jumlah
54 36,0
42 28,0
54 36,0
150 100,0
lxv
Total
Jumlah ART Bekerja
1
2
3
4
orang orang orang orang
23
2
8
9
4
73
4
20
46
3
54
2
18
32
2
15,33
48,67
36,00
3
0
5
55
0
95
36,67
0,00
63,33
0
4
4
51
42
57
34,00
28,00
38,00
Tujuan
Program
Kategori
1.
Pemenuhan
Kebutuhan
Pangan
Menurun
Tetap
Meningkat
2.
Kesempatan
Kerja
Menurun
Tetap
Meningkat
3
0
6
34
0
53
15
0
31
3.
Menurun
Peningkatan
Kesejahteraan Tetap
Meningkat
8
1
0
34
24
29
9
13
24
lxvi
4.
Pelayanan
Sosial
Menurun
Tetap
Meningkat
Jumlah
Persentase (%)
0
0
9
9
6,00
6
0
81
87
58,00
3
0
43
46
30,67
0
0
8
9
6,00
0
0,00
141 94,00
150
100
100
8
5,33
meningkat
sebesar
63,33
persen.
Sedangkan
Peningkatan
seragam bagi setiap rumah tangga, tanpa disesuaikan dengan ukuran rumah
tangga dan banyaknya pencari nafkah dalam sebuah rumah tangga.
lxvii
lxviii
Bakar Minyak (BBM) naik, sehingga perlu adanya program bantuan dari
pemerintah.
Program bantuan yang digulirkan pemerintah berupa BLT, raskin,
kartu sehat, dan padat karya membantu petani meningkatkan pemenuhan
kebutuhan pangannya sebesar 36,00 persen (Tabel 23). Sedangkan
sebanyak 15,33
kebutuhan pangan petani tetap sebesar 48,67 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian bantuan kompensasi BBM secara keseluruhan belum
mampu meningkatkan pemenuhan kebutuhan pangan bagi rumah tangga
buruh tani. Kondisi ini sangat dramatis, dimana buruh tani merupakan
tenaga kerja yang mengusahakan kebutuhan pangan bagi seluruh
masyarakat Indonesia.
Bantuan yang diperoleh rumah tangga buruh tani tidak semuanya
dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Menurut keterangan
responden, makan bukan kebutuhan pertama yang harus dipenuhi masih
banyak kebutuhan lain yang menunggu. Bagi buruh tani bisa makan sehari
sekali sudah cukup, sehingga sisa uang dapat digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Program Kompensasi
kenaikan harga BBM belum efektif meningkatkan pemenuhan kebutuhan
pangan rumah tangga buruh tani.
2. Ketersediaan Kesempatan Kerja bagi Rumah Tangga Buruh Tani
Ketersediaan kesempatan kerja di daerah pedesaan yang sebagian
besar penduduknya adalah buruh tani merupakan salah satu tujuan dari
program kompensasi pemerintah. Melalui kesempatan kerja yang seluasluasnya di pedesaan diharapkan pendapatan rumah tangga pedesaan
terutama buruh tani dapat meningkat sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan rumah tangga buruh tani.
Pemberiaan
bantuan
oleh
pemerintah,
telah
meningkatkan
lxix
persen
meningkat
kesejahteraannya.
Penurunan
tingkat
lxx
lxxi
Total
150
(100,00)
150
(100,00)
150
(100,00)
150
(100,00)
150
(100,00)
lxxii
dalam
memperoleh
bantuan-bantuan
tersebut,
sehingga
lxxiii
Tunai (X1), Beras Miskin (X2), Kartu Sehat (X3), dan Padat Karya (X4),serta
Kegiatan Berburuh tani (X5), Jumlah Anggota Rumah Tangga (X6) dengan
tujuan dari program kompensasi Kenaikan Harga BBM meliputi Pemenuhan
Kebutuhan pangan (Y1), Ketersediaan kesempatan kerja (Y2), Peningkatan
Kesejahteraan (Y3), dan Pemulihan Pelayanan Sosial (Y4). Perhitungan
menggunakan SPSS 12,0 for windows, sedangkan untuk menguji tingkat
signifikansi menggunakan uji t-student dengan tingkat signifikansi 95 persen.
Berdasarkan
pada
hipotesis
penelitian,
hubungan
yang
akan
Var
1.
X1
2.
X2
3.
X3
4.
5.
6.
X4
X5
X6
Y1
Rs
-0,002
Thit
-0,024
(NS)
-0,032
-0,389
(NS)
-0,085
-1,038
(NS)
0,065
0,792
(NS)
-0,002
-0,042
(NS)
Y2
Thit
0,560
(NS)
-0,022
-0,268
(NS)
0,182
2,252
(S)
0,146
1,795
(NS)
0,158
1,947
(NS)
Sumber
Keterangan
NS
S
Rs
T tabel
Variabel Y
Y1
Y2
Y3
:
= Non signifikan (tidak signifikan)
= Signifikan
= Korelasi Rank Spearman
= 1,960 (taraf kepercayaan 95%)
= Sasaran Program Kompensasi
= Pemenuhan Kebutuhan Pangan
= Kesempatan kerja
= Peningkatan Kesejahteraan
lxxiv
Y4
Y3
Rs
0,046
Rs
-0,041
0,140
0,181
0,248
0,168
Thit
-0,499
(NS)
1,720
(NS)
2,239
(S)
3,114
(SS)
2,073
(S)
X1
= Bantuan langsung Tunai
X2
= Beras Miskin
X3
Rs
0,132
Thit
1,620
(NS)
0,192
2,380
(S)
0,092
1,124
(NS)
0,072
0,878
(NS)
0,011
0,134
(NS)
Y4
Kenaikan
harga
BBM
dengan
lxxv
c. Kartu Sehat
Berdasarkan tabel 25, dapat diketahui bahwa nilai Rs adalah
0,181 dengan thitung sebesar 2,239. Nilai ini menunjukkan hubungan
yang signifikan dan arah hubungannya positif. Hasil yang signifikan
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara banyaknya anggota
rumah tangga yang menjadi peserta kartu sehat dengan peningkatan
kesejahteraan. Hal ini disebabkan karena terjaminnya kesehatan buruh
tani dapat meningkatkan kualitas kerja sehingga dapat meningkatkan
produktivitasnya. Dengan produktivitas tinggi, pendapatan yang
diperoleh rumah tangga buruh tani juga semakin tinggi sehingga
kesejahteraan hidup meningkat. Arah hubungan positif menunjukkan
adanya hubungan yang searah, dimana semakin banyak jumlah
anggota rumah tangga yang menjadi peserta kartu sehat semakin
meningkat kesejahteraan rumah tangga buruh tani.
d. Kegiatan Padat Karya
Hasil dari perhitungan Kegiatan padat karya terhadap tujuan
program kompensasi kenaikan harga BBM adalah tidak ada. Hal ini
disebabkan karena nilai dari Kegiatan padat karya yang konstan yaitu
Rp.75.000,00 sehingga dengan uji statistik menggunakan SPSS tidak
dapat dilakukan. Namun, tidak berarti bantuan kegiatan padat karya
tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan.
Semakin banyak peluang responden untuk terlibat dalam kegiatan
padat karya, semakin besar pendapatan yang akan diterima rumah
tangga buruh tani responden.
2. Hubungan Kegiatan Berburuh Tani dengan Peningkatan Kesejahteraan
Berdasarkan tabel 25, dapat diketahui bahwa nilai Rs adalah 0,248
dengan thitung sebesar 3,114. Nilai ini menunjukkan hubungan yang
sangat signifikan dan arah hubungannya positif. Dari hasil yang signifikan
ini, dapat diketahui bahwa pendapatan rumah tangga dari kegiatan
berburuh tani sangat penting peranannya dalam peningkatan kesejahteraan
secara menyeluruh. Pendapatan buruh tani dapat digunakan untuk
lxxvi
jumlah
anggota
keluarga
kesejahteraannya.
lxxvii
semakin
meningkat
pula
Kenaikan
Harga
Bahan
Bakar
Minyak
(BBM)
terhadap
65
lxxviii
B. Saran
1. Pemberiaan kompensasi hendaknya tidak diberikan secara cuma-cuma.
Bantuan hendaknya dapat digunakan sebagai kail bagi rumah tangga buruh
tani untuk lebih berusaha meningkatkan taraf hidupnya. Seperti bantuan
kegiatan padat karya dan bantuan modal untuk membuka peluang usaha
produktif.
2. Melalui berbagai kompensasi tidak meningkatkan upaya rumah tangga
buruh tani dalam pemenuhan kebutuhan pangan, sehingga diharapkan
rumah tangga buruh tani lebih memprioritaskan kebutuhan pangan sebagai
sumber pemenuhan gizi keluarga.
3. Memberdayakan anggota rumah tangga yang berusia produktif untuk
dapat bekerja sehingga menambah pendapatan rumah tangga.
4. Pemerintah hendaknya lebih mempermudah prosedur program kompensasi
kartu sehat agar rumah tangga buruh tani tidak enggan untuk menjadi
peserta, sehingga kesehatan anggota rumah tangga terjamin dan biaya
kesehatan dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan lainnya.
5. Masih terdapat penyaluran BLT dan raskin yang kurang tepat jumlah,
untuk itu sebaiknya para petugas yang kurang bertanggungjawab ditindak
tegas.
lxxix
DAFTAR PUSTAKA
Adimiharja, K dan H. Hikmat. 2001. PRA dalam Pelaksanaan Pengabdian
Masyarakat. Humaniora Utama Press. Bandung.
Agustanto.
2007.
Harga
Sembako
di
Madiun
dan
Ngawi
Naik.www.media.indonesia.com. Akses tanggal 6 Mei 2008.
Anton.
Tingkat
Kemiskinan
Petani
masih
Tinggi.
www.kompas.com/kompas. Akses tanggal 20 Februari 2008.
68
lxxx
69
Mubarok,
Ali.
2003.
Menakar
Dampak
Kenaikan
BBM.
http//psc.litbang.deptan.go.id/ ind//pdffiles/mono25-03. pdf. Akses
tanggal 6 Juni 2007.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2004. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara.
Jakarta.
Nugroho dan Suhartono. 2007. Mengarahkan Haluan Menjinakkan Kemiskinan.
Kompas. Edisi Kamis 19 April 2007.
Nurmanaf, A rozany. 2003. Partisipasi Masyarakat Petani terhadap Program
Penanggulangan Kemiskinan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian.
Volume 1 No.2 Juni 2003.
Oktaviani, Rina dan Sahara. 2004. Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap
Sektor Pertanian, Agroindustri dan Rumah Tangga Pertanian di
Indonesia. Jurnal Agro-Ekonomika PERHEPI. XXXV no1.
Pertamina. 2008. Perkembangan Harga BBM Tahun 2008. www.pertamina.com.
Prasetyantoko, A. 2005. Bola Salju Kenaikan BBM. www.depsos.go.id/kfm/mod.
hp? mod=publisher&op=viewarticle&artid=6. Akses tanggal 6 Juni
2007.
Roell, warner. 1993. Sosiologi Pertanian. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Rusastra, I Wayan dan M Suryadi. 2004. Ekonomi Tenaga Kerja Pertanian dan
Implikasinya dalam Peningkatan Produksi dan Kesejahteraan Buruh
Tani. www.pustaka-deptan.go.id. Akses tanggal 4 September 2007.
Sadewa,
lxxxi