Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM IRIGASI

Disusun oleh :
1. Ali Mahmuri
2. Yudhistira Irwan S
3. Awal Ridwanto

(1103010004)
(1103010030)
(1103010033)

Dosen Pengampu : M Agus Salim ST.MT

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN IRIGASI


Irigasi adalah penambahan kekurangan air tanah secara buatan dengan
memberikan air secara sistematis pada tanah yang diolah untuk menunjang curah hujan
yang tidak cukup agar tersedia lengas pertumbuhan tanaman.perlu diingat bahwa dalam
pemberian air ini tidak boleh sampai berlebihan ( melebihi kebutuhan air yang diperlukan
tanaman) karena air yang berlebihan akan merusak tanaman.
Usaha-usaha irigasi meliputi penyedian sarana dan prasarana untuk
membangkitkan air berupa saluran pemberi dan untuk membuang air kelebihan berupa
saluran drainase.Dalam pembuatan saluran pemberi harus didasarkan pada kebutuhan air
maksimum untuk menghindari kekurangan air pada areal irigasi.sedangkan untuk
pembuatan saluran drainase di dasarkan pada jumlah yang harus buang dalam jangka
waktu tertentu untuk menghindari kelebihan air pada areaair irigasi.
1.2 TUJUAN IRIGASI
Secara langsung tujuan irigasi adalah membasahi tanah dan tujuan tidak langsung
mencakup beberapa hal yaitu :

Mengatur suhu tanah


Membersihkan tanah
Memberantas hama
Mempertinggi permukaan tanah
Membersihkan buangan air tanah
Membersihkan buangan air bata
Kolinasi/menimbun tanah rendah

1.3 SUMBER AIR IRIGASI


Sumber- sumber air adalah sungai-sungai kecil ,danau- danau, rawa- rawa, mata
air tanah dan lain- lain. Akan tetapi besarya air yang terjadi adalah berbeda dan
tergantung dari musim dan lokasinya.jadi besarnya air yang tesedia yang menjadi sumber
daerah yang dirancang adalah besarnya air yang ada dikurangi besarnya air yang telah
digunakan bedasarkan peraturan air
Harga minimum besarnya air yang tersedia juga menjadi indeks untuk menelaah
tersedianya sumber air. Jika besarnya air yang diperlukan itu tidak dapat disediakan oleh

sumber air yang diperlukan itu tidak dapat disediakan oleh sumber air. Jika besarnya air
yang diperlukan itu tidak dapat disediakan oleh sumber air yang tersedia maka untuk
meningkatkan harga minimum yang tersedia harus diperkirakan kemungkinannya
mengenai pembangunan waduk yang dapat menyuplai air yang tidak efektif dari sumber
air itu.
Lokasi sumber air dan pengambilan sumber air itu adalah factor-faktor yang penting akan
sangat mempengaruhi skala dari fasilitas penyaluran air itu harus ditelaah dengan
memperhatikan kondisi-kondisi dasar sebagai berikut :

Debit air minimum yang tersedia adalah besar


Jumlah air yang tersedia adalah besar kualitas dan suhu air yang baik
Pengambilan yang mudah
Lokasinya tertelak di diekat daerah yang akan diirigasi

1.4 CARA PEMBERIAN AIR IRIGASI IRIGASI DAN DRAINASE


1.4.1 cara pemberian air irigasi
sesudah lokasi sumber air dan pengambilannya sudah ditentukan, maka
selanjutnya diadakan penentuan nengenai cara penyaluran air itu ke daerah yang diirigasi
serta ditribusi air itu ke daerah atau kepetak-petak yang ditanami.
Penyaluran hanya dapat diadakan dengan pompa. Jika daerah yang akan di aliri
lebih tinggi dari sumber air, maka harus digunakan pomba untuk menyalurkan air.
Kadang-kadang meskipun sumber air itu terletak lebih tinggi, penggunaan pompa adalah
lebih ekonomis. Biaya untuk debityang besar saluran terbuka adalah ekonomis.
Adapu untuk lebih jelasnya pemberian air dapat digolongkan menjadi beberapa golongan,
ditinjau dari saluran :
1. Lewat permukaan
Cara pemberian air irigasi lewat permukaan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
- Penguapan dan penggenangan bebas (efesiensi rendah)
- Peluapan dan penggenangan terkendali
- System kalenan
- System cekungan
2. Melaui bawah permukaan
- Saluran terbuka
- Dengan pipa berperporasi
3. Pemberian air dengan pancaran
Dibagi dengan beberapa bagian antara lain :
- Dengan pipa berporasi
- Alat pancar berputar

4. Pemberian air dengan tetesan


Sedangkan ditinjau dari alirannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

Irigasi yang continue : cara ini adalah pemberian air irigasi secara continue
selama periode irigasi. Cara ini terutamadi tetapkan untuk daerah daerah dimana
irigasi itu berlimpah limpah atau daerah daerah yang terjadi banyak
perembesan. Cara ini dapat dikatakan tidak ekonomis karena perlokasi dan
limpasan permukaan yang banyak.
Irigasi terputus putus. Cara ini yang memberikan air terputus putus pada interval
tertentu selama beberapa hari. Cara ini diterapkan untuk daerah- daerah yang
tidak mempunyai irigasi yang berlimpah limpah dimana air itu dapat ditahan
dengan baik.kebanyakan irigasi pompa atau waduk dilaksanakan dengan cara ini.
Irigasi aliran balik ( return flow irrigation ) : cara ini adalah cara yang
mempertinggi penggunaan berulang ulang yang kadang kadang dilaksanakan
di daerah yang sangat kekurangan air irigasi,cara berulang-ulang adalah hanya
menggunakan air yang tersisa dari bagian atas pada bagian bawah.cara irigasi
aliran bali adalah cara enggunaan berulanng- ulang dengan mengalirkan kembali
air yang tersisa itu keudik daerah dengan pompa.

1.4.3 metode drainase


Sistem drainase pada umumnya berupa sistem drainase permukaan yang berupa saluran
terbuka atau parit-parit yang dibuat beasarkan perhitungan,namun pada keadaan khusus saluran
drainase berupa drainase bawah tanah. Untuk drainase daerah pantai biasanya digunakan saluran
terbuka.namun dalam drainase daerah pantai ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

Tehambatnya aliran dari sungai kelaut perlu ditinjau masalah kemungkinan terjadinya
luapan-luapan
Kenaikan muka air tanah
Kemungkinan mengalirkan air kelebihan dari etak yang satu kepetak sawah yang lain
Hujan
Rembesan air laut
Pengaruh nyala dari pasang surut

1.5 MACAM-MACAM BANGUNAN.


Banyaknya bangunan yang diperlukan untuk pengoperasian yang efektif dari
sistem saluran dan parit yang ruwet dalam satu proyek irigasi.
1.51 saluran- saluran atau parit

Elevasi dari parit lapangan haruslah cukup untuk memungkinkan aliran gaya berat
lapangan. Oleh karenanya parit-parit jarang digali sepenuhnya,tetapidibuat dalam tanggultanggulyang datar. Dalam pembuatan parit-parit perlu diperhatikan beberapa hal antara lain :

Dimensi dan bentuk saluran perlu diperhatikan agar di dapatkan saluran yang stabil.
Perancanaan dimensi dan betuk memperhitungkan kecepatan aliran erosi,sedimentasi
maupun kelongsoran tebing saluran irigasi

Kecepaatan terpakai atau perencanaan harus lebih kecil dari kecepatan erosi tetapi masih
lebih besar dari kecepatan transport seimen,tetapi aliran air masih mampu melakukan
transport sedimen yang berarti menghindari pengendapan.

Rute saluran pada ummnya mencirikan saluran yang tersedia yaitu kemiringan tanah
yang tersedia dalam hal ini saluran dapat berupa saluran punggung maupun saluran
tranche.

1.52 tanggul saluran


Tanggul saluran dapat berfungsi sebagai jalan inspeksi untuk melayani lalu lintas ringan
pada daerah layanan irigasi dan lain-lain ,pada pembuatan tanggul saluran dibutuhkan tinggi
cadangan pada free board dengan tinggi 0,5 meter Namun bila kondisi sekitar daerah sangat
rendah dibandingkan muka air saluran atau pada daerah-darah yang sering tergenang banjir
diperlukan saluran dengan tinggi lebih besar dari 50 meter
1.5.3 Bangunan Pembagi
Bangunan pembagi dipergunakan utuk membagi aliran keberbagai saluran Bangunan
pada saluran besar terbagi menjadi tiga bagian utama :

Alat pembedung saluran besar


Dengan alat ini muka air pada saluran besar setiap waktu dapat diatur sesuai tinggi
pelayanan yang direncanakan.
Perlengkapan untuk jalan air melintasi tanggul saluran besar menuju saluran cabang
Konstruksi ukur.

Konstruksi ukur ini berfungsi untuk mengukur debit air yang lewat sedangkan untuk
bangunan pembagi pada saluran kecil bisa dibuat secara sederhana saja,bangunan ini berupa
bak saja atau bak tersier dan sekunder.

Pintu-pintu air
Pipa-pipa irigasi

Digunakan untuk menghindari kehilangan air serta biaya tahunan dari biaya tahunan dari
pembuangan parit-parit,kebanyakan petani-petani bergeser kepemakaian jaringan pipa untuk
lahan pertanian.

1.6 SALURAN PETAK PETAK


Petak primer
Petak primer adalah petak yang mencakup saluran areal irigasi,petak ini dialiri oleh
saluran primer.satu petak atau saluran primer dapat terdiri dari beberapa petak atau
saluran sekunder.
Petak sekunder
Petak sekunder merupakan luasan areal irigasi yang dialiri oleh saluran sekunder, dalam
satu petak atau saluran sekunder dapat terdiri dari beberapa petak atau saluran tersier
Petak tersier
Petak tersier meliputi luas yang dialiri oleh saluran tersier.satu petak tersier dapat terdiri
dari beberapa petak kuarter, bentuk dan luas petatersier mendekati empat persegi
panjang dengan perbandingan panjang antara satu sampai setengah.
Luas petak tersier yang dianjurkan pada keadaan normal dapat dibagi menjadi beberapa
keadaan :
Pada tanah datar luasana 200-300 Ha
Pada tanah keadaan agak miring luasnya 100 200 Ha
Pada tanah perbukitan luasnya 50 100 Ha
Contoh kriteria petak tersier :

Luas petak tersier terdapat kesergaman.


Pemberian air untuk suatu petak tersier harus melalui suatu tempat dan dapat
diatur dan diukur dengan baik.
Batas batas petak tersier harus jelas dan tegas
Semua bidang sawah dalam petak tersier itu harus dapat menerima air dari tempat
pemberian air
Petak tersier diharapkan merupakan satu kesatuan yang dimiliki satu desa saja
Air kelebihan yang tidak digunakan harus bibuang dengan baik melalui saluran
drainase yang terpisah dengan saluran pemberi
Batas batas petak tersier diusahakan menggunakan batas batas petak yang
sama yang semula ada yaitu : parit alam ,jalan desa ,jalan raya,jalan kereta api dan
lain-lain

Petak kuarter
Petak kuarter dialiri oleh saluran kuarter namun pada kenyataannya petak kuarter ini jarang ada.

BAB II
PERENCANAAN TEKNIS

2.1 PENGUKURAN SITUASI


Sebagai pedoman untuk membuat peta situasi adalah sebagai berikut :

Skala peta 1 : 250 m

Interval kontur : 0,5 m untuk daerah datar


1,0 m untuk daerah bukit
2,5 m untuk daerah gunung

Namun angka-angka tersebut tidak mutlak, jadi dapat di ubah sesuai kondisi lokasi yang diukur.
2.2 PRARENCANA PETAK-PETAK
Pada tahun ini dibuat petak-petak Untuk mendapatkan luas netto daerah tersebu tuntuk
dipakai dalam menganalisa penyediaan air. Sebagai batas petak diusahakan menggunakan batasbatas yang mudah saja atau mengklaim batas yang sudah ada.bentuk dan ukuran petak sebaiknya
mengikuti supaya diperoleh efisiensi yang optimal. Bentuk petak ideal adalah bujur sangkar atau
empat perdegi panjang, dengan membandingkan panjang dan lebar 1,5 : 1 sedang luas petak
yang dianjurkan adalah:
150-200 Ha untukd aerah datar
100-150 Ha untuk daerah bukit
50-100 Ha untuk daerah gunung
Ukuran-ukuran tersebut / ditentukan yang menghasil kanefisiensi yang paling tinggi.

2.3 ANALISA HIDROLOGI

Maksud dari analisa hidrolgi adalah untuk menyelidiki air yang tersedia pada daerah
aliran sungai (DAS),dimana air tersebut dibutuhkan untuk pengairan. Dari prarencana petak
dapat dihitung kebutuhan air untuk saluran air irigasi, kemudian diselidiki apakah jumlah air
yang tersedia mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pengairan, pada analisa hidrologi, hal yang
penting yang perlu diperhatikan adalah :

Persediaan air (water aviabelity)

Kebutuhan air (water rekuitment)

Keseibangan air (water balance)


Karena debit sungai tetap setiap bulan dan tahunnya, maka diusahakan penelitian bertahuntahun dan dibuat grafik super posisi dari bermacam-macam variasi debit untuk jangka waktu
setaun. Jika kebutuhan air yang tersedia tidak mencukupi maka perlu diadakan revisi luas
petak yaitu dengan mengurangi daerah irigasi sedemikian rupa sehingga jumlah air yang
tersedia yang mencukupi untuk mengairi areal irigasi tersebut.

2.4 PERENCAAAN PETAK-PETAK


Dari perencanaan yang telah direvisi dibuat menjadi beberapa bagian yaitu :
Petak primer, petak skunder, petak tersier.
Dalam hal ini perlu diperhatikan :

Batas petak

Tempat banguna utama

Penarikan trace saluran

Penentuan saluran pembawa dan pembuang

Penentuan letak bangunan pembagi

Luas netto daerah yang dialiri

Cara pemberian nama dan lambing pada petak irigasi

2.5 PEMBUATAN TRACE SALURAN


Pembuatan trace saluran secara garis besar ada dua yaitu :

Saluran pembagi.

Saluran pembuang
Sedangkan saluran pemberi masih dibagi menjadi beberapa saluran yaitu :

Saluran. primer.

Salura skunder.

Saluran tersier dan seterusnya.


Perbedaan pokok antara kedua saluran tersebut adalah terletak pada susunan dimensinya.
Dimana saluran pemberi ukuranya lebih besar dari pada hulu, makin kecil dari letaknya
pada daerah yang tertinggi atau pada punggung topografi. Sedangkan untuk saluran
pembuang adalah sebaliknya,ukuran makin kehilir makin membesar. Hali ini
dimaksudkan sesuai dengan fungsi dan letaknya pada daerah termudah supaya semua air
kelebihan yang ada bisa mengalir dan tertampung pada saluran pembuang.
Sebagai pedoman untuk membuat trace saluran adalah sebagai berikut :

Saluran primer dibuat hampir sejajar dengan garis tinggi,karena kemiringan

keseluruhannya lebih kecil


Saluran sekunder dibuat pada punggung topografi dan biasanya dibuat tegak lurus garis
tinggi kontur atau tegak lurus saluran primer. Pada saluran sekunder ini biasanya
kemiringan tanah lebih besar dari kemiringan saluran yang diperlukan sehingga perlu

dibuat bangunan pematah energi yang dapat berupa saluran cepat atau bangunan terjunan
Saluran drainase ( saluran pembuang) dibuat pada lembah topografi dan sekaligus
merupakan batas petak tersier.pada daerah pegunungan atau perbukitan,masalah drainase
tidak sulit karena kemiringan tanahnya cukup besar dan mampu mengalirkan air
kelebihan.sebaliknya pada daerah yang relatif datar,misal daerah pantai,masalah drainase
sangatlah kompleks,karena disamping kemiringan tanahnya kecil,juga adanya
penyusupan air laut,sehingga daerah pantai mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :

Merembesnya air asin kedaratan


Terhambatnya aliran sungai karena adanya kemungkinan terjadi luapan.
Kenaikan muka air tanah.
2.6 PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN
Dimensi saluran ditentukan bedasarkan debit yang lewat .besar debit air yang lewat tersebuta
harus diperhitungkan juga kehilangan- kehilangan air selama perjalanan menuju petak
sawah.Bentuk saluran yang digunakan umumnya trapesium,dimensi saluran pemberi
dikelompokan menjadi tujuh tipe saluran.Dalam perencanaan dimensi digunakan hubungan
antara B/H dengan Q dari stevens.Jadi B/H adalah fungsi Q.

BAB III
URUTAN PERENCANAAN

3.1 setelah letak bendung ditentukan,dibuat rencana saluran induk(sakuran primer) sesuai
dengan kriteria perencanaan seperti yang telah diuraikan.
3.2 dibuat aliran sekunder yang terletak pada punggung topografi, hal ini dimaksudkan dapat
mengairi petak yang ada di kanan kirinya.
3.3 pada daerah antara dua saluran sekunder dibuat petak-petak tersier sesuai dengan kriteria
perencanaan petak tersier yang telah diuraikan sebelumya.batas- batas petak dapat berupa batas
alaimiah atau batas bantuan. Pada batas tersebut dibuat saluran pembuang dan diteruskan
kesungai lagi sehingga tidak ada penggenangan yang berlebihan pada petak sawah.
3.4 pemberian nama dan tanda tanda pada peta irigasi
a) Saluran diberi ama menurut nama sungai tempat mengambil air,tapi dapat juga diberi
nama dengan bcara lain , misalnya menurut nama daerah yang dilayani. Misal saluran
primer mengambil air dari sungai A dan melayani daerah-daerah B,maka saluran dapat
diberi nama saluran A namun dapat diberi nama saluran B,dengan diberi indeks
1,2,3,...yang dinyatakan ruas salura.
b) Banguna utama seperti bendung, pompa diberi nama dengan nama sungai tempat
mengambil air atau tempat kampung terdekat dengan lokasi bangunan tersebut.
c) Saluran sekunder diberi nama sesuai dengan nama kampung / yang terdekat atau yang
dilewati
d) Bangunan sadap (bagi) diberi nama sesuai dengan nama saluran dihulunya dan diberi
indeks 1,2,3.....dan menggunakan singkatan BA1, BA2.....
e) Bangunan pelengkap dan tikungan seperti terjunan,talang,pelimpah,gorong-gorong dan
sebagaianya diberi nama sesuai dengan bangunan bagi / sadap dihilirnya dengan diberi
indeks tambahan huruf kecil misal BA1a......
f) Nama petak diberi nama bedasarkan pada tempat dimana air diambil.

3.5 MENCARI ANGKA REDUKSI

Agar hasil yang lebih baik dan lebih teliti maka diadakan penggolongan menjadi 3
golongan .maksud dari penggolongan ini adalah untuk efsiensi,memperkecil kapasitas saluran
pembawa dan sering kali untuk menyesuaikan pelayanan irigasi,menurut fariasi debit yang
tersedia pada tempat pelengkap air . Pemberian air dilaksanakan dengan cara giliran teknis,jadi
pada awal musim tanam . Dicari angka rediksi untuk setiap saluran sekunder, jadi akan
didapatkan 4 harga reduksi . cara memberi angka rediksi didasarkan pada kebutuhan air pada
luas ha dalam lt/dt/ha.
Dibuat tiga golongan masing- masing golongan jumlah nya hampir sama.
Dihitung kebutuhan airnya dan dicari ketentuan / kebutuhan air maksimum dari seluruh
jumlah luas ketiga golongan.
Angka reduksi = Q maksimum
= Q minimum
Q rendaman penuh = K luas selurunya
Kemudian dicari angka reduksi dengan mengubah urutan permukaan tanam.
Dipilih harga terbesar.
Dicari harga reduksi pada saluran reduksi yang lain.

2.6 MENGHITUNG DEBIT SALURAN


Untuk menghitung harga Q saluran perlu dihitung dahulu harga Q petak dan Q bangunan
dengan memperhitungkan air baik dipetak sawah maupun disalurkan efesiensi saluran terjadi
karena beberapa faktor antara lain :

Faktor-faktor yang bisa dihindari


a. Pengupan.

b. Peresapan
Faktor- faktor yang tidak diperhitungkan
a. Kebocoran saluran oleh binatang
b. Managemen yang kurang baik.
Diberikan difinisi pada salurann sebagai standart ditetapkan maksimum 0,95
minimum 0,55

3.7 PENDIMENSIAN
Dalam mendimensi saluran ini,didasarkan pada debit saluran yang telah diperhitungkan
kehilangan air sepanjang pengalirannya. Type saluran dikelompokan menjadi 8 sehingga
mempermudah pelaksanaan operasional.

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TUGAS IRIGASI I
Tahun 2013 -2014
I.
II.

Rombongan I
Kebutuhan air untuk tanaman padi jenis unggul umur 96 hari
Minggu ke

Jenis kegiatan

k ( lt/dt/ha)

1
23
47
8 11
12
13

Pengolahan tanah
Pembibitan
Pertumbuhan
Berbunga & berbuah
Pemasakan
Panen

III.

: efektifitas sawah yang dapat diairi


a. 0,88
b. 0,89
c. 0,90
d. 0,87
e. 0,91
f. 0,92

IV.

: efektifitas petak tersier


a. 0,75
b. 0,77
c. 0,76
d. 0,78
e. 0,80
f. 0,83

V.

Efisiensi Saluran Induk

terpendek

a.
b.

b
1,26
0,89
2,09
1,28
0,19
0,00

terpanjang
Panjang saluran

Terpendek
0,88
0,87

a
1,25
0,96
2,16
1,36
0,22
0,00

Terpanjang
0,52
0,53

c
1,27
0,93
2,21
1,30
0,20
0,00

d
1,28
0,91
2,24
1,27
0,21
0,00

c.
d.
e.

0,86
0,85
0,84

0,54
0,55
0,56

Catatan :
1. Tugas berlaku sampai dengan tanggal 7 Desember 2013
2. Layout harus disetujui sebelum tanggal 24 Oktober 2013
3. Asistensi dimulai setelah soal dikeluarkan
4. Jadwal asistensi tiap hari selasa jam 09.00 11.00 WIB
5. Pelaksanaan asistensi di kampus
6. Sawah terletak di sebelah kiri sungai
7. Bangunan irigasi yang dihitung hanya pada satu saluran sekunder ( ditentukan ).

Purwokerto,24 September 2013


Dosen Praktikum Irigasi 1

M.Agus Salim A,S.T.,MT.


BAB IV
PERHITUNGAN
Tabel kebutuhan air
No
1
2
3
4
5
6

Minggu ke
1
2-3
4-7
8 - 11
12
13

Kegiatan K
Pengolahan tanah
Pembibitan
Pertumbuhan
Berbunga dan Berbuah
Pemasakan
Panen

1. Mencari harga reduksi


2. Mencari harga kebutuhan air
3. Petak sekunder A
Nama petak

Luas Ki (ha)

Luas Ka (ha)

K ( L/dt/ha)
1,28
0,91
2,24
1,27
0,21
0,00

P1
A1
A2
A3
Jumlah = 371,72
1.1.1

33,78
56,87
38,18
17,87

59,06
89,06
41,28
35,62

Sistem golongan dengan petak tersier


GOL I = P1 Ki + A3 Ka
= 33,78 + 35,62
= 69,4
GOL II = A1 Ki + A2 Ka
= 56,87 + 41,28
= 98,15
GOL III = A2 Ki + A1 Ka
= 38,18+ 89,06
= 127,4
GOL IV = A3 Ki + P1 ka
=17,87 + 59,06
= 76,93

Variasi I
Minggu ke

K L/dt/ha

GOL I
69,4

GOL II
98,15

GOL III
127,24

GOL IV
76,93

Jumlah

1,28

88,832

0,91

63,154

125,632

0,91

63,154

89,3165

162,8672

2,24

155,456

89,3165

115,7884

98,4704

459,031

2,24

155,456

219,856

115,7884

70,0063

561,107

2,24

155,456

219,856

285,0176

70,0063

730,336

2,24

155,456

219,856

285,0176

172,3232

832,653

1,27

88,138

219,856

285,0176

172,3232

765,335

1,27

88,138

124,6505

285,0176

172,3232

670,129

10

1,27

88,138

124,6505

161,5948

172,3232

546,707

88,832
188,786
315,338

11

1,27

88,138

124,6505

161,5948

97,7011

472,084

12

0,21

14,574

124,6505

161,5948

97,7011

398,52

13

0,00

20,6115

161,5948

97,7011

279,907

26,7204

97,7011

124,422

16,1553

16,1553

GOL I
69,4

Jumlah

Variasi II
Minggu ke

K L/dt/ha

GOL II
98,15

GOL III
127,24

GOL IV
76,93

1,28

125,632

0,91

89,3165

162,8672

0,91

89,3165

115,7884

98,4704

2,24

219,856

115,7884

70,0063

88,832

494,483

2,24

219,856

285,0176

70,0063

63,154

638,034

2,24

219,856

285,0176

172,3232

63,154

740,351

2,24

219,856

285,0176

172,3232

155,456

832,653

1,27

124,6505

285,0176

172,3232

155,456

737,447

1,27

124,6505

161,5948

172,3232

155,456

614,025

10

1,27

124,6505

161,5948

97,7011

155,456

539,402

11

1,27

124,6505

161,5948

97,7011

88,138

472,084

12

0,21

20,6115

161,5948

97,7011

88,138

368,045

125,632
252,184
303,575

13

0,00

26,7204

97,7011

88,138

212,56

16,1553

88,138

104,293

14,574

14,574

GOL II
98,15

Jumlah

Variasi III
Minggu ke

K L/dt/ha

GOL III
127,24

GOL IV
76,93

GOL I
69,4

1,28

162,8672

0,91

115,7884

98,4704

0,91

115,7884

70,0063

88,832

2,24

285,0176

70,0063

63,154

125,632

543,8099

2,24

285,0176

172,3232

63,154

89,3165

609,8113

2,24

285,0176

172,3232

155,456

89,3165

702,1133

2,24

285,0176

172,3232

155,456

219,856

832,6528

1,27

161,5948

172,3232

155,456

219,856

709,23

1,27

161,5948

97,7011

155,456

219,856

634,6079

10

1,27

161,5948

97,7011

88,138

219,856

567,2899

11

1,27

161,5948

97,7011

88,138

124,6505

472,0844

12

0,21

26,7204

97,7011

88,138

124,6505

337,21

13

0,00

16,1553

88,138

124,6505

228,9438

162,8672
214,2588
274,6267

14,574

124,6505

35,1855

20,6115

206,115

GOL III
127,24

Jumlah

Variasi IV
Minggu ke

K L/dt/ha

GOL IV
76,93

GOL I
69,4

GOL II
98,15

1,28

98,4704

0,91

70,0063

88,832

0,91

70,0063

63,154

125,632

2,24

172,3232

63,154

89,3165

162,8672

487,661

2,24

172,3232

155,456

89,3165

115,7884

532,884

2,24

172,3232

155,456

219,856

115,7884

663,424

2,24

172,3232

155,456

219,856

285,0176

832,653

1,27

97,7011

155,456

219,856

285,0176

758,031

1,27

97,7011

88,138

219,856

285,0176

690,713

10

1,27

97,7011

88,138

124,6505

285,0176

595,507

11

1,27

97,7011

88,138

124,6505

161,5948

472,084

12

0,21

16,1553

88,138

124,6505

161,5948

390,539

13

0,00

14,574

124,6505

161,5948

300,819

20,6115

161,5948

182,206

26,7204

26,7204

98,4704
158,838
258,792

Sistem golongan dengan petak tersier terbagi A


A = 371,72 = 92,93
4
Minggu ke

K L/dt/ha

GOL I
92,93

GOL II
92,93

GOL III
92,93

GOL IV
92,93

Jumlah

1,28

118,95

0,91

84,5663

118,95

0,91

84,5663

84,5663

118,95

2,24

208,163

84,5663

84,5663

118,95

496,246

2,24

208,163

208,163

84,5663

84,5663

585,459

2,24

208,163

208,163

208,163

84,5663

709,055

2,24

208,163

208,163

208,163

208,163

832,652

1,27

118,021

208,163

208,163

208,163

742,51

1,27

118,021

118,021

208,163

208,163

652,368

10

1,27

118,0211

118,021

118,021

208,163

562,226

11

1,27

118,021

118,0211

118,021

118,021

472,084

12

0,21

19,5153

118,021

118,0211

118,021

373,578

13

0,00

19,5153

118,021

118,0211

255,557

19,5153

118,021

137,536

19,5153

19,5153

118,95
203,516
288,083

BAB V
HARGA REDUKSI
A Data-data yang menentukan harga reduksi
= Q maks / rendaman penuh
Q Rend penuh = k x luas keseluruhan
K = kebutuhan air disaat rendaman penuh
Dari data di atas kebutuhan air / debit / minggu di dapat Q maksa dari setiap petak sekunder
yaitu:
1. Petak sekunder A
Sistem penggolongan dengan petak tersier utuh
Q maks Variasi I = 832,653 Lt/dt
Variasi II = 832,653 Lt / dt
Variasi III = 832,6528 Lt/ dt
Variasi IV = 832,6528 Lt /dt
Sistem penggolongan dengan petak tersier terbagi
Q maks
= 832,6528 Lt /dt
Q rend penuh = 2,24 x 832,6528
= 1865,142Lt / dt
Menentukan harga reduksi
a. Menentukan tersier utuh
1. Saluran A
Variasi I = Q maks / Q rend penuh
= 832,6528 /1865,142
= 0,446 Lt/dt

Variasi II = Q maks / Q rend penuh


= 832,6528 / 1865,142
= 0,446 Lt/dt
Variasi III = Q maks / Q rend penuh
= 832,6528 / 1865,142
= 0,446 Lt/dt
Variasi IV = Q maks / Q rend penuh
= 832,6528 / 1865,142
= 0,446 Lt/dt
b. Petak tersier terbagi
= Q maks / Q rend penuh
= 832,6528 / 1865,142
= 0,446 Lt/dt
Tabel angka reduksi
Nama
petak
sekunde
r
A

Variasi I

Petak tersier penuh


Variasi II
Variasi III

0,446

0,446

0,446

Variasi IV
0,446

2. Kapasitas saluran primer dan sekunder


1.1 menentukan kapasitas saluran
Tabel panjang saluran
Saluran primer
Nama
Panjang
saluran
(M)
RP1
750
RP2
RP3
Jumlah
750

Saluran sekunder A
Nama
Panjang
saluran
(M)
RSA1
875
RSA2
652
RSA3
575
2102

Grafik hubungan efisiensi saluran dengan panjang saluran


0,8

Petak
tersier
terbagi
0,446

maks

0,446

0,5
6

750

2102

Efisiensi yang dapat dicari dengan interpolasi linier


F (x) 0,56 / 0,84 0,56 = x salutan terpendek / sal terpanjang terpendek
F (x) 0,56 / 0,84 0,56 = x 750 /2102 750
F (x) = 0,28 x 210 /1352+ 0,56
F (x) = 37,856 x + 28403,76
X = panjang saluran yang akan dihitung
1. saluran primer
F (RP1) = 37,856 x + 28403,76
= 37,856 (750 ) + 28403,76
= 5,67 ha
2. Saluran sekunder A
F (RSA1) = 37,856 x + 28403,76
= 37,856 ( 875 ) + 28403,76
= 6,15 ha
F (RSA2) = 37,856 x + 28403,76
= 37,856 ( 652 ) + 28403,76
= 5,3 ha
F (RSA3) = 37,856 x + 28403,76
= 37,856 ( 575 ) + 28403,76
= 5,01 ha
Tabel panjang saluran
Saluran primer
Nama saluran
Efesiensi
RP1
RP2
RP3

5,67
-

Saluran sekunder A
Nama
Efesiensi
saluran
RSA1
6,15
RSA2
5,3
RSA3
5,01

D. menentukan kapasitas Saluran


Data yang ada = 0,78
= 0,90
max = 0,446
K rendaman = 2,24
Q petak = A . . maks . K rendaman
= A . 0,78 . 0,446. 2,24

= A . 0,779

Saluran
Petak
Panjang saluran
F ( x ) = Eff x
saluran
Luas (ha)
Qpetak = A . 0,779
Qeff = Qbang : F (x)
lt/dt
Qbang = Qpetak :
lt/dt

Nama
saluran

SA1
P1Ka
P1Ki
750
750
5,67
5,67

SA2
A1Ka
A1Ki
875
875
6,15
6,15

SA3
A2Ka
A2Ki
652
652
5,3
5,3

A3Ka
575
5,01

A3Ki
575
5,01

59,06
46
9,01

33,78
26,3
5,15

89,06
69,37
12,53

56,87
44,30
10,27

41,28
32,15
8,65

38,18
29,74
7,62

35,62
27,74
7,89

17,87
13,92
3,96

51,11

29,22

77,07

63,18

45,86

42,42

39,57

19,85

Petak yang dialiri

Panjang
saluran

Efisiensi
F (x)

nama

luas

RP 1

P1 Ka

59,06

P1 Ki

SA4

Debit lt/dt
Q petak

Q bang

Q effisien

Q saluran

19

750

5,67

46

51,11

9,01

106,12

33,78

750

5,67

26,3

29,22

5,15

60,67

A1 Ka

89,06

875

6,15

69,37

77,07

12,53

158,97

A1 Ki

56,87,

875

6,15

44,30

63,18

10,27

117,75

A2 Ka

41,28

652

5,3

32,15

45,86

8,65

86,66

A2 Ki

38,18,

652

5,3

29,74

42,42

7,62

79,78

A3 Ka

35,62

575

5,01

27,74

39,57

7,89

75,2

A3 Ki

17,87

575

5,01

13,92

19,85

3,96

37,73

Nama
saluran

Petak yang dialiri

Panjang
saluran

Efisiensi
F (x)

nama

luas

SA 1

P1 Ka

59,06

P1 Ki

SA2

SA 3

SA 4

Debit lt/dt
Q petak

Q bang

Q effisien

Q saluran

750

5,67

46

51,11

9,01

106,12

33,78

750

5,67

26,3

29,22

5,15

60,67

A1 Ka

89,06

875

6,15

69,37

77,07

12,53

158,97

A1 Ki

56,87,

875

6,15

44,30

63,18

10,27

117,75

A2 Ka

41,28

652

5,3

32,15

45,86

8,65

86,66

A2 Ki

38,18,

652

5,3

29,74

42,42

7,62

79,78

A3 Ka

35,62

575

5,01

27,74

39,57

7,89

75,2

A3 Ki

17,87

575

5,01

13,92

19,85

3,96

37,73

A1 Ka

89,06

875

6,15

69,37

77,07

12,53

158,97

A1 Ki

56,87

875

6,15

44,30

63,18

10,27

117,75

A2 Ka

41,28

652

5,3

32,15

45,86

8,65

86,66

A2 Ki

38,18

652

5,3

29,74

42,42

7,62

79,78

A3 Ka

35,62

575

5,01

27,74

39,57

7,89

75,2

A3 Ki

17,87

575

5,01

13,92

19,85

3,96

37,73

A2 Ka

41,28

652

5,3

32,15

45,86

8,65

86,66

A2 Ki

38,18,

652

5,3

29,74

42,42

7,62

79,78

A3 Ka

35,62

575

5,01

27,74

39,57

7,89

75,2

A3 Ki

17,87

575

5,01

13,92

19,85

3,96

37,73

A3 Ka

35,62

575

5,01

27,74

39,57

7,89

75,2

A3 Ki

17,87

575

5,01

13,92

19,85

3,96

37,73

3. MENDIMENSI SALURAN PRIMER DAN SKUNDER


3.1 PENGGOLONGAN TIPE SALURAN
TABEL PENGGOLONGAN TIPE SALURAN
Type

Q = kap. Sal.
( m3/dt)

Nama saluran

Kap. Sal.
(m3/dt)

Qrenc
(m3/dt)

0,75 1.00
b/h = 1.5
M = 1.0

RSA3

0,86

0,86

II

1.50 3.00
b/h = 2.3
M = 1.5

RSA2

1,58

1,58

III

1.50 3.00
b/h = 2.3
M = 1.5

RSA1

1,58

IV

0.50 0.75
b/h = 1.5
M = 1.0

RSA4

0,75

0,75

1.50 3.00
b/h = 2.3
M = 1.5

RP 1

1,58

1,58

Pendimensian saluran
1. Type I ( Q = 0,86 m3/dt, b/h = 1,5, M = 1.0 )
V = 0,41 . Q0,225
= 0,41 . 0,860,225
= 0,41 . 0,96
= 0,393 m/dt
A=Q:V
=0,86 : 0,393
= 0,337 m2
A=(b+m.h)h
0,337= ( 1,5h + 1,0 h )h
0,337 = 2,5 h2
h = 2,72
di ambil 3 m
b = 1,5 h
= 1,5 . 2,75
= 4,125
di ambil 5 m

P = b + 2 . m h+1
= 4,125 + 2 . 1,5 2,75+1
= 4,125 + 8,76
=12,885 m
R = A: P
= 0,337 : 12,885
= 0,026 m
I = V2 : C2. R
= 0,3932 : 452 . 0,026
= 8,1 . 10-4

1,5

3m
5m
2. Type II = Type III = Type V ( Q = 1,58m/dt, b/h = 2.3, m = 1.5)
V = 0,41 . Q0,225
= 0,41 . 1,580,225
= 0,41 .1,1
= 0,451 m/dt
A=Q:V
= 1,58: 0,451
= 3,5 m2
A=(b+m.h)h
3,5 = ( 2,3h + 1,5 h )h
3,5= 3,8 h2
h = 1,03
di ambil 2 m
b = 2,3 h
= 2,3 . 1,03
= 2,369
di ambil 3 m
P = b + 2 . m h+1
= 2,369 + 2 . 1,5 1,03+ 1
=6,569 m
R = A: P
= 3,5 : 6,569
= 0,532 m
I = V2 : C2. R
= 0, 0,451 2 : 452 . 0,532
= 21,86 . 10-4

1,5

2m
3m
3. Type IV ( Q = 0,75 m3/dt, b/h = 1,5, M = 1.0 )
V = 0,41 . Q0,225
= 0,41 . 0,750,225
= 0,41 . 0,93
= 0,381 m/dt
A=Q:V
=0,75 : 0,381
= 1,96 m2
A=(b+m.h)h
1,96= ( 1,5h + 1,0 h )h
1,96 = 2,5 h2
h = 1,12
di ambil 2 m
b = 1,5 h
= 1,5 . 1,12
= 1,68
di ambil 2 m
P = b + 2 . m h+1
= 1,68 + 2 . 1,5 1,12+1
= 1,68 + 4,5
=6,18 m
R = A: P
= 1,96 : 6,18
= 0,317 m
I = V2 : C2. R
= 0,3812 : 452 . 0,317
= 93,07 . 10-4

1,5
2m
2m

TABEL DIMENSI SALURAN

Type
salura
n

Kap.
(Q).
(m3/dt)

B/
h

10

11

12

0,86

0,393

0,337

1,5

1.0

45

12,885

0,026

8,1

II

1,58

0,451

3,5

2,3

1,5

45

6,569

0,532

21,86

III

1,58

0,451

3,5

2,3

1,5

45

6,569

0,532

21,86

IV

1,58

0,451

3,5

2,3

1,5

45

6,569

0,532

21,86

0,75

0,381

1,96

1,5

1.0

45

6,18

0,317

93,07

PERENCANAAN TERJUNAN
SALURAN SA 1
Menghitung elevasi dasar saluran rencana untuk BP 1
1. Tinggi air pada saluran : 2 m
2. Elevasi muka tanah asli : 64
3. Elevasi muka air min : 64 + 0,45 = 64,45 m
4. Elevasi muka saluran min : 64 2 = 62
5. Elevasi dasar saluran min : 64 0,2 = 63,8
6. Elevasi muka air max : 63,8 + 2 = 65,8
7. Elevasi muka air rencana ( 65,8 + 64 ) x 0,5 = 64,9
8. Elevasi dasar saluran rencana :64,9 2 = 62,9
9. Elevasi muka tanggul : 64,9 + 2= 66,9
Menghitung elevasi dasar saluran rencana untuk BA 1
1. Tinggi air pada saluran : 2
2. Elevasi muka tanah asli : 57
3. Elevasi muka air min : 57 + 0,45 = 57,45

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Elevasi muka saluran min : 57 2 = 55


Elevasi dasar saluran min : 57 0,2 = 56,8
Elevasi muka air max : 56,8 + 2 = 58,8
Elevasi muka air rencana : ( 58,8 + 57 ) x 0,5 = 57,9
Elevasi dasar saluran rencana : 57,9 2 = 55,9
Elevasi muka tanggul : 57,9 + 2 = 59,9
Tinjauan pada luas SA 1
AH = I x L = 21,86 x 145,93 = 0,319
Beda tinggi dasar saluran antara dua buah bangunan
( BA 1 dan BP 1 ) = 62,4 55,9 = 6,5
Tinggi air ( Ht ) = 6,5 0,319 = 6,181
Tinggi terjun max 1,5 banyak terjunan
N=

buah terjunan

Saluran SA 2
Menghitung elevasi dasar saluran rencana untuk BA 1
1. Tinggi air pada saluran : 2
2. Elevasi muka tanah asli : 57
3. Elevasi muka air min : 57 + 0,45 = 57,45
4. Elevasi muka saluran min : 57 2 = 55
5. Elevasi dasar saluran min : 57 0,2 = 56,8
6. Elevasi muka air max : 56,8 + 2 = 58,8
7. Elevasi muka air rencana : ( 58,8 + 57 ) x 0,5 = 57,9
8. Elevasi dasar saluran rencana : 57,9 2 = 55,9
9. Elevasi muka tanggul : 57,9 + 2 = 59,9
Menghitung elevasi dasar saluran rencana BA 2
1. Tinggi air pada saluran : 2
2. Elevasi muka tanah asli : 49
3. Elevasi muka air min : 49 + 0,45 = 49,45
4. Elevasi muka saluran min : 49 2 = 47
5. Elevasi dasar saluran min : 49 0,2 = 48,8
6. Elevasi muka air max : 48,8 + 2 = 50,8
7. Elevasi muka air rencana : ( 50,8 + 49 ) x 0,5 = 49,9
8. Elevasi dasar saluran rencana : 49,9 2 = 47,9
9. Elevasi muka tanggul : 49,9 + 2 = 51,9
Tinjauan pada luas SA 2
AH = I x L = 21,86 x 79,46 = 0,173
Beda tinggi dasar saluran antara dua buah bangunan
( BA 1 dan BA 2 ) = 55,9 51,9 = 4
Tinggi air ( Ht ) = 4 0,173 = 3,82
Tinggi terjun max 1,5 banyak terjunan
N=

buah terjunan
Saluran SA 3
Menghitung elevasi dasar saluran rencana BA 2
1. Tinggi air pada saluran : 2

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Elevasi muka tanah asli : 49


Elevasi muka air min : 49 + 0,45 = 49,45
Elevasi muka saluran min : 49 2 = 47
Elevasi dasar saluran min : 49 0,2 = 48,8
Elevasi muka air max : 48,8 + 2 = 50,8
Elevasi muka air rencana : ( 50,8 + 49 ) x 0,5 = 49,9
Elevasi dasar saluran rencana : 49,9 2 = 47,9
Elevasi muka tanggul : 49,9 + 2 = 51,9

Menghitung elevasi dasar saluran rencana BA 3


1. Tinggi air pada saluran : 3
2. Elevasi muka tanah asli : 44
3. Elevasi muka air min : 44 + 0,45 = 44,45
4. Elevasi muka saluran min : 44 2 = 42
5. Elevasi dasar saluran min : 44 0,2 = 43,8
6. Elevasi muka air max : 43,8 + 2 = 45,8
7. Elevasi muka air rencana : ( 45,8 + 44 ) x 0,5 = 44,9
8. Elevasi dasar saluran rencana : 49,9 2 = 47,
9. Elevasi dasar saluran rencana : 44,9 2 = 42,9
10. Elevasi muka tanggul : 44,9 + 2 = 46,9
Tinjauan pada luas SA 3
AH = I x L = 8,1 . 10-4 x 53,49 = 0,043
Beda tinggi dasar saluran antara dua buah bangunan
( BA 2 dan BA 3 ) = 47,9 42,9 = 5
Tinggi air ( Ht ) = 5 0,043 = 4,957
Tinggi terjun max 1.0 banyak terjunan
N=

buah terjunan
Saluran SA 4

Menghitung elevasi dasar saluran rencana BA 3


1. Tinggi air pada saluran : 3
2. Elevasi muka tanah asli : 44
3. Elevasi muka air min : 44 + 0,45 = 44,45
4. Elevasi muka saluran min : 44 2 = 42
5. Elevasi dasar saluran min : 44 0,2 = 43,8
6. Elevasi muka air max : 43,8 + 2 = 45,8
7. Elevasi muka air rencana : ( 45,8 + 44 ) x 0,5 = 44,9
8. Elevasi dasar saluran rencana : 44,9 2 = 42,9
9. Elevasi muka tanggul : 44,9 + 2 = 46,9
Tinjauan pada luas SA 4
AH = I x L = 8,1 . 10-4 x 53,49 = 0,043
Beda tinggi dasar saluran antara dua buah bangunan
( BA 2 dan BA 3 ) = 47,9 42,9 = 5
Tinggi air ( Ht ) = 5 0,043 = 4,957
Tinggi terjun max 1.0 banyak terjunan
N=

buah terjunan

Hitungan volume galian dan timbunan


1. SALURAN SEKUNDER SA1
BP1
SA1
BA1
A. BP1 = + 64
1,5

1,5

66,9

64

T1KA

T1Ki

h1
h1

62,9

Lebar tanggul (a) = 1,5m


Lebar saluran (b) = 3 m
Elv dasar saluran = 62,9 m

Elv muka Tanggul = 66,9 m


m = 1,5
Panjang saluran = 875 m
Didapat h1 = 66,9 62,9 = 4 m
h1= 66,9 64 = 2,9 m

Volume Galian
AG1 = ( b + mh1) h1
= ( 3 + 1 x 4) x 4 = 64 m
Volume Timbunan
ATI = 2 (a + mh1) h1
= 2 ( 2 + 1,5 ) x 1,5 = 10,5 m
B.BA1 = 57
BA1
SA2

BA3

1.5

1,5

T1ka

T2ki

59,9

57

h1
h1

55,9

Lebar tanggul (a) = 1,5 m


Lebar saluran (b) = 3 m
Elv dasar saluran = 55,9 m
Elv muka Tanggul = 59,9 m
m = 1,5 m
Panjang saluran = 875 m
Didapat h1 = 59,9 - 55,9 = 4 m
h1= 59,9 57 = 2,9 m
Volume Galian
AG1 = ( b + mh1) h1
= ( 3 + 1,5 x 4 ) 4 = 36 m
Volume Timbunan
ATI = 2 (a+ mh1) h1
= 2 ( 1,5 + 1,5 x 2,9 )2,9 = 33,93 m

VTG = ( 64 + 36 ) x 875 x 0,5

= 43,750 m3

VIT = (10,5 + 33,93) x 875 x 0,5 = 19438,125 m3

2. SALURAN SEKUNDER SA2

A. BA1 = 57
BA3
SA3

BA4

1,5

1,5

T1ka

T2ki

59,9

57

h1
h1

55,9
Lebar tanggul (a) = 1,5 m
Lebar saluran (b) = 3 m
Elv dasar saluran = 55,9 m
Elv muka Tanggul = 59,9 m
m = 1,5 m

Panjang saluran = 652 m


Didapat h1 = 59,5 55,9 = 4 m
h1= 59,9 57 = 2,9 m

Volume Galian
AG1 = ( b + mh1) h1
= ( 3 + 1,5 x 4 ) 4 = 36 m
Volume Timbunan
ATI = 2 ( a + mh1) h1
= 2 ( 1,5 + 1,5 x 2,9 ) 2,9 = 33,93 m
B. BA2 = 49
BA4
SA4

1,5

1,5

T1ka

T2ki

51,9

49

h1

47,9
Lebar tanggul (a) = 1,5 m
Lebar saluran (b) = 3 m

h1

Elv dasar saluran = 47,9 m


Elv muka Tanggul = 51,9 m
m = 1,5 m
Panjang saluran = 652 m
Didapat h1 = 51,9 47,9 = 4 m
h1= 51,9 49

= 2,9 m

Volume Galian
AG1 = ( b + mh1) h1
= ( 3+ 1,5x 4 ) 4 = 36 m
Volume Timbunan
ATI = 2 (a+ mh1) h1
= 2 ( 1,5 + 1,5 x 2,9 ) 2,9 = 33,93 m

VTG = ( 36 + 36 ) x 652 x 0,5

= 23,472 m3

VIT = (33,93 + 33,93 ) x 652 x 0,5 = 22122,36 m3

3. SALURAN SEKUNDER SA3


A. BA2= 49
BA3
SA3

BA4

1,5

1,5

T1ka

T2ki

51,9

49

h1
h1

47,9
Lebar tanggul (a) = 1,5 m
Lebar saluran (b) = 3 m
Elv dasar saluran = 47,9 m
Elv muka Tanggul = 51,9 m
m = 1,5 m
Panjang saluran = 575 m
Didapat h1 = 51,9 47,9 = 4 m
h1= 51,9 49 = 47,9 m

Volume Galian
AG1 = ( b + mh1) h1
= ( 3+ 1,5x 4 ) 4 = 36 m
Volume Timbunan
ATI = 2 (a+ mh1) h1
= 2 ( 1,5 + 1,5 x 2,9 ) 2,9 = 33,93 m
B. BA3 = 44
BA4
SA4

1,0

1,0

T1ka

T2ki

46,9

44

h1
h1

42,9
Lebar tanggul (a)

= 1,0 m

Lebar saluran (b)

= 5

Elv dasar saluran

= 42,9 m

Elv muka Tanggul = 46,9 m

m = 1,0 m

Panjang saluran = 575 m


Didapat h1 = 46,9 42,9 = 4 m
h1= 46,9 44 = 2,9 m

Volume Galian
AG1 = ( b + mh1) h1
= ( 5 + 1,0 x 4 ) 4 = 36 m
Volume Timbunan
ATI = 2 (a + mh1) h1
= 2 ( 1,0 + 1,0 x 2,9 ) 2,9 = 22,62 m

VTG = (36 + 36 ) x 575 x 0,5

= 20700 m3

VIT = (33,93 + 22,62 ) x 575 x 0,5 = 16258,125 m3

PERHITUNGAN JUMLAH PERKIRAAN TINGGI PADA TERJUNAN (H0 )

Rumus :

I0 = RWLu - RwLd - H0
L
Ket :
RWLu = Tinggi muka air yang diperlukan pada bangunan sadap di hulu
RwLd = Tinggi muka air yang diperlukan pada bangunan sadap di hilir
H0 = Jumlah perkiraan kehilangan tinggi pada bangunan
L

= Panjang ruas

Perhitungan Terjunan untuk :


P1 = 4 Terjunan

I=

RWLu - RwLd - H0
L

21,86 . 10 4 = 65,8 64,45 - H0


750
21,86 . 10 4 = 0,0018 - H0
H0 = 21,86 . 10 4
0,0018
= 12144,4 . 10 4
= 1,214

A2 = 4 Terjunan

I = RWLu - RwLd - H0
L
21,86 . 10 4 = 65,8 57,45 - H0
875
21,86 . 10 4 = 0,00954 - H0
H0 = 21,86 . 10 4
0,00954
= 2191,4 . 10 4
= 0,229
A2 = 4 Terjunan

I = RWLu - RwLd - H0
L
21,86 . 10 4 = 65,8 49,45 - H0
657
21,86 . 10 4 = 0,00248 - H0
H0 = 21,86 . 10 4
0,00248
= 881,45 . 10 4
= 0,0881

A3 = 3 Terjunan

I = RWLu - RwLd - H0
L
8,1 . 10 4 = 65,8 44,45 - H0
575
8,1 . 10 4 = 0,00371 - H0
H0 = 21,86 . 10 4
0,0371
= 218,32 . 10 4
= 0,0218

Anda mungkin juga menyukai