Anda di halaman 1dari 14

Tugas Oseanografi Geologi

Diposkan oleh Agus Nurul K


Label: Ilmu Kelautan

BAB

PENDAHULUAN
1.Latar

Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki seismisitas tinggi, dengan kata lain daerah
yang sangat sering terjadi gempa. Gempa terjadi karena terjadinya tumbukan (tabrakan) antara dua
lempeng tektonik baik itu oceanic crust (lempeng samudera) dengan continet crust (lempeng benua)
maupun

antara

crust

yang

sama. Di

samping

itu

Untuk dapat memahami mengapa dan bagaimana salinitas samudera dapat terjadi kita perlu paling
tidak sedikit mengerti tentang konsep tektonik . Mempelajari konsep tektonik atau istilah yang sering
dipakai para geologist yaitu Teori Tektonik Lempengyang berarti mempelajari mekanisme bumi itu
sendiri.
2.Perumusan

Masalah

Keberlangsungan hidup suatu ekosistem tidak bisa lepas dari perngaruh lingkungan atau habitat yang
mengelilinginya. Pengaruh tersebut antara lain dikarenakan oleh adanya gejala alam seperti
terjadinya pergerakan tektonik divergen yang nantinya dari gejala alam ini akan terbentuk perbedaan
sebaran salinitas lingkungan (samudera). Dalam makalah ini sorotan masalah utama kami adalah
mempelajari pengaruh akibat terjadinya kedaan tektonik divergen lempeng terhadap sebaran salinitas
samudra.
3.Maksud

dan

Tujuan

Dengan disusunya makalah yang berjudul PENGARUH KONDISI TEKTONIK LEMPENG


DIVERGEN TERHADAP SEBARAN SALINITAS SAMUDERA diharapkan menjadi salah satu sumber
referensi pada kegiatan belajar-mengajar mata kuliah Oseanografi Geololgi bagi sarjana S1 Ilmu
Kelautan.
BAB

II

TINJAUAN
2.1.

UMUM
Pergerakan

Lempeng

(Plate

Movement)

Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya
(plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada
jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana
tiga

lempeng

2.1.1.

kerak

bertemu.

Batas

Divergen

Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah
lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen.
Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading).
Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley)
akibat

adanya

celah

antara

kedua

lempeng

yang

saling

menjauh

tersebut.

Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling
terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa
dan

Afrika

dengan

Benua

2.1.2.

Amerika.

(Gambar

Batas

1)
Konvergen

Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan
keduanya

bergerak

saling

menumpu

satu

sama

lain

(one

slip

beneath

another).

Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra
lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa.
Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di
wilayah

ini.

Batas

konvergen

1)antara

lempeng

2)antara

(gambar
ada
benua

samudra,

samudra,

dua

lempeng

yaitu

lempeng

lempeng

antara

Konvergen

macam,

dengan

dua

3)

2)

dan

lempeng

benuasamudra

benua.
(OceanicContinental)

(gambar

3)

Ketika suatu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng ini masuk ke lapisan
astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh. Pada lapisan litosfer tepat di atasnya,
terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic mountain range). Sementara di dasar laut tepat di
bagian

terjadi

penunjaman,

terbentuklah

parit

samudra

(oceanic

trench).

Pegunungan Andes di Amerika Selatan adalah salah satu pegunungan yang terbentuk dari proses ini.
Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Nazka dan Lempeng Amerika Selatan.
Konvergen

lempeng

samudrasamudra

(OceanicOceanic)

(Gambar

4)

Salah satu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng samudra lainnya, menyebabkan
terbentuknya parit di dasar laut, dan deretan gunung berapi yang pararel terhadap parit tersebut, juga
di dasar laut. Puncak sebagian gunung berapi ini ada yang timbul sampai ke permukaan, membentuk
gugusan

pulau

vulkanik

(volcanic

island

chain).

Pulau Aleutian di Alaska adalah salah satu contoh pulau vulkanik dari proses ini. Pulau ini terbentuk
dari

konvergensi

Konvergen

antara

Lempeng

lempeng

Pasifik

dan

benuabenua

Lempeng

Amerika

Utara.

(ContinentalContinental)

(gambar

5)

Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya. Karena keduanya adalah
lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak cukup berat untuk tenggelam masuk ke
astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian yang bertumbukan mengeras dan menebal, membentuk
deretan

pegunungan

non

vulkanik

(mountain

range).

Pegunungan Himalaya dan Plato Tibet adalah salah satu contoh pegunungan yang terbentuk dari
proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng India dan Lempeng Eurasia.
Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia. Jenis batas
antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia adalah lempeng yang
menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng tektonik
sekaligus,

yaitu

lempeng

Philipina,

Pasifik,

dan

Indo-Australia.

2.1.3.

Batas

Transform

Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak
sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas
transform

ini

juga

dikenal

sebagai

sesar

ubahan-bentuk

(transform

fault).

(gambar

6)

Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang berada di daratan, salah
satunya adalah Sesar San Andreas (San Andreas Fault) di California, USA. Sesar ini merupakan
pertemuan antara Lempeng Amerika Utara yang bergerak ke arah tenggara, dengan Lempeng Pasifik
yang

bergerak

ke

arah

barat

laut.

(gambar

7)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya
deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara Lempeng Indo-Australia
dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit
Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok,
serta

parit

samudra

yang

tak

lain

adalah

Parit

Jawa

(Sunda).

Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang
cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke
permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang
seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga
turut

meningkat

2.1.4.

Jenis-jenis

Tiga

jenis

batas

Batas

lempeng

(plate

Lempeng

boundary).

(gambar

8)

Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif terhadap
satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang berbeda di
permukaan.

Tiga

jenis

batas

lempeng

tersebut

adalah:

1.Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu
sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua
lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan
di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di
California.
2.Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng bergerak
menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas
divergen
3.Batas

konvergen/destruktif

(convergent/destructive

boundaries)

terjadi

jika

dua

lempeng

bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng
bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng
mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana
potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga
kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan
pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan
Andes

di

Amerika

Selatan

dan

busur

pulau

Jepang

(Japanese

island

arc).

2.1.5.

Kekuatan

Penggerak

Pergerakan

Lempeng

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter
astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari
energi yang menggerakkan tektonik lempeng. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih
cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya
menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempeng. Pada waktu
pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih
rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena
terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap
astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona
subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak pergerakan lempeng.
Kelemahan astenosfer memungkinkan lempeng untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona
subduksi [19] Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak pergerakan
lempeng, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya lempeng seperti lempeng
Amerika Utara, juga lempeng Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami subduksi di manapun.
Sumber penggerak ini masih menjadi topik penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu
bumi. Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik) menunjukkan adanya
distribusi kepadatan yang heterogen secara lateral di seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini
bisa bersifat material (dari kimia batuan), mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui
ekspansi dan kontraksi termal dari energi panas). Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara
lateral adalah konveksi mantel dari gaya apung (buoyancy forces) [20] Bagaimana konveksi mantel
berhubungan secara langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih menjadi bidang yang
sedang dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika. Dengan satu atau lain cara, energi ini harus
dipindahkan ke litosfer supaya lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam
pengaruhnya

ke

pergerakan

2.1.6.

planet,

yaitu

friksi

dan

Gaya

gravitasi.

Gesek

Basal

drag

Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer, sehingga pergerakan
didorong
Slab

oleh

gesekan

antara

astenosfer

dan

litosfer.
suction

Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona subduksi di palung
samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi dalam kondisi geodinamik di mana
tarikan basal terus bekerja pada lempeng ini pada saat ia masuk ke dalam mantel, meskipun
sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi lempengan, atas dan bawah
2.1.7.

Gravitasi

Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng di oceanic ridge.
Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada mantel panas yang merupakan
sumbernya, maka dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke dalam
mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan sedikit inklinasi lateral proporsional

dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam teks-teks geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering
disebut sebagai sebuah doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat adalah runtuhan
karena topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda dan topografi pematang (ridge) yang
melakukan pemekaran hanyalah fitur yang paling dominan. Sebagai contoh, pembengkakan litosfer
sebelum ia turun ke bawah lempeng yang bersebelahan menghasilkan kenampakan yang bisa
mempengaruhi topografi. Lalu, mantel plume yang menekan sisi bawah lempeng tektonik bisa juga
mengubah

topografi

dasar

Slab-pull

samudera.

(tarikan

lempengan)

Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng yang dingin dan padat yang turun
ke mantel di palung samudera.[21] Ada bukti yang cukup banyak bahwa konveksi juga terjadi di
mantel dengan skala cukup besar. Pergerakan ke atas materi di mid-oceanic ridge mungkin sekali
adalah bagian dari konveksi ini. Beberapa model awal Tektonik Lempeng menggambarkan bahwa
lempeng-lempeng ini menumpang di atas sel-sel seperti ban berjalan. Namun, kebanyakan ilmuwan
sekarang percaya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat untuk secara langsung menyebabkan
pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu. Slab pull sendiri sangat mungkin menjadi gaya terbesar yang
bekerja pada lempeng. Model yang lebih baru juga memberi peranan yang penting pada penyerotan
(suction) di palung, tetapi lempeng seperti Lempeng Amerika Utara tidak mengalami subduksi di
manapun juga, tetapi juga mengalami pergerakan seperti juga Lempeng Afrika, Eurasia, dan
Antarktika. Kekuatan penggerak utama untuk pergerakan lempeng dan sumber energinya itu sendiri
masih

menjadi

bahan

2.1.8.

riset

Gaya

yang

sedang
dari

berlangsung
luar

Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin Geological Society of
America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika Serikat berpendapat bahwa komponen
lempeng yang mengarah ke barat berasal dari rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang
mengikutinya. Mereka berkata karena Bumi berputar ke timur di bawah bulan, gravitasi bulan
meskipun sangat kecil menarik lapisan permuikaan bumi kembali ke barat. Beberapa juga
mengemukakan ide kontroversial bahwa hasil ini mungkin juga menjelaskan mengapa Venus dan
Mars tidak memiliki lempeng tektonik, yaitu karena ketiadaan bulan di Venus dan kecilnya ukuran
bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang di bumi.[22] Pemikiran ini sendiri sebetulnya tidaklah
baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan oleh bapak dari hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan
kemudian ditentang fisikawan Harold Jeffreys yang menghitung bahwa besarnya gaya gesek oasang
yang diperlukan akan dengan cepat membawa rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama. Banyak
lempeng juga bergerak ke utara dan barat, bahkan banyaknya pergerakan ke barat dasar Samudera
Pasifik adalah jika dilihat dari sudut pandang pusat pemekaran (spreading) di Samudera Pasifik yang
mengarah ke timur. Dikatakan juga bahwa relatif dengan mantel bawah, ada sedikit komponen yang
mengarah

ke

barat

2.1.9.

Signifikansi

pada
relatif

pergerakan
masing-masing

semua

lempeng
mekanisme

Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL. Vektor di sini menunjukkan arah dan
magnitudo

gerakan.

(gambar

9)

Vektor yang sebenarnya pada pergerakan sebuah planet harusnya menjadi fungsi semua gaya yang
bekerja pada lempeng itu. Namun, masalahnya adalah seberapa besar setiap proses ambil bagian
dalam pergerakan setiap lempeng Keragaman kondisi geodinamik dan sifat setiap lempeng
seharusnya menghasilkan perbedaan dalam seberapa proses-proses tersebut secara aktif
menggerakkan lempeng. satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melihat laju di mana

setiap lempeng bergerak dan mempertimbangkan bukti yang ada untuk setiap kekuatan penggerak
dari lempeng ini sejauh mungkin. Salah satu hubungan terpenting yang ditemukan adalah bahwa
lempeng litosferik yang lengket pada lempeng yang tersubduksi bergerak jauh lebih cepat daripada
lempeng yang tidak. Misalnya, Lempeng Pasifik dikelilingi zona subduksi (Ring of Fire) sehingga
bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng di Atlantik yang lengket pada benua yang berdekatan
dan bukan lempeng tersubduksi. Maka, gaya yang berhubungkan dengan lempeng yang bergerak ke
bawah (slab pull dan slab suction) adalah kekuatan penggerak yang menentukan pergerakan
lempeng kecuali untuk lempeng yang tidak disubduksikan. Walau bagaimanapun juga, kekuatan
penggerak pergerakan lempeng itu sendiri masih menjadi bahan perdebatan dan riset para ilmuwan

BAB

III

TINJAUAN
3.1.

KHUSUS
Teori

Tektonik

Lempeng

Bumi itu dinamis, tidak statis, didalam perut bumi inti bumi cair liquid outer core yang sangat panas
terus berputar mengelilingi inti bumi padat solid inner core yang dipercaya merupakan metal.
Pengaruhnya terhadap magnet bumi membuat bumi mempunyai 2 kutub magnet bumi.
Ada banyak lempeng benua dan lempeng samudera yang bergerak dengan arah dan kecepatan
tertentu. Dibawah lithosphere adalah asthenosphere dimana terdapat dapur magma yang sangat
panas dan dinamis berputar dengan siklusnya sendiri. Ini mendorong lithosphere dimana terdapat

plate diatasnya untuk bergerak dan SELALU BERGERAK. Gerakan awalnya sendiri (kita anggap
awal karena merupakan sumber dorongan) dari tempat naiknya magma yang mendorong lapisan
diatasnya untuk bergerak (magma yang keluar nanti setelah dingin dan membeku ikut membetuk
lapisan itu sendiri). Daerah itu disebut Divergent margin (atau biasa dikenal dengan spreading
center) bisa juga disebut daerah bukaan. Karena lempeng-lempeng bergerak, maka ada yang saling
bertumbukan atau bertabrakan yang disebut Convergent Margin. Convergent margin sendiri ada dua
jenis,

yaitu

subduction

(dimana

terjadi

penunjaman)

dan

collision

(terjadi

pengangkatansepertiHimalaya).
Dibawah ini kita lihat gambaran plate tektonik seluruh dunia dan daerah-daerah divergen maupun
convergent

margin.

(gambar

10)

Daerah Divergen biasanya berada di dasar samudera dan membelah dasar samudera karena
memang sumber magmanya sendiri yang mendorong lapisan batuan didasar samudera bergerak
berasal dari lapisan asthenosphere

dibawahnya.

Namun ada beberapa tempat kondisi ini

mendorong daratan diatasnya untuk saling menjauh (seperti di Afrika Timur dan Iceland). Jadi, pada
dasarnya ada plate saling menjauh, dan ada plate yang saling menekan,dan TERUS SALING
MENEKAN.
Kondisi tektonik di asia tenggara sangat-sangat komplek. Untuk Indonesia sendiri, secara umum,
dasar samudera pada bagian luar dari pantai terluar di Indonesia merupakan daerah convergen
dimana merupakan tempat tumbukan antara dua lempeng (atau lebih untuk daerah Indonesia Timur),
disebut juga subduction zone. Dan di sepanjang jalur subduction zone tersebut itulah jalur gempa
terjadi

(Kecuali

untuk

gempa-gempa

di

darat).

BAB

IV

PEMBAHASAN

4.1.

Mekanisme

Gempa

Secara sederhana terjadinya gempa dapat dijelaskan karena patah, atau karena adanya patahan
(disebut juga fault atau biasa disebut juga sesar oleh para geologist). Patahnya adalah batuan,
batuan

yang

berlapis-lapis

yang

menyusun

permukaan

bumi. (gambar

11)

Batuan memang bisa berlapis dan bisa patah, bahkan sebelum patah dia terbengkokkan (folding)
dulu.
Dibawah ini adalah beberapa gambar yang menunjukkan hal tersebut ternyata ada disekitar kita
walau

kita

jarang

memperhatikannya.

(gambar

12)

Secara umum ada tiga jenis patahan atau sesar, menurut mekanismenya, sesar naik (thrust fault
atau reverse fault), sesar mendatar atau sesar geser (strike slip), dan sesar normal (normal fault).
Jadi secara umum bisa dikatakan gempa terjadi ketika batuan patah, baik itu patah dan naik,
patah

dan

bergeser,

maupun

patah

dan

turun.

Patahan terjadi dikarenakan batuan mengalami tekanan ataupun tarikan secara terus menerus.
Apabila elastisitas batuan sudah jenuh, maka batuan akan patah untuk melepaskan energi dari
tekanan dan tarikan tersebut. Disaat menerima tekanan batuan akan terbengkokkan, dan setelah
melepaskan tekanannya batuan akan kembali ke bentuknya semula, ini dikenal dengan Elastic
Rebound

Theory.

Dengan demikian semakin menjelaskan kenapa pada jalur subduction zone merupakan jalur gempa,
atau merupakan tempat dimana pusat gempa terjadi. Subduction zone merupakan zona dimana
bertemunya dua lempeng, maka disitulah tempat yang mengalami tekanan secara terus menerus
selama jutaan tahun yang lalu sampai sekarang. Pada saat energi tekanan semakin besar dan
elastisitas batuannya sudah jenuh maka dia akan patah untuk melepaskan energi tekanan tersebut.
Jadi gempa terjadi BUKAN karena tumbukan dua lempeng seperti 2 mobil yang saling bertabrakan
yang asalnya saling jauh kemudian secara tiba-tiba saling bertabrakan sehingga terjadi crash,
memang untuk subduction zone gempa terjadi karena interaksi antara dua lempeng yang saling
menekan sehingga terakumulasi energi yang cukup besar, gempanya sendiri terjadi karena kondisi
batuan pada lempeng (crust) maupun/ataupun pada lithosphere patah untuk melepaskan energi
tekanan yang sudah tertumpuk disana selama kurun waktu tertentu. Mekanisme pelepasan energi
gempa pun bermacam-macam dan masih menjadi penelitian yang menarik bagi para peneliti di
bidang

geosience

dankegempaan.

Gempa yang terjadi di subduction zone di Indonesia bisa merupakan gempa dangkal (shallow
earthquake), menengah (intermediate earthquake), dan dalam (deep earthquake). Saya tidak akan
membahas mengenai hal ini dalam uraian ini karena mekanisme ketiga jenis gempa tersebut berbeda
dan

membutuhkan

uraian

tersendiri

untuk

pembahasannya

Bagaimana untuk gempa yang di darat?. Konsep dasarnya sama, itu terjadi karena adanya
tekanan atau tarikan dari kondisi tektonik bumi, kondisi geologi maupun kondisi morfologi. Maka di
darat pun dapat muncul sesar-sesar baru yang terjadi akibat gempa tektonik maupun akibat proses
geologi yang mengakibatkan sesar-sesar baru (sesar kuarter) apakah itu karena longsor (landslide)

maupun

karena

gempa

vulkanik

yang

besar,

atau

proses

geologi

lainnya.

Bagaimana untuk sesar-sesar yang sudah ada di daratan, seperti sesar sumatera yang panjang
membentang dan terbagi beberapa segmen?, Untuk sesar-sesar yang sudah ada di darat, itu akan
menjadi zona lemah. Maksudnya adalah daerah tersebut menjadi daerah rawan gempa dikarenakan
batuannya sudah patah, sehingga bisa bergeser kembali apabila mendapat tekanan maupun tarikan.
Ditambah lagi gempa di daerah sesar bisa dipicu oleh gempa lain yang memberikan cukup tekanan
pada

daerah

patahan.

Aktivitas gempa di Indonesia salah satu yang paling tingi di dunia, kalau dari pembaca sekalian ada
yang menyempatkan diri berkunjung ke Pusat Gempa Nasional gedung operasional BMG lantai 3
disana dapat dilihat Peta Seismotektonik Indonesia, dimana menunjukan aktivitas seismik
(kegempaan) di wilayah Indonesia. Dapat dilihat disana bahwa Indonesia memiliki kerentanan yang
tinggi

terhadap

gempa.

Lalu

kita

harus

bagaimana?

Sangat bijaksana untuk mengetahui kondisi daerah Indonesia, khususnya daerah kita sendiri
dimana kita tinggal. Cari tahu dan pahami kondisi sekitar kita. Apakah daerah kita merupakan
daerah rawan gempa?, atau merupakan daerah sesar?, daerah patahan aktif?. Dimanapun kita
berada usahakan mengenal daerah kita dengan baik, sehingga kita tahu kemana arah pembangunan
daerah kita, apa yang diperlukan daerah tempat tinggal kita, dapat menyesuaikan pembangunan
daerah dengan kondisi alam di daerah kita, bahkan kita dituntut siap akan segala kemungkinan
apabila

terjadi

bencana

4.2.

harus

berada

Tatanan

4.2.1.

dimana

dan

harus

Tektonik

berbuat

apa.

Indonesia

Tektonik

Lempeng

Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika bumi tentang pembentukan
jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang
diakibatkan
4.3.

oleh

pergerakan
Lempeng

lempeng.(

gambar

dan

13

pergerakannya

Menurut teori ini kerakbumi (lithosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif
dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas, atau bisa juga
disamakan dengan pulau es yang mengapung di atas air laut. Ada dua kjenis kerak bumi yakni kerak
samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera
sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera.
Kerakbumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di
dalam astenofer menyebabkan kerakbumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang
disebut lempeng kerakbumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak
samudera atau keduanya. Arus konvensi tersebut merupakan sumber kekuatan utama yang
menyebabkan
4.4.

terjadinya
Akibat

pergerakan
Pergerakan

lempeng.
Lempeng

Pergerakan lempeng kerakbumi ada 3 macam yaitu pergerakan yang saling mendekati, saling
menjauh

dan

saling

berpapasan.

Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari
lempeng akan menunjam ke bawah yang lain. Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang
dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman akan

terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunungapi serta berbagai cekungan pengendapan.
Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan antara lempeng Ind0-Australia dan Lempeng
Eurasia menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunungapi Sumatera, Jawa
dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah,
Sumatera

Selatan

dan

Cekungan

Jawa

Utara.

Pergerakan lempeng saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerakbumi dan
akhirnya terjadi pengeluaran material baru dari mantel membentuk jalur magmatik atau gunungapi.
Contoh pembentukan gunungapi di Pematang Tengah Samudera di Lautan Pasific dan Benua Afrika.
Pergerakan saling berpapasan dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya
Sesar

Besar

San

4.5.

Andreas

di

Amerika.

Kegiatan

Tektonik

Pergerakan lempeng kerakbumi yang saling bertumbukan akan membentuk zona sudaksi dan
menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal maupun vertikal, yang akan membentuk pegunungan
lipatan, jalur gunungapi/magmatik, persesaran batuan, dan jalur gempabumi serta terbentuknya
wilayah tektonik tertentu. Selain itu terbentuk juga berbagai jenis cekungan pengendapan batuan
sedimen seperti palung (parit), cekungan busurmuka, cekungan antar gunung dan cekungan busur
belakang. Pada jalur gunungapi/magmatik biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas, perak
dan tembaga, sedangkan pada jalur penunjaman akan ditemukan mineral kromit. Setiap wilayah
tektonik memiliki ciri atau indikasi tertentu, baik batuan, mineralisasi, struktur maupun kegempaanya.
4.6.

Perkembangan

Tatanan

Tektonik

Indonesia

Pada 50 juta tahun yang lalu (Awal Eosen), setelah benua kecil India bertubrukan dengan Himalaya,
ujung tenggara benua Eurasia tersesarkan lebih jauh ke arah tenggara dan membentuk kawasan
Indonesia bagian barat. Saat itu kawasan Indonesia bagian timur masih berupa laut (laut Filipina dan
Samudra Pasifik). Lajur penunjaman yang bergiat sejak akhir Mesozoikum di sebelah barat
Sumatera, menyambung ke selatan Jawa dan melingkar ke tenggara - timur Kalimantan - Sulawesi
Barat,

mulai

melemah

pada

Paleosen

dan

berhenti

pada

kala

Eosen.

Pada 45 juta tahun lalu. Lengan Utara Sulawesi terbentuk bersamaan dengan jalur Ofiolit Jamboles.
Sedangkan

jalur

Ofiolit

Sulawesi

Timur

masih

berada

di

belahan

selatan

bumi.

Pada 20 jutatahun lalu benua-benua mikro bertubrukan dengan jalur Ofiloit Sulawesi Timur, dan Laut
Maluku terbentuk sebagai bagian dari Lut pilipina. Laut Cina Selatan mulai membuka dan jalur
tunjaman

di

utara

Serawak

Sabah

mulai

aktif.

pada 10 juta tahun lalu, benua mikro Tukang Besi - Buton bertubrukan dengan jalur Ofiolit di Sulawesi
Tenggara, tunjaman ganda terjadi di kawasan Laut Maluku, dan Laut Serawak terbentuk di Utara
Kalimantan
pada 5 juta tahun lalu, benua mikro Banggai-Sula bertubrukan dengan jalur ofiolit Sulawesi Timur, dan
mulai
4.7.

aktif

tunjangan
Lempeng

miring

di
Tektonik

utara

Irian

Jaya-Papua

(Tectonic

Nugini.
Plate)

Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis dan
keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terusmenerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa
bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua,
dan

samudra.

Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra (oceanic
crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth's mantle). Kerak benua dan kerak samudra,
beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih
tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak
samudra

(mafik)

lebih

berat

disbanding

elemen-elemen

pada

kerak

bumi

(felsik)

Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan
di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan
(fluid)/
Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan
lainnya. Berikut adalah nama-nama lempenglempeng tektonikyang ada di bumi, dan lokasinya bisa
dilihat

pada

peta

tektonik.

Aktivitas tektonik adalah aktivitas yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng yang ada pada
kerak bumi ( litosphere ). Hasil dari tumbukan antar lempeng dapat menghasilkan pegunungan
( orogenesa ), aktivitas magmatis dan aktivitas gunug api ( volcanism). Teori tektonik lempeng adalah
suatu teori yang mendasarkan pada hipotesa Pemekaran Lantai Samudera ( Sea-floor spreading )
dan

hipotesa

Pengapungan

benua(Continental

drift).

Hipotesa pemekaran lantai samudera menjelaskan bahwa bagian kulit bumi yang ada di dasar
samudera Atlantik tepatnya di pematang tengah samudera ( mid-oceanic ridges ) terjadi suatu
pembentukan

material

baru

litosphere

yang

berasal

dari

dalam

bumi.

Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang disokong oleh magma di bawahnya.
Disebabkan

ini

maka

lempeng

tektonik

ini

bebas

untuk

menggesek

satu

sama

lain.

Pergerakan antara lempeng tektonik ini tidak berjalan secara perlahan-lahan. Sebaliknya pergeseran
antara tanah dan batu yang membentuk lempeng tektonik menyebabkan pergeseran itu berjalan
tersentak-sentak.

Pergerakan

inilah

yang

menyebabkan

terjadinya

gempa

bumi.

Daratan dan juga dasar lautan akan secara perlahan-lahan dibawa ke arah kedudukan baru apabila
lempeng beralih. Batas lempeng ditandai oleh lingkaran gempa bumi dan rangkaian gunung berapi.
Teori lempeng tektonik muncul setelah Alfred Wegener dalam bukunya The Origin of Continents and
Oceans (1915) mengemukakan bahwa benua yang padat sebenarnya terapung dan bergerak di atas
massa

yang

relatif

lembek

(continental

drift).

Gravitasi dianggap sebagai penyebab utama dari semua pergerakan lempeng. Gaya gravitasi
menarik lempeng yang tersubduksi karena bagian itu memang lebih tua dan lebih berat bobotnya.
Kemudian karena tertarik, ada celah di tengah punggung samudera yang kemudian terisi material dari
dalam

mantel.

Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang disokong oleh magma di bawahnya.
Disebabkan

ini

maka

lempeng

tektonik

ini

bebas

untuk

menggesek

satu

sama

lain.

Pergerakan antara lempeng tektonik ini tidak berjalan secara perlahan-lahan. Sebaliknya pergeseran
antara tanah dan batu yang membentuk lempeng tektonik menyebabkan pergeseran itu berjalan
tersentak-sentak.

Pergerakan

inilah

yang

menyebabkan

terjadinya

gempa

bumi.

Daratan dan juga dasar lautan akan secara perlahan-lahan dibawa ke arah kedudukan baru apabila
lempeng beralih. Batas lempeng ditandai oleh lingkaran gempa bumi dan rangkaian gunung berapi.
Teori lempeng tektonik muncul setelah Alfred Wegener dalam bukunya The Origin of Continents and
Oceans (1915) mengemukakan bahwa benua yang padat sebenarnya terapung dan bergerak di atas
massa

yang

relatif

lembek

(continental

drift).

Gravitasi dianggap sebagai penyebab utama dari semua pergerakan lempeng. Gaya gravitasi
menarik lempeng yang tersubduksi karena bagian itu memang lebih tua dan lebih berat bobotnya.
Kemudian karena tertarik, ada celah di tengah punggung samudera yang kemudian terisi material dari
dalam

mantel.

Lempeng Eurasia adalah lempeng tektonik terbesar ketiga yang berada di daerah Eurasia, daratan
yang terdiri dari benua Eropa dan Asia kecuali di daerah India, Jazirah Arab, dan timur Pegunungan
Verkhoyansk di Siberia Timur. Sisi timurnya dibatasi Lempeng Amerika Utara dan Lempeng Filipina.
Sisi selatannya dibatasi Lempeng Afrika, Lempeng Arab dan Lempeng Indo-Australia. Sisi baratnya
dibatasi

oleh

Lempeng

Amerika

Utara.

Lempeng Burma adalah lempeng tektonik kecil yang terletak di Asia Tenggara, sering dianggap
sebagai bagian dari lempeng Eurasia. Kepulauan Andaman, Kepulauan Nikobar, dan Sumatra barat
laut terletak di lempeng ini. Busur pulau ini memisahkan Laut Andaman dari Samudra Hindia. (gambar
13)
Pergeseran kerak bumi atau diastropisme merupakan terjadinya pergeseran muka bumi yang
dipengaruhi oleh adanya gerakan-gerakan kerak bumi. Gerakan-gerakan tersebut mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk yang menghasilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. Termasuk
dalam struktur diastropik tersebut, yaitu pelengkungan, pelipatan, patahan, dan retakan.
Lempeng

Pasifik

ialah

lempeng

tektonik

samudra

di

dasar

Samudra

Pasifik.

Ke utara di sisi timur ada batas divergen dengan Lempeng Penjelajah, Juan de Fuca dan Gorda yang
berturut-turut membentuk Punggung Penjelajah, Juan de Fuca dan Gorda. Ke tengah di bagian sisi
timur ada batas peralihan dengan Lempeng Amerika Utara sepanjang Patahan San Andreas dan
batas dengan Lempeng Cocos. Ke selatan di bagian timur ada batas divergen dengan Lempeng
Nazca

yang

Lempeng

membentuk

Pasifik,

Tanjakan

ditunjukkan

Pasifik
dalam

Timur.
warna

(gambar
kuning

14)
muda.

Di bagian selatan ada batas divergen dengan Lempeng Antarktika yang membentuk Punggung
Pasifik-Antarktika.
Di bagian barat ada batas konvergen yang mensubduksi di bawah Lempeng Eurasia ke utara dan
Lempeng Filipina di tengah yang membentuk Parit Mariana. Di selatan, Lempeng Pasifik memiliki
batas yang kompleks namun umumnya konvergen dengan Lempeng Indo-Australia, yang
mensubduksi di bawahnya ke utara Selandia Baru. Patahan Alpen menandai batas peralihan antara 2
lempeng, dan lebih lanjut ke utara Lempeng Indo-Australia mensubduksi di bawah Lempeng Pasifik.
Di bagian utara ada batas konvergen yang mensubduksi di bawah Lempeng Amerika Utara yang
membentuk
Lempeng

Pasifik

BAB

Parit
memuat

Aleut
interior

dan
hot

spot

Kepulauan
dalam

yang

Aleut
membentuk

di

dekatnya.

Kepulauan

Hawaii
V

KESIMPULAN
Kesimpilan yang dapat kami petik dari penyusunan makalah ini adalah bahwa pengaruh kondisi
tektonik divergen terhadap sebaran salinitas samudera adalah batas antara lempeng yang saling
menjauh satu dan yang lainnnya yang menyebabkans ebaran salinitas di samurdera berbeda-beda.

BAB

VI

DAFTAR
1.^

Read

PUSTAKA
HH,

Watson

Janet

(1975).

Introduction

to

Geology.

Halsted,

13-15.

2.^ Kious WJ, Tilling RI [February 1996]. "Historical perspective", This Dynamic Earth: the Story of
Plate Tectonics, Online edition, U.S. Geological Survey. ISBN 0160482208. Diakses pada 29 Januari
2008. Abraham Ortelius in his work Thesaurus Geographicus ... suggested that the Americas were
"torn away from Europe and Africa ... by earthquakes and floods ... The vestiges of the rupture reveal
themselves, if someone brings forward a map of the world and considers carefully the coasts of the
three

[continents]."

3.^ a b Frankel Henry (1978-07). "Arthur Holmes and Continental Drift". The British Journal for the
History

of

Science

11

(2):

130150.

4.^ Joly J (1909). Radioactivity and Geology: An Account of the Influence of Radioactive Energy on
Terrestrial

History.

Archibald

Constable.

ISBN

1402135777.

5.^ Thomson W (1863). "On the secular cooling of the earth". Philosophical Magazine 4 (25): 114.
DOI:10.1080/14786435908238225.
6.^ Hughes Patrick. Alfred Wegener (1880-1930): A Geographic Jigsaw Puzzle. On the Shoulders of
Giants. Earth Observatory, NASA. Diakses pada 2007-12-26 Kutipan: ... on January 6, 1912,
Wegener ... proposed instead a grand vision of drifting continents and widening seas to explain the
evolution

of

Earth's

geography.

7.^ Alfred Wegener (1966). The Origin of Continents and Oceans. Courier Dover, 246. ISBN
0486617084.
8.^ Hughes Patrick. Alfred Wegener (1880-1930): The Origin of Continents and Oceans. On the
Shoulders of Giants. Earth Observatory, NASA. Diakses pada 2007-12-26 Kutipan: By his third edition
(1922), Wegener was citing geological evidence that some 300 million years ago all the continents
had been joined in a supercontinent stretching from pole to pole. He called it Pangaea (all lands), ...
9.Curray, JR. 2002 Chapman Conference on Continent - Ocean Interactions within the East Asian
Marginal Seas. Tectonics and History of the Andaman Sea Region (abstract). Diakses pada 7
September

2005

pdf

10.Paul, J., Burgmann, R., Gaur, V. K., Bilham, R. Larson, K. M., Ananda, M. B., Jade, S., Mukal, M.,

Anupama, T. S.. Satyal, G., Kumar, D. 2001 The motion and active deformation of India. Geophys.
Res.

Lett.

Vol.

28

No.

04

647-651

2001.

11.^ Korgen Ben J (1995). "A Voice From the Past: John Lyman and the Plate Tectonics Story" (PDF).
Oceanography

(1):

1920.

12.^ Spiess Fred, Kuperman William (2003). "The Marine Physical Laboratory at Scripps" (PDF).
Oceanography

16

(3):

4554.

13.^ Mason RG, Raff AD (1961). "Magnetic survey off the west coast of the United States between
32N latitude and 42N latitude". Bulletin of the Geological Society of America 72: 12591266. DOI:
[1259:MSOTWC2.0.CO;2

10.1130/0016-7606(1961)72[1259:MSOTWC]2.0.CO;2].

14.^ Raff AD, Mason RG (1961). "Magnetic survey off the west coast of the United States between
40N latitude and 52N latitude". Bulletin of the Geological Society of America 72: 12671270. DOI:
[1267:MSOTWC2.0.CO;2

10.1130/0016-7606(1961)72[1267:MSOTWC]2.0.CO;2].

15.^ Huang Zhen Shao. (1997). Speed of the Continental Plates. The Physics Factbook.
16.^ (2000) The Oxford Companion to The Earth. Oxford University Press. ISBN 0198540396.
17.^ Schmidt Victor A, Harbert William. "The Living Machine: Plate Tectonics", Planet Earth and the
New

Geosciences,

third.

ISBN

0787242969.

Diakses

pada

28

Januari

2008.

18.^ Pedro Mendia-Landa. Myths and Legends on Natural Disasters: Making Sense of Our World.
Diakses

pada

2008-02-05

19.^ Tanimoto Toshiro, Lay Thorne (2000-11-07). "Mantle dynamics and seismic tomography".
Proceedings

of

the

National

Academy

of

Science

97

(23):

1240912410.

DOI:10.1073/pnas.210382197.
20.^ Conrad CP, Lithgow-Bertelloni C (2002). "How Mantle Slabs Drive Plate Tectonics". Science 298
(5591): L45. DOI:10.1126/science.1074161.

Anda mungkin juga menyukai