Anda di halaman 1dari 1

Workshop dan ToT

Aplikasi Bioteknologi Kedelai sebagai Warisan Budaya Indonesia menuju


Pasar Global Dunia
Oleh Slamet Purwanto1
Pada hari Jumat, 11 Maret 2016 dosen UNIDA Gontor, Prodi TIP dan Agroteknologi,
mengikuti acara workshop dan ToT (Training of Trainer) yang diselenggarakan oleh
Prodi Pendidikan Biologi IKIP PGRI Madiun. Acara tersebut terselenggara atas
dukungan AMPIBI, USSES dan Forum Tempe Indonesia (FTI).
Acara tersebut mengusung tema Aplikasi Bioteknologi Kedelai sebagai Warisan
Budaya Indonesia menuju Pasar Global Dunia. Para dosen yang mengikuti acara
tersebut mendapatkan pengetahuan tentang dunia pertempean, khususnya di Indonesia.
Tempe merupakan makanan khas yang asli berasal dari Indonesia. Saat ini, tempe
telah menjadi makanan yang mendunia dan diterima oleh lidah orang dari berbagai
negara. Mengingat kasus klaim budaya oleh negara lain, maka Forum Tempe
Indonesia mempunyai visi untuk mengangkat tempe menjadi warisan budaya
Indonesia yang diakui oleh dunia, oleh UNESCO.
Prof. Made Astawan dan Dr Dadi yang menjadi narasumber dalam acara tersebut
menyampaikan pentingnya untuk memproduksi tempe yang berkualitas. Kualitas
dilihat dari sisi higienis, standar mutu pengemasan dan budaya produksi.
Permasalahan yang muncul di pengrajin tempe di Indonesia adalah standar produksi
yang kualitasnya masih rendah. Melalui rumah tempe Indonesia, FTI berusaha
memperbaiki kualitas tempe yang dihasilkan oleh pengrajin tempe di Indonesia.
Indonesia telah memiliki standar mutu tentang tempe yaitu SNI 3144:2009. Dalam
standar mutu tersebut disebutkan ambang batas cemaran logam dan cemaran mikroba.
Pembuatan tempe yang menggunakan drum bekas, pada saat perebusan, seringkali
ditengarai menjadi pemicu tingginya kadar logam dalam tempe. Sebagai solusinya
adalah menggunakan bahan yang anti karat atau anti korosif seperti bahan stainless
steel (SS). SS bersifat lebih tahan lama dibandingkan dengan drum bekas. Secara
ekonomi, harganya lebih murah. Perlu dicatat bahwa drum bekas seringkali diganti
setelah 3 bulan pemakaian, karena bocor.
Standar mutu seperti Standard Operating Procedure (SOP), Good Hygienic Process
(GHP), Good Manufacturing Practice (GMP) dan Hazard Analysis Critical Control
Point (HACCP) sejatinya mulai diikuti untuk masuk ke pasar global. Terlebih lagi
sekarang Indonesia sudah memasuki masyarakat ekonomi ASEAN yang dikenal
dengan nama MEA. Kerjasama berbagai pihak seperti perbankan, pemerintah (dinas
terkait), penyedia kedelai (importir), dan kalangan terdidik sangat penting untuk
merubah pola pikir pengrajin tempe ke arah yang lebih baik.
1

Slamet Purwanto adalah dosen pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo. More info: http:tip.unida.gontor.ac.id

Anda mungkin juga menyukai