Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MATA KULIAH BIOKIMIA TUMBUHAN

METABOLIT SEKUNDER ; JENIS, JALUR BIOSINTESIS DAN


KEGUNAANNYA

Sonia Dwiananta Yusantri


Caecilia Jessica Unarso
Agustina Tri Puspitasari
Aprilita Putri Defan Ritonga
Bella Marisa
Gempur Irawan S P
Daniel Steven
Agustinus Hadi Prasetyo

G84120005
G84120008
G84120023
G84120025
G84120019
G84120058
G84120066
G84120080

Departemen Biokimia
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
2015

Daftar Pustaka
Alkaloid................................................................................................... 1
Tata nama, dan Biosintesis Alkaloid............................................................1
Flavonoid................................................................................................. 3
Tata nama dan Jalur sintesis Flavonoid.......................................................3
1. Jalur poliketida................................................................................ 3
2. Jalur Fenilpropanoid.........................................................................3
Asam Fenolik............................................................................................ 5
Tata nama dan Biosintesis Asam Fenolik.....................................................7
Tanin....................................................................................................... 7
Tata nama dan Jalur Biosintesis Tanin........................................................8
Saponin.................................................................................................. 11
Tata nama dan Jalur Biosintesis Saponin...................................................12
Steroid................................................................................................... 14
Triterpenoid............................................................................................ 19
Jalur Biosintesis Triterpenoid..................................................................20
Daftar Pustaka........................................................................................ 24

Alkaloid
Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas
dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu
atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom
nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloid
yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat
beracun dan ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting, dan kulit
batang.

Tata nama, dan Biosintesis Alkaloid


Alkaloid tidak mempunyai tata nama yang sistematik. Suatu alkaloid
dinyatakan dalam nama trivial, misalnya morfin dan kuinin. Hampir semua
alkaloid memiliki nama trivial berakhiran in. Sebagian besar alkaloid dibentuk
dari banyak asam amino yaitu lisin, ornitin, fenilalanin, tirosin dan triptofan, serta
kerangka-kerangka asam amino tersebut sebagian besar masih tetap asli di dalam
alkaloid-alkaloid turunannya. Mevalolat dan asetat merupakan titik awal yang
penting dari metabolisme primer (Manitto 1992). Sebagian besar dari rumpun
alkaloid indol monoterpenoid (AIM) dengan lebih dari 1800 anggota yang
memiliki perbedaan struktur kimia (Kutchan 1995). Alkaloid indol monoterpenoid
(AIM) umumnya dihasilkan oleh tanaman Loganiaceae, Apocynaceae, dan
Rubiaceae. Salah satu contoh AIM adalah reserpin yang berasal dari akar pule
pandak (Natalia 2010).

Gambar 1 Pembentukan alkaloid indol dapat melalui jalur shikimat dan


mevalonat.
Menurut Whitmer et al. (1998) dan Pierre et al. (1999) dari jalur shikimat,
triptofan terbentuk dari reaksi dekarbosilasi yang dikatalisis oleh triptofan
dekarbosilase (TDC) kemudian terbentuk triptamin yang digunakan sebagai
substrat dari enzim 10-striktosidin sintase. Pada jalur mevalonat, sekologanin
terbentuk dari katalisis oleh enzim geraniol 10-hidroksilase dan enzim sitokrom
P-450 reduktase (CPR) yang akan mengkatalisis geraniol menjadi 10-hidroksilgeraniol lalu membentuk loganin. Loganin dengan katalisis enzim sekologanin
sintase (SLS) akan membentuk monoterpen sekologanin. Kondensasi antara

triptamin (jalur indol) dengan sekologanin (jalur terpenoid) akan membentuk


striktosidin yang merupakan precursor utama alkaloid indol monoterpenoid (salah
satunya reserpin). Sintesis tersebut melibatkan enzim striktosidin sintase (Natalia
2010). Biosintesis alkaloid indol monoterpenoid (salah satunya adalah reserpin)
dari triptofan menurut Kutchan (1995) dan Shanks et al. (1998) disajikan pada
Gambar 2.

Gambar2 Biosintesis alkaloid indol monoterpenoid dari triptofan (Kutchan


1995; Shanks et al. 1998)

Gambar 3 Pathway pembentukan alkaloid dari tirosin

Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dimiliki oleh sebagian besar
tumbuhan hijau dan biasanya terkonsentrasi pada biji, buah, kulit buah, kulit
kayu, daun dan bunga. Flavonoid pada sejumlah tumbuhan obat dilaporkan
memiliki sifat antibakteri, antiinflamasi, antialergi, antimutagenik, antiviral,
antineoplastik, dan antitrombotik (Supriyati 2006).

Tata nama dan Jalur sintesis Flavonoid


Secara umum flavonoid (Gambar 4) terdiri atas dua cincin karbon yang
membentuk susunan C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan
oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga.
Adanya sistem aromatik yang terkonjugasi menunjukkan pita serapan kuat pada
daerah spektrum ultraviolet (UV) dan spektrum tampak. Sintesis flavonoid pada
tanaman berasal dari asam amino fenilalanin dan tirosin yang merupakan hasil
dari jalur sikimat. Kedua asam amino ini akan mengubah stuktur cincinnya
menjadi senyawa fenol sederhana dan masuk dalam lintasan malonat (Gambar 6).
Secara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua jalur yaitu jalur poliketida,
dan jalur fenil propanoid. Jalur poliketida ini merupakan serangkaian reaksi
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat. Sedangkan jalur fenilpropanoid atau
biasa disebut jalur shikimate
1. Jalur poliketida
Reaksi yang terjadi pada jalur ini diawali dengan adanya reaksi antara
asetilCoA dengan
CO yang akan menghasilan malonatCoA. Setelah itu
malonatCoA akanbereaksi dengan asetilCoA menjadi asetoasetilCoA.
AsetoaseilCoA yang terbentuk akan bereaksi dengan malonatCoA dan reaksi ini
akan berlanjut sehingga membentuk poliasetil. Poliasetil yang terbentuk akan
berkondensasi dan berekasi dengan hasil dari jalur fenilpropanoid akan
membentuk suatu flavonoid. Jenis flavonoid yang terbentuk dipengaruhi dari
bahan fenilpropanoid
2. Jalur Fenilpropanoid.
Jalur ini merupakan bagian dari glikolisis tetapi tidak memperoleh suatu
asam piruvat melainkan memperoleh asam shikimat. Reaksi ini melibatkan
eritrosa dan fosfo enol piruvat. Asam shikimat yang terbentuk akan
ditransformasikan menjadi suatu asam amino yaitu fenilalanin dan tirosin.
Fenilalanin akan melepas NH3 dan membentuk asam sinamat sedangkan tirosin
akan membentuk senyawa turunan asam sinamat karena adanya subtitusi pada
gugus benzennya.
Sintesis flavonoid membutuhkan sebuah prekursor kalkon. Tahap awal
lintasan malonat ini mengunakan p-Komaril-KoA dan 3 molekul malonil KoA
dengan enzim kalkon sintetase (CHS), dengan melepaskan 3 molekul CO2 dan 4
molekul KoASH membuat sintesis kalkon ini bersifat irreversible dan
menghasilkan flavonoid (Gambar 7) (Heldt 2005). Kombinasi yang beragam dari
gugus hidroksil, gula, oksigen, dan metal pada struktur ini menjadi dasar

pembagian golongan flavonoid menjadi flavonol, flavanon, flavon, flavan-3-ol


(katekin), antosianidin, dan isoflavon (Markham 1988). Penggolongan jenis
flavonoid ini dalam jaringan tumbuhan mula-mula didasarkan pada telaah sifat
kelarutan dan reaksi warna. Flavon dan flavonoid terdapat universal sedangkan
isoflavon dan biflavonoid hanya terdapat pada beberapa suku tumbuhan. Segi
penting dari penyebaran flavonoid dalam tumbuhan adalah adanya kecenderungan
kuat bahwa tumbuhan yang secara taksonomi berkaitan akan menghasilkan
flavonoid dengan jenis serupa. Informasi yang berguna tentang jenis flavonoid
yang mungkin ditemukan pada tumbuhan yang sedang ditelaah sering kali dapat
diperoleh melalui pustaka tentang flavonoid yang telah ditelaah lebih dahulu
dalam tumbuhan yang berkaitan dari marga dan suku yang sama.

Gambar 4. Struktur flavoniod (Supriyati 2006)

Gambar 5 Jalur Sintesis Flavonoid (Supriyati 2006)

Gambar 6 Sintesis metabolit sekunder pada tanaman (Heldt 2005)

Gambar 7 Lintasan malonat (Heldt 2005)


.

Asam Fenolik
Asam fenolik adalah metabolit sekunder yang terkandung menyebar pada
kerajaan tumbuhan. Senyawa fenolik memberi rasa yang unik, flavour dan
ditemukan pada sayuran serta buah-buahan dengan kemampuan meningkatkan
kesehatan. Oleh sebab itu, peningkatan konsentrasi fenolik pada tumbuhan
membuatnya memiliki kualitas lebih baik. Senyawa fenolik sangat krusial bagi

pertumbuhan tumbuhan dan reproduksi, dan diproduksi sebagai respon terhadap


faktor lingkungan (cahaya, polusi dan sebagainya) dan bentuk perlindungan
terhadap cedera pada tumbuhan. Beberapa studi menyatakan adanya keterkaitan
antara stress pada lingkungan dan akumulasi aktivitas antioksidan yang
dihasilkan. Pennycooke et al (2005) melaporkan bahwa chilling stress mendorong
peningkatan konten fenolik dan kapasitas antioksidan dalam petunia. Beberapa
studi menyatakan adanya keterkaitan antara stress pada lingkungan dan akumulasi
aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Pennycooke et al (2005) melaporkan bahwa
chilling stress mendorong peningkatan konten fenolik dan kapasitas antioksidan
dalam petunia (Ghasemzadeh and Neda 2011).
Senyawa asam fenolik dan manfaatnya telah menjadi subjek bahasan
dalam jumlah besar pada pertanian, dunia biologi, maupun studi medis. Senyawa
ini membentuk beragam kelompok yang didistribusikan dalam bentuk
hidroksibenzoit dan asam hidroksinamik. Senyawa asam hidroksinamik umumnya
diproduksi sebagai ester sederhana dengan glukosa atau asam hidroksi
karbosiklik. Senyawa fenolik tumbuhan beragam dalam struktur molekulernya
dan dikenali dengan cincin hidroksilatid aromatik. Senyawa fenolik pada
tumbuhan terpolimerisasi menjadi molekul lebih besar seperti proantosianidin
(PA; tanin terkondensasi) dan lignin. Selain itu, asam fenolik meningkat pada
tumbuhan sebagai glikosida atau ester dengan senyawa natural lainnya seperti
sterol, alkohol, glukosida dan asam lemak hidroksi (Ghasemzadeh and Neda
2011).
Senyawa fenolik memiliki beberapa kemampuan medis yang
menguntungkan diantaranya aktivitas antioksidannya. Mekanisme aktivitas
antioksidannya adalah menjebak spesies redikal seperti ROS atau reactive
nitrogen spesies (RNS), menekan pembentukan ROS/RNS dengan menginhibisi
beberapa enzim atau melakukan proses pengkelatan terhadap produksi radikal
bebas dan meningkatkan perlindungan antioksidan. Aktivitas reduksi pada
senyawa fenolik ini bergantung pada jumlah gugus hidorksil bebasnya pada
struktur molekular, yang akan diperkuat dengan halangan sterik. Beberapa contoh
senyawa fenol yang memiliki kemampuan antioksidan adalah kaemprefol, asam
rutin galak, quercetin yang terkandung pada ginseng muda (Zingiber officinale)
(Ghasemzadeh and Neda 2011).
Senyawa fenolik juga mampu bertindak sebagai antikanker. Aktivitas
antioksidannya mendukung kemampuan senyawa ini sebagai penginhibisi kanker.
Contoh fenolik yang bersifat antikanker adalahh kaemprefol, quercetin,
antosianin, asam koumarat dan asam elagik, terbukti menghambat pertumbuhan
kanker payudara (MCF-7), mulut (KB, CAL-27), usus (HT-29, HCT-116) dan sel
tumor prostat (LNCaP, DU-145) (Ghasemzadeh and Neda 2011).

Gambar 8 Struktur senyawa fenolik

Tata nama dan Biosintesis Asam Fenolik


Senyawa fenolik dibentuk melalui jalur asam sikimat. Jalur asam sikimat
adalah rute utama dalam biosintesis senyawa aromatik pada tumbuhan dan
mikroorganisme. Kebanyakan senyawa metabolit sekunder dengan kemampuan
antioksidan termasuk kelompok fenolik disintesis melewati jalur asam sikimat.
Tahapan pertama dalam jalur asam sikimat adalah reaksi kondensasi dari
erythrose-4-phosphate yang merupakan produk dari jalur pentosa fosfat. Hasil
kondensasi berupa tiga jenis asam amino aromatik yaitu triptofan, tirosin dan
fenilanin. Kebanyakan senyawa fenolik merupakan turunan dari fenilanin
(Ghasemzadeh and Neda 2011).
Proses pembentukan senyawa fenolik dikatalisis oleh enzim phenylalanine
ammonia-lyase (PAL). PAL adalah enzim kunci dalam jalur metabolit sekunder
yaitu pembentukan senyawa fenolik. Beberapa studi mengevaluasi tentang peran
PAL sebagai enzim kunci menggunakan 2-aminoindan-2-phosphonic acid (AIP),
yang merupakan inhibitor dari aktivitas PAL. Hasil studi yang didapatkan
melaporkan bahwa adanya penurunan signifikan dari konten senyawa fenolik
yang dihasilkan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa PAL adalah enzim kunci
pembentukan senyawa fenolik. Selain itu, PAL juga berperan dalam toleransi
stress pada tumbuhan (Ghasemzadeh and Neda 2011).

Gambar 9 Jalur Biosintesis Senyawa Fenolik

Tanin
Tanin merupakan suatu nama deskriptif umum untuk satu grup substansi
fenolik polimer yang mampu menyamak kulit atau mempresipitasi gelatin dari
cairan atau disebut astringensi (Khanbabee dan Ree 2001). Tanin ditemukan
hampir di setiap bagian dari tanaman yaitu kulit kayu, daun, buah, dan akar. Tanin
dibentuk dengan kondensasi turunan flavan yang ditransportasikan ke jaringan
kayu dari tanaman, tanin juga dibentuk dengan polimerisasi unit quinon. Secara
struktural tanin adalah suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar
yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang bersangkutan seperti
karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein dan
beberapa makromolekul seperti pati, selulosa dan mineral. Tanin memiliki

karakteristik sebagai berikut senyawa oligomer dengan satuan struktur yang


bermacam-macam dengan gugus fenol bebas, berat molekul antara 500 sampai
20.000, tanin ini dapat larut dalam air, dengan pengecualian beberapa struktur
yang mempunyai berat molekul besar, mampu berikatan dengan protein dan
terbentuk kompleks tanin-protein yang larut dan tidak larut (Saadah 2010).

Tata nama dan Jalur Biosintesis Tanin


Tanin berdasarkan strukturnya, dibedakan menjadi dua kelas yaitu tanin
terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Kedua golongan tanin menunjukkan reaksi
yang berbeda dalam larutan garam Fe (III). Tanin terkondensasi menghasilkan
warna hijau kehitaman sedangkan tanin terhidrolisis memberikan biru kehitaman
(Saadah 2010).Tanin terkondensasi secara biosintesis dapat dianggap terbentuk
dengan cara kondensasi katekin tunggal (galokatekin) yang membentuk senyawa
dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Proantosianidin merupakan nama
lain dari tanin terkondensasi karena jika direaksikan dengan asam panas, beberapa
ikatan karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer
antosianidin. Proantosianidin didefinisikan sebagai oligo atau polimer flavonoid
(flavan-3-ol atau flavan-3-4-diol), dimana ikatan C-C tidak mudah untuk
dihidrolisis (Saadah 2010). Proantosianidin lebih banyak terdistribusi daripada
tanin terhidrolisis, merupakan oligomer atau polimer satuan flavonoid (misalnya
flavan-3-ol) yang terikat oleh ikatan karbon-karbon yang tidak mudah terpecah
dengan adanya hidrolisis. Struktur dari flavan-4-ol pada Gambar 10.
Tanin terhidrolisis merupakan molekul dengan poliol (umumnya Dglukosa) sebagai pusatnya. Tanin terhidrolisiskan merupakan turuan dari asam
galat yang teresterkan. Berdasarkan strukturnya, tanin ini dibedakan menjadi dua
kelas yaitu, gallotanin dan ellagitanin. Perbedaan struktur keduanya adalah adanya
ester asam galat pada gallotanin dan ester asam heksahidroksidifenat (HHDP)
pada ellagitanin. Kedua ester asam tersebut berikatan dengan glukosa. Ellagitanin
yang dihidrolisis akan menghasilkan asam elagat. Serangkaian oksidasi (oxidative
coupling) pada gugus galoil dari gallotanin akan menghasilkan ellagitanin
(Saadah 2010). Jalur metabolisme sekunder saling keterkaitan satu sama lain
dengan metabolit sekunder dapat dilihat pada Gambar 12 yang menjelaskan
bahwa CO2 dan H2O akan menjadi substrat dari fotosintesis kemudian akan
menghasilkan produk glukosa ini kemudian akan digunakan pada respirasi. Proses
respirasi ini akan menghasilkan asetil-CoA dan asam amino. Asetil-CoA ini akan
menjadi prekursor pada asam malonat yang akan mnghasilkan flavonoid. Sintesis
flavonoid ini yang akan menjadi prekursor terbentuknya tanin terkondensasi.

Gambar 10 Struktur Flavan- 4-ol (Saadah 2010)

10

Gambar 11 Struktur gallotanin dan ellagitanin (Khanbabee dan Ree 2001)

Gambar 12 Keterkaitan metabolit sekunder dan primer

11

Biosintesis senyawa fenolik sebagian besar terjadi di sitoplasma dan


diawali melalui jalur shikimat. Asam 3-dehidrosikimat merupakan produk antara
jalur shikimat dari substrat karbohidrat yang penting dalam biosintesis senyawa
fenolik. Asam galat (C6-C1) yang disintesis dengan 3-dehidrosikimat akan diubah
menajdi -glukogallin. Senyawa antara ini mengalami galloilasi sehingga
terbentuk penta-O-galloil-glukosa. Galloilasi lebih lanjut terhadap penta-Ogalloil-glukosa ini akan menghasilkan senyawa dari golongan tanin yang dapat
terhidrolisis yaitu kelompok gallotanin dan ellagitanin. Sedangkan pada
proantosianidin yang dihasilkan dari biosintesis flavonoid dan stilben melalui
jalur malonat. MalonilCoA dari jalur asam malonat didapat dari asetilCoA.
Perubahan asetil CoA menjadi malonilCoA dibantu oleh enzim asetil CoA
karboksilase. Sebenarnya asetil CoA dapat terbentuk di berbagai sel tumbuhan
seperti mitokondria, plastid, peroksisom dan sitosol. Senyawa flavonoid dari
golongan leukosianidin (flavan-3,4-diol dan flavan-4-ol) dibentuk dari
dihidroquersetin dengan katalis enzim dihidroflavonol 4-reduktase yang akan
menghasilkan tanin yang terkondensasi yaitu proantosianidin (Crozier 2006)
(Gambar 15).

Gambar 13 Pembentukan asam galat

12

Gambar 14 Tahapan terbentuknya ellagitanin


e

Gambar 15 Pembentukan proantosianidin dari sintesis flavonoid (Crozier


2006)

Saponin
Saponin adalah senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada
tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan
membentuk busa jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam
(Harbrone 1996). Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa

13

steroid dan triterpen. Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida
(Asparagus sarmentosus) (Gambar 16).

Tata nama dan Jalur Biosintesis Saponin


Berdasarkan sifat tersebut saponin diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
saponin steroid dan saponin triterpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti steroid
(C27) dengan molekul karbohidrat. Saponin steroid dihidrolisis menghasilkan
suatu aglikon yang dikenal sebagai saraponin. Saponin terpenoid tersusun atas
inti triterpenoid (C30) dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan
suatu aglikon yang disebut sapogenin. Masing-masing senyawa ini banyak
dihasilkan di dalam tumbuhan. Sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang
mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini
adalah turunan -amyrine (Amirt 2002). Salah satu contoh saponin triterpenoid
adalah asiatosida (Gambar 16). Saponin disintesis oleh tumbuhan sebagai
metabolit sekunder. Gambar 17 menunjukkan jalur metabolisme sintesis saponin
dari proses fotosintesis.

Gambar 16 struktur saponin steroid (Asparagosida) dan struktur saponin


titerpenoid (Asiacosida)

14

Gambar 17 Jalur sintesis saponin dari fotosintesis


Proses fotosintesis pada tumbuhan menghasilkan glukosa sebagai produk,
glukosa tersebut kemudian masuk ke dalam proses glikolisis dan menghasilkan
piruvat. Piruvat dioksidasi oleh enzim piruvat dehydrogenase membentuk asetilKoA, yang merupakan substrat awal pembentukan saponin. Sintesis kedua jenis
saponin ini hampir sama, kedua senyawa dibentuk melalui jalur asam mevalonat
yang diperoleh dari asetil-KoA. Asetil-KoA bereaksi dengan asetil-KoA
membentuk asam asetoasetat. Asam asetoasetat berkondensasi secara aldol dengan
asetil-KoA menghasilkan asam mevalonat. Kemudian terjadi fosforilasi, eliminasi
asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan isopentenil pirofosfat (IPP).
Senyawa ini dapat berisomerasi menjadi dimetilalil pirofosfat (DMAPP) oleh
enzim isomerase (Gambar 18).
IPP kemudian bergabung dengan DMAPP akibat serangan atom dari ikatan
rangkap IPP terhadap atom karbon DMAPP yang diikuti oleh penyinkiran ion
pirofosfat yang menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) sebagai produk antara bagi
senyawa monoterpenoid. Selanjutnya IPP bergabung dengan GPP membentuk
farnesil pifofosfat (FPP) yang dikatalisis oleh farnesil difosfat sintetase (FPS).
Kemudian FPP dibah menjadi squalene oleh squalene sintase (SQS). Squalene
kemudian dioksidasi oleh squalene epoksidase (SQE) membentuk 2,3oxidosqualene. Senyawa ini merupakan substrat bagi oksidosqualene siklase
(OSC), disamping cycloartenol sintase (CYS) yang mensintesis sterol, dan amryin sintase (AS) yang mensintesis terpenoids sebagai awal sintesis saponin
terpenoid (Gambar 19) (Kim 1989).

Gambar 18 Proses pembentukan IPP dan DMAPP dari asetil-KoA

15

Gambar 19. Reaksi pembentukan saponin

Steroid
Sintesis steroid merupakan jalur yang cukup panjang dan dapat di jelaskan
dari bahan asal pembentukannya, yaitu glukosa. Glukosa dihasilkan dari reaksi
gelap pada forosintesis. Glukosa ini kemudian akan diubah menjadi pati atau
fruktan yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Namun, untuk memenuhi
kebutuhan energi, glukosa akan masuk ke jalur glikolisis untuk menghasilkan
ATP. Hasil dari perubahan satu molekul glukosa pada glikolisis ini adalah dua
molekul piruvat dan dua molekul ATP. Seperti mitokondria pada sel hewan,
plastida pada sel tumbuhan mengandung enzim piruvat dehidrogenase yang
dapat mengoksidasi piruvat menjadi asetil KoA dengan bantuan NAD+. Selain
menggunakan piruvat sebagai prekursor, asetil KoA dapat juga diperoleh dari
asetat sebagai prekursornya dengan bantuan asetil KoA sintetase dengan bantuan
ATP dalam kloroplas. Leopold Ruzicka (1939) telah meneliti bahwa isoprena
adalah bahan utama dalam sintesis berbagai mavam substansi, termasuk steroid.
Pernyataan ini dilengkapi oleh Feodor Lynen (1964) yang mengidentifikasi
isopentenil pirofosfat sebagai isoprena aktif. Asetil KoA merupakan prekursor
dalam biosintesis steroid.
Pada sintesis produk intermediet isopentenil pirofosfat, dua molekul asetil
KoA bereaksi menghasilkan asetoasetil KoA, kemudian bereaksi kembali dengan
asetil KoA menghasilkan HMG KoA. Dalam sel hewan dan ragi, kedua kedua
reaksi ini dikatalisis oleh enzim yang berbeda. Pada tumbuhan, HMG KoA
sintase mengatalisis kedua reaksi ini. Kemudian gugus karboksil dari HMG KoA
direduksi oleh dua molekul NADPH menjadi gugus hidroksil. Setelah itu

16

mevalonat terbentuk melalui reaksi yang irreversible. Dengan berbagai reaksi


lanjutan akhirnya dihasilkan isopentenil pirofosfat sebagai bahan utama
pembentuk rantai isoprena. Sintesis isopentenil pirofosfat melalui jalur HMG
KoA-mevalonat ini terjadi di sitosol. Kemudian, isopentenil pirofosfat akan
diisomerasi oleh isopentenil pirofosfat isomerase menjadi dimetilalil pirofosfat
dan menjadi geranil pirofosfat. Unit-unit isoprena yang sudah terbentuk akan
mengalami pemanjangan rantai dengan bantuan enzim prenil transferase
sehingga akan dihasilkan farnesil pirofosfat. Sintesis ini berlangsung di sitosol
dan plastida. Steroid disintesis dari farnesil pirofosfat. Dua molekul farnesil
pirofosfat akan membentuk triterpen skualena melalui reaksi kondensasi head-tohead yang melibatkan reduksi NADPH. Skualena adalah prekursor substansi
penyusun membran seperti stigmasterol, sitosterol, brassinosteroid, dan saponin
(steroid terglukosilasi).
Fitohormon steroid biasa disebut brassinosteroid. Anggota dari fitohormon
yang paling efektif adalah brassinolide. Brassinosteroid disintesis dari
kampesterol membran lipid. Brassinosteroid meregulasi perkembangan tumbuhan,
menstimulasi pertumbuhan, pelipatan daun, dan diferensiasi xylem. Brassinolide
dibentuk dari kampesterol membran lipid melalui sebuah rantai sintesis yang
melibatkan sitokrom P450 terikat enzim hidroksilase, reduktase, dan enzim
lainnya. Jalur sintesisnya sama dengan jalur sintesis steroid pada sel hewan.

Gambar 20 Reaksi fotosintesis

Gambar 21 Jalur glikolisis dan Jalur pembentukan asetil Ko-A

17

Gambar 22 Jalur pembentukan isopentenil pirofosfat

18

Gambar 23 Jalur pembentukan skualena


Gambar 24 Jalur pembentukan fitohormon brassinolide

Gambar 25 Alur singkat sintesis fitosterol pada tumbuhan

19

Triterpenoid
Tumbuhan memiliki sifat istimewa yakni kemampuannya dalam
menggunakan zat karbon dari udara dan mengubahnya menjadi bahan organik
serta mengasimilasikannya di dalam tubuh tanaman. Peristiwa tersebut terjadi
apabila terdapat cahaya (Utomo 2007). Fotosintesis itu sendiri merupakan
asimilasi karbon yang dalam prosesnya akan difiksasi menjadi molekul berenergi
yakni gula. Glukosa pada proses fotosintesis digunakan untuk membentuk
senyawa organik lain seperti halnya selulosa atau bahan bakar energi tumbuhan.
Proses tersebut berlangsung melalui respirasi seluler (Pertamawati 2010). Jadi
dapat disimpulkan bahwa fotosintesis adalah proses yang meliputi dua bagian
yakni, proses diikatnya energi sinar matahari dan karbondioksida serta proses
pengubahan zat-zat anorganik menjadi organik (Utomo 2007).
Fotosintesis berlangsung pada dua tahap. Tahap pertama merupakan proses
yang bergantung pada cahaya matahari atau disebut juga reaksi terang. Reaksi ini
membutuhkan energy cahaya matahari langsung yang kemudian akan
dikonversikan menjadi molekul-molekul energi yang dapat digunakan dalam
bentuk energy kimia. Konversi tersebut dilakukan oleh aktivitas pigmen daun
(klorofil). Molekul cahaya matahari akan membentuk klorofil-a untuk
membangkitkan elektron menjadi suatu energi dengan tingkatan lebih tinggi.
Energy tersebut digunakan untuk fotofosforilasi sehingga dihasilkan ATP dan
NADP pada prosesnya. Hal ini terjadi pada dua pusat reaksi (fotosistem I dan
fotosistem II) yang berkerja dalam transfer elektron. Reaksi terang terjadi didalam
grana (Utomo 2007).
Tahap kedua merupakan proses yang tidak memerlukan cahaya atau
dikenal juga reaksi gelap. Reaksi ini terjadi ketika produk dari reaksi terang
digunakan untuk membentuk ikatan kovalen C-C dari karbohidrat.
Karbondioksida di atmosfer akan difiksasi dan dimodifikasi oleh penambahan
hidrogen menjadi bentuk karbohidrat. Reaksi ini disebut juga dengan reaksi
asimilasi karbon yang terjadi di dalam stroma kloroplas (Utomo 2007).

20

Gambar 26 Proses fotosintesis pada tumbuhan


Kemudian selanjutnya gliseraldehida 3-fosfat hasil dari proses fotosintesis
ini akan diubah menjadi karbohidrat dalam proses biosintesis metabolit primer.
Metabolit pirmer umumnya dibutuhkan sebagai faktor pertumbuhan,
perkembangan, dan cadangan energi suatu tanaman.

Jalur Biosintesis Triterpenoid


Karbohidrat hasil dari proses fotosintesis tersebut kemudian akan memasuki
lintasan biosintesis metabolit sekunder yang terbagi menjadi dua lintasan. Pertama
adalah lintasan metabolisme dasar seperti glikolisis dan siklus Krebs. Kedua
adalah empat lintasan utama biosintesis metabolit sekunder yakni lintasan
shikimat, lintasan asam alonat, lintasan asam mevalonat dan lintasan MEP.
Namun terdapat pula beberapa senyawa antara pada metabolit primer yang dapat
masuk kedalam lintasan metabolit sekunder (Dewick 1999).

21

Gambar 27 Lintasan metabolisme dasar dari sintesis metabolit sekunder

Gambar 28 Hubungan antara metabolisme primer dan metabolisme sekunder


melalui beberapa senyawa antara.
Terpenoid merupakan komponen yang biasa ditemukan dalam minyak
atsiri. Sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya
kelipatan lima. Terpenoid mempunyai keangka karbon yang terdiri dari dua atau
lebih unit C5 yang disebut juga dengan isoprene. Berdasarkan jumlah atom C yang
terdapat pada kerangkanya, terpenoid terbagi menjadi hemiterpene dengan 5 atom
C, monoterpen dengan 10 atom C, seskuiterpen dengan 15 atom C, diterpen
dengan 20 atom C, triterpen dengan 30 atom C, dan seterusnya hingga politerpen

22

melebihi 40 atom C (Rudianto 2012). Triterpenoid dan sesquiterpenoid


dibiosintesis melalui lintasan asam mevalonat, sedangkan monoterpenoid,
diterpenoid, dan tertraterpenoid di sintesis melalui lintasan methylerythritol
phosphate (MEP) (Sawai dan Saito 2011).
Biosintesis terpenoid pada tumbuhan mengikuti lintasan asam asetat
mevalonat. Asam asetat yang diaktifkan dengan koenzim A akan membentuk
asetil-KoA dan melakukan reaksi kondensasi dengan asetil-KoA yang lain
sehingga membentuk asetoasetil-KoA dengan kondensasi jenis Claisen.
Asetoasetil-KoA yang terbentuk juga berkondensasi dengan unit asetil-KoA
lainnya sehinga membentuk tga unit gabungan asetil-KoA yang selanjutnya akan
diprotonasi menjadi asam mevalonat. Adanya pirofosfat pada asam mevalonat
dapat terjadi pelepasan komponen CO2 dan pelepasan OPP- membentuk
isopentenil pirofosfat (IPP) yang selanjutnya berisomerisasi menjadi dimetilalil
pirofosfat (DMAPP) oleh bantuan enzi isomerase. IPP sebagai unt isoprene aktif
bergabung kepala dengan ekor DMAPP membentuk langkah awal pembentukan
terpenoid (Darwis 2001).

Gambar 4 Jalur asetat dalam pembentukan IPP yang menjadi prekursor


pembentukan terpenoid via asam mevalonat
Penggabungan antara IPP dengan DMAOO terjadi oleh adanya serangan
elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang
kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat dan menghasilkan
geranil pirofosfat (GPP). Geranil pirofosfat merupakan senyawa antara bagi
semua senyawa monoterpenoid. Secara umum biosintesa dari terpenoid terjadi
dalam tiga reaksi dasar yakni, pertama pembentukan isoprene aktif berasal dari
asam asetat melalui lintasan asam mevalonat. Kedua adalah penggabungan kepala
dan ekor dua unit isopren yang akan membentuk monoterpenoid, seskuiterpenoid,
diterpenoid, sesterpenoid, dan politerpenoid. Ketiga adalah penggabungan ekor

23

dengan ekor dari unit C-15 atau C-20 dan menghasilkan triterpenoid dan steroid
(Darwis 2001).
Triterpenoid pada prinsipnya merupakan prosees siklisasi dari skualen.
Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik
5 atau 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu. Struktur
terpenoid yang bermacam ragam itu timbul sebagai akibat dari reaksi-reaksi
sekunder berikutnya seperti hidrolisis, isomerisasi, oksidasi, reduksi, dan siklisasi
atas geranil-, farnesil, dan geranil-geranil pirofosfat. Tahap diversifikasi pertama
dalam biosintesis triterpenoid adalah siklisasi 2,3-oksidoskualen yang dikatalisasi
oleh oksidoskualen siklase. Keragaman molekul pada enzim oksidoskualen siklase
memungkinkan tanaman memiliki lebih dari 100 variasi kerangka triterpenoid.
Setelah dikatalisasi oleh enzim oksidoskualen siklase, triterpenoid terus
mengalami modifikasi termasuk oleh P450-katalis oksidasi dan UGT-katalis
glikosilasi (Sawai dan Saito 2011).
Gambar 5 Lintasan biosintesis triterpenoid

Daftar Pustaka
Amirth PS. 2002. A Trestie on Phytochemistry. New Delhi: Emedia Sience Ltd.
Crozier A, Jaganath IB, Clifford MN. 2006. Phenols, polyphenols, and tannins: an
overview. In: Crozier A, Clifford MN, Ashihara H. Plant Secondary
Metabolites: Occurence, Structure, and Role in the Human Diet.Victoria
(USA): Blackwell Publishing Ltd.
Darwis D. 2001. Teknik isolasi dan karakterisasi senyawa metabolit sekunder
[makalah] Padang (ID): Universitas Andalas Padang.
Dewick P. 1999. Medicinal Natural Products A Biosynthesis Approach. London
(UK): Wiley&Sons Ltd.
Ghasemzadeh A, Neda G. 2011. Flavonoids and phenolic acids: role and
biochemical activity in plants and human. Journal of Medicinal Plants
Research. 5(31): 6697-6703.
Harbrone JB. 1996. Metode Fitokimia: Cara Moderen Menaganalisis Tumbuhan.
Bandung (ID): ITB press.
Heldt HW. 2005. Plant Biochemistry 3rd Edition. London (UK): Elsevier
Academic Press
Hernawam UE, Setyawan AD. 2003. Ellagitanin; biosintesis, isolasi, dan aktivitas
biologi. Biofarmasi. 1 (1): 1693-2242
Khanbabee K, Ree TV. 2001. Tannins: Classification and definition. Nat. Prod.
Rep. 18: 641-649

24

Kim NO. 1989. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada pada tumbuhan nabati.

Jakarta (ID): Cermin Dunia Kedokteran


Kutchan TM. 1995. alkaloid biosynthesis the basic for metabolic engineering of
medicinal plant. Plant Cell. 7(7):1059-1070.
Lenny S. 2006. Senyawa flavonoida, fenilpropanoida, dan alkaloida [karya
ilmiah]. Medan (ID): Departemen Kimia FMIPA USU.
Natalia S. 2010. Pertumbuhan dan kandungan reserpinpule pandak (Rauvulfia
verticillata Lour. Baillon) pada variasi unsur fosfor (P) [skripsi]. Surakarta
(ID): Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret.
Pertamawati. 2010. Pengaruh fotosintesis terhadap pertumbuhan tanaman kentang
(Solanum tuberosum l) dalam lingkungan fotoautotrof secara in vitro. J
Sains dan Teknologi Indonesia. 12(1): 31-37.
Rudianto
A.
2012.
Terpenoid
[terhubung
berkala]
http://eprints.uny.ac.id/9329/3/bab%202%20-%2008307141003.pdf
(5
Juni 2015).

25

Saadah L. 2010. Isolasi dan identifikasi senyawa tanin dari daun belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L.). [Skripsi]. Malang (ID): Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Sawai S, Saito K. 2011. Triterpenoid biosynthesis and engineering in plants.
Frontiers In Plant Science. 2(25): 1-8.
Shanks JV, Bhadra R, Morgan J, Rihjwani S. 1998. Quantification of Rauvulfia
alkaloid, estimation of reserpin in pharmaceutical analytical sciences. The
Japan society for Analytical Chemistry. 20:571-573.
Supriyati. 2006. Materi pokok kimia organic bahan alam. Jakarta (ID) : Penerbit
Karunia.
Utomo B. 2007. Fotosintesis pada tumbuhan [makalah] Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai