Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
gram
positif
20-40%
(stafilokokus
aureus,
stretokokus,
4.
5.
-
- Pembedahan
Medikasi/Therapeutic Regimens
Terapi radiasi
Corticosteroids
Oncologic chemotherapy
Immunosuppressive drugs
Extensive antibiotic use
Underlying Conditions
Poor state of health
Malnutrition
Chronic Alcoholism
Pregnancy
Diabetes Melitus
Cancer
Major organ disease cardiac, hepatic, or renal dysfunction
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi Kardiovaskular
a. Perubahan sirkulasi
Karakteristik hemodinamik utama dari syok septic adalah rendahnya
tahanan vaskular sitemik (TVS) ,sebagian besar karena vasodilatasi
yang terjadi Sekunder terhadap efek-efek berbagai mediator
( prostaglandin, kinin, histamine dan endorphin). Mediator-mediator
yang
sama
permeabelitas
tersebut
juga
kapiler,
dapat
menyebabkan
mengakibatkan
meningkatnya
berkurangnya
volume
aliran
darah.
Mediator-mediator
vasoaktif
yang
menyebabkan
sel-sel
mast
melepaskan
histamine.
Variable Umum
Temperature
c atau Pada
< 36 c keadaan multiple organ failure terjadi koagulasi,
banyak>38.3
organ
HR > 90x/mnt
Takipnea
respiratory distress syndrome, payah ginjal akut, disfungsi hepatobiller, dan
Penurunan status mental
disfungsi
saraf
pusat
seperti terlihat pada tabel 1 (Dobb, 1991).
Signifikan
edemasusunan
> 20 ml/kg
dalam
24 jam
Hiperglikemia (>120 mg/dl) pada pasien non diabetes
Sumber : Levy MN et
all:2001,Crit Care Med
31:1250,2003.
4. Manifestasi Pulmonal
Endotoxin mempengaruhi paru-paru baik langsung maupun tidak langsung.
Respon pulmonal awal adalah bronkokonstriksi, mengakibatkan hipertensi
pulmonal dan peningkatan kerja pernapasan. Neutrofil teraktifasi dan
menginviltrasi jaringan pulmonal dan vaskulatur, menyebabkan akumulasi air
ekstravaskular paru-paru (edema pulmonal). Neutrofil yang teraktivasi
menghasilkan bahan-bahan lain yang mengubah integritas sel-sel parenkim
pulmonal, mengakibatkan peningkatan permeabelitas. Dengan terkumpulnya
cairan di interstisium, komplians paru berkurang, terjadinya gangguan
pertukaran gas dan terjadi hipoksemia.
E. PATOFISIOLOGI
Penyebab sepsis paling banyak berasal dari stimulasi toksin, baik dari
endotoksin gram (-) maupun eksotoksin gram (+). Komponen endotoksin
utama yaitu lipopolisakarida (LPS) atau endotoksin glikoprotein kompleks
dapat secara langsung mengaktifkan sistem imun seluler dan humoral,
bersama dengan antibodi dalam serum darah penderita membentuk
lipopolisakarida antibodi (LPSab). LPSab yang berada dalam darah penderita
dengan perantaraan reseptor CD14+ akan bereaksi dengan makrofag yang
kemudian mengekspresikan imunomudulator.
Pada sepsis akibat kuman gram (+), eksotoksin berperan sebagai super-antigen
setelah difagosit oleh monosit atau makrofag yang berperan sebagai antigen
processing celldan kemudian ditampilkan sebagai antigen presenting cell
(APC). Antigen ini membawa muatan polipeptida spesifik yang berasal dari
major histocompatibility complex (MHC), kemudian berikatan dengan CD42+
(limposit Th1 dan Th2) dengan perantaraan T cell receptor(TCR).
Sebagai usaha tubuh untuk bereaksi terhadap sepsis maka limposit T akan
mengeluarkan substansi dari Th1 yang berfungsi sebagai imunomodulator
yaitu: IFN-, IL-2, dan macrophage colony stimulating factor (M-CSF0.
Limposit Th2 akan mengeluarkan IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10. IFN-
meransang makrofag mengeluarkan IL-1 dan TNF-. Pada sepsis IL-2 dan
TNF- dapatmerusak endotel pembuluh darah. IL-1 juga berperandalam
pembentukan prostaglandin E2 (PG-E) dan meransang ekspresi intercellular
adhesion molecule-1(ICAM-1). ICAM-1 berperan pada proses adhesi neutrofil
dengan endotel.Neutrofil yang beradhesi dengan endotel akan mengeluarkan
lisosim yang menyebabkan dinding endotel lisis. Neutrofil juga membawa
superoksidan radikal bebas yang akan mempengaruhi oksigenasi mitokondria.
Akibat proses tersebut terjadi kerusakan endotel pembuluh darah. Kerusakan
endotel akan menyebabkan gangguan vaskuler sehingga terjadi kerusakan
organ multipel.
Masuknya mikroorganisme penginfeksi ke dalam tubuh akan menimbulkan
reaksi yang berlebihan dari sistem imun dan menyebabkan aktivasi APC yang
akan mempresentasikan mikroorganisme tersebut ke limfosit. APC akan
mengeluarkan mediator-mediator proinflamasi seperti TNF-, IL-1, IL-6, C5a
dan lainnya, yang menimbulkan SIRS dan MOD yang dihasilkan oleh sel
limfosit akan menyebabkan limfosit teraktivasi dan berproliferasi serta
berdiferensiasi menjadi sel efektor (Abbas dan Litchman, 2005; Remick,
2007)
Sel limfosit yang telah berdiferensiasi ini kemudian akan mengeluarkan
mediator-mediator proinflamasi yang berlebihan tanpa diimbangi medioator
antiinflamasi yang memadai. Ketidakseimbangan antara proinflamasi dan
antiinflamasi ini kemudian akan menimbulkan keadaan hiperinflamasi sel
pembekuan
Trombosit
terjadi
penurunan
memanjang
mengindentifikasikan
koagulopati
yang
diasosiasikan dengan iskemia hati atau sirkulasi toksin atau status syok.
e. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,disfungsi hati, syok.
f. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan glukoneogenesis dan glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari perubahan
selulaer dalam metabolisme.
g. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi ,
ketidakseimbangan / gagalan hati.
film
abdominal
dan
dada
bagian
bawah
yang
G. PATHWAY
Stimulasi
sel imun
tubuh
produksi
sitokin
proinflam
asi
berlebih
RISIKO
INFEKS
I
Infasi mikroba
SEPSIS
Efek berbagai
Efek berbagai
neutrofil
mediator
mediator inflamasi
teraktivasi
inflamasi
(protaglandin, kinin,
(protaglandin,
histamin)
infiltrasi di
kinin, histamin)
jar. pulmonal
Vasodilatasi,
dan vaskuler
respon
peningkatan
cairan
vaskuler
Volume
ekstravaskule
intravaskuler
r di paru
agregasi
leukosit dan
Volume sirkulasi
edema
penimbunan
efektif
pulmonal
fibrin
TVS
kompliance
Respon
inflamasi
Peningkatan
suhu tubuh
HIPERTER
MIA
penyumbatan
kapiler
KETIDAKEF
EKTIFAN
PERFUSI
JARINGAN
PERIFER
paru
CO meningkat u/
kompensasi
GG.
PERTUKAR
AN GAS
Asedemia laktat
responsivitas
terhadap
katekolamin
RISIKO SYOK
H. PENATALAKSANAAN
RAPID ASSESSMENT
1.
Immediate Question
a. Survey Primer
Cek Airway, Breathing, Circulation
- Airway: clear
- Breathing:
Tidak terdapat masalah pada fase awal syok septik
Gangguan pada breathing ditemukan bila ada gangguan lanjut
setelah adanya gagal sirkulasi. Biasanya ditemukan pada suara
nafas crackles (+), Respirasi rate > 30 x/menit. Pernafasan
-
kusmaul.
Circulation:
Gangguan sirkulasi jelas tampak terlihat pada fase awal
(hiperdinamik): akral teraba hangat karena suhu tubuh yang
meningkat.
Pada fase lanjut yaitu fase hipodinamik ditandai dengan
penurunan tekanan darah/hipotensi, penurunan perfusi ke
jaringan ditandai dengan akral yang dingin, CRT lebih dari 2
dan
gejala
secara
umum
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Vital sign
Kulit. Eteki, luka terinfeksi, cellulitis.
Heent. Sinusitis, otitis media
Leher. Lympha denopathy, nuchal rigidity
Suara paru. Wheezing, rhonchi, rales, takipnea, ards, batuk,
Suara jantung. Takikardi, murmur.
Abdomen. Abdominal tenderness
Genitourinary. Suprapubik atau panggul tenderness, pendarahan/
discharge vagina.
10. Muskuloskeletal. Vocal redness, swelling, tenderness, krepitasi.
11. Neurologic. Perubahan status mental ; kebingungan, delirium, koma.
3. Laboratory data
1. Darah. Test kimia, kultur, ABG, CBC.
2. Urin. Kultur.
3. CSF. Kultur,
4. Sputum. Kultur.
5. Drainase luka. Kultur.
4. Radiographic dan pengkajian diagnosis lainnya
TATA LAKSANA SYOK SEPTIK
Gambar 3. Algoritma early goal directed therapy
Tata laksana syok sepik yang biasa digunakan pada Advanced Cardiac Life
Support (ACLS) and Advanced Trauma Life Support (ATLS), meliputi 9 tahap
sebagai berikut:
Gambar 4. Stepwise approach to sepsis and septic shock
I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Pendekatan ABCDE
Airway
jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
bawa segera mungkin ke ICU
Breathing
kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
Circulation
kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
pasang kateter
Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU.
Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan
dan tempat sumber infeksi lainnya.
Tanda ancaman terhadap kehidupan
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan
fungsi organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka
pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
Hyposia
Asidosis
Gangguan pembekuan
B. PengkajianUmum
1. Aktifitas: Gejala : Malaise
2. Sirkulasi
Tanda :
Tekanan darah normal atau sedikit dibawah normal (selama hasil
(perifer
hiperdinamik):
S3
dapat
seimbangan elektrolit.
Kulit hangat, kering, bercahaya (vasodilatasi), pucat,lembab,burik
(vasokontriksi).
3. Eliminasi
Gejala : Diare
4. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, Mual, Muntah: Penurunan haluaran, konsentrasi
urine, perkembangan ke arah oliguri,anuria.
5. Nyeri/Kenyamanan: Kejang abdominal,lakalisasi rasa sakit atau
C. Analisis Data
Data
DS:
Pasien atau keluarga pasien
mengatakan pasien
menderita sakit kronis,
demam
Etiologi
Infasi mikroba
penekanan sistem
SEPSIS
imun
pertahanan primer
Stimulasi sel imun tubuh
yang tidak adekuat
Masalah Keperawatan
Risiko Infeksi
prosedur infasif
malnutrisi
DS:
Perubahan sensasi
DO:
TD turun/hipotensi
RR meningkat
CRT >2 detik
akral ekstremitas
dingin
kulit pucat
edema ekstremitas
nadi lemah
DS:DO (f.risiko):
hipotensi
hipovolemia
hipoksemia
hipoksia
infeksi
sepsis
Infasi mikroba
SEPSIS
penyumbatan kapiler
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
Infasi mikroba
SEPSIS
Vasodilatasi, peningkatan
permeabilitas kapiler
Volume intravaskuler
Risiko Syok
TVS
CO meningkat u/
kompensasi
Asedemia laktat
responsivitas terhadap
katekolamin
risiko syok
DS:DO:
Pernafasan abnormal
(kecepatan, irama,
kedalaman)
Warna kulit abnormal
(pucat, kehitaman)
hiperkapnia
hipoksemia
hipoksia
takikardi
Infasi mikroba
SEPSIS
neutrofil teraktivasi
akumulasi cairan
ekstravaskuler di paru
edema pulmonal
kompliance paru
DS:DO:
suhu tubuh di atas
normal
Infasi mikroba
SEPSIS
Respon inflamasi
Hipertermia
Hipertermia
Dx. Kep.
Risiko Syok
NIC
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
2.
3.
Risiko Infeksi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam diharapkan klien dapat terhindar dari
risiko infeksi
NOC: Risk Control: Infectious Process
Kriteria Hasil:
Suhu DBN (36,5-37,50C)
Jumlah leukosit DBN
tidak terdapat tanda-tanda infeksi yang
semakin memburuk
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan kondisi klinis klien terkait
pertukaran gas membaik
NOC: Respiratory Status: Gas Exchange
Kriteria Hasil:
Pernafasan normal (kecepatan, irama,
kedalaman)
NIC
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11
4.
NIC
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
x/menit)
G. Tanggal
& Jam
K.
H. Implementasi
1. Memonitor TTV, tekanan darah
ortostatik, status mental dan urine
output
2. Memonitor nilai laboratorium sebagai
bukti terjadinya perfusi jaringan yang
inadekuat (misalnya peningkatan kadar
asam laktat, penurunan pH arteri)
3. Memberikan cairan IV kristaloid sesuai
dengan kebutuhan (NaCl 0,9%; RL;
D5%W)
4. Memberikan medikasi vasoaktif
5. Memberikan terapi oksigen dan
ventilasi mekanik
6. Memonitor trend hemodinamik
7. Memoonitor frekuensi jantung fetal
(bradikardia bila HR <110 kali/menit)
atau (takikardia bila HR >160 kali per
menit) berlangsung lebih lama dari 10
menit
8. Mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan AGD dan monitor
oksigenasi jaringan
9. Mendapatkan patensi akses vena
10. Memberikan cairan untuk
mempertahankan tekanan daarah atau
cardiac output
11. Memonitor penentu pengiriman
oksigen ke jaringan (SaPO2, level Hb,
cardiac output)
12. Mencatat bila terjadi bradicardia atau
penurunan tekanan darah, atau
abnormalitas tekanan arteri sistemik
yang rendah misalnya pucat, cyanosis
atau diaphoresis
13. Memonitor tanda dan gejala gagal
nafas (rendahnya PaO2, peningkatan
PCO2, kelumpuhan otot pernafasan)
V. Risiko Infeksi
W.
AG.
Gangguan
Pertukaran Gas
AH.
AS.
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Perifer
AT.
BD.
BE.
BF.
BG.
BH.
BI.
BJ.
BK.
BL.
BM.
BN.
BO.
BP.
BQ.
BR.
BS.
BT.
BU.
BV.
BW.
BX.
BY.
BZ.
CA.
CB.
CC.
CD.
CE.
CF.
CG.
CH.
CI.
CJ.
CK.
CL.
CM.
CN.
CO.
CP.
CQ.
CR.
CS.
CT.
DAFTAR PUSTAKA
CU.
CV. Dolans,1996, Critical care nursing clinical management through the
nursing process, Davis Company, USA.
CW.
Emergency Nurses
CZ.
Monahan, Sand,
ihardy:Yogyakarta
DD. Bulecheck, Gloria M, et al. Nursing Intervention Classifcation (NIC) Fifth
Edition. USA: Mosbie Elsevier, 2008.